Tidak ada seorang pun wanita di dunia ini yang mau membagi suaminya dengan siapapun. Apalagi dengan sahabatnya sendiri. Tapi, Kalau Allah sudah menghendakinya. Kita tidak akan bisa berbuat apa - apa, Selain hanya berpasrah. Dan terus berusaha untuk ikhlas menjalaninya. Meskipun rasanya itu sakit.
...***********...
"Pagi sayangku," Farel berjalan turun dari tangga langsung menghampiri Amira dan mencium keningnya.
"Pagi juga Suamiku yang paling ganteng sedunia," Amira tersenyum kepada Farel.
"Hmmm...sekarang kamu sudah pintar merayu ya sayang,"
"Iya dong, siapa dulu istrinya Farel Permana gitu loh,"
"Udah romantis - romantisnya, kayak pengantin baru aja," Ujar Sinta dengan sinis.
"Pagi, Ma," Ucap Amira
"Pagi,"
"Kamu mau pergi ke kantor lagi,"
"Iya, Ma. Soalnya Amira bosen di rumah terus,"
"Istri macam apa kamu. mana ada seorang istri yang bosen ngurusin rumah dan juga ngurusin keluarganya. Lagi pula kan sudah Mama bilang kamu gak usah pergi kerja lagi, kalau kamu terus egois kayak gini. kapan kalian bisa cepat punya anak,"
"Biarin aja Ma kalau Amira memang ingin kembali bekerja. Hitung - hitung buat menenangkan dirinya agar Amira tidak terlalu memikirkan tentang kapan kami bisa memiliki seorang anak,"
"Sudah seharusnya Amira memikirkan tentang kapan kalian memiliki seorang anak. sudah 10 tahun kalian menikah, tapi belum juga dikarunia seorang anak. Mama itukan iri melihat teman - teman Mama semuanya sudah punya cucu,"
"Sabar ya, Ma. Aku dan juga Amira lagi berusaha kok untuk secepatnya bisa memiliki seorang anak,"
"Dari dulu katanya mau usaha, Program hamil tapi sampai sekarang gak ada hasilnya,"
Sinta pun berjalan melewati Amira dan Farel dan duduk di meja makan di susul oleh Farel dan Amira yang juga duduk di tempat mereka masing - masing. Suasana canggung pun menyelimuti sarapan mereka. Hingga akhirnya, Amira memulai pembicaraan dengan menawarkan Farel dan sinta makanan.
"Mas, kamu mau makan apa biar aku ambilkan,"
"aku mau nasi goreng aja deh pakai telur juga ya,"
"Iya Mas,"
Amira pun langsung mengambilkan piring untuk Farel lalu meletakkan nasi goreng dan juga telur di atasnya.
"Ini Mas," Amira memberikan piring berisi nasi goreng dan juga telur kepada Farel.
"Makasih sayang," Ucap Farel sambil tersenyum.
"Kalau Mama mau makan apa, biar Amira ambilin juga,"
"Gak perlu, Mama bisa ambil makanannya sendiri,"
"Ma, jangan kasar begitu dong sama Amira,"
"Kalau aja Amira bisa ngasih Mama cucu dari dulu mungkin Mama gak akan bersikap seperti ini sama dia,"
"Tapi kan Ma, kami berdua itu sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi memang belum dikasih aja sama Allah. Mama yang sabar dong,"
"Kamu kok jadi kasar sama Mama,"
"Kamu lihat nih, Semenjak anak saya nikah sama kamu. Dia jadi kasar sama Saya. Memang kamu ini pengaruh buruk ya,"
"Sudah Ma, Hentikan. Kasihan Amira, Setiap hari mama menekannya untuk bisa cepat memiliki anak,"
"Udah cukup, Mas. Jangan belain aku terus di depan Mama. Aku gak mau Mas Farel jadi anak durhaka cuma gara - gara aku,"
"Tapi sayang sikap Mama sama kamu itu sudah keterlaluan,"
"Mas, apa yang dikatakan sama Mama kamu itu semuanya benar. Aku cuma perempuan yang gak bisa kasih kamu keturunan. Aku itu istri yang gak berguna Mas,"
"Itu kamu sadar," Bentak Sinta.
"kalau kamu dulu gak maksain buat kerja mungkin sekarang saya sudah memiliki seorang cucu. Tapi karena keegoisan kamu, Saya jadi kehilangan cucu saya bahkan dulu kamu berjanji akan memberikan saya cucu lagi tapi mana buktinya sampai sekarang kamu belum hamil juga,"
"Rencana Allah gak ada yang tau Ma, bahkan aku sendiri aja juga gak tau kalau semuanya akan jadi seperti ini. kalau aja aku tau setelah aku mengalami keguguran 5 tahun yang lalu, aku akan sulit untuk hamil lagi mungkin dulu aku gak akan maksain untuk bekerja pada saat itu,"
"Kamu itu memang menantu dan juga istri yang gak berguna, Udah gak bisa ngasih Farel keturunan terus kamu juga adalah orang yang sangat egois. kamu terlalu mementingkan diri kamu sendiri. kamu gak pernah memikirkan tentang Farel dan juga Mama,"
"Ma, Udah cukup. Jangan buat Amira semakin tertekan,"
"Udah, Mas. Aku gak apa - apa kok,"
"Daripada aku ribut sama Mama terus dan gak enak nanti kalau di dengar sama tetangga. Lebih baik aku pergi ke kantor dulu aja ya Mas. Kamu jangan lupa habisin sarapannya dulu baru pergi kantor ya,"
"Kamu gak mau aku anterin aja nanti,"
"Gak usah Mas, aku pergi sendiri aja naik mobil,"
"Yauda kamu hati - hati ya di Jalan,"
"Iya Mas,"
Amira pun pergi meninggalkan meja makan.
"Lihat tuh kelakuannya istri kamu, gak sopan main pergi gitu aja. Gak pamitan sama mertuanya,"
Farel yang kesal dengan Sinta pun juga beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan meja makan tanpa sepatah katapun keluar dari mulutmu.
"Lihat kan, anakku Farel jadi ikut - ikutan kurang ajar seperti Amira. Memang pengaruh buruk perempuan itu,"
...*********...
Sesampainya Di kantor, Amira langsung di sambut dengan senyuman oleh para karyawannya.
"Selamat pagi, Bu Amira,"
"Pagi," Jawab Amira sambil tersenyum.
Amira pun langsung kembali berjalan menuju ke ruang kerjanya. Tetapi, tiba - tiba Uci menghentikan dirinya.
"Tunggu Bu Amira,"
"Iya, Ada apa Uci,"
"Kamu ini Uci gak sopan banget sih sama Bu Amira bukannya ngucapin salam dulu main nyelonong aja," Ujar salah satu karyawan.
"Astaga Uci lupa ngucapin salam buat Bu Amira,"
"Selamat Pagi, Bu Amira,"
"Pagi, Uci,"
"Maaf ya Bu tadi Amira main nyelonong aja gak pakai salam,"
"Iya, Gak apa - apa kok Uci. Kamu ada apa manggil saya tadi kayak ada yang penting gitu,"
"Ini Bu, ada dokumen penting yang perlu Ibu tanda tangani,"
"Mana dokumennya, sini biar langsung saya tanda tangani,"
"Ini Bu," Uci memberikan dokumen penting tersebut kepada Amira.
"Bu Amira, Maaf ya kalau saya lancang. Tapi, kalau boleh tau Bu Amira lagi gak sehat ya,"
"Gak kok, saya baik - baik aja,"
"Kalau memang baik - baik aja, kenapa wajah Bu Amira pucat banget,"
"Saya cuma kurang tidur aja kok tadi malam,"
"Owh, Begitu ya Bu,"
"Ini Uci, dokumennya sudah saya tanda tangani,"
"Oke, Makasih ya Bu Amira,"
"Iya sama - sam Uci,"
"Kalau udah gak ada lagi dokumen yang perlu saya tanda tangani. Saya pergi dulu ke ruangan saya ya kalau misalnya ada hal penting lainnya kamu bisa langsung ke ruangan saya,"
"Baik, Bu,"
"Astaga Bu, saya lupa kasih tau Ibu. Kalau kita ada meeting sekarang juga,"
"Meeting dengan siapa,"
" Dengan Pak Raihan, Bu,"
"Pak Raihan. Kok mendadak sekali bukannya meeting dengan Pak Raihan itu minggu depan ya,"
"Iya, Bu. Soalnya Pak Raihan selaku Klien kita akan kembali ke Amerika besok jadi dia ingin jadwal meetingnya di majukan jadi hari ini,"
"Baiklah kalau begitu, kamu siapkan berkas - berkas meetingnya sekarang juga. Saya mau ke ruangan saya terlebih dahulu nanti saya akan menyusul ke ruang meeting,"
"Baik, Bu,"
Amira pun langsung pergi menuju ke ruang kerjanya. Sementara itu, Uci langsung mempersiapkan berkas - berkas yang akan digunakan untuk meeting.
...**********...
Di ruang meeting, Raihan dan sekretaris nya sudah menunggu kedatangan Amira.
"Lama sekali sih, bagaimana perusahaan ini mau maju kalau pemimpinnya aja seperti itu,"
"Sabar Pak Raihan, Saya tau kalau Bapak masih ada pekerjaan lain. Tapi kan kalau misalnya kita batalkan rapat ini maka kita pastinya akan susah mencari pengganti Bu Amira kan Bapak yang bilang sendiri besok mau buru - buru ke Amerika,"
"Baiklah kalau begitu saya akan menunggu sampai 10 menit lagi kalau meeting ini belum dimulai juga dalam waktu 10 menit maka kita batalkan saja meeting hari ini,"
"Baik, Pak,"
Ketika Raihan sudah mulai kesal menunggu Amira yang sangat lama masuk ke dalam ruang meeting, tiba - tiba Amira bersama dengan Uci sekretarisnya masuk ke dalam ruang meeting dengan senyuman lebar menyapa Raihan dan juga sekretarisnya yang bernama Manda. Raihan yang awalnya sangat kesal dengan ketidakdisiplinan Amira pun menjadi sangat terpesona melihat kecantikan Amira.
"Ternyata Pemilik serta CEO perusahaan ini sangatlah cantik dan ramah bahkan wajahnya saja terlihat sangat manis," Pinta Raihan dalam hati.
"Selamat pagi, Pak Raihan dan juga Bu Manda,"
"Saya selaku pemilik dan CEO di perusahaan ini ingin meminta maaf sebelumnya dikarenakan saya telah membuat Pak Raihan dan juga Bu Manda sangat lama menunggu di sini,"
"Tidak apa - apa kok, Saya maklumin karena sebagai pemilik dan juga CEO di dalam suatu perusahaan itu bukanlah pekerjaan yang mudah,"
"Tapi tadi bukannya Pak Raihan sendiri yang bilang kalau Bu Amira itu gak disiplin waktu,"
"Sejak kapan saya bilang seperti itu sama kamu, kamu jangan fitnah ya. Saya ini Boss kamu loh. Mau kamu saya pecat,"
"Maafkan saya, Pak,"
"Maafkan sekretaris saya ya Bu Amira. dia memang suka begitu orangnya kalau bercanda gak tau waktu dan juga keadaan,"
"Tidak apa - apa kok Pak Raihan tapi sebelum kita memulai meeting ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Raihan yang sudah mau memaklumin saya dan juga para staff di perusahaan ini,"
"Baiklah kalau begitu kita mulai aja meeting kita hari ini,"
Amira pun mulai menjelaskan hal - hal penting tentang cara mempromosikan sebuah produk yang akan memberikan keuntungan besar untuk perusahaan mereka masing - masing. Raihan yang terpesona melihat kecantikan Amira pun menjadi tidak fokus dalam meeting tersebut.
"Bagaimana, Pak Raihan. Apakah Pak Raihan setuju dengan ide yang saya buat,"
"Saya sangat setuju dengan ide yang kamu buat. Saya yakin pasti perusahaan kita akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar,"
"Terima Kasih Pak karena sudah mau mempercayai perusahaan kami,"
"Kalau begitu Meeting kita hari ini selesai sampai disini,"
"Ya sudah kalau begitu saya dan juga sekretaris saya mau permisi terlebih dahulu karena kami masih ada pekerjaan yang lainnya,"
"Iya, Pak. Silahkan,"
Raihan dan juga sekretarisnya pun pergi meninggalkan ruang meeting.
"Wah, Bu Amira hebat banget deh. Saya salut sama Bu Amira udah cantik terus pintar lagi pantesan aja Pak Farel cinta mati banget sama Bu Amira,"
"Kamu ini bisa aja, Yauda sana kamu lanjut lagi kerjanya ya. Saya mau kembali ke ruangan saya dulu,"
Amira pun berjalan menuju ke arah pintu keluar. Tetapi, tiba - tiba dirinya menoleh kembali ke belakang.
"Oh ya Uci, kamu tolong dong bilangin sama OB kita tolong buatin saya teh sama salad nanti kalau udah selesai minta juga dia untuk bawakan ke ruangan saya ya,"
"Baik, Bu,"
Setelah itu, Amira pun langsung meninggalkan ruang meeting.
...**********...
Di Dalam Dapur Perusahaan, Ujang dan Parmin sedang duduk bersantai sambil menikmati segelas kopi.
"Eh Jang, kenapa ya hidup itu gak adil buat kita,"
"Gak adil kenapa,"
"Ya iyalah cobalah kamu lihat tuh Pak Farel udah kaya, ganteng terus dapat istri cantiknya kebangetan kayak gitu. Bagus banget kan nasibnya lah kalau kita udah susah nyari duit terus susah lagi dapat jodoh,"
"Ya iyalah mereka yang ganteng selalu hidup senang bergelimang harta karena dari segi mana pun Pak Farel itu memang cocok kalau jadi orang kaya lah kalau model mukanya kayak kita - kita nih pasti walaupun kita kaya ya. percaya lah, pasti tetap dikatain tukang kebun. Mana adas yang percaya kalau kita majikannya,"
"Dasar Duda Lapuk lu gak bisa gitu sekali - sekali ngehibur gue biar gue senang gitu,"
Ketika Ujang dan Parmin lagi asik bersantai sambil menikmati segelas kopi tiba - tiba Uci datang dan langsung menggebrak meja hingga membuat Ujang dan Parmin yang sedang minum kopi pun terkejut dan tanpa sengaja menumpahkan kopinya ke wajah mereka.
"Uciiiiii," Teriak Ujang dan Parmin.
Uci pun hanya tertawa.
"Kamu bisa gak sih kalau datang kesini itu ngucapin assalamualaikum dulu gitu kek ini gak main asal gebrak - gebrak meja aja," Marah Pak Ujang.
"Maaf Pak Ujang, Pak Parmin. Kaget ya,"
"Menurut Lo,"
"Dengan kopi tumpah kayak gini, baju basah, muka tambah item karena ke siram kopi begini masih ditanya kaget apa gak," Ucap Parmin
"Ya maaf Pak Ujang, Pak parmin. Uci kan gak sengaja,"
"Yauda di maafin, Ngapain kamu kesini. Ada tugas lagi ya buat kami,"
"Iya, Ada. Kali ini tugasnya dari Bu Amira. Bu Amira mau di buatkan Teh sama Salad terus nanti kalau udah siap antarkan ke ruangannya ya,"
"Siaaaap, kalau cuma Salad sama Teh doang mah gampang atuh,"
"Yauda kalau kayak gitu cepetan ya buatnya soalnya Bu Amira udah nungguin tuh,"
Uci pun langsung pergi meninggalkan Dapur. Lalu, Ujang dan Parmin pun langsung berbagi tugas membuat Teh dan salad untuk Amira.
"Eh Jang, Bu Amira sama Pak Farel itu memang belum punya anak atau gimana sih soalnya ya saya gak pernah ngelihat muka anaknya gitu,"
"Bu Amira sama Pak Farel itu memang belum punya anak. Mereka udah menikah selama 10 tahun. Segala cara udah mereka lakukan. Tapi ya mau gimana lagi namanya belum rezeki,"
"Aku rasa sih pasti Pak Farel nya yang gak subur soalnya kalau misalnya Bu Amira nya yang gak subur gak mungkin deh mereka langgeng sampai 10 tahun begini tanpa kehadiran seorang anak,"
"Husssttt...sembarangan aja kalau ngomong nanti kalau Bu Amira dengar bagaimana. Kamu mau di pecat,"
"Ya gak mau lah, siapa juga yang mau di pecat dari pekerjaannya,"
"Makanya kamu kalau punya mulut itu di jaga Kalau kamu gak mau di pecat sama Bu Amira. lagi pula ya Kamu dengarin aku, Pak Farel itu cowok yang berbeda dari cowok yang lainnya gak kayak kamu yang sok - sok playboy tapi gak ada cewek yang mau,"
"Semprul Lu Jang,"
Ujang pun langsung pergi meninggalkan Parmin dengan membawa sebuah nampan yang berisikan salad dan juga teh hangat pesanan Amira. Sesampainya di ruang kerja Amira, Ujang langsung meletakkan makanan pesanan Amira di atas meja.
"Bu, Ini makanan pesanan Ibu. Saya letakkan di sini ya Bu,"
"Iya Jang, Makasih ya,"
"Iya, Bu. Sama - sama. Apakah ada lagi yang mau Ibu pesan sebelum saya kembali ke Dapur,"
"Untuk sekarang ini sih belum ada. Kamu kembali lagi aja ke Dapur nanti kalau misalkan saya perlu sesuatu lagi, Saya akan kasih tau ke Uci biar Uci yang nanti bilang sama kamu,"
"Ya sudah Bu, kalau begitu saya kembali ke Dapur lagi ya Bu,"
"Iya silahkan,"
"Hallo Readers, ini adalah novel pertama author. Mohon maaf kalau ada typo dan kesalahan yang lainnya. Berikan like dan pilih episode favorite kalian, dukungan kalian sangat berarti untuk melanjutkan Novel ini"
Terima Kasih🥰🤗🤩
Farel baru saja sampai di rumahnya. Farel masuk ke dalam rumah sambil berteriak memanggil nama Amira.
"Amiraaa...,"
"Sayaaaang....,"
Sinta yang sedang menonton TV pun menyahut teriakan Farel dengan sinis.
"Istri tercintamu itu belum pulang,"
"Udah malam begini, dia belum pulang juga, Ma,"
"Iya, itu karena kamu yang terlalu memanjakan dia,"
"Ma, aku gak pernah memanjakan Amira dalam hal apapun kok,"
Sinta bangkit dari sofa dan langsung menghampiri Farel.
"Gak pernah memanjakannya kamu bilang. Kamu itu laki - laki Farel, kamu harus tegas sama Amira. Kalau kamu gak bisa tegas sama dia, kau lihat jadinya begini. Mana ada seorang istri yang jam segini belum pulang ke rumahnya, suaminya pulang kerja gak disambut dan gak dibuatin makan malam. istri macam apa itu,"
"Ma, aku itu gak pernah memanjakan Amira. pekerjaan yang dia lakukan ini hanya semata - mata agar dia bisa melupakan rasa bersalah karena tidak bisa memberikan Farel keturunan,"
"Dan satu lagi jika Amira terus berada di rumah maka dia akan semakin tertekan dengan semua kata - kata kasar Mama terhadapnya,"
"Tolong dong, Ma. Sekali aja Mama ngertiin kondisinya Amira. Mama kan juga perempuan pasti Mama juga tau kan bagaimana rasanya kehilangan seorang anak,"
"Kamu sudah berubah Farel semenjak kamu menikah dengan Amira. kamu jadi berani melawan kata - kata Mama,"
"Udah cukup, Ma. jangan di bahas lagi masalah ini. Farel capek. Farel mau istirahat,"
Farel pun naik ke lantai atas dan langsung masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Sementara itu Sinta kembali duduk di depan TV dan lanjut menonton siaran kesukaannya. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Amira pun akhirnya pulang dari kantor. Saat Amira masuk ke dalam rumah, Amira melihat semua lampu telah mati yang menandakan semua orang sudah tidur.
"Sepertinya Mama dan Mas Farel sudah tidur,"
Ketika Amira ingin naik ke lantai atas, tiba - tiba Sinta datang dari arah dapur.
"Darimana aja kamu,"
"Jam segini baru pulang, istri macam apa sih kamu itu,"
"Amira tadi lagi banyak kerjaan di kantor, Ma. Makanya pulangnya jadi larut malam begini,"
"Ahlah alasan aja kamu, bilang aja kamu itu gak mau ngurusin Mama dan juga Farel. Alasannya aja ada banyak pekerjaan di kantor kalau kamu bersenang - senang dengan laki - laki lain pun gak akan ada yang tau,"
"Astagfirullahaladzim, Ma. Amira itu benar - benar lagi banyak kerjaan di kantor tadi makanya sampai pulang larut malam begini,"
"Gak usah sok suci deh kamu. Andai aja dulu Farel gak ketemu sama kamu mungkin dia sekarang udah menikah dengan Hana dan Mama pun mungkin sekarang udah punya cucu,"
"Dasar Menantu gak berguna, taunya cuma jadi benalu aja di rumah ini,"
Sinta pun pergi meninggalkan Amira. Amira menghela nafasnya dan mencoba untuk tetap kuat dan tegar menghadapi sikap kasar Sinta kepadanya. Dengan perasaan sedih, Amira pun naik ke lantai atas dan langsung masuk ke kamarnya. Di dalam kamar, Amira melihat Farel yang sudah tertidur pulas.
Amira pun langsung meletakkan tasnya dan berjalan secara perlahan menuju ke kamar mandi agar tidak membuat suara berisik yang mengganggu tidur Farel. Selesai mandi, Amira pun naik ke atas tempat tidur untuk beristirahat.
Sebelum tidur Amira memandangi Wajah Farel sambil mengatakan sesuatu kepada Farel yang sedang tertidur sangat pulas.
"Makasih ya Mas udah mau mencintaiku apa adanya, aku bersyukur banget punya suami seperti kamu," Amira mengelus wajah Farel sambil tersenyum.
...***********...
Pagi hari pun tiba.....
Jam sudah menunjukkan pukul 8 Pagi, Amira sedang sibuk memasak untuk sarapan.
"Mas Farel,"
"Bangun Mas, udah jam 8,"
"Nanti Mas Farel terlambat ke kantor loh,"
Amira terus berteriak memanggil Farel untuk membangunkannya. Tetapi, karena tidak ada jawaban dari Farel. Akhirnya, Amira pun naik ke lantai atas untuk membangunkannya. Dan tanpa Amira sadari dirinya lupa mematikan kompornya.
...**********...
Di dalam kamar, Amira melihat Farel yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Sayang, kamu ngapain kesini bukannya biasanya jam segini kamu sibuk memasak,"
"Ya habisnya Mas Farel dari tadi aku panggilin gak ada jawaban. Jadinya aku buru - buru naik ke atas buat bangunkan Mas Farel. Eh pas masuk kamar ternyata Mas Farel udah selesai mandi,"
"Owh, jadi karena itu kamu kelihatan panik banget tadi pas masuk ke dalam kamar," Farel berjalan menghampiri Amira.
"Ya iyalah, Mas,"
"Kamu gak perlu panik kayak gitu sayang soalnya hari ini kan aku gak ke kantor dan kamu juga hari ini gak boleh ke kantor,"
"Kok tumben banget Mas Farel gak ke kantor,"
"Karena hari ini aku mau kita berdua....,"
Farel pun terus mendekati Amira dan mencoba untuk menggodanya. Wajah Amira pun mulai memerah dan jantungnya pun mulai berdetak kencang.
"Kencang banget ya detak jantungmu sayang,"
"Hah, kok Mas Farel bisa tau sih,"
"Kedengaran soalnya tadi pas aku meluk kamu,"
"Oh gitu ya Mas, Yauda aku mau ke dapur lagi ya soalnya masih ada banyak banget kerjaan di dapur,"
"Eitttttsssss, kamu mau kemana sayang?,"
"Mau ke dapur,"
"kalau kamu sudah masuk ke dalam kandang buaya maka kamu gak akan bisa keluar semudah itu,"
"Hah,"
Amira pun mencoba untuk pergi dari Farel tetapi Farel menarik tangannya dan membuat Amira terjatuh di pelukannya.
"Mas, jangan kayak gini nanti kalau tiba - tiba Mama masuk bagaimana,"
"Biarin, biar Mama tau kalau kita ini adalah pasangan yang sangat serasi,"
"Mas Farel,"
"Iya sayang,"
"Ihhh...Mas lepasin aku,"
"Gak mau,"
"Maaaassss...,"
...************...
Di dapur, Sinta melihat masakan yang dibuat Amira mulai gosong akibat kompor yang belum dimatikan. Sinta pun panik langsung mematikan kompor dan dengan sangat marah Sinta pun berteriak memanggil Amira.
"Amiraaa.....," Teriak Sinta.
"Amiraaaa...," Teriak Sinta
...*********...
Di dalam kamar, Amira dan Farel yang sedang terbawa dalam suasana romantis pun tiba - tiba terkejut mendengar teriakan Sinta. Seketika tiba - tiba Amira pun teringat kalau dirinya belum mematikan kompor.
"Mama kenapa ya kok pagi - pagi gini udah teriak - teriak aja,"
"Mati aku Mas, pasti Mama bakalan marah besar sama aku,"
"Ada apa memangnya sampai Mama bakalan marah besar sama kamu,"
"Aku lupa matikan kompornya tadi karena terlalu terburu - buru naik ke atas buat bangunin kamu, Mas,"
"Kamu sih Mas, pakai acara merayu ku segala,"
"Loh kok jadi salah aku sih sayang,"
"Ya kalau kamu tidak menahanku tadi mungkin aku bisa mematikan kompornya lebih cepat daripada Mama,"
"Aduh bagaimana ini sekarang, Mas,"
"Kamu gak usah takut sama Mama. kamu kan tau kalau Mama itu cuma omongannya aja yang pedas,"
"Iya sih Mas, Tapi kan Kali ini masalah berbeda,"
"Kamu gak usah takut ya sayang, kan ada aku disini,"
"Yauda, Ayo sekarang kita turun temui Mama,"
"Iya, deh Mas,"
Farel pun berjalan menuju pintu keluar. Tetapi, tiba - tiba Amira menghentikan Farel untuk keluar dari kamar.
"Tunggu, Mas,"
"Kenapa lagi sih, Sayang. Kamu masih takut sama Mama kan aku udah bilang gak usah takut sama Mama. Mama gak bakalan nyakitin kamu kok,"
"Iya Mas, Aku tau Mama gak bakalan nyakitin aku. Tapi masalahnya sekarang bukan itu Mas,"
"Terus sekarang masalahnya apa sayang?,"
"Itu Mas. Hmmm......,"
"Itu apa sih sayang,"
"Itu kamu memangnya mau keluar dalam keadaan seperti itu,"
"Maksud kamu sayang," Farel pun melihat ke arah tubuhnya yang belum mengenakan pakaian sama sekali hanya terbalut handuk saja.
Farel yang terlihat malu pun langsung berlari mengambil pakaiannya di dalam lemari dan langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk memakai pakaiannya.
Amira yang melihat perilaku lucu suaminya itu pun hanya tertawa saja.
5 menit kemudian....
Farel pun akhirnya keluar dari kamar mandi dengan berpakaian casual dengan kaos abu - abu dan juga celana pendek berwarna biru.
"Bagaimana udah ganteng belum aku sayang,"
"Kamu itu selalu ganteng di mataku, Mas,"
"Udah ah Mas Farel jangan bercanda terus cepetan yuk ke bawahnya sebelum Mama semakin marah,"
Amira dan Farel pun keluar dari kamar dan langsung turun ke lantai bawah.
...**********...
Sesampainya di lantai bawah, Amira dan Farel langsung menuju ke dapur. Di dalam Dapur, Sinta sudah berdiri menunggu Amira dengan ekspresi wajah yang sangat marah.
"Mati aku Mas," Bisik Amira.
"Udah kamu tenang aja, biar Mama aku yang urus," Bisik Farel.
Farel pun menghampiri Sinta dengan Amira yang berjalan di belakangnya.
"Ma, ada apa lagi sih. Pagi - pagi begini udah teriak - teriak aja. Gak enak loh kalau sampai di dengar sama tetangga,"
"Kamu tanya sendiri aja sama Istri kesayangan kamu ini. Apa yang udah dia perbuat sampai membuat Mama marah besar seperti ini,"
"Maafin Amira ya, Ma. Amira gak sengaja ngelakuin itu tadi. Soalnya Amira buru - buru buat bangunin Mas Farel,"
"Kamu itu ya memang benar - benar menantu gak berguna, cuma di suruh memasak yang benar aja pun gak bisa juga. Kalau tadi Mama gak tepat waktu sampai ke dapur ini mungkin rumah ini sekarang udah habis terbakar karena kecerobohan kamu tau gak,"
"Iya, Ma. Maafin Amira,"
"Udah ya, Ma. Amira kan udah minta maaf. Lagi pula kan Amira juga pasti gak sengaja,"
"Kamu manjain aja terus, istrimu itu"
Sinta pun dengan perasaan sangat marah pergi meninggalkan Farel dan Amira. Farel yang merasa iba dengan Amira pun mencoba untuk menghiburnya.
"Sayang, kamu jangan sedih lagi ya. Kamu kan tau kalau Mama memang kayak gitu orangnya,"
"Iya, Mas,"
"Yauda kalau kayak gitu, kita sekarang masak bareng - bareng buat sarapan. Lagi pula kan aku sengaja hari ini gak ke kantor biar kita bisa punya banyak waktu berdua hari ini," Farel pun mulai mencoba untuk menggoda Amira kembali dengan tatapan tajamnya.
"Ih kamu nakal ya Mas," Amira mencubit Farel.
"Aduh...sakit tau sayang,"
"Biarin, suruh siapa nakal,"
"Udah ah ayo cepetan kita masak, kan katanya Mas mau bantuin aku,"
"Iya deh sayang,"
Mereka berdua pun akhirnya memasak bersama dan menikmati waktu kebersamaan mereka.
"Hallo Readers, ini adalah novel pertama author. Mohon maaf kalau ada typo dan kesalahan yang lainnya. Berikan like dan pilih episode favorite kalian, dukungan kalian sangat berarti untuk melanjutkan Novel ini"
Terima Kasih🥰🤗🤩
Selesai memasak, Amira dan Farel pun sarapan bersama.
"Mas, kita gak ngajakin Mama untuk sarapan bareng sama kita juga ,"
"Sayang, Mama itu masih marah sama kamu jadi lebih baik Mama gak usah sarapan bareng kita dulu ya hari ini,"
"Tapi kan Mas, Kasihan Mama kalau Mama gak sarapan nanti Mama bisa sakit,"
Amira pun beranjak dari tempat duduknya.
"Kamu mau kemana sayang,"
"Aku mau nyiapin makanan buat Mama, kasihan Mama kalau sampai dia gak sarapan,"
Amira pun mengambil sebuah nampan dan juga beberapa piring. Amira memindahkan beberapa makanan yang terhidang di meja makan ke dalam piring yang terletak di atas nampan. Tidak lupa juga, Amira mengambilkan gelas dan mengisinya dengan susu. Lalu, Amira pun menyusun rapi beberapa piring yang berisi makanan dan segelas susu tersebut di atas nampan.
Setelah dilihat semuanya sudah beres, Amira pun ingin membawa nampan tersebut ke kamar Sinta. Tetapi, ketika Amira ingin pergi tiba - tiba Farel pun menghentikannya.
"Tunggu sayang,"
"Kenapa lagi sih Mas,"
"Biar aku aja yang bawakan makanan itu ke kamar Mama soalnya aku takut Mama akan semakin marah sama kamu,"
"Gak apa - apa kok, Mas. aku udah biasa kok di marahin sama Mama,"
"Yauda kalau kamu tetap maksa mau nganterin makanan ini sendiri ke kamar Mama, aku gak bisa menghentikan kamu kan,"
"Makasih ya Mas, udah mau ngertiin aku. Yauda aku pergi ke kamar Mama dulu ya,"
"Iya, Sayang,"
Amira pun langsung membawakan makanan tersebut ke kamar Sinta. Saat Amira memasuki kamar Sinta, terlihat Sinta sedang duduk di depan kaca riasnya. Sinta yang menyadari kehadiran Amira pun langsung menoleh ke arah Amira.
"Mau apa kamu kesini?,"
"Mau buat masalah lagi,"
"Kalau kamu kesini cuma untuk mengganggu ketenangan saya lebih baik kamu pergi sekarang juga,"
"Gak, ma. Amira kesini bukan untuk mengganggu mama,"
"Terus, untuk apa kamu kesini," Sinta beranjak dari tempat duduknya dan berdiri tepat menghadap ke arah Amira.
"Amira kesini itu membawakan makanan untuk Mama," Ucap Amira dengan ragu - ragu.
Sinta pun dengan menunjukkan ekspresi marah melangkahkan kakinya mendekati Amira. Amira yang mulai takut melihat ekspresi wajah Sinta pun perlahan berjalan mundur ke belakang. Dan tanpa Amira sadari bahwa dirinya sudah berjalan mundur hingga hampir menabrak dinding dibelakangnya.
Amira yang sudah tidak bisa menghindari Sinta pun hanya bisa terdiam kaku bersandar di dinding dengan detak jantungnya yang sudah tidak karuan lagi.
Amira yang merasa sangat ketakutan pun berusaha untuk menenangkan dirinya dengan menutup matanya dan betapa terkejutnya Amira ketika ia membuat matanya, ia melihat Sinta yang berdiri tepat di depannya dengan tatapan tajam.
.
"Kamu kenapa?,"
"Gak kenapa - kenapa kok, Ma,"
"Kamu terlihat ketakutan,"
"Kamu takut dengan saya,"
"Tidak kok, Ma,"
"Tidak sama sekali. Amira tidak takut dengan Mama. Amira hanya terkejut saja tadi melihat Mama tiba - tiba sudah ada di depan Amira,"
"Baguslah kalau kamu tidak takut dengan saya. Mana makanan yang kamu bawakan untuk saya," Sinta mengulurkan tangan kanannya.
"Ini Ma," Amira memberikan makanan yang ia bawakan kepada Sinta dengan tangannya yang terlihat gemetaran.
Sinta pun menerima makanan tersebut. Lalu, ia beranjak pergi dari Amira dan melangkahkan kakinya menuju ke sebuah meja yang berada tepat di sebelah tempat tidurnya.
"Aku jadi bingung, Kenapa Mama tiba - tiba baik begitu bukannya tadi ia sempat marah sama aku," Pinta Amira dalam hatinya.
Sinta Meletakkan Makanan yang diberikan Amira di atas meja. Sinta yang menyadari bahwa Amira masih berada di dalam kamarnya pun menoleh ke arah Amira kembali.
"Ngapain kamu masih disini,"
"Cepat pergi, sebelum saya bersikap kasar lagi kepadamu,"
"Saya lagi tidak mau berkata kasar padamu saat ini,"
"Iya, Ma,"
Amira pun keluar dari kamar Sinta dan tidak lupa ia pun juga menutup pintu kamar Sinta. Setelah Amira keluar dari kamarnya, Sinta pun mulai tertawa sinis.
"Amira, Amira pasti sekarang dia sedang berpikir bahwa saya sudah bisa bersikap baik padanya,"
"Sungguh sangat menyedihkan jika ia berfikir seperti itu,"
"Kalau bukan karena Farel, Saya juga tidak akan pernah mau bersikap baik padanya,"
"Kalau dengan cara kasar, Saya tidak bisa menyingkirkannya. Maka, kita gunakan saja cara halus untuk menyingkirkannya,"
"Yang terpenting sekarang adalah aku tidak boleh bertindak gegabah lagi yang bisa membuat Farel anakku membenci diriku,"
"Permainan yang sebenarnya baru saja di mulai Amira, Menantuku tersayang,"
...**************...
Amira pun kembali ke Dapur dengan sedikit senyuman yang terlukis di wajah cantiknya. Farel yang melihat Amira terlihat sangat bahagia pun bertanya - tanya di dalam hatinya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
"Kamu kenapa sayang, kok senyum - senyum sendiri kayak gitu,"
"Aku itu lagi senang banget Mas, soalnya Mama itu tadi tiba - tiba baik gitu sama aku,"
"Hah, kok bisa sih sayang. Bukannya Mama baru aja marah sama kamu tadi,"
"Iya sih Mas, itulah Mas, aneh banget kan. Aku juga tadi awalnya sih bingung. Tapi aku rasa mungkin Mama udah bisa nerima aku lagi,"
"Aku jadi curiga sama Mama, sebenarnya apa yang dia rencanakan untuk Amira karena aku sangat mengenal Mama tidak mungkin dia bisa berubah secepat itu," Pinta Farel dalam hatinya.
"Aku harus tetap melindungi Amira karena aku takut kalau Mama bisa saja bertindak nekad dan mencelakai Amira," Pinta Farel dalam hatinya kembali.
"Sayang,"
"Iya, Mas,"
"Sayang, kamu harus ingat kata - kata ku ini ya. Walaupun Mama sudah berubah dan bersikap baik sama kamu. Tapi, kamu harus tetap berhati - hati sama Mama ya sayang,"
"Kamu kenapa sih Mas, selalu aja berprasangka buruk sama Mama kayak gitu,"
"Bukannya aku mau berprasangka buruk sama Mama. Tapi aku sangat mengenal Mama ku sendiri, dia gak akan mungkin bisa berubah secepat itu sayang,"
"Mas, kamu itu cuma terlalu khawatir aja sama aku. makanya pikiran kamu tentang Mama jadi ngawur kemana - mana,"
"Terserah kamu deh sayang, mau percaya sama aku atau enggak. Tapi aku mohon sama kamu untuk tetap berhati - hati sama Mama kalau misalnya Mama kasar sama kamu, Kamu harus cepat bilang sama aku. Kamu gak boleh diam aja,"
"Iya, Mas. Pokoknya kamu tenang aja ya aku pasti akan selalu hati - hati sama Mama kok,"
"Gitu dong baru yang namanya istriku tercinta, mau nurut apa kata Suami,"
"Iya ya Mas, yauda sekarang kamu habisin dulu makanannya ya keburu dingin loh nanti,"
"Kamu juga tuh habisin makanannya, masih banyak banget tau punya kamu,"
"Iya, Mas,"
mereka berdua pun juga melanjutkan sarapan mereka.
Selesai sarapan, Amira dibantu oleh Farel membereskan meja makan dan mencuci semua piring. Di sela - sela kesibukan mereka membereskan Dapur, Amira dan Farel masih bisa bercanda tawa bersama.
"Hallo Readers, ini adalah novel pertama author. Mohon maaf kalau ada typo dan kesalahan yang lainnya. Berikan like dan pilih episode favorite kalian, dukungan kalian sangat berarti untuk melanjutkan Novel ini"
Terima Kasih🥰🤗🤩
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!