NovelToon NovelToon

Si Cupu Dan Si Cacat

1.(Revisi)

Si Cupu

Sore hari yang indah dihiasi si langit jingga menambah kesan romantis sepasang sejoli yang tengah berdiri di tepi pantai di temani desiran ombak dengan belaian lembut sang angin.

Tampak si Pria sedang menumpukan salah satu lututnya di atas pasir  dan menggenggam tangan si gadis sementara tangan yang lain memegang sebuah kotak kecil dengan sebuah permata berkilau di dalamnya diarahkan ke hadapan gadis itu.

Tampaknya sebuah lamaran telah dihantarkan dan terlihat anggukan kecil dari sang gadis diikuti lompatan bahagia sang pria  yang diakhiri dengan sebuah ciuman manis yang berlangsung lama.

“Ck sial mata polos-ku ternoda,” decak seorang pria dengan kacamata tebal yang bertengger di hidung mancungnya melihat pasangan itu.

Karena bosan atau mungkin iri dengan pemandangan yang ada dihadapannya dia bangkit dari tempat duduknya di sebuah gazebo tak jauh dari tepi pantai.

Dia berjalan ke arah restoran yang ada di dekat pantai itu. Sontak saja penampilannya menjadi perhatian semua orang, ada yang mengejek bahkan sampai melontarkan kata-kata tidak baik.

"Astaga penampilan apa itu? apa dia tidak tau cara berpakaian yang benar?" ketus salah satu pengunjung.

"Astaga mimpi apa aku bertemu orang orangan sawah di cafe mahal ini!" ketus yang lain.

Bagaimana tidak, dia dengan percaya dirinya melangkah masuk dengan memakai kemeja berwarna baby blue yang tampak kebesaran serta memakai celana pendek hitam selutut dilengkapi dengan ikat pinggang yang menahan bajunya yang dimasukkan ke dalam celana.

Tak lupa juga dengan memakai sendal jepit di bagian bawah dan kacamata tebal serta potongan rambut belah tengah yang disisir rapi ke belakang.

Dia mengeluarkan senyumannya dan menunjukkan giginya yang sudah dipagari dengan behel berwarna hijau atas dan bawah. Membuat orang yang menatapnya ingin bersumpah serapah di hadapannya.

"Munafik!" batin pria itu.

Tidak peduli dengan gunjingan orang-orang itu, pria bernama Arkan Lukas Whitegar duduk di dekat bartender restoran itu.

“Yang biasa,” ucapnya pada pelayan disitu.

Dengan cepat minumannya berupa soda lemon ditemani kacang kesukaannya sudah disediakan dihadapannya.

“Kenapa masuk lagi Ar?” tanya seorang pemuda dengan rambut Blonde, yang memakai kaos putih  ditutupi jaket denim dengan celana berwarna hitam pekat namun sedikit robek di bagian lutut menambah kesan keren dan tampan bujangan itu.

“Mata polosku ternodai kak Roki,” gerutu Arkan pada Roki yang adalah sahabat baik Arkan walaupun beda usia 5 tahun tak ada rasa canggung diantara mereka.

Roki yang digemari banyak orang karena keramahannya dan tentu pesonanya tak pernah sekalipun mengejek penampilan Arkan yang cupu dan aneh itu.

“Hahahah pasti brotherku ini ngeliat orang lagi gituan ya,“ ledeknya.

“hahahha makanya langsung aja nikah gak usah nunggu tunangan hahahah,” lanjut Roki sambil duduk di samping Arkan dan memasukkan beberapa kacang ke dalam mulutnya.

“Apaan sih kak, sebenarnya aku berat terima perjodohan ini, hanya karena Mama Papa aku mau," ketusnya

"Lagian kak Roki juga tau 'kan alasanku berpenampilan aneh gini?” cetus Arkan kesal mengingat rencana perjodohan yang

dilakukan orangtuanya.

Arkan sudah di jodohkan orangtuanya pada anak rekan bisnis mereka sejak usianya 17 tahun.

“Hahah tau Ar, seandainya kau belum dijodohkan aku akan mengenalkan mu pada adikku, kurasa kalian cocok tapi....,” ucap Roki terpotong, seketika raut wajahnya berubah menjadi sendu.

“Tapi apa kak?” tanya Arkan bingung dengan perubahan ekspresi Roki.

“Aku kasihan padanya, dia terlalu sering memendam perasaannya, dia bukan lagi adikku yang dulu!" ucapnya lesu mengingat adiknya yang jauh dari dia.

“Kenapa nggak kak Roki bawa aja dari rumah itu? “ tanya Arkan

“Dia gak mau Ar, dia sangat keras kepala!!,” ucap Roki sambil memasukkan kacang ke dalam mulutnya lagi.

" Persis sepertimu iya kan," sindir Arkan yang membuat Roki terkekeh.

“Bro 3 hari lagi aku mau ke Amerika, mungkin bakalan makan waktu disana kira-kira adikku gimana ya?” tutur Roki bingung.

“Emang berapa lama? “ tanya Arkan menyahuti pernyataan Roki.

“2 bulan,” jawab Roki.

“Lah  kirain setahun atau lebih kak. Dia bakal aman kalau Cuma 2 bulan, paling Kak Roki sering aja hubungi dia

atau kalau perlu entar ku bantu deh jagain,” ucap Arkan memberi solusi yang disambut bahagia oleh Roki.

“Iya ya, oke deh tapi lo kenal gak sama adek gue?” tanya Roki menanggapi.

“Nggak hehehehe,” jawab Arkan cengengesan.

“Haduh hahhahhah,” ucap Roki menepuk jidatnya heran dengan sahabatnya itu.

Sore itu mereka habiskan bersenda gurau sambil bercerita tentang kehidupan masing-masing. Roki yang memang banyak peminatnya beberapa kali menolak ajakan gadis-gadis yang mengunjungi restoran itu karena sedang bersama dengan sahabat yang sudah dianggapnya saudara.

Arkan yang melihat Roki kewalahan hanya bisa cengengesan melihat sahabatnya itu, karena kalau dia membantu menghalau gadis-gadis itu hanya cibiran dan makian yang didapatkannya.

Si gadis Cacat

Sore hari yang indah itu diikuti dengan nyanyian merdu burung yang bertengger di atas pepohonan mengiringi perjalanan seorang gadis yang sedang mengayuh sepeda dengan santai di sebuah taman di kota itu.

Tak beberapa lama melajukan sepedanya, ia sampai di sebuah cafe yang tak jauh dari taman itu.

Ia melangkahkan kakinya ke dalam cafe itu, gadis tinggi dan proporsional dengan rambut hitam panjang yang diikat ala ekor kuda dengan kaos hitam dan jeans hitam dipadukan dengan sepatu kets putih serta sebuah masker kain berwarna hitam yang setia menutupi cacat di pipi kanan gadis itu  serta membawa sebuah ransel putih dipundaknya, berjalan menuju tempat duduk yang biasanya ia tempati tepat berada di sudut ruangan itu.

“Neng mana teman-temannya? Sudah lama saya tidak lihat eneng  bawa teman,” tanya seorang pelayan cafe itu sambil memberikan sebuah buku menu.

“Kita gak temenan lagi mbak,” jawabnya datar sambil memberikan pesanannya dan langsung mengutak atik laptop yang sudah dikeluarkannya dari ranselnya tadi.

“Ya Tuhan kasihan neng Arta, sejak kejadian itu neng Arta gak seceria dulu lagi. Semoga Neng Arta cepat pulih,” batin pelayan itu sambil menatap sendu ke arah Arta.

“Mbak  halo mbak? Pesanan saya ada yang kurang jelas?” tanya Arta  yang langsung memecah lamunan pelayan itu.

“Aduh maaf neng, segera datang hehehe,” jawab pelayan itu gelagapan karena kedapatan melamun.

Arta hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran dengan perilaku pelayan itu.

Gadis yang sedang berkutat dengan laptopnya itu 2 tahun yang lalu adalah gadis yang ceria, banyak tertawa serta mempunyai banyak teman juga seorang kekasih yang sangat ia cintai.

Akan tetapi sebuah kecelakaan yang

hampir merenggut nyawanya justru menghancurkan kehidupannya. Wajahnya yang cacat dengan sebuah luka sobek di pipinya membekas hingga saat ini.

Wajahnya bisa dikonstruksi ulang, namun ia menolak karena tak mau repot toh hanya wajahnya yang rusak.

Ternyata keputusan yang diambilnya itu justru menunjukkan sifat asli semua orang yang ada di dekatnya. Dengan wajah cacatnya itu, semua orang yang dianggapnya sahabat justru merasa jijik bila berdekatan dengan dia.

Ada yang mencibir, menghina bahkan sampai membully gadis itu. Kekasihnya juga memutuskan hubungan mereka secara sepihak karena malu dengan wajah gadis itu.

Tak terkecuali keluarganya yaitu Om dan Tantenya terutama kakak sepupu perempuannya yang sangat benci melihat keberadaan gadis itu.

Keluarga Omnya mau merawat Arta hanya karena orang tua mereka menitipkan Arta dan kakak laki-lakinya pada mereka.

Arta memilih tinggal dengan Om dan Tantenya karena permintaan mereka tentu saja karena ada maksud tersembunyi dari keluarga itu yang berniat menguasai seluruh harta peninggalan keluarga Arta.

Tetapi kakak laki-lakinya memilih tinggal dan bekerja di luar agar Om dan Tantenya bisa merawat gadis itu dengan benar, setidaknya Arta bisa mendapatkan kasih sayang itulah yang dipikirkan kakaknya.

.

.

.

.

beri Like, komen, dan vote ya readers 😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊😊

Baca ini juga

2.(Revisi)

Pagi hari yang cerah ditemani sinar matahari yang hangat. Seperti biasanya Arta kembali mengayuh sepedanya menuju Star Cafe tempat ia biasa menghabiskan waktunya sambil berkutat dengan laptopnya menyusun rancangan bisnis yang akan dia luncurkan.

Star Cafe yang sangat terkenal di kalangan masyarakat . Bahkan sudah memiliki cabang dimana-mana. Namun tidak ada seorang pun yang mengetahui pemilik asli Star Cafe itu. Rumornya, Star Cafe merupakan milik seorang wanita yang sangat kejam dengan lawan bisnisnya.

Arta duduk di kursi yang biasa ia pakai. Pelayan di Star Cafe itu sudah tentu tahu kalau kursi itu tidak boleh diberikan kepada orang lain atas perintah Manager mereka. Pagi itu Arta adalah pengunjung pertama.

"Hai Kak Arta!" Sapa seorang pria muda berumur 21 tahun yang adalah manager Cafe itu.

"Hai Celo!" balas Arta sebentar melihat pria itu lalu langsung mengalihkan pandangan ke Laptop di hadapannya.

"Apa kabar kak? udah lama kita gak ketemu," ucap Celo sambil duduk di kursi dekat meja Arta.

"Baik, Kamu?" balasnya masih tetap fokus pada pekerjaannya.

"As you can see sister!" serunya dengan semangat "Celo berangkat dulu ya kak, masih banyak kerjaan dari bos super cerewet itu!" ucap Celo dan langsung pergi meninggalkan Arta disana.

"Hati-hati Cel, bos-mu dengar entar di pecat kamu," serunya pada Celo yang sudah berjalan beberapa langkah.

Celo membalikkan badannya dan melihat ke arah Arta dan berkata "Bos gak akan rela Kak hahahah ".

Arta hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Celo.

tring tring tring

Terdengar dering ponsel Arta. Diambilnya ponsel itu dan dilihatnya nama penelepon itu. Sebuah senyuman terukir indah di wajahnya yang tanpa masker memperlihatkan bekas luka jahitan sepanjang 10 cm di pipi kanannya yang ditutupi rambut hitam gadis itu.

"Halo Kak," ucapnya.

"Halo Adek Kakak yang paling cantik heheh Apa kabar kamu?" balas penelepon bersuara laki-laki itu.

"Arta Sehat kak," jawabnya "Kakak gimana?" lanjutnya.

"Kakak Sehat Ar, kamu lagi dimana sekarang?" tanya laki-laki itu.

"Biasa kak di cafe hehehe," jawab Arta.

"Ok, Kakak kesana ya Ar. Oh iya kakak bawa teman boleh kan?" tanya pria itu lagi.

"Bolehlah kak, kan teman kakak buat apa ijin sama Arta, ada-ada aja kakak ini," balas Arta meledek kakaknya.

"Ya siapa tau kamu keberatan heheh," balasnya, "ya udah kakak datang jam 12 ya sambil makan siang," lanjutnya lagi.

"Terserah kakak deh," balas Arta.

"Oke bye bye Arta imut hahah," ucapnya.

"Bye kak," ucap Arta mengakhiri panggilan itu.

Arta melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Kali ini ia sudah mengenakan maskernya takut pengunjung tidak nyaman dengan dirinya sehingga mempengaruhi Cafe itu.

Sementara itu di kediaman Whitegar tampak beberapa orang sedang duduk di ruang makan menyantap sarapan pagi mereka.

Tampak seorang Pria Paruh baya berbadan tegap yakni George Whitegar memimpin sarapan pagi itu ditemani Seorang wanita cantik dan elegan yang adalah istrinya Lily Whitegar bersama kedua anak lelakinya Samuel Whitegar dan Arkan Lukas Whitegar.

"Arkan 2 Minggu dari sekarang, persiapkan dirimu untuk acara pertunangan dan seminggu berikutnya adalah acara pernikahanmu dengan Tania," ucap Papa George memecah keheningan di meja makan itu.

"Pa bisakah Arkan menolak?" tanya Arkan sopan tak ingin menyinggung Papanya itu.

Sontak mereka yang duduk di meja makan itu terkejut dengan pernyataan Arkan karena sebelumnya ia menerima dengan lapang dada pasal perjodohan ini.

"Berikan alasannya nak. Bukankah kamu sudah setuju dijodohkan dengan Tania? tapi kenapa kamu malah menolak?" tanya Papa George pada anak keduanya itu.

"Hanya saja Arkan ragu pa, Tania sepertinya tidak mencintai Arkan apalagi melihat penampilan Arkan yang seperti ini dia pasti malu punya calon suami seperti Arkan," tuturnya berusaha agar perjodohan itu dibatalkan.

"Tania sepertinya mengincar harta Keluarga kita Pa," tambahnya meyakinkan keluarganya.

"Loh kok gitu nak?" tanya Mama Lily yang tak habis pikir dengan penuturan Arkan.

"Arkan pokoknya gak mau pa ma, please jangan paksa Arkan," ucapnya memohon pada kedua orangtuanya.

"Emang ada apa sih Ar? lagian gak mungkin kita batalkan perjodohan ini secara sepihak. Pihak keluarga Tania pasti akan merasa kecewa Ar, apalagi mereka teman Papa," jelas Samuel sambil menatap heran dengan adiknya.

"Tapi Kak, Tania gak suka sama Arkan dia terima perjodohan ini hanya karena harta keluarga kita Pa, Ma, Kak Sam," cetus Arkan menatap keluarganya satu persatu.

"Arkan buktikan kalau omongan kamu itu benar, baru Papa akan bertindak. Kalau kamu mengambil keputusan sepihak seperti ini bisa bisa kamu mengecewakan pihak lain!" ucap Papa George tegas dan penuh penekanan.

"Pikirkan dengan matang nak, jangan memberikan tuduhan yang tidak berdasarkan fakta, mereka itu teman Papa," lanjut Papa George

"Benar apa kata Papamu nak, Kamu sudah dewasa buatlah keputusan yang tidak merugikan orang lain. Apalagi keluarga Tania adalah salah satu rekan bisnis kita" timpal Mama Lily.

"Ar, Kakak mendukung apapun yang jadi keputusan kamu," ucap Samuel.

"Pikirkan dengan baik bro!" lanjutnya lagi.

"Thanks Pa, Ma ,Kak Sam, Arkan akan buktikan kalau Tania bukan orang yang tepat buat Arkan," tekad Arkan bulat untuk membatalkan perjodohan itu.

"Lalu bagaimana dengan acara yang sudah disusun Pa?" tanya Mama Lily.

"Entahlah Li," ucap Papa George pada istrinya.

"Bagaimana rencana-mu nak?" tanya Papa George seraya menaikkan satu alisnya.

"Arkan sudah merencanakan ini sejak lama pa," cetusnya.

"Apa rencana-mu Ar?" tanya Samuel penasaran.

"Lebih baik kita lanjutkan sarapan kita dulu kak Arkan Lapar hehehe," jawab Arkan cengengesan sambil melanjutkan sarapannya.

"Ya sudah Makan dulu, nanti kita bicarakan rencana selanjutnya," ucap Mama Lily.

"Siap bu bos!" seru Papa George, Samuel dan Arkan bersamaan yang membuat Mama Lily tersipu malu.

Mereka pun menghabiskan sarapan mereka dengan tenang. Setelah selesai sarapan, Arkan dan Papa George melanjutkan pembicaraan mengenai rencana Arkan.

Sementara Mama Lily sudah berangkat bersama Samuel sebab ada rapat mendesak yang harus mereka hadiri.

Begitulah keluarga Whitegar yang saling mendukung satu dengan yang lain. Apabila ada suatu keputusan yang harus diambil maka seluruh keluarga akan membantu menyelesaikan masalah itu.

Kasih sayang dan kekayaan orang tua Arkan tak membuat Samuel dan Arkan jadi anak yang sombong.

Mereka berdua justru tumbuh menjadi anak yang cerdas, sigap, teliti, tegas dan berprinsip.

Arkan dan Samuel memiliki karakter yang sama, tegas, berwibawa dan dingin, yang membedakan mereka hanya penampilannya saja.

Dari segi penampilan Samuel jauh berbeda dengan Arkan yang cupu, Samuel mempunyai kharisma serta ketampanan yang luar biasa hingga mampu menarik perhatian siapa pun.

Sedangkan Arkan adalah tipe orang yang banyak diam dan memendam semua masalahnya serta hanya punya sedikit sekali teman.

Bukannya tak mau bergaul dengan orang lain, Arkan tidak bisa menemukan orang yang cocok untuk membagi masalahnya selain keluarganya.

Penampilan Arkan yang cupu tak pernah dipermasalahkan oleh kedua orangtuanya serta kakaknya. Mereka tidak keberatan dengan hal itu selama Arkan nyaman dengan dirinya.

Mereka tentu tahu alasan dibalik penampilannya yang aneh itu tapi itu bukanlah masalah selama karakter Arkan tidak berubah.

Setelah Arkan selesai dengan urusannya, Arkan bertemu dengan Roki di Apartemen milik Roki. Mereka bertemu karena ajakan Roki untuk mengenalkan adiknya kepada Arkan berhubung kepergiannya yang tinggal menghitung hari.

.

.

.

.

Like, Koment dan Vote terimakasih 😊😊😊😊

3.(Revisi)

Arkan tiba di apartemen Roki yang jaraknya menempuh 30 menit perjalanan. Apartemen sederhana di sebuah kawasan perkotaan dengan kesan minimalis sangat cocok bagi anak muda yang tidak suka hal-hal rumit.

Arkan melangkahkan kakinya menuju apartemen nomor 14 dan langsung memasukkan kode password pintu apartemen itu. Arkan sudah sering menginap di tempat itu dan sudah jadi seperti rumah kedua baginya.

"Kak gue datang!" seru Arkan pada Roki yang tengah berkutat dengan komputer di meja kerjanya.

"Eh nyampe juga si Jamet," ledek Roki pada Arkan membuat Arkan melayangkan tatapan mautnya ke arah Roki.

"Apaan sih Kak garing tau," cetusnya kesal sambil mendaratkan tubuhnya di atas kasur yang tak jauh dari ruang kerja Roki.

"Kenapa tu muka, kayak gak makan 30 hari 30 malam kusut!" celetuk Roki sambil berjalan menghampiri Arkan.

"Privasi brother," jawabnya asal.

"Halah privasi nenek moyang kau!! entar pulang- pulang lu nangis kayak si Jamet gak dikasih jatah sama si doi hahahah" ledek Roki pada Arkan yang membuat Arkan semakin kesal.

"Apaan sih kak," ucapnya sambil melemparkan bantal guling yang dengan sigap ditangkap oleh Roki.

"Cerita dong, siapa tau gue bisa bantu," ucap Roki.

"Gue mau ngebatalin perjodohan sama tu cewek kak," ucap Arkan sambil membenarkan posisi duduknya.

"Emang cewek Lo siapa sih Ar??" tanya Roki penasaran.

"Loh kak Roki gak tau emang?" tanya Arkan balik.

"Gue gak tau bro heheh maklum gue gak peduli sama yang gituan. Lagian kalian kan dijodohin dari kecil selain itu pertemanan kita kan terjalin 5 tahun terakhir,"

dan gue banyak habisin waktu di luar negeri, mana ada pikiran gue buat nanya sama Lo Ar karena gue segan aja nanya siapa calon istri seorang Arkan entar dikira gue mau nikung lagi hahahah," tuturnya menjelaskan ketidaktahuannya.

"Oh," ucap Arkan singkat.

"Buset lu irit amat," ledek Roki mendengar tanggapan Arkan.

"Kak Roki gak usah tau deh, lagian gue bakal hentikan perjodohan ini. Entar calon istri yang benar-benar gue cintai yang akan gue kenalin ke kak Roki," ucap Arkan yakin sambil tersenyum sumringah dengan jejeran pagar hijau di giginya.

"Hahaha ya udah terserah Lo aja dek," ucap Roki lalu berlalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

Sementara Arkan menyelesaikan beberapa dokumen perusahaan miliknya yang sudah dikirim lewat email oleh asistennya di kantor.

Detik berganti menit, menit berganti jam tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 siang.

Arta sedang berada di sebuah pondok kecil di belakang Star Cafe. Pondok ini merupakan tempat istirahat Arta bila sedang tidak berkutat dengan laptopnya.

Ting

Terdengar notifikasi pesan di ponsel Arta.

"Ar Kakak lagi jalan ke cafe, tunggu ya!" isi pesan kakak Arta.

Setelah melihat pesan itu, Arta tersenyum, ia bangkit dari tempat tidur mininya lalu masuk ke dalam cafe dan duduk di tempat biasanya.

15 menit kemudian saat Arta tengah asyik berkutat dengan laptopnya tiba-tiba ada seseorang menarik kursi yang ada di depan Arta lalu duduk disana.

"Sudah lama ya Arta Chan Kartier," ucap seorang pria berwajah lumayan menarik dan penampilan yang mampu menarik perhatian siapa pun yang melihatnya.

Arta yang mendengar suara tak asing itu memanggil namanya dengan lengkap menegakkan wajah menatap datar ke arah lelaki yang adalah mantan kekasihnya itu.

"Mau apa kamu kesini Robin?" ucapnya dingin lalu mengalihkan perhatiannya kembali pada Laptop miliknya.

"Hanya sekedar berkunjung, gak masalah kan gue duduk disini?" ucap Robin.

Arta tak menggubris perkataan Robin. Melihat Arta tak merespon Robin langsung menarik masker yang dipakai Arta hingga memperlihatkan bekas luka di pipi kanannya itu.

"Hahahah ternyata rupa seorang Arta yang cacat seperti ini, sungguh menjijikkan!!" ejeknya setengah berteriak sehingga dapat di dengar oleh pengunjung lain di cafe itu.

"Cuih pergi kau dari sini!" bentak Arta menatap sinis ke arah Robin.

"Wuhuh tenang dulu babe, gue cuma mau ngasih undangan ini," cetus Robin sambil menyodorkan sebuah undangan pernikahan.

Saat Robin menyodorkan undangan itu, seorang wanita cantik nan elegan berjalan berlenggak lenggok menghampiri mereka.

Wajah cantik yang dipoles penuh dengan make up dengan tubuh yang di balut dress di atas lutut, di bagian atas sedikit terbuka hingga mengekspos bagian dada dengan rambut panjang sebahu sukses menunjukkan aura seksi wanita itu.

"Sayang sudah selesai?" ucapnya sambil memegang mesra pundak pria itu.

Arta yang mengenali suara itu menatap ke arah sumber suara dan betapa terkejutnya ia melihat sepupunya, terlebih panggilan sayang yang dilontarkannya pada mantan kekasihnya itu.

"Tania!" ucapnya terkejut.

"Hei cacat! jangan panggil namaku yang indah itu dengan mulut kototmu itu!!" ucapnya sambil memandang jijik ke arah Arta.

"Ar kenalin ini calon istri gue, Tania sepupu Lo," ucap Robin sambil merangkul pinggul Tania mendekat ke arahnya dengan cepat Tania menanggapi hal itu lalu langsung memeluk mesra Robin dihadapan Arta.

Kini mereka menjadi perhatian banyak orang. Sebab Robin adalah seorang Presdir muda pimpinan group Sanjaya dan Tania adalah Artis papan atas putri tunggal Mahendra Group, perusahaan berpengaruh di kota itu.

"Hah kalian sama saja, dasar perebut milik orang!!" cetus Arta kesal melihat adegan menjijikkan di hadapannya.

"Sejak kapan kalian bersama? bukankah kau sudah punya calon suami Tania? kalian akan segera menikah bagaimana kau bisa melakukan hal itu?" cecar Arta tak habis pikir dengan kelakuan Tania.

"Hahaha apa pedulimu? Aku akan membatalkan perjodohan dengan si cupu itu, mana mungkin aku menikah dengan pria aneh seperti itu, kalau kau mau ambil saja kalian akan cocok hahahhah," ucapnya mengejek pria yang akan di jodohkan dengannya.

"Pergilah!" ucap Arta datar.

" Kau yang harusnya pergi dasar cacat!!" ejek Tania pada Arta.

Tanpa sadar ketika mereka sedang berbicara dua pasang mata mengamati mereka dengan penuh amarah tak jauh dari posisi mereka bertiga.

"Sayang sudahlah, kita tinggalkan saja si cacat ini biarkan dia menikmati Cafe mahal ini, mungkin ia sedang mencari pria kaya di tempat ini untuk dijadikan pasangan itu pun kalau ada yang mau hahah," ledek Robin sambil beranjak dari kursinya dan merangkul pinggang Tania dengan mesra.

Arta hanya terdiam mendengar ejekan demi ejekan yang dilontarkan kedua orang itu.

Tiba-tiba saat Robin akan pergi dari meja itu, seseorang menarik tubuhnya lalu memukul Robin di bagian wajahnya.

Brughh

"Ini untuk penghinaan mu pada gadis itu," ucapnya sambil melayangkan satu tinjuan telak di wajah Robin.

Brughh

"Dan ini hadiah perselingkuhan mu dengan si ****** itu!!" ucapnya sambil melayangkan tendangan keras ke perut pria itu hingga membuatnya tersungkur di lantai.

Tania yang melihat Robin tersungkur dengan sigap membantu lelaki itu berdiri.

" Hei Arkan apa yang kau lakukan padanya!!" teriak Tania penuh amarah.

"Dia mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan!" cetus Arkan dingin.

"Dasar pria cupu berengsek! Aku akan membatalkan perjodohan sialan itu hanya Robin yang aku cintai," seru Tania pada Arkan.

"Dan kalian berdua segera angkat kaki dari rumahku!!" teriaknya pada Arta dan Roki.

"Tunggu saja pembalasanku!" ucap Tania penuh amarah sambil membopong tubuh Robin yang terluka cukup parah walaupun hanya terkena 2 kali pukulan.

Roki menghampiri Arta dan memeluk sambil menenangkan adiknya itu.

"Kamu baik-baik saja dek?" tanya Roki yang dijawab anggukan oleh Arta.

"Syukurlah," ucap Roki.

"Duduk dulu kak sama kakak yang pakai kacamata silahkan duduk kak!" serunya dengan senyuman yang dipaksakan.

"Mengapa mereka bisa sampai kesini dek?" tanya Roki penasaran.

"Robin dan Tania akan menikah kak," ucap Arta sambil menyerahkan sebuah surat undangan.

"Menikah? Apa Robin pria yang dijodohkan dengan Tania?" tanya Roki lagi.

"Sepertinya bukan kak karena Tania bilang akan membatalkan perjodohan mereka," tuturnya menjelaskan.

"Ehem," ucap Arkan menghentikan pembicaraan mereka berdua. Karena sedari tadi Arkan hanya diam seperti tidak dianggap kehadirannya diantara mereka.

"Oh iya aduh kakak lupa! maaf bro heheheh," ucap Roki pada Arkan.

"Ar kenalin ini sahabat Kakak namanya Arkan usia kalian beda 3 tahun kamu boleh panggil kakak juga sama dia. Pria baik-baik kok," ucap Roki memperkenalkan Arkan pada Arta.

"Arkan," ucapnya sambil menyodorkan tangannya.

"Arta kak" balas gadis itu sambil tersenyum tulus.

Arkan sebentar menatap wajah Arta sambil memperhatikan bekas luka di pipinya itu.

"gadis cantik" gumamnya dalam hati.

Arta menyadari tatapan itu langsung menarik tangannya lalu terlihat mencari sesuatu dari dalam tasnya.

.

.

.

Like, koment dan vote 😊😊😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!