NovelToon NovelToon

Cinta Tita (Sambungan Suamiku Majikan Ku)

Mengunjungi makam Tias

Untuk semuanya bacalah kisah suamiku majikan ku sebelumnya karena ini adalah season ke-2 nya agar paham dan mengerti jalan cerita ini. Terimakasih.

Naya dan Rangga memadu kasih di pantai itu hingga matahari condong ke ufuk barat. Adi menelepon keduanya dan memintanya segera kembali karena ia sudah sangat rindu. Seharian ini ia bermain bersama Tita di bawah pengawasan Angga di kamar hotel.

Tiga hari kemudian.....

Angga dan Tita mengunjungi makam Tias. Tita menangis meraung di samping pusara sang bunda. Harusnya ia mendapatkan kado di hari pertambahan usianya dari Tias namun kenyataannya sang bunda malah pergi untuk selamanya.

"Kita pulang, Sayang. Ayo." Angga meraih tubuhnya dan mendekap nya menjauhi makam Tias.

"Mama masuk surga kan, Pa?" tanyanya berharap.

"Iya, tetap doakan mama mu," jawab Angga.

Angga memasangkan sabuk pengaman padanya dan menyalakan mesin mobilnya. Selama perjalanan Tita masih menangis sesenggukan dan berkali-kali mengusap air matanya. Angga tak pernah mengira jika Tias tak bisa bertahan, ternyata wanita itu harus pergi secepat ini.

Sekilas Angga menoleh kepada Tita. Gadis kecil itu terpaku menatap lurus ke depan. Ia kemudian putar balik menuju sebuah restoran ice cream favorit sang putri.

"Kita makan ice cream ya, Pa?" tanya Tita sumringah setelah mereka sampai di depan sebuah kedai es krim

"Tita mau ice cream kan?"

"Iya."

..........................

SD dan SMP 12 Mataram:

Dari koridor sekolah Sulaiman melihat Adi berseteru dengan teman sekelasnya di taman bermain. Ia segera menghampirinya dan berusaha melerai pertengkaran itu, "Hei! Jangan begini!" gertak nya ketika lawan sang adik hendak menendang.

Tak di sangka Adi melempar kue yang menjadi sebab pertengkaran itu ke wajah Tomas, "Ambil aja!"

"Kita pergi," ucap Sulaiman seraya menarik pergelangan tangannya.

Tomas menangis keras hingga seorang guru menghampirinya.

"Adi lempar roti ke wajahku," lapor nya.

Karena peristiwa itu Tomas dan Adi beserta Sulaiman di panggil ke ruang guru. Adi menjelaskan segala hingga Tomas tersudut dan membela diri sambil berteriak gusar, "Kamu yang salah!"

"Kamu!" pekik Adi tak terima, "Aku nggak mau kasi roti aku ke kamu tapi kamu maksa!"

Tomas memang anak yang terkenal nakal di sekolah itu. Guru BP memanggil orang tuanya mendatangi sekolah detik itu juga. Kenakalan anak itu sungguh meresahkan dan hampir di luar batas.

.......................

Menjelang tengah malam.....

Sulaiman memeluk Naya di ranjang kecilnya bermanja melepaskan rindu setelah setengah hari ini Naya berada di rumah kedua orangtuanya.

Suara dengkuran Sulaiman sudah terdengar. Naya sesaat menengok wajahnya dan perlahan ia melepaskan pelukan itu dan membaringkan bocah itu. Ia turun dengan sangat hati-hati lalu menyelimuti tubuhnya, "Tidur, Sayang," bisiknya setelah mengecup keningnya.

"Sudah tidur?" sapa Ilham seraya mendekat.

Naya menoleh, "Iya, Kak. Aku kembali dulu ke kamar."

Ilham pun mengangguk.

Setelah dini hari tiba Naya terbangun. Rangga dan Adi menyusul. Ketiganya mendirikan sholat tahajjud sesaat.

Naya mendekap Adi dan mengusap kepalanya di depan kiblat. Anak itu mulai terpejam dan terlihat begitu damai.

"Sayang," panggil Rangga.

"Iya, Mas?"

"Bagaimana jika kita tambah momongan?"

Naya tersentak. Wajahnya bersemu merah karena malu dan berpaling.

"Mau kan?" harap Rangga.

Naya tak menjawab.

"Hey," celetuk Rangga. Ia mendekat dan menjamah telapak tangannya, "Mau ya," paksa nya.

Naya memberanikan diri menatap matanya. "Iya, Mas.

Bersambung....

Amarah Sarah

Sebelumnya Rangga menidurkan Adi di kamarnya. Bocah itu langsung berbalik bembelakangi Rangga dan memeluk guling nya.

"Huh....saatnya beraksi!" bisiknya sambil mengusap kedua telapak tangannya penuh semangat.

Naya menyisir rambutnya di depan cermin dan menyemprotkan sedikit parfum di leher dan tubuhnya. Ia tak menyadari sang suami tengah menatapnya di ambang pintu. Rangga tersenyum nakal dan perlahan mendekat.Ia menyentuh kedua pundaknya dan mengecup puncak kepalanya.

"Mas...." desah Naya.

Rangga mengangkat tubuhnya dan menidurkannya perlahan di atas ranjang.

...................

10.00 wita SD dan SMP 12:

Saat ini Adi dan Tita berada di taman samping gedung sekolah. Adi memasang bunga di telinga Tita. Senyum Tita kian melebar. Adi kembali berlari memetik bunga tak jauh dari mereka dan memakaikannya di telinga Tita yang sebelah. Tita turun dari atas batu dan mencubit pipinya.

"Nakal!" sergah Adi gemas menepis tangannya tertawa.

Sementara itu Sulaiman memilih mencari Tita dan Adiyasa ketimbang ikut berkumpul bersama teman-temannya di kantin sekolah. Ia tahu jika pasti kedua adik sepupunya itu sedang berada di taman.

Saat melihat sosok keduanya langkahnya terhenti. Ia tak mendapati kotak makanan yang seharusnya ada bersama mereka. Ia lekas menuju kelas Tita dan Adi. Ia mendapati bekal makanan keduanya masih berada di kolong meja, "Nggak di bawa lagi?" batinnya.

Dengan langkah cepat ia menyusuri koridor sekolah. Ia lantas menyerahkan bekal itu kepada kedua adiknya.

"Aku mau makan nanti aja, Kak....!" seru Adi menggeleng.

"Aku juga nanti aja, belum lapar!" timpal Tita.

Sulaiman menatap bibir merah Tita. Ia kagum depan kecantikan gadis kecil itu. Ia berpikir jika nanti sudah dewasa Tita pasti akan kian bertambah cantik. Dengan terpaksa ia memarahi Adi dan Tita agar mau memakan bekal mereka. Adi merengut mengikuti perintahnya. Sedangkan Tita, ia malah meminta Sulaiman untuk Menyuapinya.

.......................

Sarah membanting Piring dan meninggalkannya begitu saja di dapur. Ia sudah lelah dengan keadaan kekurangan yang menghimpit dirinya selama hampir dua tahun ini. Suaminya hanya memberikan jatah seadanya cuma cukup untuk makan dan kebutuhan rumah tangga. Ia merasa kacau karena sudah kehilangan kesabaran.

"Aaaaah!!!" teriaknya gusar menjambak rambutnya. "Laki-laki tak berguna! Aku bosan dengan semua ini! Aku sudah tak tahan!!!"

Sarah menghampiri kamar mendiang anaknya dan menangis. Kenapa semua penderitaan ini harus di alaminya?! Dulu kehidupannya sangat mewah dan bahagia.....kenapa ia mau menerima lelaki itu dalam hidupnya?! Lelaki bodoh dan tolol yang telah membuat harta dan usaha kedua orangtuanya musnah! Ia menyesal menyerahkan tampik kekuasaan perusahaan miliknya kepada Fatur. perusahaan yang ia kelola tak mampu bersaing di pasaran dan mengalami proses inovasi yang lamban hingga menjadi paceklik dan pada akhirnya jatuh bangkrut. Imbasnya anak mereka yang sedari lahir memiliki penyakit jantung bawaan meninggal karena tak mendapatkan perawatan.

Fatur kini hanya menjadi dosen biasa. Ia ikhlas menghadapi semuanya. Termasuk sikap kasar sang istri yang terus menyalahkannya. Ia juga menyalahkan dirinya dengan semua ini dan samasekali tak keberatan dengan sikap Sarah.

Sarah tak punya tempat untuk berlari. Yang ia miliki hanya Fatur. Terbersit di benaknya untuk memohon pertolongan kepada Ilham. Akan tetapi ia tak sanggup jika harus merendahkan martabatnya. Terlebih di hadapan Abdullah, sang mantan mertua yang sangat membenci dan selalu merendahkannya.

Suara mobil Fatur terdengar memasuki halaman rumah. Pria itu langsung masuk dan menghampirinya di kamar mendiang anak mereka.

"Sayang, sudah belikan makanan yang kuminta? Aku lapar sekali." Ia tak mempedulikan wajah merah Sarah yang sering di timpakan nya. Semenjak Sarah positif hamil ia hanya meminta sang istri memesan makanan di luar.

"Kamu pikir uangnya dari mana?" bisik Sarah geram. "Jual saja mobilmu!"

"Kan kemarin sudah ku berikan? Itu cukup untuk seminggu kedepan. Belum habis kan?"

Sarah mengangguk. Ia tersenyum begis, "Hanya itu? Terus kebutuhanku? Kamu samasekali tak pernah memikirkannya kan? Kamu tak pernah berpikir untuk menyenangkan hatiku! Kamu pikir aku bisa tahan berapa lama dengan kondisi ini....?"

Fatur terdiam menatapnya lekat. "Maafkan aku. Aku tak bisa mengembalikan semuanya. Yang aku hanya bisa berikan untuk saat ini hanyalah kesederhanaan."

Fatur lantas memeluknya. Tangis Sarah pecah. Ia sebetulnya sadar benar dengan semua usaha Fatur demi membahagiakannya. Di benaknya ia akan mencoba untuk tetap bertahan namun entah sampai kapan....

"Bagaimana kondisi mu? Masih sering mual?" tanya Fatur berbisik sambil mengusap punggungnya.

"Kita gugurkan saja. Aku tak bisa menerimanya jika harus memberikan penderitaan yang sama seperti kakaknya dahulu."

Fatur kecewa. Ia kian mempererat pekukannya. "Aku sudah memutuskan untuk bekerja bersama Om Rama."

Sarah tersentak.

Ia tak pernah menceritakan hal itu kepada Sarah. Tuan Rama pamannya sudah beberapa kali memintanya mengurusi sebuah cabang toko mebel miliknya. Namun ia masih enggan karena malu. Ia menjelaskan semua itu secara singkat kepada Sarah.

................

Waktu terus bergulir. Lima belas tahun berlalu. Tita dan Adiyasa sudah lulus dari jenjang perguruan tinggi.

Hari ini bertepatan dengan ulang tahun Adiyasa dan kepulangan Sulaiman dari luar negeri.

Sulaiman akan mulai bekerja di perusahaan Ilham dan melepaskan jabatannya sebagai menejer di perusahaan sebelumnya. Ilham akan menempatkannya sebagai wakilnya sampai Sulaiman sanggup memimpin perusahaan.

Adiyasa tengah bersiap di kamar bersama adik kecilnya Ilyas. Sulaiman dalam perjalanan dan beberapa menit lagi ia akan tiba di rumah. Sedangkan Tita juga yang dalam perjalanan bersama keluarganya.

Sambutan tepuk tangan dari semua tamu yang hadir mengiringi langkah Adiyasa bersama Naya dan Ilyas ketika menapaki anak tangga. Rangga merekam momen itu dengan sebuah kamera dari lantai bawah. Abdullah duduk di kursi bersama Susan dan Rendra beserta Inayah sang istri. Sedangkan Rina dan Rosa sibuk bercengkrama dengan tamu undangan miliknya dan sang suami yang di undang secara khusus. Putra-putri mereka di urusi oleh baby sitter masing-masing. Hingga yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Sulaiman turun bersamaan dengan Tita dan semua keluarganya dari dalam mobil. Angga tersenyum menatap Sulaiman dan langsung memeluknya. Sekilas Sulaiman menatap Tita. Perasaan cintanya kian terasa hangat. Ingin sekali rasanya ia menyentuh wajah manis Tita. Ia sudah sangat menahan diri memendam rasa cintanya sampai detik ini.

Tita mengayunkan langkahnya dengan anggun dan berdiri di hadapannya, "Hai. Assalamualaikum," candanya jail.

"Hai juga. Wa'alaikum salam," balas Sulaiman.

Bersambung.....

Dansa

"Si cantik," celetuk pria itu nakal.

Tita meresponnya seperti biasa. Gadis itu hanya tertawa renyah tak dapat menangkap sinyal cinta darinya.

Melihat sosok Sulaiman dan seluruh anggota keluarga Pram memasuki rumah, Naya, Adi, Ilham dan keluarga yang lain menyambutnya dengan pelukan.

Naya memeluk Tita dan untuk Sulaiman, ia hanya menyentuh kedua lengannya seraya mengucapkan selamat datang.

"Happy birth day, Adi!" seru Tita antusias dan memberikan sebuah kotak kecil yang di dalamnya terdapat hadiah istimewa buatan tangannya.

Adi hanya tersenyum. Ia dan Sulaiman berpelukan melepaskan rindu setelah satu bulan ini tak bertemu.

"Akhirnya kamu akan menetap, Kak," ujar Adiyasa bahagia.

"Tentu, oh ya apakah kamu akan bekerja di hotel Om Rangga?"

"Kita bicarakan itu nanti saja," gumam Adi tertawa.

Pesta itu di mulai dengan acara tiup lilin dan di sambung dengan acara berdansa. Rangga dan Naya menjadi sorotan saat mereka memutuskan untuk berdansa bersama beberapa tamu undangan. Naya merasa waktu berjalan begitu cepat. Rambut sang suami sudah mulai beruban beberapa helai. Akan tetapi itu malah membuatnya semakin tampan dan lebih berkharisma di matanya.

"Kamu bahagia?" tanya Rangga.

"Tentu. Anak-anak sudah tumbuh dewasa dan kita semakin menua."

Rangga tersenyum. Ia mengecup kening Naya dan berbisik di telinganya, "Tapi masih bisa menambah momongan kan?"

Naya mencubit lengannya karena gemas. Suaminya ini ternyata belum cukup dengan dua orang putra yang sudah ia lahirkan bersusah payah.

"Nakal banget sih...." bisiknya.

Rangga meringis dan tertawa terbahak-bahak. Ia menyampaikan hajatnya jika ia menginginkan seorang bayi perempuan, "Berikan putri kecil yang cantik untukku."

"Tita kan ada," canda Naya.

"Tapi aku ingin yang lahir dari rahim mu."

Naya lantas memeluknya, "Minta sama Allah seorang cucu perempuan."

"Baiklah, Sayang ku," bisiknya dan tertawa lepas.

Sementara itu Ilham hanya bisa menatap Naya lekat. Cintanya kepada Naya semakin menguat tak lekang oleh waktu dan tak terkikis oleh zaman. Dan karena itu ia tak bisa membuka hatinya untuk wanita lain.

Pesta di teruskan dengan acara makan bersama dan berakhir dengan ucapan terimakasih dari Adiyasa kepada seluruh keluarganya dan tamu undangan.

......................

20 30 wita:

Adi tersenyum menatap sapu tangan dari Tita. Sapu tangan itu bertuliskan namanya dan sebuah gambar hati kecil di setiap sudutnya. Ia tahu pasti Tita menghabiskan sebagian waktunya untuk merajut benda itu, "Sayang ku Tita," bisiknya.

Naya mengintip dari balik pintu. Akhirnya ia mengetahui jika putra sulungnya itu ternyata mendendam rasa cinta kepada Tita. Ia berbalik dan mendesah berat. Pantas saja selama ini sikap Adiyasa yang begitu mesra kepada Tita ternyata adalah bentuk dari rasa cintanya. "Adi, ternyata Tita....?" bisiknya.

Sebenarnya tak masalah jika Adiyasa mencintai Tita, hanya saja ia tak pernah mengira dengan hal ini. Apalagi ia dan Rangga sudah mempunyai calon pendamping untuknya.

Ia masuk kedalam kamar dan duduk di samping Rangga pada sisi ranjang.

"Ada apa?" tanya Rangga memecah pikirannya.

"Apa Mas pernah berpikir jika Adiyasa menyukai Tita?"

Ilyas yang mendengar itu langsung mendongak menatap kedua orangtuanya, "Aku tau," celetuknya.

Rangga dan Naya lantas menatapnya, "Itu benar, Sayang?" tanya Naya.

"Iya," angguk Ilyas, "Kakak sering bilang kalau dia mencintai Kak Tita," gumam nya polos dan kembali menggoreskan crayon pada gambarnya dengan posisi tengkurap di atas karpet.

Wajah Rangga dan Naya menjadi datar. Sedari awal Rangga dan Naya sudah sepakat akan menjodohkan Adiyasa dengan Indira, putri dari Max.

Rangga dan Naya berpikir keras. bagaimana bisa mereka membatalkan perjodohan itu? Max adalah sahabat baik Rangga, teman senasib seperjuangan nya sejak duduk di bangku kuliah?

"Aku akan bicara dengannya," ucap Rangga dan bangkit.

"Mas!" cegat Naya berlari menghalanginya. "Jangan dulu. Mungkin Adiyasa hanya cinta monyet dengan Tita. Mungkin saja dia tak serius. Lebih baik kita percepat pertemuannya dengan Indira."

Emosi di dada Rangga perlahan mereda. Ia mendesah pendek dan mengurungkan niatnya.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!