NovelToon NovelToon

Aku (Bukan) Selingkuhan

Bab 1 Istriku Hamil

Peter berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat luas yang berada di lantai teratas sebuah gedung bertingkat di kota itu. Ia ditemani oleh seorang wanita muda yang merupakan seorang sekretaris sang pemilik ruangan.

"Permisi, Presdir Zhou. Presdir Gao dari GF Group ingin menemui Anda," ucap sekretaris itu.

Jayden pun hanya meliriknya sekilas dan tak memberikan respon apa pun. Namun, reaksi dingin Jayden adalah hal yang biasa bagi Peter jadi ia tak merasa segan sama sekali. Ia langsung berjalan mendekat ke arah meja kerja Jayden.

"Selamat pagi, Presdir Zhou," sapa Peter seraya mengulurkan tangannya ingin menjabat tangan Jayden, tetapi pria itu tetap bergeming dan tak menghiraukannya sama sekali. Ia tetap sibuk berkutat dengan pekerjaannya di laptopnya.

Peter kemudian menarik kembali tangannya dan tersenyum. Ia pun langsung duduk di kursi di depan meja kerja Jayden.

"Istriku hamil, Presdir," ucap Peter tanpa basa basi sekaligus memberitahukan tujuan kedatangannya hari ini. Jayden terdiam sejenak, tetapi kemudian ia pun kembali lagi ke aktifitasnya semula.

"Apakah Anda mendengarkan aku, Presdir Zhou?"

"Apa maumu? Bukankah aku sudah memberikan investasi pada perusahaanmu itu?" tanya Jayden tanpa menatap pria itu sama sekali. 'Sebagai bayaran atas tubuh istrimu,' sambung Jayden dalam hati.

"Ya, Anda benar, Presdir. Tetapi, aku dengar perusahaan Anda tengah menangani sebuah proyek baru. Jadi aku ingin Anda menjadikan perusahaanku, sebagai supplier utama penyuplai barang-barang kebutuhan di proyek yang sedang ditangani oleh perusahaan Anda itu," ucap Peter dengan senyuman penuh percaya diri.

"Heh! Kau ingin memerasku?!" tanya Jayden kesal seraya menutup laptopnya dan menatap tajam ke arah Peter.

"Aku tidak berani memeras Anda, Presdir Zhou. Aku hanya ingin memberitahu Anda jika sebentar lagi Anda akan memiliki seorang bayi dari istriku. Aku bersedia mengakui dan merawat bayi itu untuk Anda.

Bayi itu akan tumbuh sehat dalam perawatan yang baik, sedangkan perawatan yang baik itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Anda pasti tahu akan hal itu, 'kan, Presdir Zhou?" tanya Peter seraya menampilkan senyum liciknya.

"Bayiku?! Bagaimana bisa kau mengatakan jika itu adalah bayiku?" sinis Jayden. Ia bersandar pada kursinya dan menyilangkan salah satu kakinya.

"Anda mengetahuinya dengan pasti lebih dari siapa pun, Presdir Zhou. Istriku saat itu masih perawan, bukan? Aku tak pernah menyentuhnya sama sekali sejak kami menikah hingga saat ini."

"Kau memang tak pernah menyentuhnya karena kau tak mampu untuk melakukannya. Tetapi bisa saja kau melemparkannya lagi ke ranjang pria lain untuk memperlancar bisnismu itu.

Entah sudah berapa banyak pria yang tidur dengan istrimu sehingga perusahaan bobrokmu itu masih dapat bertahan sampai sekarang," ejek Jayden. Peter pun tersenyum mendengar ucapan pedas pria itu padanya.

"Aku tak akan berani melakukan hal itu, Presdir Zhou. Karena bagaimana pun juga, ia telah menjadi wanita Anda. Istriku hanya pernah tidur dengan Anda malam itu dan tak pernah tidur dengan pria lainnya lagi hingga saat ini termasuk denganku, suaminya.

Jika Anda tak mempercayai ucapanku, maka Anda bisa memeriksanya sendiri. Aku tahu Anda pasti akan dengan mudah mengetahui kebenaran dari ucapanku," terang Peter berusaha untuk meyakinkan Jayden. Jayden pun terdiam sesaat dan kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari dalam lacinya.

"Gugurkan bayi itu!" ucap Jayden dingin seraya menuliskan selembar cek untuk Peter.

"Apa?!" Peter terkejut dengan perkataan Jayden. "Apa yang Anda katakan?!"

"Kau mendengar dengan jelas apa yang aku katakan. Ambil ini dan pergilah!"

Jayden melemparkan selembar cek yang telah ditandatanganinya itu ke meja tepat di depan Peter. Peter pun meraih cek itu dan melihat nominalnya yang lumayan besar. Namun, angka ini tidaklah sebanding dengan apabila ia dapat menjadi supplier utama di Zhou Corp.

Perusahaan itu mempunyai banyak anak cabang yang telah merambah ke berbagai elemen bisnis seperti property, dunia hiburan, parfum dan juga design baik pakaian maupun perhiasan. Jadi Peter pun merasa nilai ini sangatlah kecil.

"Bagaimana Anda dapat melakukan hal seperti itu pada bayi Anda sendiri, Presdir Zhou? Jika sampai publik mengetahui scandal percintaan kalian maka semua akan kacau. Reputasi Anda akan hancur. Karena Anda telah berselingkuh dengan istri seorang rekan bisnis Anda dan sekarang Anda malah ingin menggugurkan hasil buah cinta kalian."

Peter tidak menyerah, ia masih terus memprovokasi Jayden agar pria itu takut dan mau menuruti keinginannya. Namun, ternyata perkiraannya salah. Jayden sama sekali tak terpengaruh dengan ancaman Peter.

"Scandal? Perselingkuhan? Heh! Yang benar saja."

Jayden pun tertawa sinis mendengar gertakan Peter. Ia sudah terlalu sering menghadapi orang-orang seperti Peter yang selalu mencoba mencari keuntungan darinya. Kemudian Jayden pun balik menyerang pria itu.

"Kau sendiri yang melemparkan istrimu itu ke ranjangku dan sekarang kau ingin mengancamku? Apa kau pantas?! Kau tidak bisa mengancamku dengan bayi itu karena aku sama sekali tak peduli. Apa kau pikir aku akan hancur hanya karena sebuah gosip murahan, yang bahkan dapat aku redam dalam hitungan menit?

Jika memang kau masih ingin menyebarkannya, maka yang akan terkena imbasnya adalah perusahaanmu dan juga nama baik istrimu itu, dan aku pun sangat yakin jika istrimu itu tak tahu mengenai permainan kotormu itu, bukan? Apa kau pikir ia masih mau menerimamu dan menutupi aib-mu jika ia mengetahui bahwa kau telah menukar tubuhnya hanya demi sebuah transaksi bisnis denganku?"

Jayden melipat kedua tangannya di dada dan menatap Peter dengan tatapan mematikan hingga membuat Peter tak berkutik.

"Jika kau cukup pintar maka sebaiknya kau ambil cek itu dan segera pergi dari hadapanku sekarang juga. Sebelum aku membuatmu menyesal karena telah mengenalku," ancam Jayden sukses membuat Peter mengendurkan dasinya karena lehernya yang kini terasa bagaikan tercekik.

Peter yang semula berniat ingin mengancam Jayden, tetapi kini malah dirinya sendirilah yang diancam oleh pria itu. Peter masih ingin berdebat dengan Jayden, tetapi tatapan mata pria itu membuatnya merinding dan gemetar. Ia pun segera mengambil cek itu dan bangkit dari kursi kemudian berpamitan dengan Jayden.

"Baiklah, Presdir Zhou. Sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat untuk berkunjung. Maaf karena aku telah mengganggu waktu Anda. Kalau begitu aku pamit dulu. Permisi." Peter pun segera pergi meninggalkan ruangan Jayden sebelum pria itu benar-benar akan melaksanakan ancamannya.

Peter berjalan ke arah lift dengan raut wajah yang sangat kesal. Ia sungguh tak menyangka jika Jayden tak terpengaruh sama sekali dengan ancamannya. Maka Peter akan mengalah kali ini seraya terus mencari cara agar dapat mengendalikan Jayden. Pria itu merupakan ladang uang baginya. Jadi dia tidak akan melepaskan Jayden.

Hanya dengan bekerja sama dengan perusahaan besar seperti perusahaan Zhou Corp. maka ia akan dapat mempertahankan bisnisnya di masa depan tanpa harus bersusah payah. Syaratnya adalah dengan membuat pria itu senang dan memenuhi apa pun yang diinginkannya, termasuk mengirimkan istrinya ke ranjang pria itu.

.

.

.

Flash Back On

Beberapa minggu yang lalu

"Presdir Zhou, ini adalah proposal kerja sama dari perusahaan kami. Semoga Anda dapat mempertimbangkannya."

Peter menyerahkan sebuah dokumen permohonan kerja sama kepada Jayden dan pria itu pun hanya meliriknya saja tanpa minat sedikit pun.

"Jadi kau ingin bekerja sama dengan perusahaanku?" tanya Jayden.

"Benar, Presdir Zhou," jawab Peter cepat seraya tersenyum ramah.

"Ada begitu banyak perusahaan yang ingin aku untuk bekerja sama dengan mereka. Lalu mengapa aku harus memilih perusahaanmu?"

"Ah, itu ... karena aku tak akan mengecewakan Anda. Produk-produk dari perusahaan GF Group adalah kualitas yang terbaik. Hanya saja sekarang kami sedang mengalami sedikit kendala dalam hal financial. Aku harap Presdir Zhou bersedia untuk berinvestasi di perusahaan kami. Aku akan berusaha yang terbaik dan selalu setia pada Anda," jawab Peter penuh harap dan Jayden pun segera tertawa.

"Setia padaku? Jadi kau akan menuruti apa pun perkataanku?"

"Iya, benar, Presdir. Aku akan memberikan apa pun yang Anda inginkan dan aku jamin hasilnya tidak akan mengecewakan," jawab Peter cepat dan penuh keyakinan.

"Oh, benarkah? Apa pun?" Jayden bersandar pada kursinya dan tersenyum meremehkan.

"Benar, Presdir Zhou. Apa pun."

"Apa termasuk istrimu?" tanya Jayden asal.

"Apa?!"

Peter terkejut mendengar permintaan Jayden. Namun, ia pun segera menguasai dirinya dengan cepat. Bisnis adalah sebuah pertaruhan kekuasaan tanpa batas. Di mana sang penguasa dapat bertindak sesuka hatinya.

"Benar, Presdir," ucap Peter tanpa sedikit pun tampak gurat keraguan di wajahnya. Hal itu pun membuat Jayden menatapnya semakin tajam.

"Aku setuju, Presdir Zhou. Aku akan meminta istriku untuk menemui Anda di hotel malam ini."

Peter menatap lurus mata Jayden, ia harus mengorbankan Jesslyn demi karier bisnisnya. Ia tak ingin perusahaan yang telah dirintisnya sejak lama akan berakhir karena tak bisa membayar hutang-hutangnya.

"Heh! Kau pria yang sangat ambisius, Presdir Gao," ucap Jayden meremehkan.

"Terima kasih atas pujian Anda, Presdir Zhou."

Peter tahu jika Jayden sedang mengejeknya, tetapi ia harus menebalkan mukanya dan membuang harga dirinya demi keberhasilan misinya. Kucuran dana segar yang akan didapatnya dari Zhou Corp. nanti, bagaikan hembusan angin surga untuknya. Jadi ia tak peduli meskipun ia harus mengorbankan Jesslyn, wanita yang telah dinikahinya satu tahun yang lalu itu.

.

.

.

...Visual...

Jayden Zhou, 32 tahun

.

.

.

Jesslyn Jiang, 24 tahun

.

.

.

Peter Gao, 30 tahun

.

.

.

Diana Shen, 28 tahun

.

.

.

Ryan Huang, 30 tahun

.

.

.

Martha Liu, 24 tahun

.

.

.

Alicia Guan, 24 tahun

.

.

.

Samuel Lee, 28 tahun

.

.

.

Erick Xiao, 25 tahun

.

.

.

Bab 2 Menipu Jesslyn

Malam harinya, Peter benar-benar melakukan apa yang ia katakan di perusahaan Jayden tadi siang. Ia menelepon Jesslyn dan memintanya untuk datang ke sebuah hotel berbintang di kota itu.

Ia pun berpura-pura mengajak istrinya itu untuk pergi makan malam romantis, dengan alasan sebagai perayaan hari jadi pernikahan mereka yang pertama. Karena Jesslyn pasti akan menolaknya mentah-mentah jika ia mengatakan tujuannya yang sebenarnya, yaitu untuk "melayani tamu".

"Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba saja kau mengajakku untuk makan malam di sini?" tanya Jesslyn ketika mereka sudah sampai di sebuah restoran mewah di salah satu lantai hotel tersebut.

"Apa kau lupa? Ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita yang pertama. Aku pun sudah memutuskan ingin mengenalmu lebih dekat, dan memperbaiki hubungan pernikahan kita.

Kita tak pernah meluangkan waktu bersama sejak kita menikah. Kita juga bahkan belum pergi berbulan madu. Jadi anggap saja ini sebagai permintaan maafku karena aku selalu sibuk dan tak pernah meluangkan waktuku untukmu."

Peter beralasan agar Jesslyn tidak mencurigainya. Jesslyn pun hanya bisa menghela napasnya. Ia tahu jika alasan Peter tak pernah menyentuhnya bukan karena pria itu sedang sibuk, tetapi karena Peter tak pernah mencintainya. Pernikahannya dengan Peter ini hanya karena sebuah perjodohan saja.

Meskipun terkadang Peter bersikap dingin kepadanya, tetapi Peter tak pernah berbuat kasar baik secara fisik ataupun verbal. Itulah alasan mengapa Jesslyn tetap bertahan dengan pernikahan ini, dan berharap suatu saat nanti suaminya akan membuka pintu hatinya untuk Jesslyn.

Kini, Peter mengajaknya untuk makan malam yang romantis, tentu saja Jesslyn senang sekali. Mungkin ini adalah langkah awal yang baik bagi kehidupan rumah tangga mereka berdua.

Setelah makan malam, Peter pun mengajak Jesslyn ke lantai atas, di mana ia telah memesan sebuah kamar hotel mewah sebelumnya. Jesslyn pun masuk ke dalam kamar tipe presidential suite itu dan seketika ia pun terpana.

"Oh, Ya Tuhan. Kamar ini indah sekali. Mengapa kita ke sini?" tanya Jesslyn seraya terus mengamati seisi kamar itu. Ia pun berjalan ke arah jendela besar di kamarnya dan melihat pemandangan malam yang indah yang tersaji berkat lampu-lampu kendaraan dan juga gedung-gedung bertingkat di sekelilingnya.

"Apa kau suka?" tanya Peter seraya berjalan menghampiri wanita itu.

"Ehm, aku suka. Ini indah sekali. Tetapi, mengapa kita menyewa kamar ini? Harganya pasti mahal sekali, 'kan?" Jesslyn menatap mata Peter.

"Sudah aku katakan tadi, ini adalah sebagai permintaan maafku karena telah mengabaikanmu selama ini. Anggap saja ini adalah sebuah permulaan baru bagi kehidupan pernikahan kita."

Peter mencium punggung tangan Jesslyn agar wanita itu mempercayai bualannya, dan benar saja, Jesslyn memang luluh karena perlakuan romantis suaminya. Ia pun segera menghambur ke dalam pelukan pria itu.

"Terima kasih, Peter. Aku sangat senang sekali. Aku pikir kau selamanya tak akan pernah mencintaiku."

Peter terdiam sejenak saat sebuah pelukan hangat mendekapnya. Ungkapan kebahagiaan tulus istrinya karena perlakuan manisnya. Namun, Peter tak bisa mundur lagi. Perjanjiannya dengan Jayden lebih penting baginya dari pada rasa cinta kasih Jesslyn kepadanya. Maka Peter pun segera melepaskan pelukan istrinya itu dari tubuhnya, tetapi tetap menjaga kontak mata dengan Jesslyn, dan membelai pipinya.

"Sudahlah, kita adalah suami istri, jadi tak perlu sungkan atau pun berterima kasih. Aku juga minta maaf karena selama ini telah mengabaikanmu. Sekarang kau pergilah mandi dan kenakan ini."

Peter menyerahkan sebuah kotak berwarna pink kepada wanita itu dan kemudian ia pun berbisik di telinga Jesslyn.

"Aku akan menunggumu di sini. Kita akan menikmati malam indah kita."

Wajah Jesslyn merona merasakan hembusan napas hangat Peter di telinganya. Ia tak pernah se-intim ini dengan pria mana pun. Ia pun secara refleks memundurkan langkahnya karena malu.

"Baiklah. Kau tunggu sebentar. Aku ... aku akan mandi dulu," ucap Jesslyn gugup.

"Baiklah, Sayang. Aku tidak sabar menunggumu."

Peter mengerlingkan matanya untuk menggoda Jesslyn. Hal itu pun membuat wajah Jesslyn semakin merona. Peter tak pernah melihat wajah Jesslyn yang tampak gugup seperti ini. Sangat menggemaskan. Namun, sayang bukan dia yang akan menikmati malam ini dengan Jesslyn.

Tak tahan karena Peter terus saja menggodanya, maka Jesslyn pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk menyembunyikan dirinya, dan meninggalkan Peter sendirian di kamar.

Tak lama setelah Jesslyn pergi, Peter pun menuangkan sebuah anggur ke dalam gelas untuk Jesslyn. Tak lupa pula ia membubuhkan sebuah serbuk yang telah disiapkannya sejak tadi. Setelah semua persiapan selesai, Peter pun segera meninggalkan kamar itu.

Jesslyn keluar dari kamar mandi dengan mengenakan sebuah lingerie berwarna merah terang yang diberikan oleh Peter tadi. Penampilannya sungguh sexy dan sangat menggoda.

Berbeda dengan perasaan Jesslyn saat ini. Ia merasa gugup dan sangat tidak nyaman, karena ia memang tak pernah mengenakan pakaian seminim ini. Namun, Jesslyn pun tetap mengenakannya karena tak ingin membuat Peter kecewa.

Jesslyn berjalan menuju ke tempat tidur dengan menutupi bagian dada dan pahanya yang terbuka, sementara bagian punggungnya telah tertutupi secara alami, oleh rambut hitamnya yang masih basah dan tergerai. Namun, setelah melihat ke sekeliling, ia pun tak menemukan Peter di kamar itu.

'Ke mana Peter? Bukankah dia bilang tadi akan menungguku di sini?'

Kemudian Jesslyn meraih handphone-nya dari dalam tas dan melihat ada sebuah pesan dari suaminya itu.

[💌 : Sayang, aku sedang mempersiapkan kejutan lainnya untukmu. Sebentar lagi kau akan mengetahuinya. Kau minumlah dulu anggur itu. Aku akan segera kembali. Tunggu aku.]

Jesslyn pun berjalan ke arah meja yang terdapat di ruangan itu. Ia kemudian melihat memang ada dua buah gelas di sana, salah satunya telah terisi oleh anggur yang telah diberi obat pembangkit gairah oleh Peter. Jesslyn menggoyangkan gelas anggur itu dan menghirup aromanya, kemudian ia menyesap minuman itu perlahan. Setelah mencicipinya sedikit, ia pun menyukai rasa anggur itu.

"Ehm, minuman ini sungguh nikmat," ujar Jesslyn dan segera meminumnya lagi hingga habis. Tak lama kemudian ia pun mulai merasa pusing dan panas pada tubuhnya.

'Ada apa denganku? Apa aku mabuk? Tidak mungkin. Aku kan hanya meminum wine itu segelas saja. Tetapi, mengapa kepalaku pusing sekali dan juga tubuhku terasa sangat panas?' gumam Jesslyn seraya meletakkan kembali gelas itu di meja.

Ia pun berjalan dengan tertatih ke arah nakas di samping tempat tidur dan kemudian meraih handphone-nya. Ia menelepon Peter untuk membawakannya obat penghilang mabuk. Namun, Peter tak menjawab teleponnya.

'Ke mana Peter? Mengapa ia tak menjawab teleponku?'

Jesslyn pun ingin menelepon petugas hotel, tetapi karena kepalanya semakin pusing sehingga membuat pandangannya sedikit kabur. Ia pun tak dapat melihat dengan jelas tulisan kecil di buku kontak nomor telepon hotel itu.

"Ya, ampun. Mengapa semua angka ini berputar-putar?"

Jesslyn pun meletakkan kembali buku telepon itu di atas nakas dan memegangi dadanya yang semakin berdebar kencang. Keringat dingin pun sudah membasahi seluruh tubuhnya meskipun suhu di ruangan kamarnya sangatlah sejuk. Karena takut terjatuh jika ia terus berdiri, maka Jesslyn memutuskan untuk berbaring sejenak.

'Lebih baik aku beristirahat saja dulu. Nanti aku akan meminta obat saat Peter sampai di kamar.'

Namun, rasa panas dalam tubuhnya semakin membuatnya tersiksa. Penglihatannya pun semakin memudar. Ia mencengkram sprei itu dengan kuat, berharap agar dapat meredakan sedikit penderitaannya.

"Ah! Kepalaku sakit sekali. Panas. Peter, tolong aku," lirih Jesslyn di tengah kesadarannya yang perlahan menghilang, dan panas di tubuhnya yang semakin hebat. Ia bahkan sudah melepaskan lingerie itu dari tubuhnya. Kini, hanya ada balutan pakaian dalam sexy yang menutupi bagian intimnya.

"Ah! Panas sekali. Aku tidak tahan."

Sesaat kemudian terdengar bunyi seseorang yang membuka pintu dan berjalan mendekat ke arahnya. Jesslyn yang mengira jika itu adalah suaminya pun segera memanggilnya.

"Peter, tolong aku. Tubuhku sangat panas. Tolong," ucap Jesslyn dengan suara pelan. Ia merapatkan kedua kakinya karena ada sesuatu yang berdesir dari dalam tubuhnya.

'Cih! Baj*ngan itu benar-benar mengorbankan istrinya demi sebuah kontrak kerja sama denganku. Benar-benar ambisius!' ejek Jayden.

Ia kemudian berjalan mendekati Jesslyn yang tengah berjuang melawan gejolak rasa dalam tubuhnya. Jayden duduk di tepi tempat tidur dan menahan dagu Jesslyn untuk melihat wajahnya dengan lebih jelas. Ia kemudian menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Jesslyn. Begitu Jayden melihat wajah merona wanita itu, ia pun tersenyum.

"Lumayan cantik. Tetapi, sayang sekali suamimu hanya menganggapmu sebuah pion dalam permainan bisnis ini."

Jayden kemudian melepaskan tangannya dan segera berdiri untuk pergi dari kamar itu. Ia hanya berniat untuk mempermainkan Peter tadi siang. Namun, kemudian Jesslyn pun meraih tangan pria itu sehingga membuatnya kembali duduk di tepi tempat tidur.

"Peter, jangan pergi. Tolong aku. Kumohon. Aku sangat menderita."

Jesslyn kemudian bangkit duduk dan segera memeluk Jayden dengan erat. Suhu tubuh Jayden membuat Jesslyn merasa lebih nyaman.

"Jangan pergi, Peter. Tolong aku," lirih Jesslyn di telinga pria itu dan kemudian menjilat dan menggigit telinga Jayden. Ia juga mulai meraba dada dan punggung pria asing itu.

"Nona, sebaiknya kau singkirkan tanganmu dari tubuhku. Jika tidak maka kau akan tahu akibatnya," ancam Jayden.

"Tidak. Nanti kau pasti akan pergi. Jangan tinggalkan aku. Tolong aku. Kumohon. Aku sangat menderita, Peter," ucap Jesslyn sedikit mendesah.

Karena Jayden masih tetap diam saja, maka Jesslyn kemudian meraih kerah baju Jayden dan segera mencium bibir pria itu. Jayden pun terkejut, tetapi tak lama kemudian ia tersenyum karena merasakan sentuhan lembut bibir Jesslyn pada bibirnya.

'Cih! Aku sudah memperingatkanmu tadi. Tetapi, kau malah memancingku. Jadi jangan salahkan aku.'

.

.

.

Bab 3 Rasa Yang Berbeda

Jayden segera membaringkan tubuh Jesslyn dan kemudian menindihnya. Mengunci kedua tangan wanita itu di atas kepalanya dan mulai melahap bibir mungil itu dengan rakus. Ia adalah seorang pria normal, sentuhan hangat bibir Jesslyn tadi telah membangkitkan gairahnya.

Jayden pun beralih ke leher jenjang wanita itu dan menciumnya dengan kuat, sehingga meninggalkan jejak kepemilikannya di leher dan dada wanita itu. Desahan pun meluncur indah dari bibir Jesslyn. Lenguhan sexy Jesslyn membuat Jayden semakin tak dapat menahan dirinya. Jayden menghentikan sejenak aksinya, ia kemudian berbicara pada Jesslyn.

"Aku tanya sekali lagi, apa kau sungguh ingin melakukannya? Karena aku tak akan menghentikannya nanti meskipun kau memohon dan menangis," bisik Jayden seraya menggigit kecil telinga wanita itu.

Jesslyn yang memang sudah dikuasai oleh efek obat pembangkit gairah itu pun, hanya mengangguk pasrah terlebih lagi ia mengira jika yang sedang mencumbunya itu adalah suaminya, Peter.

"Cepat lakukan, Peter. Aku sudah tidak tahan."

Jayden tersenyum dan kembali mencium bibir Jesslyn dengan lembut.

"Baik. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Kau sudah tak punya kesempatan lagi untuk menyesal, dan ingat nama priamu ini dengan baik. Aku adalah Jayden." Jayden membelai lembut wajah Jesslyn yang telah dipenuhi oleh keringat dingin karena menahan gairahnya.

"Kau dengar aku, Nona?"

Jesslyn hanya mengangguk tanpa mengerti akan ucapan Jayden. Yang diinginkannya sekarang hanyalah menuntaskan hasrat dalam dirinya. Memadamkan api gairah yang telah membakar tubuhnya.

Jayden pun tersenyum dan kembali melancarkan aksinya. Ia membuka jas dan kemejanya. Begitu juga dengan pakaian dalam sexy yang dikenakan oleh Jesslyn. Jayden kemudian menikmati setiap jengkal tubuh indah wanita itu.

Membuat Jesslyn tanpa sadar kembali mendesah nikmat. Setelah puas menciumi dan meninggalkan jejak kepemilikannya di seluruh kulit mulus Jesslyn, Jayden pun memposisikan dirinya dan menghujam Jesslyn dengan keras.

"Argh! Sakit!" pekik Jesslyn kesakitan yang membuat Jayden terkejut dan segera melepaskan dirinya. Ia kemudian menunduk dan melihat ada bercak darah di miliknya dan milik Jesslyn.

"Sial! Kau masih ...," ucap Jayden tertahan. Ia sungguh tak menduga jika Peter ternyata tak pernah menyentuh istrinya itu.

Jesslyn terlihat mencengkram bantal itu dengan kuat dan menggigit bibirnya karena menahan sakit di bagian intimnya. Ia juga terus menggeliat karena masih dalam pengaruh obat. Pemandangan itu sungguh membuat Jayden tak dapat menahan dirinya. Gairahnya yang sempat padam karena terkejut tadi, kini kembali menyala.

"Peter, kau sendiri yang menyerahkan istrimu padaku. Jadi jangan salahkan aku."

Jayden kembali mel*mat bibir Jesslyn dengan lembut, dan membuat wanita itu merasa nyaman untuk menikmati percintaan mereka, sebelum akhirnya Jayden kembali melakukan aksinya yang sempat tertunda tadi. Kali ini Jayden melakukannya dengan perlahan dan lembut. Ia terlihat sangat menikmati tubuh Jesslyn.

Jesslyn kembali merintih kesakitan dan mencengkeram bahu Jayden. Meskipun Jayden sudah melakukannya dengan sangat lembut dan perlahan, tetapi karena ini merupakan pengalaman yang pertama baginya, maka ia tetap merasa sakit di bagian inti tubuhnya.

Jayden pun mengerang nikmat kala seluruh miliknya telah terbenam sempurna di dalam tubuh Jesslyn. Ia kemudian menggerakkan tubuhnya perlahan seraya terus mencium bibir dan leher Jesslyn.

Jesslyn pun mendesah menikmati sentuhan Jayden yang kini tengah menjajah raganya. Pria itu benar-benar memberikan kenikmatan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Kenikmatan yang seharusnya diberikan oleh suaminya sebagai pasangan sah-nya.

Jayden bagaikan menemukan sebuah kesenangan baru, ia tak henti-hentinya menyerang Jesslyn seakan dirinya-lah yang tengah dalam pengaruh obat itu. Napas keduanya memburu cepat, tetapi Jayden masih belum tampak akan menyudahi permainannya.

"Cukup. Hentikan. Aku lelah."

Jesslyn mencoba mendorong pria itu di sisa-sisa tenaga yang dimilikinya. Ia sangat kelelahan dan mengantuk setelah beberapa kali Jayden telah membuatnya mencapai klimaks.

"Belum cukup, Sayang. Kau yang memulai ini. Maka kau yang harus menemaniku sampai akhir."

Percintaan mereka pun terus berlanjut, hingga akhirnya pria itu mengerang nikmat karena telah mencapai puncaknya. Ia pun segera menjatuhkan tubuhnya di samping Jesslyn. Sementara, wanita itu sudah tak dapat lagi menahan lelah dan kantuknya kemudian langsung tertidur.

Jayden tersenyum puas setelah menikmati tubuh Jesslyn. Ia pun segera beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan dirinya, Jayden kemudian dengan cepat mengenakan kembali pakaiannya. Ia pun menyelimuti tubuh polos Jesslyn dan mengecup lembut bibirnya.

"Kau benar-benar membuatku puas, Nona," ucap Jayden seraya membelai bibir mungil yang baru saja ia nikmati itu.

Jayden pun segera pergi meninggalkan Jesslyn yang kini telah terlelap kelelahan akibat pergumulan mereka yang penuh gairah tadi.

Ketika Jayden sampai di lobby, ia melihat Peter yang sedang duduk di sofa yang terdapat di lobby hotel itu. Pria itu memang telah menunggu Jayden sejak tadi. Peter kemudian bangkit dari sofa dan berjalan mendekat ke arah Jayden seraya tersenyum penuh arti kepada pria itu. Mereka pun berjalan berlawanan arah dan ketika jarak mereka semakin dekat, Peter pun berujar kepada Jayden.

"Wow! Ini sudah hampir pagi." Peter melirik ke arah jam tangannya. "Sepertinya Anda sangat puas dengan pelayanan istriku, Presdir Zhou. Kalau begitu aku akan menunggu kabar baik dari Anda besok."

"Cih!"

Jayden hanya mendengus dan segera pergi melewati Peter tanpa mengatakan sepatah kata pun. Walaupun Jayden tak mengakuinya, tetapi memang benar apa yang dikatakan oleh Peter tadi, ia memang sangat menikmati percintaannya dengan wanita itu.

Rasanya sungguh sangat berbeda dengan wanita-wanita lain yang pernah tidur dengannya. Mungkin karena Jesslyn adalah wanita polos pertama yang pernah digagahinya. Jayden segera masuk ke dalam mobilnya dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Ia pun memejamkan matanya dan tersenyum.

'Jesslyn Jiang.'

.

.

.

Setelah bertemu dengan Jayden, Peter pun bergegas kembali ke kamar Jesslyn sebelum istrinya itu bangun. Ia masuk ke dalam kamarnya dan melihat Jesslyn yang masih terlelap. Tubuh polosnya tertutupi selimut hingga sebatas bahu.

Terdapat jejak ciuman yang begitu nyata di sekitar leher wanita itu, dan Peter yakin bahwa kiss mark itu bukan hanya ada di lehernya saja, tetapi pasti juga terdapat di bagian tubuh lainnya. Namun, Peter tak ingin menarik selimut Jesslyn untuk memastikan hal itu. Ia tidak peduli dengan apa yang telah Jayden lakukan kepada istrinya.

Karena baginya kini Jesslyn adalah wanita milik Jayden dan ia tak berniat untuk menyentuhnya. Bahkan sebelum malam ini pun, ia memang tidak ingin menyentuh Jesslyn. Lebih tepatnya tidak bisa. Karena ia tak bereaksi terhadap wanita.

Hasratnya berbeda. Pernikahan ini pun hanya untuk menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya saja. Itulah mengapa Jesslyn masih suci meskipun mereka telah lama menikah.

Peter kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Berharap dengan mandi air hangat, ia dapat menghilangkan rasa kantuknya yang telah menunggu Jayden di lobby hotel semalaman.

Peter tak dapat pergi jauh dari hotel itu, karena ia harus bergegas kembali ke kamar hotelnya segera setelah Jayden pergi, agar Jesslyn tidak mencurigainya. Namun, Peter sungguh tidak menduga jika Jayden akan berada di kamar Jesslyn semalaman. Sehingga membuatnya mengantuk dan bosan menungggu.

Jesslyn mengerutkan keningnya karena mendengar bunyi alarm di handphone-nya. Suara nyaring itu telah mengusik tidur nyenyaknya. Ia pun bangkit duduk secara perlahan karena kepalanya yang masih terasa pusing. Ketika ia menggerakkan tubuhnya, ia pun menggigit bibir bawahnya karena menahan rasa perih di bagian intimnya.

"Ya Tuhan, ini sakit sekali."

Seketika ia pun dapat mengingat secara samar akan kejadian semalam bersama dengan pria yang ia anggap sebagai suaminya. Alarm itu masih terus berbunyi, dengan susah payah akhirnya Jesslyn pun berhasil mematikan alarm di handphone-nya.

"Kau sudah bangun?" tanya Peter yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Jesslyn pun membalikkan tubuhnya dan melihat tubuh tegap suaminya itu yang hanya tertutup oleh handuk di bagian pinggangnya hingga sebatas lutut. Wajah Jesslyn pun kembali merona, karena bayangan akan percintaan mereka semalam melintas cepat begitu saja di dalam benaknya. Ia pun menundukkan wajahnya karena malu seraya terus mencengkeram kuat selimut yang menutupi tubuhnya.

Peter tersenyum dan segera mendekati Jesslyn. Ia kemudian meraih dagu Jesslyn dan mendongakkan wajah wanita itu agar melihat kepadanya. Terdapat luka kecil di sekitar bibir Jesslyn yang kemungkinan besar adalah karena ulah Jayden semalam. Peter lalu menyeka lembut luka itu dengan jarinya.

"Apakah sakit?" tanyanya seraya tersenyum. Jesslyn pun mengangguk pelan.

"Ehm, agak perih," jawab Jesslyn dengan wajah merona dan menghindari tatapan mata Peter.

"Maafkan aku," ujar Peter meminta maaf karena telah menjual istrinya itu kepada pria lain.

Namun, Jesslyn yang tak mengetahui apa pun mengira jika Peter meminta maaf karena telah melukai bibirnya, dan membuat rasa perih yang sangat menyakitkan di bagian inti tubuhnya. Ia pun kemudian menggeleng pelan.

"Tidak apa-apa. Sebentar lagi juga sembuh," ujar Jesslyn seraya memegang tangan Peter yang berada di bibirnya dan mengecupnya. Ia sangat senang karena kini ia telah menjadi milik Peter sepenuhnya.

Peter pun tersenyum dan segera melepaskan tangannya dari wajah Jesslyn.

"Bangunlah dan bersihkan dirimu. Aku sudah memesan sarapan untuk kita. Setelah sarapan, nanti aku akan mengantarmu ke kantor."

"Ehm, baiklah."

Jesslyn pun segera bangkit dari tempat tidur. Ia kembali mencengkram kuat-kuat selimut itu karena rasa sakit yang semakin menjadi saat ia menggerakkan tubuhnya. Peter yang menyadari hal itu pun segera memalingkan wajahnya dan tak ingin melihat ekspresi wajah Jesslyn yang menahan sakit. Karena itu malah akan membuatnya semakin merasa bersalah.

Jesslyn menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan berjalan perlahan ke arah kamar mandi. Jika saja tak ada Peter di sini maka ia akan berteriak dengan keras karena rasa perih ini. Dengan susah payah akhirnya Jesslyn pun sampai di kamar mandi.

Peter yang masih berdiri di samping tempat tidur pun terdiam. Ia menatap bercak merah pada sprei putih itu dengan perasaan yang gamang. Itu adalah bukti kekejaman dan ambisinya terhadap dunia yang bahkan tega menjual istrinya.

Flash Back Off

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!