NovelToon NovelToon

Suamiku CEO Ganas

1. Awal Ingin Jadi Model

Laura anak tunggal dari pasangan Andre Ringgo dan Maurence kihl. Laura dibesarkan dengan kasih sayang karena memang dia merupakan anak satu-satunya.

Saat ini Laura sudah berusia 18 tahun. Laura memiliki wajah yang memikat, kulit yang putih,wajah mungil,bibir tipis,hidung mancung dan berdagu lancip. Laura merupakan sebuah keindahan yang bisa membuat kaum wanita merasa iri melihatnya.

Rambut Laura yang blonde mengikuti jejak ibunya.Terkadang dia merasa asing jika berada diantara teman-temannya yang berambut hitam. Saat ini Laura tinggal disebuah negara mengikuti ayahnya yang seorang pengusaha Batu Bara.Yach...saat ini Laura berada di negara I.

Laura saat ini sedang duduk dibangku SMA dan seminggu lagi ia akan lulus. Laura masih bingung harus menentukan bagaimana jalan hidupnya. Pasalnya ia tidak ingin lagi mengenyam pendidikan Formal setelah ini. Padahal Laura salah satu murid tercerdas karena selalu menjadi juara umum disekolahnya. Laura semakin dilema ketika menyampaikan maksud dirinya yang tidak mau meneruskan kuliah pada kedua orang tuanya. Laura masih mengingat ketika Andre sang papa menentang keras keputusannya itu.

Flashback on

"Apa kamu sudah berniat menikah muda?" tanya Andre.

Andre berusaha menahan emosi nya.

"Nggak Pa...bukan gitu, aku cuma hilang minat kalau mengingat tentang pelajaran. Aku bosan," ujar Laura.

"Enak saja kamu bilang begitu, lalu bagaimana nasib perusahaan Papa? siapa yang mau meneruskan usaha Papa ini. Ingat Laura kamu tidak bisa memilih sesuatu yang kamu sukai hanya demi ego mu. Fikirkan juga Papa mu ini. Papa cuma memiliki anak kamu saja," tegas Andre. Terlihat sekali Andre sangat berapi-api.

"Kalau begitu kalian buat anak yang lain saja," jawab Laura asal.

Laura membantah yang membuat Andre sangat murka tingkat dewa.

"Lauraaaaaaaaaa...."

Teriak Andre yang tidak digubris oleh Laura yang segera kabur setelah mengatakan itu.

"Sudah Pa. Jangan terlalu keras sama dia. Walau bagaimanapun dia anak kita, andai saja rahim Mama tidak bermasalah waktu itu. Aku rela memiliki anak selusin demi kamu Pa," ujar Maurence.

Andre merangkul pundak istrinya yang mulai berwajah mendung itu.

"Jangan disesali Ma. Itu semua sudah menjadi takdir, yang harus kita fikirkan bagaimana caranya agar Laura mau kita bujuk untuk meneruskan usaha ini," ujar Andre.

"Apa Mama boleh jujur Pa?" tanya Maurence. Andre mengangguk.

"Mama merasa usaha Papa itu memang bukan fashion Laura. Anak kita sangat cantik, dia lebih cocok jadi model," ujar Maurence.

"Oh big no honey. Mungkin keinginan apapun bisa aku turuti tapi tidak menjadi seorang model," bantah Andre.

"Why?" tanua Maurence.

Maurence merasa tersinggung karena dia juga merupakan seorang mantan model.

"Sorry honey. Aku tidak bermaksud menyinggungmu, tapi kamu tahu sendiri betapa rentannya dunia itu. Aku tidak mau terjadi apa-apa pada anakku satu-satunya. Walaupun aku sangat keras padanya, tapi aku rela menukar nyawaku untuknya," ujar Andre.

"Oh...so sweet...." Maurence memeluk suaminya.

"Emmm apa kamu setuju kalau kita mengangkat seorang anak laki-laki?" tanya Andre. Maurence mengerutkan dahinya.

"Kenapa Pa?" Maurence balik bertanya.

Maurence belum mengerti arah pembicaraan suaminya.

"Bukankah Mama tidak mau memaksakan kehendak kita pada Laura? jadi jalan satu-satunya yang bisa menyelesaikan masalah kita dengan mengangkat seorang anak untuk kita didik menjadi pengusaha penerus usaha Papa". ujar Andre.

"Emmm bagaimana kalau menantu kita saja yang melanjutkan usaha kita Pa?" Maurence memberikan solusi.

"Apa maksud Mama Laura harus menikah muda?" tanya Andre. Maurence menggeleng.

"Kalau kita bisa menunggu tiga sampai 4 tahun Laura menyelesaikan kuliah, mengapa kita tidak bisa menunggu 3 sampai 4 tahun untuk menemukan menantu. Lagian menantu lebih bisa dipercaya daripada harus mendidik orang asing yang belum tentu setia," ucap Maurence.

Andre tampak manggut-manggut mencerna setiap kata yang Maurence ucapkan.

"Baiklah kalau begitu aku tidak akan memaksakan kehendaku lagi pada Laura, tapi sebagai gantinya mulai saat ini aku akan menyeleksi jodoh untuk Laura," ujar Andre.

Andre tersenyum manis pada Maurence yang hanya ditanggapi gelengan kepala oleh istrinya itu.

Flashback off

"Woyy...gue perhatikan dari tadi loe ngelamun aja. Nanti kesambet loh bule jangkung," ujar Nina.

Nina menyenggol lengan Laura yang sedang asyik dengan lamunannya.

"Nin, ntar kalau udah selesai SMA loe mau kuliah dimana?" tanya Laura.

"Kayaknya aku mau meneruskan perjuangan keluarga gue Ra. Keluarga gue kan nyaris semuanya seorang pendidik, gue pengen banget jadi seorang Dosen," ujar Nina.

"Enak banget ya jadi loe, bisa ambil keputusan dengan gampang," ucap Laura.

Laura menerawang sambil menopangkan kedua tangannya didagu.

"Emang kamu masih belum tahu setelah ini mau kemana?" tanya Nina. Laura hanya menggeleng.

"Bersyukurlah kamu dianugrahi Tuhan mempunyai otak yang cerdas. Jangan disia-siakan hanya karena bingung menuruti egomu." Tegur Nina.

"Apa kamu punya saran? kira- kira menurutmu aku ambil bagian apa?" tanya Laura. Nina nampak berfikir.

"Apa kamu mau mendengarkan pendapatku?" tanya Nina, yang diangguki oleh Laura.

"Kamu itu cantik, kamu tinggi, body kamu hemmm," Nina memperagakan tangannya seolah Laura adalah gitar spanyol.

"Dan dada kamu hemmm," Nina lagi-lagi memperagakan membusungkan dada.

"Jadi pada intinya, menurutku kamu sangat cocok menjadi seorang Model. itu menurut aku loh ya...." Saran Nina.

"Aku juga ngerasanya gitu, ya...bukannya aku sok cantik. Walaupun sebenarnya memang iya hehhehe," cengir Laura.

"Tapi aku yakin 1000% orang tuaku tidak akan setuju aku masuk dunia Modeling. Laura tampak murung.

"Emang orang tua loe pengen kamu jadi apa?"btanya Nina penasaran.

"Papa pengen aku nerusin perusahaannya. Sedangkan aku sama sekali nggak minat dibidang itu," ujar Laura.

"Nahh...itulah yang gue maksud, loe jangan mengambil keputusan berdasarkan ego loe. walau bagaimanapun loe anak satu-satunya. Diluar sana masih banyak orang yang pengen banget berada diposisi loe," nasehat Nina.

"Taukkk ahh...lama-lama ucapan loe persis kayak Bokap gue," Laura tampak lesu.

"Ye...dibilangin ngeyel." Ketus Nina.

"Hehehhe iya...iya...sahabatku yang kece yang mirip celine dion," ujar Laura.

"What? apa nggak ada yang mudaan dikit?" ucap Nina.

"Ada." Timpal Laura.

"Siapa? pasti Selena Gomez kan ahahahah?" kelakar Nina.

"Tentu saja bukan. Tapi... Marilyn Monroe hahahha," tawa Laura.

"Sialan. Metong dong gue," uar Nina mengerucutkan bibirnya.

Laura tak bisa berhenti tertawa melihat ekspresi Nina yang cemberut.

"Ini mana sih pak guru Niko lama amat. Pasti sedang asyik TP-TP nih dia," ujar Nina.

Nina tampak celingak celinguk melihat keberadaan Pak Guru Niko yang akan memberikan pengumuman seputar acara kelulusan.

Selang sepuluh menit kemudian tampak Pak Niko memasuki Aula dan langsung naik ke Podium.

"Selamat pagi anak-anak...." Pak Niko menyapa siswanya.

"Pagi Pak Niko..." jawab Murid serentak.

"Sabtu nanti adalah hari resmi kelulusan kalian. maka dari itu pihak sekolah akan mengundang orang Istimewa untuk memberikan motivasi kepada kalian agar tetap semangat menuntut ilmu setinggi-tingginya. Dia adalah seorang CEO muda yang memegang beberapa usaha yang sangat terkenal di negara kita ini. Selain itu perusahaan tersebut sangat mengapresiasi bagi siapa saja murid yang berprestasi untuk bisa bergabung diperusahaannya setelah lulus dari universitas dengan nilai terbaik.

Seluruh siswa tampak antusias mendengar pengumuman yang diberikan Pak Niko. hanya Laura yang tampak cuek dan sama sekali tidak tertarik. Laura tampak sibuk dengan dunianya sendiri.

jangan lupa Like,Koment dan vote ya teman-teman makasih..🤗🙏

2. Biasa Saja

jangan lupa LIKE,KOMENT AND VOTE 🤗🙏

Hari ini acara peresmian kelulusan bagi siswa angkatan Laura. Para siswa sudah tampak memenuhi Aula untuk menyambut pengusaha muda yang sangat terkenal baik didalam negeri maupun luar negeri. Mereka hanya bisa mengetahui Sang CEO dari majalah ataupun tabloid-tabloid yang sering membicarakan dirinya. Jadi mereka sangat antusias saat mendengar pengusaha muda itu bisa sempat hadir kesekolah mereka. Karena mereka tahu sang CEO sangat sibuk luar biasa namun masih sempat hadir, mereka tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas untuk melihat sang CEO yang terkenal dengan ketampanannya dak sifatnya yang dingin.

Aula langsung senyap ketika dua pasang sepatu memasuki Aula. Aura mereka terasa sangat berbeda cenderung mengintimidasi. Tidak ada satupun dari siswa yang berani membuka suara. Mereka lebih fokus pada ketampanan dua orang pemuda itu yang ternyata seorang CEO dan seorang asisten CEO.

Sang CEO langsung menaiki Podium karena ingin segera memberikan motivasi pada siswa, dia tidak mempunyai banyak waktu untuk berbasa-basi karena pekerjaan kantornya yang menumpuk.

"Baik selamat pagi, perkenalkan nama saya Jason Michael Thomson, saya pemilik JMT group. Bidang usaha yang saya geluti sangat beragam. Selain usaha property saya juga menekuni usaha Diamond , fashion , hotel ,restaurant ,dan yang terakhir dunia hiburan. Untuk itu kami sangat memotivasi bagi siswa yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata, untuk bisa bergabung di perusahaan kami setelah sebelumnya mengenyam pendidikan terlebih dahulu," ujar Jason.

Jason membuat sederet siswa ternganga dengan apa yang Jason katakan. Bermimpi pun mereka merasa sulit untuk mencapai ketahap sukses seperti Jason.

"Kalian jangan pernah patah semangat, tidak ada satu hal yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha. Untuk itu ..." kata-kata Jason terhenti ketika pintu Aula ada yang membuka. Munculah sosok Laura yang memasang senyum kaku karena Laura datang terlambat. Dapat mereka rasakan aura Jason langsung berubah, karena Jason paling tidak menyukai tipe orang yang tidak disiplin dan Jason paling tidak suka ketika berbicara perkataannya dipotong.

Kepala sekolah tampak gugup kalau-kalau Sang Donatur terbesar sekolahnya akan murka dan menarik kembali donasi mereka.

"Baik cukup sampai disini, dan nanti asisten saya akan memberikan 3 formulir beasiswa bagi siswa yang berprestasi terkhusus untuk yang juara umum 1-3 saja. Mereka bisa memilih mau ke universitas mana saja baik dalam maupun luar negeri. Semua biaya akan ditanggung oleh kami. Baik terima kasih dan selamat pagi," ujarJason.

Jason melangkah turun dari Podium dan menuju pintu Aula. Langkahnya sempat terhenti dan melirik ke arah Laura yang sedang sibuk mengajak Nina mengobrol. Nina menyenggol lengan Laura agar berhenti bicara karena Jason seperti sedang marah. Namun Laura sama sekali tidak mengerti kode yang diberikan oleh Nina. Jason keluar aula dengan perasaan jengkel.

"Ra, elo tu benar - benar ya. Otak cerdas tapi nggak peka," ucap Nina kesal.

"Kenapa? loe mau ngomongin pria yang berada disamping gue tadi?" ujar Laura.

"Loe liat juga? terus loe sama sekali nggak tertarik dengan dia ataupun penawaran yang dia bilang di Podium tadi?" timpal Nina.

"Nggak Nin, buat apa? orang tua gue masih sanggup buat biayain kuliah gue. Gue juga nggak tertarik dengan Bule. Walaupun gue juga setengah Bule, tapi gue suka pria lokal," jawab Laura.

"Idih gaya loe, ntar kemakan ama omongan loe sendiri baru tahu rasa," cibir Nina.

"Lagian gue ama dia nggak cocok, dia pasti udah dewasa umurnya, belum lagi perbedaan keyakinan," ujar Laura.

"Idih sotoy, dia seiman kali ama kita. Makanya baca profil dia di internet," ujar Nina.

"Buat apa? kurang kerjaan aja. Mending gue tidur. Pokoknya gue nggak suka Bule titik." Tegas Laura.

"Lagian ya aku juga kurang jelas ama mukanya, wong dia jauh di Podium sana sedang gue diujung sini," sambung Laura cuek.

"Hemzzz sayang banget loe nggak liat wajah tampannya tadi, sangat...sangat menggemaskan," ujar Nina.

Nina memegang kedua pipinya bentuk rasa kagumnya pada sosok Jason.

"Lebay, biasa aja. Noh di Kota B banyak yang begituan," sengit Laura.

"Ye, syirik aja loe. Pokoknya Ayang Jason tetap yang ter lope-lope," cengir Nina.

"Udah ah...keluar yuk laper, gue nggak sempat sarapan gara-gara bangun kesiangan," ujar Laura.

Namun baru saja ia beranjak dari tempat duduknya Sang Kepala Sekolah berteriak memanggil dirinya.

"Laura kemari." Panggil kepala sekolah.

"I-iya Pak." Jawab Laura.

Laura menghampiri Kepala Sekolah yang duduk dikursi jajaran orang penting disekolahnya.

"Ini satu formulir buat kamu. Karena kamu juara umum 1, maka kamu berhak mendapatkan kesempatan untuk mendapat beasiswa ke universitas manapun baik dalam maupun luar negeri," ujar Kepala Sekolah.

Laura mengambil formulir itu dan memasukannya kedalam tas ransel yang ia bawa.

"Terima kasih Pak. Saya permisi," ucap Laura.

Kepala Sekolah menganggukan kepalanya.

Laura dan Nina pun pergi kekantin untuk makan somay kesukaan mereka.

"Kalau loe belum punya tujuan buat kuliah dimana, loe mending satu kampus ama gue aja. Kita ambil jurusan yang sama," ujar Nina sambil memasukan sesendok somay kemulutnya.

"Ogah! gue nggak suka jadi pendidik, gue ngerasa bukan fashion gue disitu. Pendidik memang tugas yang mulia, tanpa pendidik mana mungkin kita bisa pintar. Tapi gue ngerasa itu bukan jiwa gue," ujar Laura. Nina manggut-manggut.

"Terus loe condongnya kemana? jangan kelamaan mikir ntar pendaftaran keburu tutup loh," ucap Nina.

Laura menyeruput es teh dari gelasnya. Kemudian menimpali ucapan Nina.

"Kayaknya gue pengen jadi model ngikutin jejak Nyokap gue," ujar Laura. Laura kembali memakan somay.

"Apapun keputusan loe, gue dukung," ujar Nina tersenyum.

Dilain tempat...tepatnya didalam sebuah mobil mewah. Jason ngobrol dengan Sang Asisten yang bernama Riko.

"Riko. Tolong kamu selidiki siapa gadis kurang ajar berambut blonde itu!" perintah Jason.

"Saya sudah menyelidikinya tuan, meskipun belum lengkap." jawab Riko.

"Cepat juga gerakan kamu, tahu saja kalau mood ku sedang nggak bagus gara-gara gadis tengil itu," ujar Jason.

"Namanya Laura Ringgo Kihl, dia merupakan anak dari pasangan Tuan Andre Ringgo dan Nyonya Maurence Kihl, usia nya 18 tahun " ujar Riko.

"Andre Ringgo? sepertinya nama itu tidak asing ditelingaku," timpal Jason.

"Benar Tuan. Tuan Andre merupakan pengusaha Batu Bara." Jawab Riko.

"Terus ada info apalagi tentang gadis itu?" tanya Jason.

"Dia merupakan gadis cerdas disekolahnya. Setiap tahun dia selalu menjadi juara umum 1." Jawab Riko.

"Hemmm cukup menarik, pantau terus. Apa dia memakai formulir beasiswa itu atau tidak!" perintah Jason.

"Baik tuan. Apa Tuan tertarik dengan gadis belia itu?" tanya Riko balik yang langsung mendapat tatapan tajam dari Jason.

"Apa maksudmu dengan kata tertarik? mana mungkin aku tertarik dengan gadis kurang ajar itu. Lagian usianya beda 7 tahun denganku. Aku tidak suka dengan gadis ingusan. Bagiku wanita sama saja PENGHIANAT!" kecam Jason.

"Biasa aja dong bos. Gue kan cuma nanya, ngegas amat. Lagian aneh banget nggak biasanya dia peduli dengan seorang gadis. Apa karena Laura berbeda? memang ku akui laura sangat cantik meskipun tanpa polesan," batin Riko.

"Kita langsung ke JMT entertaiment saja. Mau lihat sampai mana proses syuting dan pemotretan indoor yang dilakukan Model Nasional itu. Kalau dia masih bertingkah buang saja, cari model yang lebih profesional lainnya!" perintah jason

"Baik Tuan," ujar Riko. Yang langsung memacu kendaraannya lebih cepat.

jangan lupa Like , Koment dan Vote

makasih 🤗🙏

3 . Izinkan Aku

Laura tampak makan malam bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka makan dalam diam bergelut dengan fikiran mereka masing-masing. Terutama Laura, benaknya selalu berfikir bagaimana caranya agar keinginannya bisa di ACC dengan mulus tanpa ada drama perdebatan antara dirinya dan Sang Papa.

"Pa, Ma, nanti habis makan malam Laura mau bicara penting dengan kalian," ujar Laura.

"Kalau begitu habiskan makananmu Sayang , setelah itu kita bisa bicara santai diruang keluarga," ucap Maurence.

Maurence mengelus puncak kepala putri kesayangannya. Laura mengangguk patuh namun fikirannya berkecamuk karena takut keinginannya tidak terkabul.

Usai makan malam Laura bergegas masuk kamar dan mengambil sebuah formulir dari dalam tas ranselnya. Setelah apa yang dia cari sudah didapat, Laura bergegas turun tangga dengan sedikit tergesa - gesa menuju ruang keluarga yang ternyata sudah ditunggu oleh kedua orang tuanya. Dahi Andre tampak berkerut melihat sesuatu yang berada ditangan Laura. Namun dia mencoba diam, ia ingin mendengar lebih dulu apa yang akan dibicarakan oleh Putrinya.

"Pa, Ma, aku ingin bicara hal penting dengan kalian yang menyangkut soal pendidikannku. Hari ini hari resmi kelulusanku dan aku mendapatkan nilai terbaik disekolah dengan menjadi juara umum pertama, sebagai bentuk apresiasi ada sebuah perusahaan yang akan mendukung beasiswa bagi anak yang berprestasi agar bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan Laura termasuk salah satunya yang memperoleh kehormatan itu," tutur Laura.

"Apa kamu sudah menentukan universitas mana yang akan kamu pilih?" tanya Andre penasaran.

Laura pun menggelengkan kepalanya. Andre merasa heran dengan Laura yang seperti tidak bersemangat.

"Lalu kamu ingin bagaimana?" Andre mulai merasa tidak sabar.

"Bolehkah laura mengambil sekolah modeling?" tanya Laura.

sudah bisa Laura tebak, mata Andre seakan ingin keluar dari porosnya.

"Laura. Tanpa kamu tanya pun kamu sudah tahu jawaban Papa. BIG NO! jangan bicara apa-apa lagi kalau itu menyangkut keinginan kamu untuk menjadi seorang Model." Sarkas Andre.

"Please Pa. Apapun omongan atau persyaratan dari Papa, Laura akan turuti. Tapi tolong izinkan Laura jadi seorang Model," ujar Laura.

Laura tertunduk, jari jemarinya saling bertautan untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Benarkah kau akan menuruti semua perintah Papa dan menuruti semua keinginan Papa?" tanya Andre.

Andre tersenyum penuh arti, sepertinya Laura sudah masuk dalam perangkap Andre. Laura mengangguk antusias.

"Baiklah kalau begitu Papa cuma mengajukan satu syarat buat kamu penuhi." Tegas Andre.

"Apa pa?" tanya Laura penasaran.

"Kamu boleh jadi seorang Model, asalkan jodohmu Papa yang menentukan," tukas Andre.

Sontak membuat mata Laura melotot. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Apa itu tidak terlalu berlebihan Pa? mana bisa Papa mengatur jodoh untukku? bukankah ini bukan lagi zaman Siti Markonah?" Laura keberatan.

"Siti Nurbaya Nak," ujar Maurence meluruskan.

"Ya itu maksudku," ucap Laura. Maurence tersenyum geli mendengar kata-kata Putrinya.

"Kalau kamu mau sekolah modeling itulah syarat yang Papa ajukan, bukankah adil? Papa menyetujui hal yang Papa tidak suka, sementara kamu menyetujui hal yang tidak kamu suka," ujar Andre.

Laura nampak berfikir dalam, keningnya sesekali mengkerut. Dia tampak menimbang untung dan rugi jika harus menerima tantangan dari Papanya itu.

Rupanya ekspresi Laura yang berubah-ubah membuat Andre dan Maurence merasa ingin meledakan tawa mereka. Laura tampak menggemaskan dengan mulut yang mengerucut sembari memutar-mutar bola matanya, sepertinya pergolakan batinnya sedang perang badai.

"Oke deal!" ucap Laura sembari menjulurkan tangan sebagai tanda kesepakatan mereka.

"Deal. Ingat, pejuang sejati yang harus dipegang adalah omongannya. Kamu tidak bisa mundur lagi dan apapun keputusan kedepannya, Papa semua yang akan ambil andil," ujar Andre menyeringai.

"Iya, iya, Papa diktator," ucap Laura.

Laura tampak sebal dengan ekspresi Papanya itu. Andre yang disebut Diktator oleh anaknya tidak bisa menahan tawanya lebih lama lagi.

"Lalu? negara mana yang menjadi pilihanmu?" tanya Andre.

"London! targetku harus 2 tahun lulus. Aku ingin sekali menjadi seorang Model Internasional," ujar Laura.

Hayalan Laura membuat senyumnya mengembang, Orang tua nya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar cita-cita Putrinya itu.

"Sini Nak. Papa ingin memberi wejangan sedikit buat Putri tunggal Papa," kata Andre.

Andre membuka tangannya lebar agar Laura masuk dalam pelukannya. Laura segera berhambur kepelukan Papanya.

"Nanti saat kamu sudah diluar, jagalah dirimu sendiri seperti kamu menganggap penting nyawamu, kamu tentu tahu Papa dan Mama tidak mempunyai anak lain selain kamu. Kalau kamu sampai kenapa-kenapa, lalu apa gunanya kami hidup?" ujar Andre. mata Andre mulai berkaca - kaca.

"Sayang. Jagalah pergaulanmu, jangan pernah kecewakan kami. Tidak perlu kamu sibuk berkencan dengan Pria manapun, karena jodohmu Papa yang tentukan. Tidak ada Orang Tua yang mau menjerumuskan anaknya, apapun pilihan Papa nanti, pasti yang terbaik untukmu," sambung Andre.

"Iya Pa, Laura mengerti," sahut Laura yang masih bersedekap di dada Sang Papa.

"Laura Anak kesayangan Mama sini," ujar Maurence.

kini giliran Mama Maurence yang merentangkan kedua tangannya. Laura segera mendekati Sang Mama dan memeluknya.

"Laura. Mama adalah orang yang paling mengerti bagaimana dunia Model. Tidak semudah dan semulus proses seperti yang dibayangkan orang-orang. Wajah dan tubuh indah memang menjadi kebanggaan seorang Model, namun tetaplah rendah hati agar kita bisa bertahan. Intinya jadilah yang terbaik, jaga atitude dan pergaulanmu. Jangan pernah salah memilih teman, jangan mudah percaya pada siapapun termasuk yang mengaku teman. Karena bisa jadi orang yang paling menghianatimu adalah orang yang kamu anggap paling dekat. Kamu mengerti Nak?" tanya Maurence

"Iya Ma." Jawab Laura mengangguk.

"Ya sudah kamu istirahat ya? Mama masih mau ngobrol dulu sama Papa," ujar Maurence.

"Iya Ma." Jawab Laura.

Laura beranjak dari duduknya, dan segera pergi menuju kamarnya untuk memberitahu pada sahabatnya tentang berita gembira yang membuat hatinya berbunga -bunga.

"Hallo Ra," Nina berbicara disebrang telpon.

"Hallo Nin. Kamu lagi apa?" tanya Laura.

"Santai aja gue. Ada apa? aura-auranya kayak girang banget," ujar Nina.

"Iya dong. Gue ada kabar gembira buat loe." Jawab Laura.

"Apaan?" tanya Nina penasaran.

"Gue dibolehin sekolah modeling, dan gue pilih London tempat sekolah gue," ujar Laura.

"Yah...berarti kita bakal jauhan dong? tapi jangan sombong ya kalau udah jadi Model terkenal," ujar Nina.

"Ya enggaklah. Loe itu tetap menjadi sahabat terbaik gue," timpal Laura.

"Amin." Nina mengaminkan.

"Eh udah dulu ya gue mau cek paspor segala macam, rencananya gue dua minggu lagi mau terbang ke London," kata Laura.

"Pokoknya sebelum terbang ke London kita harus perpisahan dulu ya? jangan loe pergi-pergi aja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu," ujar Nina sedih.

"Beresss...ntar dua hari sebelum gue pergi, gue bakal temuin loe. Ya udah ya bye," ujar Laura.

Laura mengakhiri panggilan telpon. Hatinya sangat bahagia disamping dia kepikiran soal jodoh yang akan dicarikan oleh Papanya.

"Bodo amat lah, soal itu bisa di pikirkan nanti, " kata Laura.

Laura pun bergegas menyiapkan berkas-berkas yang akan dibawanya pergi ke London.

Jangan Lupa LIKE,Koment And Vote agar aku tambah semangat up...makasih 🤗🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!