NovelToon NovelToon

DIJEBAK PERJODOHAN

01

Tiga orang bocah laki laki berusia 5 tahun, 4 tahun dan 3 tahun terlihat asyik bermain disebuah taman buatan di belakang toko bunga Flower Family.

Liu Cha Alexander ( Ander) , Revan Adhi Atmaja (Revan), Randi Saka Putra (Randi).

Dan tak berapa lama seorang anak perempuan mungil berusia 4 tahun menghampiri ketiga bocah itu. Anak perempuan yang tengah membawa boneka barbie ditangan nya bernama Eliya Fakhrani (Eliya).

"Aku mau ikut main."

Sontak ketiga bocah itu mendongak dan menatap bocah perempuan yang rambutnya dikepang dua dan ada ingus di hidungnya.

"Kau ini perempuan, mana mungkin ikut bermain bersama kami." balas Ander acuh.

"Memangnya kenapa kalau aku perempuan? aku juga suka bermain bus tayo sama seperti kalian." balas Eliya dengan nada sengit.

"Sudahlah, biarkan saja. kita lanjutkan bermain saja."

"Aku hanya ingin ikut bermain, kenapa kalian pelit sekali." sentak Eliya tak sengaja menarik baju yang dipakai oleh Ander hingga reflek Ander mendorong Eliya hingga jatuh di genangan lumpur samping mereka bermain.

Karena pagi tadi sempat hujan menyebabkan banyak genangan air ditaman buatan itu.

"Ya ampun." Revan dan Randi membegap mulutnya melihat Eliya jatuh sementara Ander terlihat sangat acuh.

Eliya yang sadar bajunya kotor terkena lumpur pun, matanya mulai memerah dan Huaaaa.....

Bunda....

Bunda.... Huaaaaaa....

Eliya menangis histeris dan sangat kencang.

"Ya ampun, ribet ini urusannya. kita ikutan nangis aja yuk bang." ajak Revan pada Randi.

Meski usia Randi lebih muda satu tahun dari Revan namun Revan memanggil Randi dengan sebutan Bang karena orangtua Revan lebih muda dari orang tua Randi.

Randi mengangguk setuju, Ia mengacungkan jarinya. satu... dua... tiga.. dan....

Huaaa....

Huaaa.....

Randi dan Revan ikut menangis bersama Eliya sementara Ander hanya melonggo melihat kelakuan dua saudara sepupunya itu.

Ander menatap ketiga bocah yang menangis dengan tatapan malas,

"Yah, bersiap siaplah mendapatkan omelan dari Mommy." pikir Ander.

Dan benar saja, suara tangis mereka yang berebut dan terdengar keras membuat ketiga wanita keluar dari toko bunga dan menghampiri anak anak mereka.

"Ya ampun, ada apa ini?" pekik Ella melihat Eliya yang kotor penuh lumpur menangis dan juga Revan Randi yang ikut menangis.

"Bundaa..." Eliya segera saja mendekat ke arah Bunda nya yang tak lain adalah Nisa.

"Kamu kenapa bisa kotor begini nak?" tanya Nisa lembut.

"Kalian kenapa juga menangis, siapa yang nakal?" tanya Riska pada anak dan keponakannya.

Randi, Revan dan Eliya langsung saja menujuk ke arah Ander yang menatap ke arah mereka tak percaya.

"Ander, apa yang kamu lakukan?" sentak Ella menatap Ander marah.

"Ya ampun Mom. aku nggak ngapa ngapain mereka." balas Ander dengan raut wajah malas.

Selalu saja dia yang kena, hanya karena dia lebih tua dari Revan dan Randi selalu membuat Ander menjadi sasaran omelan para orangtua.

"Bohong, tadi Eliya didorong jatuh ke lumpur huhuhu." Adu Eliya masih menangis.

"Ander apa apaan ini!" Ella menatap marah ke arah Ander.

"Nggak gitu Mom, tadi dia narik baju aku trus aku nggak sengaja dorong dia."

"Nggak usah cari pembelaan!"

Ander menghembuskan nafas panjang, merasa sangat kesal dengan bocah perempuan jelek yang membuatnya kena marah.

"Sekarang minta maaf!"

"Nggak mau, Ander nggak salah lagian siapa suruh narik baju Ander!" balas Ander acuh membuat Ella sedikit geram dengan sikap keras kepala Ander yang sama persis seperti Alex Daddy nya.

"Ander!"

"Sudahlah mbak, nggak apa apa. biar aku bawa masuk Eliya buat dibersihkan dulu." kata Nisa.

"Ck, tapi dia harus dimarahi, kalau nggak bakal gitu terus." gerutu Ella.

"Namanya juga anak kecil mbak." balas Nisa.

"Yuk sayang, mandi didalam trus ganti bajunya." ajak Nisa pada Eliya.

"Tapi Eliya mau pakai baju princes kayak gini lagi Bund." ucap Eliya membuat Ander memutar bola matanya malas.

"Dasar si jelek, manja, cenggeng lagi." batin Ander.

"Iya, nanti di cuci Bunda biar besok bisa dipakai lagi." kata Nisa yang langsung diangguki Eliya.

Nisa dan Eliya pun memasuki toko bunga sementara Riska dan Ella menatap tajam ke arah ketiga anak laki laki didepannya itu.

"Trus kalian kenapa nangis?" tanya Riska pada Revan dan Randi.

"Revan tadi yang ngajak Randi nangis tante." akui Randi dengan wajah polosnya membuat Riska menatap tajam ke arah Revan.

"Apa apaan ini Revan?"

"Aku nggak mau di marahin sama Mama makanya nangis aja biar aman." balas Revan santai.

"Kamu tuh bener bener deh." kesal Riska tak percaya dengan ide Revan yang sangat warbiasah hampir menyamai sang Papa yang usil dan selalu mencari aman nya sendiri.

"Yang dorong Eliya kan Ander. nanti kalau kita nggak ikutan nangis pasti Mama bakalan marahin Randi sama Revan." kata Revan lagi.

"Sudah sudah, yang penting sekarang sudah tau siapa yang salah disini." kata Ella "Dan buat Ander kamu harus minta maaf atau Mommy bilang ke Daddy." ancam Ella.

"MOM, Ander nggak salah. Ander nggak sengaja." kesal Ander sambil menghentak hentakan kakinya.

"Sengaja atau enggak kamu harus tetep minta maaf, Eliya bajunya kotor juga semua karena kamu kan?"

"Iya iya nanti Ander minta maaf." balas Ander dengan nada kesal.

Ander harus mengalah, lebih baik Ia minta maaf pada bocah jelek yang tidak akan Ander sebut namanya dari pada Mommy mengadukan pada Daddy bisa bisa kena marah Daddy dan membuatnya batal bersepeda bersama Daddy besok saat holiday.

"Anak pinter." kata Ella sambil mengelus rambut Ander penuh sayang.

"Maaf..." Ander mengulurkan tangannya pada Eliya yang acuh pada Ander.

"Eliya sayang, tuh Kakak Ander mau minta maaf sama Eliya. Baikan dulu yuk." bujuk Nisa pada putrinya.

"Nggak, gara gara dia baju princes ku jadi kotor."

"Sayang, nggak boleh gitu dong. kan bajunya udah dicuci sama Bunda biar besok bisa dipakai lagi."

Dengan malas Eliya menerima uluran tangan Ander membuat Ella, Riska dan Nisa tersenyum sementara Revan dan Randi terkikik dibelakang mereka.

"Ya sudah kalian main bareng lagi, jangan berantem lagi ya sayang." kata Ella yang langsung diangguki oleh para anak anak.

Ella, Nisa dan Riska pun kembali keluar toko bunga. ini pertama kalinya mereka membuka toko bunga yang dijadikan untuk mengisi rutinitas para ibu rumah tangga yang bosan tinggal dirumah saja, membuat mereka memutuskan untuk membuka toko bunga flower family yang menjadi bisnis keluarga untuk mereka.

Sepeninggal para Mama, Ander hanya duduk disalah satu sofa dengan wajah cemberut, disampingnya ada Eliya yang sibuk menyisir rambut boneka barbienya.

Revan dan Randi pun terkekeh dan duduk didepan mereka.

"Harusnya tadi abang ikutan nangis kayak kita biar nggak kena marah." celetuk Revan membuat Eliya melotot ke arahnya.

"Itu namanya bohong!" ketus Eliya.

"Ck, nggak apa apa bohong dari pada cenggeng, cuma jatuh aja nangis!" ejek Revan membuat Eliya kesal.

"Kamu nakal! aku bilangin sama Bunda ku!"

"Bilangin sono! dasar tukang ngadu." ejek Revan lagi membuat mata Eliya berkaca kaca ingin menangis lagi.

"Idih, mau nangis lagi... kita kabur aja yukk." ajak Revan.

Huaaaa... Bunda.....

Bersambung...

Halo kalian semua author mau nyapa nih...

Ini cerita kelanjutan Istri kedua tuan Alex... ceritanya tentang anak anak mereka ...

semoga kalian suka,jangan lupa ninggalin jejak yaaa 😘

02

Ander keluar dari mobil dan langsung berjalan memasuki mansion tanpa menunggu Ella membuat Ella menghembuskan nafas panjang. Ander ngambek pikir Ella mengingat tadi Ella kembali memarahi Ander kala Eliya kembali menangis.

"Lho anak Daddy kok cemberut?" tanya Alex yang sudah menunggu kepulangan mereka. segera saja Ander menghambur ke pelukan Alex.

"Mas kok tumben pulang awal?" tanya Ella kala memasuki mansion dan melihat Alex sudah tampan dengan baju santainya.

"Nggak ada kerjaan, pulang aja ketemu anak istri. Gimana toko bunganya sayang?" tanya Alex.

"Rame banget mas, seneng baru buka pertama udah rame gitu." Ella bercerita sedikit mengebu.

Alex tersenyum melihat raut bahagia Ella, "Trus kenapa anak Daddy cemberut gini, nakal nggak nih hari ini?" tanya Alex sambil mencium pipi gemas Ander.

"Ck, itu mas masa tadi-"

"Mommy tadi udah janji sama Ander!" ucap Ander membuat Ella ingat jika Ander meminta maaf artinya Ia tak akan menceritakan pada Alex.

"Ups, hampir aja Mommy keceplosan."

"Memang ada apa? kenapa Daddy nggak boleh tau?" Alex semakin penasaran saja.

"Ada deh, Daddy nggak usah tau aja nanti Ander makin ngambek sama Mommy." kekeh Ella membuat Ander semakin cemberut.

"Sejak kapan nih anak Daddy ngambekan?" Alex memeluk tubuh Ander.

"Daddy besok libur kan? janji ya mau main sepeda sama Ander?"

"Iya iya, ceritanya ditagih nih?"

"Iyalah, Ander pengen cepet bisa naik sepeda roda dua bukan roda empat lagi."

"Iya besok seharian Daddy buat Ander!"

"Mommy nggak diajak nih?" tanya Ella mengoda Ander.

"Nggak, Ander mau sama Daddy aja." Balas Ander lalu menjulurkan lidahnya membuat Ella terkekeh.

Ya memang seperti itulah Ander jika sudah terlanjur marah, namun biasanya tak bertahan lama karena Ander memang sedikit manja pada kedua orangtuanya.

.....

Sementara Eliya yang kini masih dalam perjalanan pulang kerumah menggunakan taksi tak henti hentinya menceritakan apapun pada Bunda nya.

"Jadi setiap hari kita bakal ke toko bunga ya Bund?" tanya Eliya polos.

"Iya sayang, kamu main disana sama abang abang yang tadi." balas Nisa membuat Eliya kembali cemberut.

"Eliya nggak mau main sama mereka! mereka semua nakal."

Nisa hanya tersenyum, "Eliya belum deket sama abang abang tadi makanya mereka nakal coba kalau udah deket pasti mereka nggak akan nakal lagi."

"Tetep aja Bund, Eliya nggak mau. mereka nakal! Eliya mau main sama Rose(boneka barbie) aja."

"Iya iya." balas Nisa sambil tersenyum.

"Harusnya tadi Mama marahin mereka dong, kan udah nakal sama Eliya."

Nisa hanya terdiam, Sebenarnya Nisa juga kesal melihat Eliya di dorong hingga jatuh ke lumpur seperti tadi namun mengingat betapa baiknya Ella dan Alex pada keluarganya mana berani Nisa. toh Ella tadi juga sudah memarahi Ander dan ini hal yang wajar terjadi pada anak anak seusia mereka jadi Ia tak ingin mempermasalahkan lagi.

Eliya dan Nisa turun dari taksi kala mereka sudah sampai.

"Ayah...."

Eliya langsung saja menghambur ke pelukan sang Ayah yang ternyata sudah pulang.

"Kok Ayah tumben pulang cepet?" tanya Nisa.

"Iya dong. mumpung bos besar lagi baik nih ngajak pulang cepet." balas Sandi mengendong Eliya.

"Ayah, Eliya dikasih boneka barbie namanya Rose sama Temennya Bunda." ucap Eliya memperlihatkan boneka barbienya.

"Temennya Bunda siapa?".

"Mbak Ella mas."

Sandi mengangguk paham "Udah bilang makasih kan Eliya?"

"Udah dong Yah."

Sandi mengecup pipi gemas Eliya "Pinter dong anak Ayah."

.....

Randi berhambur ke pelukan sang Mami yang baru saja pulang dari kantor. Ya Bianca dan Rangga kini memang sibuk mengurus perusahaan peninggalan Alm sang Mama yang membuat Bianca harus menitipkan Randi putra pertama mereka yang berumur 3 tahun pada Riska.

Riska pun juga tidak mempermaslahkan jika harus menjaga Randi karena bisa menjadi teman bermain Revan.

"Nakal nggak tadi?" tanya Bianca pada Randi.

Randi menggeleng pelan "Enggak dong Mi, kan Randi pinter."

Bianca yang gemas dengan jawaban Randi pun mengecup kening Randi.

"Papi mana?" tanya Randi yang hanya melihat Mami nya saja padahal biasanya Papi dan Mami nya berdua menjemputnya.

"Papi ada urusan sebentar jadi kita tunggu dulu disini ya." jelas Bianca yang langsung diangguki Randi.

Riska datang meletakan secangkir teh hangat untuk Bianca yang kini duduk diruang tengah rumah Riska.

"Tadi anak anak aku ajak ke pembukaan toko bunga." jelas Riska yang kini sudah ikut duduk disana.

"Jadinya hari ini? gimana rame nggak?"

"Kayaknya lumayan sih, baru buka pertama saja sudah banyak yang datang." jelas Riska.

"Kalau kamu sibuk nanti biar aku nyari pengasuh buat Randi."

"Nggak, nggak perlu. dibelakang toko ada taman bermain yang memang sengaja dibuat Ella buat main anak anak jadi biar aja Randi main disana sama anak anak yang lain." jelas Riska.

"Ya sudah, ini Si celana kuning belum pulang?" Tanya Bianca terkekeh mengingat kejadian mengelikan beberapa tahun silam.

"Celana kuning siapa Mi?" tanya Randi penasaran.

"Jangan sampai anak anak tau, bisa ngamuk ntar orangnya." Riska mengingatkan.

"Siap Bu boss." kekeh Bianca kemudian beralih ke Randi "Celana kuning itu temen nya Mami sama Tante."

"Mama... Revan udah selesai mandi." teriak Revan dari dalam kamar.

"Aku ke kamar dulu."

Riska menghampiri Revan yang kini sudah telanjang bulat. umur Revan 4 tahun dan dia sudah terbiasa mandi sendiri karena memang Riska mengajarkan mandiri sejak dini.

"Kan bajunya udah Mama siapin, kenapa masih teriak?" tanya Riska sambil menunjuk satu stel piyama panjang Revan.

"Biar rame aja Ma, lagian rumah kok sepi gini sih! kayak kuburan." celetuk Revan membuat Riska melotot.

"Hus, Revan! siapa yang ngajarin kamu ngomong gitu!"

Revan hanya terkekeh "Siapa lagi kalau buka my best Papa."

Riska hanya bisa menepuk jidatnya. ya beginilah jika Vano suka bercanda didepan anak yang kemudian ditiru oleh Revan.

"Papa belum pulang Ma?" tanya Revan yang kini sudah selesai memakai bajunya kemudian mengambil sisir rambut dan diberikan pada Riska agar menyisir rambut Revan.

"Belum, paling pulang malem lagi." balas Riska yang langsung membuat wajah Revan cemberut.

Memang semenjak kehadiran Revan, Vano bekerja lebih giat dari biasanya. jika dulu Ia tak pernah mengambil jadwal malam hari, sekarang Ia mengambil jadwal malam hari untuk lembur, alasanya karena tak ingin menyusahkan hidup Revan dan Riska jika gajinya pas pasan padahal Vano bekerja seperti biasa saja gajinya lebih dari cukup untuk menghidupi mereka bertiga.

"Padahal Revan kangen Papa!"

Riska tersenyum "Besok Papa libur,"

"Seriusan Ma?"

Riska mengangguk membuat Revan bersorak girang.

"Yuk, keluar makan malam sama Budhe dan Abang!".

"Abang udah dijemput Ma?"

Riska mengangguk,

"Yah habis ini nggak ada temen dong Revan!"

"Kan ada Mama."

"Ck, nggak seru sama Mama." balas Revan membuat Riska melotot tak percaya dengan ucapan putranya.

"Makanya Mama cepetan dong bikin adik buat Revan biar Revan nggak kesepian, kata Papa cuma Mama yang bisa bikin adek buat Revan." kata Revan yang membuat Riska semakin melotot.

Vano benar benar tak bisa mengontrol ucapannya hingga bocah sekecil Revan bisa mengerti hal seperti itu. Lihat saja nanti malam nggak akan ada jatah lagi batin Riska kesal.

BERSAMBUNG....

03

13 Tahun kemudian....

Satu lamborghini Urus warna kuning memasuki kawasan sekolah menengah kejuruan Nusa Dharma. Salah satu sekolah Elite di kota itu. Disusul lagi Lamborghini Huracan Spyder warna blue yang berada dibelakang sementara dibelakangnya lagi masih ada Lamborghini Huracan Rwd Coupe warna merah yang kini ketiga mobil mewah nan mahal itu menjadi pusat perhatian dari seluruh siswa yang ada disekolah itu, mereka berdecak kagum menatap mobil mewah yang dikendarai oleh para pria tampan.

Tak ada yang mampu menandingi kemewahan mobil mereka, Mobil milik Ander, Revan dan Randi dimana ketiga anak dari para crazy rich yang dengan mudahnya membelikan mobil seharga miliaran hanya untuk pergi ke sekolah.

Ketiga bocah yang kini sudah menjadi remaja itu berada disatu sekolah yang sama namun berbeda kelas. Ander kelas 3, Revan kelas 2 dan Randi kelas 1. meski begitu mereka cukup disegani para murid lainnya. Tak ada yang berani membantah perintah mereka ataupun mengusik ketenangan mereka. Hanya satu gadis yang berani menentang mereka, Eliya.

Putri pintar Sandi itu berhasil mendapatkan beasiswa dan juga bersekolah disana.

"Kantin dulu lah." ajak Ander saat ketiganya sudah keluar dari mobil.

"Bukan nya jam pertama Lo guru Killer? yakin nggak mau masuk aja?" tanya Randi mengingatkan.

Diantara mereka memang Randi lah yang sedikit lebih baik dibanding Revan dan Ander. meski begitu, tetap saja Randi akan kalah jika Revan dan Ander membujuknya untuk membolos jam pelajaran.

Meski mereka nakal saat berada disekolah, namun saat dirumah mereka akan menjadi anak manja dan juga baik didepan orangtua mereka yang tentu saja tak akan menyangka jika disekolah mereka terkenal murid nakal yang suka membolos dan merudung para siswa culun.

Bahkan para guru mereka pun tak ada yang berani mengusik mereka atau sekedar mengadukan pada orangtua mereka, karena Ander selalu mengacam jika para guru mengadu, Ia akan keluar dari sekolahan ini dan meminta Daddy nya untuk menghentikan donasi yang selalu diberikan Alex dalam jumlah yang besar pada sekolahan ini, tentu saja. membuat para guru bungkam dan lebih memilih pura pura tak melihat atau mendengar para keluhan siswa culun disekolah mereka.

"Hey culun..." Ander terlihat merangkul Rio pria berkaca mata tebal yang terlihat bergindik saat didekati oleh Ander.

Revan menyusul mengambil kaca mata Rio membuat Rio tak bisa melihat apapun,

"Gila, tebel banget nih kaca mata!"

"Lo lihat, ada berapa?" tanya Revan memperlihatkan jarinya didepan mata Rio.

"Ti-tiga."

"Eh sialan, ada lima lah, Lo pikir jari gue cacat cuma ada 3," kesal Revan membuat Ander terkekeh sementara Randi hanya membuntuti keduanya dari belakang.

"Udah kembaliin kaca matanya." perintah Ander.

"Gue jatuhin ya biar pecah."

"Ja-jangan." ucap Rio terdengar takut.

"BERANI Lo sama Gue!" Revan terdengar membentak membuat Ander kembali terkekeh.

"Eng-enggak! Maaf." balas Rio dengan wajah memucat.

Revan memakaikan kembali keca mata milik Rio,

"Ini berapa?" tanya Revan memperlihatkan ketiga jari sementara dua jari Ia tekuk.

"Li-lima."

"Bego, ini tiga!" balas Revan yang hanya membuat Rio menunduk.

Tadi tiga dibilang cacat, sekarang Lima dibilang bego. memang nasib kaum culun seperti ini batin Rio.

"Pesenin kita nasi goreng extra pedes 3 porsi trus bawa ke meja nomer 15! nggak pake lama!" perintah Ander pada Rio.

"Ta-tapi, aku harus ke kelas. sudah bel."

"Lo berani ama Gue! mau kena skorsing!"

"Eng-enggak! aku pesen sekarang." ucap Rio berlari menuju stand makanan untuk memesan nasi goreng.

"Dasar culun." ejek Revan.

"Memang nya tuh orang lagi butuh duit?" tanya Randi.

Ander dan Revan hanya tersenyum tanpa membalas pertanyaan Randi.

Rio meletakan tiga piring nasi goreng di meja yang di duduki oleh ketiga berandal tampan, sebutan yang sering diucapkan para siswa pada mereka.

"Mau kemana Lo?" tanya Ander saat Rio hendak berbalik.

"Sa-saya udah pesenin makanan jadi mau pergi ke kelas!"

"Kata siapa Lo boleh pergi! makan dulu nasi gorengnya!" kata Ander membuat Rio melonggo.

"Habisin, buruan atau Lo yang mau kita habisin disini." kini giliran Revan yang bersuara.

Rio yang takut pun akhirnya duduk dan mulai makan nasi goreng extra pedas, beruntung Rio memang penyuka pedas jadi tak akan ada masalah meskipun Ia harus menghabiskan 10 porsi sekaligus.

"Anjir, lahap banget! nggak makan berapa hari Lo?" tanya Revan melihat cara makan Rio yang rakus.

"Lo nggak pesen minum?" tanya Ander yang hanya di gelenggi oleh Rio.

Uang sakunya hanya cukup untuk membeli satu porsi nasi goreng, Ia saja tadi masih hutang 2 porsi nasi goreng beruntung pemilik stand baik dan mau memberikan pesanannya meskipun hutang 2 porsi.

Ander mengambil 3 lembar uang ratusan dan meletakan disamping piring "Buat bayar nasi goreng sama beli minum sana, gue nggak mau ya nanti Lo kesedak mati disini trus gue suruh tanggung jawab!"

Rio mengangguk paham, kembali berlari untuk membeli minum dan membayar hutang nasi gorengnya.

Rio menyerahkan sisa kembalian pada Ander setelah membeli minum.

"Ambil, Lo pikir gue mau uang recehan kayak gini."

Glek, Rio menelan ludahnya dan mengambil uang kembalian lalu melanjutkan menghabiskan nasi gorengnya.

Memang waktu yang tepat karena sejak semalam Rio belum makan apapun dan sekarang membuatnya mampu menghabiskan 3 porsi nasi goreng.

Setelah makanan Rio habis, Ketiga berandal tampan meninggalkan Rio.

"Mencret Lo habis ini." kekeh Revan.

Rio hanya tersenyum, mana mungkin orang dia saja doyan pedes batin Rio.

"Ya ampun, kelasnya bu Nadya!" Rio segera berlari ke kelasnya namun sialnya Bu Nadya sudah didalam.

"Terlambat?" tanya Bu Nadya sinis.

"Maaf Bu, saya tadi dicegat tiga berandal sebelum kesini." jelas Rio yang langsung membuat Bu Nadya menghembuskan nafas lalu menyuruh Rio duduk.

Rio duduk disamping Eliya yang terlihat kesal dan meremas bukunya.

"Kamu kenapa?" tanya Rio mengeryit heran.

"Diapain kamu sama tiga berandal itu?" tanya Eliya dengan tatapan kesal.

"Nggak kenapa napa santai saja." balas Rio.

"Gue bakal bales mereka." geram Eliya yang sudah muak dengan tingkah ketiga berandal yang sok baik jika berada dirumah itu padahal jika disekolah mereka selalu berkelakuan buruk.

"Jangan! aku nggak apa apa, bene-"

"Kalian keluar jika masih mau cerita!" teriak Bu Nadya ke arah Rio dan Eliya membuat keduanya menuduk takut.

Eliya terlihat menggepalkan tangan nya, "Lihat saja, bakal aku bales kalian udah bikin Rio menderita." batin Eliya.

Bersambung....

Gimana nih ceritanya? seru apa ngebosenin😁 sebelum perjodohan aku memang sengaja bikin awal mula mereka saling membenci dan setelah itu bakal ada jebakan betmen buat mereka...so stay tune trus ya gays....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!