NovelToon NovelToon

Pengantin Kecilku Raina

Part 01

"Ma ... maafkan kami, Tuan Surya! Serlin kabur, Tuan."

"Apa? Serlin kabur?" Pria yang bernama lengkap Surya Wijayanto, terlihat begitu kaget saat mendapat telpon dari calon besannya. Surya tidak menyangka akan seperti ini, padahal sebelumnya mereka bertunangan karena suka sama suka. Tak ada kata paksaan atau perjodohan. Tapi, kenapa sekarang calon pengantin wanitanya malah kabur, saat para tamu-tamu sudah hadir, bapak penghulu juga. Surya tak tau harus berbuat apa-apa lagi, tiba-tiba ia merasakan jantungnya sakit, tubuhnya melemas dan jatuh ke atas lantai.

"Ayah/ Tuan!" Seorang pemuda tampan langsung berlari menghampiri Surya, ia memapah Surya untuk duduk di atas sofa.

"Airnya Tuan Muda." Wanita paruh baya menyerahkan segelas air yang baru saja ia ambil. Pemuda yang bernama lengkap Rian Wijayanto menerima gelas itu, lalu memberikan air itu kepada Ayahnya.

Surya meneguk air itu hingga setengah, ia menghela nafas beratnya. Terlihat dia begitu shok.

"Ayah tak pernah memaksa kalian berdua, kalian tunangan karena saling mencintai. Tapi ...," Surya mengatung perkataannya, ia menghela nafas beratnya. "Tapi, kenapa disaat seperti ini? Disaat para tamu-tamu, penghulu sudah hadir? Mau ditaruh di mana wajah Ayahmu, kalau pernikahan ini bantal?" sambung Surya dengan suara serak.

"Rian benar-benar juga tidak tau, Ayah. Padahal sehari sebelumnya, Serlin terlihat begitu semangat dan tak sabar menunggu waktu ini," jelas Rian yang sama terkejutnya dengan Surya.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Pengantin wanitanya sudah kabur? Sebentar lagi acara akad nikah akan segera dimulai. Ayah benar-benar tidak sanggup jika harus menahan malu," tutur Surya dengan menundukkan kepalanya.

Beberapa detik kemudian, Surya kembali mengakat kepalanya, ia menatap ke arah gadis yang sedang berdiri di samping wanita tadi.

"Pernikahan ini akan tetap lanjut. Saya mau Aina yang menjadi pengantin wanitanya," tutur Surya yang terlihat begitu serius.

"Apa?" Rian dan dua wanita itu terlihat begitu kaget.

"Tapi, Aina masih ingin sekolah, Tuan. Lagipula, Aina tidak pantas untuk Tuan Muda. Aina hanya seorang anak pembantu," ucap gadis yang bernama lengkap Raina Fauzia.

"Status bukan soal yang penting sekarang. Saya mau kamu menikah dengan Rian. Soal sekolah kamu juga tidak perlu khawatir. Setelah pernikahan ini selesai, kamu bisa kembali menjadi Aina yang dulu lagi."

Raina menatap ke arah wanita yang berada di sampingnya, wanita itu hanya tersenyum tipis. Raina kembali menatap Surya dan Rian secara bergantian. Terlihat wajah penuh harap dari kedua pria itu.

"Ba ... baiklah," ucap Raina dengan terbata-bata, senyuman langsung terukir di bibir kedua pria yang berbeda usia itu. Tanpa menunggu waktu lama lagi, Raina langsung mengganti pakaiannya dengan gaun pengantin, ia tidak membutuhkan banyak polesan di wajahnya. Ia sudah terlahir cantik semenjak lahir.

Raina memang tidak bisa menolak permintaan Surya, selama ini Surya dan Rian sudah sangat baik kepada mereka berdua. Surya dan Rian tidak pernah mengagap Raina dan ibunya seperti seorang pembantu, melainkan seperti keluarga mereka sendiri.

Raina besar di rumah Surya, ibunya bekerja semenjak umurnya masih lima tahun. Surya membiayai pendidikannya hingga ia masuk ke sekolah SMA terfavorit. Mungkin waktunya ia membalas kebaikan keluarga Surya.

Surya berperan sebagai Ayahnya Raina, ia menggadeng tangan Raina menuju tempat ijab qobul berlangsung. Tidak ada yang menyadari ataupun curiga kepada Raina. Sebaliknya, mereka malah berbisik-bisik mengagumi sosok Raina. Gadis yang memiliki tubuh pendek mungil, kulit putih dan mata coklat.

Raina baru saja berumur 17 tahun. Tapi yang menjadi suaminya seorang pria yang berbadan tinggi dan kekar. Usia Rian jauh lebih tua dari Raina, selisih usia mereka 10 tahun dan tahun ini Rian berusia 27 tahun. Meskipun usia Rian dan Raina jauh berbeda, tapi Rian masih terlihat seperti pemuda yang berumur 20 tahun.

Dalam beberapa detik, Raina dan Rian sudah 'Sah' menjadi pasangan suami-istri. Rian mengambil cincin yang sudah disediakan, lalu memasangkan ke jari manis Raina.

Raina juga melakukan hal yang sama, dia memasang cincin ke jari manis Rian dengan tangan bergemetar. Seperti pada biasanya, Raina diminta untuk mencium punggung tangan Rian. Sedangkan Rian memberikan sebuah kecupan di kening Raina.

Tak ada wajah paksaan dari Rian, meskipun gagal menikah dengan gadis yang ia cintai. Dan harus menikah dengan gadis yang sudah ia anggap seperti adik sendiri. Rian menerima semua ini dengan ikhlas. Lagi pula, Raina juga gadis yang baik dan ia sudah mengenal betul siapa Raina. Gadis yang memiliki sifat pendiam, dingin dan cuek.

Para tamu-tamu mulai mengucapkan selamat kepada kedua mempelai dan keluarga mempelai. Raina tidak menyangka, kalau pesta ini akan menjadi pesta pernikahannya. Bahkan dia lebih tak menyangka lagi, akan menikah dengan pria yang berstatus majikkannya.

Raina berusaha memasang wajah bahagia, walau sebenarnya dia tidak suka dengan pernikahan ini. Semua ini dia lakukan hanya semata-mata ingin membalas kebaikan keluarga Surya, yang sudah baik kepada ia dan ibunya.

Raina bahkan tak memiliki sedikitpun perasaan terhadap Rian. Meskipun Rian tipe pria idaman wanita di luar sana, selain tampan, Rian juga baik dan ramah kepada siapa saja. Membuat siapa saja akan langsung terpikat dengan Rian, kecuali dirinya.

Raina hanya ingin menikah dengan pria yang berstatus sama dengannya, ia tidak pernah bermimpi akan menikah dengan pria kaya, apalagi dengan majikan sendiri. Dia lebih suka hidup sederhana tapi bahagia, dibandingkan hidup dengan bergelimang harta, tapi kurang kasih sayang dan perhatian.

Raina mulai merasakan penat dan gelisah, setelah berdiri cukup lama sedari tadi. Para tamu tak henti-hentinya mengucapkan selamat. Raina juga tidak akan mungkin membuat kekacauan, karena memikirkan perasaan sendiri, bisa-bisa Surya mati mendadak karena serangan jantung. Ia berusaha memasang wajah bahagia, walau sakit di betis lutut sudah menjalar.

'Kenapa Nona Serlin pake kabur segala? Jadi aku yang harus gantiin dia, malah capek banget lagi! Ya Tuhan, cepat-cepat selesaikan acara ini, hamba benar-benar udah gak kuat,' batin Raina.

"Kenapa? Capek?" tanya Rian yang seakan tau dengan kegelisahan Raina.

"Iya, Tuan Muda," jawab Raina dengan nada yang terdengar kesal, kebetulan saat itu tak ada siapa-siapa yang di dekat mereka berdua.

"Kalau gitu kamu pergi istirahat saja ke kamar, nanti kakak jelaskan pada tamu," ucap Rian yang juga tidak tega melihat Raina. Rian memang sudah biasa memanggil dirinya dengan sebutan kakak kepada Raina.

"Beneran saya boleh pergi, Tuan?" tanya Raina yang masih tak percaya.

"Iya," jawab Rian dengan mengaguk.

Bersambung ....

Jangan lupa tinggalkan jejak ...!

Maksa kuy😅

Ngarang cerita gak mudah😁

Part 02

"Terimakasih, Tuan." Raina terlihat sangat senang, akhirnya dia bisa terbebas dari sana. Rian meminta dua pelayan mengantarkan Raina ke kamar. Saat sampai di kamar ...,

"Kenapa Aina malah disuruh istirahat di sini, Kak?" ucap Raina dengan mengerutkan keningnya.

"Tentu saja kamu harus istirahat di sini. Sekarang kan kamu sudah sah jadi istri Tuan Muda," jawab Intan--gadis yang baru beberapa bulan bekerja di rumah Surya.

"Haruskah?" tanya Raina dengan memasang wajah murungnya. Intan membalas dengan anggukan, tak lupa senyuman manisnya.

"Nasib, nasib," keluh Raina dengan menghela nafas beratnya.

"Gak boleh ngeluh Nyonya Muda. Harusnya Nyonya Muda bersyukur bisa menikah dengan pria sebaik Tuan Muda," ucap Intan dengan membantu membuka gaun Raina.

"Entahlah, apa aku harus bersyukur atau menangis saat ini," jawab Raina yang terdengar sedih.

"Sudah Nyonya Muda," ucap Intan setelah melepaskan resleting gaun Raina.

"Jangan panggil Aina, Nyonya Muda. Aina bukan seorang Nyonya Muda di sini!" ketus Raina dengan memasang wajah marahnya.

"Baiklah. Saya permisi dulu." Intan tidak mau berdebat dengan gadis 17 tahun itu, lebih baik dia mengalah saja atau nantinya dia malah mendapatkan amukkan kemarahan Raina. Apalagi perasaan Raina sedang tidak dalam keadaan Mood baik.

Intan berjalan keluar dari dalam kamar mandi, membiarkan Raina membersihkan tubuhnya. Gadis--Pelayan yang ikut mengantar Raina tadi, muncul dengan membawa baju piyama tidur Raina. Mereka berdua kembali keluar dari dalam kamar itu, setelah selesai menyiapkan apa yang nantinya akan dibutuhkan Raina.

Beberapa menit kemudian Raina kembali keluar dari dalam kamar mandi, dengan memakai baju handuk dan handuk kecil yang sedang mengacak-acak rambut pendeknya.

Raina melihat pakaiannya sudah ada di atas kasur, ia berjalan menghampiri kasur, lalu menganti baju handuk dengan baju piyama di atas lutut.

"Sial! Mereka sengaja memberikan baju ini untukku! Apa maksudnya?!" Raina kembali dibuat kesal oleh kedua pelayan tadi, ia terpaksa menggunakan baju piyama di atas lututnya. Karena terlalu lelah, Raina sengaja tidur dengan rambut basah di atas tempat tidur, yang sudah dihiasi dengan kelopak bunga mawar merah dan putih. Bunga favoritnya. Tak butuh waktu yang lama, Raina sudah tertidur pulas di atas kasur dengan posisi memeluk bantal.

Beberapa menit setelah itu, tiba-tiba seseorang membuka pintu dari luar. Terlihat Rian yang baru saja datang. Rian mengunci pintu saat sudah berada di dalam. Ia berjalan dengan lesuhnya, perlahan ia mulai membuka satu persatu pakaian yang ia gunakan. Hingga menyisakan celana putih.

Rian berjalan menuju ke kamar mandi, ia membiarkan air mengalir membasahi seluruh tubuhnya. Beberapa menit melakukan ritual mandi, ia kembali keluar dengan memakai handuk yang melilit di pinggangnya.

Rian berjalan menuju lemari pakaian, lalu mengambil pakaian yang akan ia gunakan. Setelah mengganti pakaiannya, ia berjalan menuju ranjang.

Deg!

Jantung Rian berpacu dengan sangat cepat, saat melihat paha mulus Raina yang sedikit terbuka. Tanpa sadar Rian menelan slivannya dengan susah payah.

Raina tidur tanpa menggunakan selimut, karena sudah menjadi kebiasaannya. Rian memejamkan kedua matanya, lalu menghela nafas beratnya.

Rian pun menutupi tubuh Raina dengan selimut tebal, tapi Raina malah menepisnya. Rian kembali melakukan yang sama, dan Raina kembali menepis selimut itu. Membuat Rian kehilangan akal. Dia seorang pria normal, tentu dia akan tergoda saat melihat paha yang sedari tadi menggoda imamnya. Apalagi mereka berdua juga sudah sah menjadi suami-istri.

'Tahan Rian. Kamu gak boleh tergoda. Ingat, dia masih sekolah,' batin Rian.

Rian kembali menyelimuti Raina untuk kesekian kalinya. Raina kembali menepis selimut dengan sangat kasar.

"Aa ... Raina gak mau pake selimut!" bentak Raina dengan mata yang masih terpejam. Raina mengubah posisi tidurnya dengan membelakangi Rian.

"Astaghfirullah ... istighfar Rian, setan lagi goda kamu," ucap Rian dengan mengusap dada dengan telapak tangannya.

"Jangan salahin kakak, kalau nanti gak bisa tahan. Kakak juga pria normal, meskipun kita menikah tanpa ada cinta, kakak udah menerima kamu sebagai istri kakak," gerutu Rian dengan memasang wajah kesalnya. Rian membaringkan tubuhnya di samping Raina, dengan posisi membelakangi Raina. Meskipun begitu, dia harus menahan nafsunya terhadap Raina.

\*\*\*\*\*

17 am.

Raina tiba-tiba membuka matanya, saat merasakan perutnya berbunyi karena lapar. Ia bangun dari tidurnya, lalu mengedarkan pandangannya ke arah nakas. Terlihat jam menunjukkan pukul 01.18 dini hari.

'Aduh ... laparnya,' batin Raina seraya memegang perutnya. Ia baru ingat, kalau dia belum makan semenjak tadi siang.

Raina melihat Rian yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Apa yang harus ia lakukan? Dia tidak mungkin keluar dengan memakai piyama pendek ini. Jika ditahan, perutnya sudah sakit karena lapar.

Akhirnya Raina memutuskan dirinya keluar dengan memakai piyama tidur, dia tidak mau mati kelaparan. Raina menuruni tangga satu persatu, terlihat ruang utama yang sepi tak berpenghuni. Raina berjalan menuju dapur, ia mencoba mencari apa yang ia bisa makan di dalam lemari penyimpanan.

Raina melihat beberapa menu makanan, tanpa menunggu waktu lagi. Raina mengeluarkan menu itu, lalu menaruhnya di atas meja makan. Ia mengambil piring, lalu mengambil nasi di dalam mejicom.

Raina makan dengan lahap, tanpa ada merasa canggung. Ia sudah terbiasa makan malam sendirian, karena sudah 12 tahun tinggal di rumah megah itu. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Raina, menghabiskan makanannya. Ia kembali menaruh menu sambal tadi ke dalam lemari, lalu menaruh piring kotor di atas wastafel.

Raina berjalan kembali menuju lantai atas, hingga ia berakhir di dalam kamar Rian. Entahlah, rasa canggung pasti ada di dalam diri Raina. Ia tidak pernah membayangkan akan tidur satu ranjang dengan Rian. Sungguh di luar dugaannya, itu semua membuatnya merasa kesal dan marah, terutama lagi kepada pengantin wanita yang sudah kabur itu. Padahal dia ingin sekolah, sukses, baru menikah, teryata semua tak sesuai dengan harapan.

Raina sedikit menjaga jarak dari Rian, ia membatasinya dengan bantal guling. Terserah! Yang jelas dia tidak suka dengan pernikahan ini. Dia hanya terpaksa menikah dengan Rian, mengingat atas kebaikan keluarga Rian.

Malam berlalu begitu saja, kini cahaya matahari mulai memasuki celah-celah gorden kamar bernuansa putih. Rian masih tertidur dengan pulas, sementara Raina sudah tidak ada di samping Rian.

Raina sudah ada di dapur, ia biasa membantu ibunya kalau sedang libur sekolah. Memang, Raina saat ini sedang libur panjang. Jadi, dia punya banyak waktu untuk membantu ibunya. Tapi, kali ini berbeda, Raina sudah tidak diperbolehkan bekerja. Karena apa? Raina kan sudah menjadi istri Rian, yang artinya dia seorang Nyonya Muda. Bukan hanya Raina yang diperlakukan seperti itu, tapi Darmi--ibunya Raina juga diperlakukan sama seperti Raina.

Bersambung ....

Jangan lupa tinggalkan jejak, follow akun Author, ngaran cerita bukan soal yang mudah.

Terimakasih 😊

Part 03

"Ayolah, kenapa kalian memperlakukan aku seperti ini?!" tanya Raina dengan menatap kesal, kepada seluruh pelayan yang ada di dapur.

"Ya ... Karena kamu bukan lagi pelayan seperti kita," jawab Intan dengan tersenyum.

"Ayolah ...," Raina benar-benar dibuat kesal. Akhirnya Raina memilih pergi dari dapur, dan mencoba mencari sesuatu yang bisa dia kerjakan. Tapi, lagi dan lagi ia mendapatkan perlakuan yang sama. Tak ada yang mengizinkan Raina bekerja lagi. Raina benar-benar tidak suka dengan hal itu, ia lebih suka seperti dulu. Lagi dan lagi Raina menyesal mau menerima pernikahan ini.

Raina duduk di atas ayunan, menatap para pekerja yang sedang berkebun. Tanpa sadar ia menghela nafas beratnya. Jika, seperti ini, akan terasa membosankan liburannya kali ini.

*****

Rian baru saja turun dari lantas atas, dengan menggunakan celana levis pendek dan baju kaos hitam. Ia berjalan menuju dapur, dan melihat Surya sudah berada di meja makan.

"Raina mana?" tanya Surya, saat melihat putranya sendirian.

"Eh, Rian kira Raina ada di sini," jawab Rian yang terlihat terkejut, tiba-tiba Darmi muncul dari dapur dengan membawa secangkir kopi.

"Raina mana, Buk?" tanya Rian.

"Mungkin ada di taman, Tuan Muda," jawab Darmi seraya meletakkan gelas kopi di dekat Surya.

"Jangan panggil Tuan Muda lagi, Buk. Panggil aja Rian, sekarang Rian kan sudah menjadi menantu ibu," ucap Rian.

"Benar itu Darmi, kita sekarang sudah menjadi keluarga. Kamu jangan bekerja seperti biasa, lebih baik kamu beristirahat mulai dari sekarang. Lagian, pelayan juga sudah banyak," timpal Surya.

"Tidak apa-apa, Tuan. Saya sudah terbiasa bekerja setiap hari. Jika, saya beristirahat, mungkin tubuh saya akan terasa lelah," jawab Darmi dengan tersenyum malu.

"Baiklah. Sekarang ibu duduk, biarkan yang lain bekerja," ucap Rian sambil menuntun Darmi untuk duduk, dan meminta Darmi untuk sarapan bersama.

"Rian cari Raina dulu, Ayah, Ibu," ucap Rian seraya berjalan pergi meninggalkan meja makan.

Rian melihat Raina sedang duduk sendirian di ayunan. Terlihat Raina yang begitu bosan, matanya menatap ke arah kolam ikan hias. Rian berjalan menghampiri Raina menuju ayunan.

"Aina!" panggil Rian. Raina menoleh ke arah suara dan melihat Rian sedang berjalan ke arahnya. Raina langsung bangun dari duduknya.

"Iya. Ada apa,Tuan Muda?" tanya Raina.

"Jangan panggil Tuan, panggil Kakak. Ok," ucap Rian dengan tersenyum.

"I--iya, Kak," jawab Raina dengan gelapan.

"Ayo kita makan bersama," ajak Rian dan Raina membalas dengan anggukan. Raina berjalan berjalan mengikuti Rian masuk ke dalam rumah, hingga mereka berdua berakhir di meja makan.

Raina dan Rian duduk bersebelahan, sebelumnya Raina juga sering makan bersama dengan Rian dan Surya. Mereka makan dengan nikmat, tak ada yang berbicara, hanya detingan sendok yang terdengar.

"Aina, kita diminta pergi berlibur oleh Ayah besok. Ayah sudah mengurus semuanya, mulai dari tiket hingga penginapan," ujar Rian.

Apa? Raina merasa baru saja salah mendengar. Dia disuruh untuk pergi liburan bersama Rian? Oh, ayolah, dia lebih suka berada di rumah. Apa Ayah mertuanya sedang menyuruhnya untuk pergi bulan madu? Setelah kembali bulan madu, dia hamil?

"Tidak ...!" Raina berteriak histeris, hingga membuat Rian kaget bukan kepalang. Bukan hanya Rian saja, tapi seluruh penghuni rumah megah juga ikut kaget mendengar suara lengking Raina dari lantai atas.

"Raina kenapa?" guman Darmi yang sedang berada di dapur.

"Aina! Aina!" Rian menggoyangkan  bahu Raina dengan tangan kanannya, sementara tangan kiri sedang menutup telinga. Raina kembali tersadar dari lamunan, setelah Rian memanggilnya beberapa kali.

"Kamu baik-baik saja, Aina?" tanya Rian.

"Hah? Heheh, Aina baik-baik saja," jawab Raina dengan tersenyum nyengir.

"Apa yang kamu pikirkan, sampai berteriak?" tanya Rian lagi.

"Ti--tidak ada kok, Kak," jawab Raina dengan menggelengkan kepalanya, dalam hati berkata, 'Apa yang sudah kupikirkan? Kenapa aku berfikir sejauh itu, benar-benar memalukan.'

"Jika, kamu tidak mau pergi berlibur, kakak bisa--"

"Aina mau kok, Kak," potong Aina dengan cepat, ia tidak mau Ayah mertuanya salah paham. Selama ini dia tidak pernah menolak atau membantah perintah dari Surya.

"Ngomong- ngomong, kita berliburnya ke mana?" tanya Raina. 'Semoga bukan ke luar negri. Amiin,' batin Raina.

"Gangwon--Korea Selatan. Bukankah kamu sangat menginginkan datang ke sana? Mumpun sekarang kamu libur sekolah, tidak ada salahnya kamu pergi ke tempat impianmu. Apalagi kita berdua sudah sah menjadi suami-istri. Jadi, kakak bisa menjaga kamu selama di sana," jelas Rian.

"Hehehe, memang Raina ingin pergi ke sana, tapi itu tidak beneran loh Kak. Raina tidak pernah bermimpi datang ke sana, apalagi naik pesawat," ujar Raina.

Rian menangkap sesuatu nada ketakutan di akhir kalimat Raina. Apa Raina takut naik pesawat? Selama ini Surya sering melihat Raina menonton  drama Korea di TV ataupun di ponsel. Itu sebabnya Surya menyiapkan itu semua, sebagai tanda terimakasih, karena sudah menyelamatkan nama baiknya.

"Kak, bilang sama Ayah, jangan ke Korea liburannya. Kita liburannya di Indonesia saja ya. Kenapa harus pergi liburan jauh-jauh, di Indonesia kan juga banyak tempat wisata yang indah untuk kita kunjungi," ucap Raina dengan memasang wajah imutnya.

"Baiklah," jawab Rian dengan mengaguk.

"Iyes," tanpa sadar Raina mengucapkan kata itu, terlihat dia sangat senang. Padahal banyak orang-orang di luar sana, yang menginginkan untuk datang ke negri gingseng itu.

Ya, Raina memang sangat menyukai drama Korea, karena alurnya gak bolak-balik dan gak bikin bosan. Tapi, untuk pergi berlibur ke sana, Raina harus berfikir dua kali. Apalagi pergi ke Korea harus menggunakan pesawat terbang, beberapa bulan lalu berita mengatakan bahwa ada pesawat yang jatuh. Raina tidak mau itu terjadi. Meskipun dia tau, maut, jodoh, rezeki sudah ada yang mengatur.

Rian hanya tersenyum menatap wajah Raina, yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan. Oh, ayolah, sepertinya Rian sudah menikmati pernikahannya dengan Raina yang baru beberapa hari.

                    *****

Besoknya, sesuai dengan keinginan Raina. Mereka akhirnya pergi berlibur ke tempat yang ingin sekali dikunjungi Raina. Kepulauan Raja Ampat--Papua Barat. Menurut Raina itu adalah tempat yang harus ia kunjungi, karena pemandangan di sana begitu indah. Mulai air lautnya yang jernih, ikan dan lainnya.

Ya, walau akhirnya Raina dan Rian harus pergi menggunakan pesawat. Tapi,tak apalah, asalkan Raina bisa pergi ke sana. Jujur, Raina orang yang sangat suka berpetualang, ia ingin mengenal dunia luar, terutama wisata-wisata yang ada di Indonesia.

Mereka berdua berangkat menggunakan penerbangan pagi, pramugari memperagakan keamanan sebelum pesawat lepas landas di udara.

Meskipun Raina sudah mencoba menghilangkan ketakutannya, tapi jujur dia masih takut, karena ini pertama kalinya dia menaiki pesawat. Tapi, Raina mulai menikmati berada di dalam pesawat.

Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya pesawat kembali mendarat di sebuah bandara. Raina tanpa sadar tertidur di pundak Rian.

"Aina!" Rian memanggil Raina dengan menggoyangkan lembut pipi Raina.

"Eughk ...," lenguh Raina seraya mengusap-usap matanya yang terasa gatal.

"Kita di mana?" tanya Raina yang masih belum terlalu sadar.

"Masih di dalam pesawat," jawab Rian dengan tersenyum. "Ayo bangun, kita sudah sampai," sambung Rian seraya melepaskan sabuk pengaman. Lalu bangun dari duduknya, dengan diikuti oleh Raina yang juga bangun dari duduknya.

Rian mengambil barang-barang mereka, lalu berjalan keluar dari dalam pesawat bersama dengan istrinya. Begitu banyak para wisatawan yang berkunjung ke sana, mulai dari penduduk luar kota Papua Barat, hingga wisatawan dari luar negeri.

Sebelumnya Rian sudah memesan penginapan untuk mereka berdua. Mereka hanya perlu menaiki taksi menuju penginapan. Jarak bandara dengan penginapan tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan beberapa menit untuk ke sana.

Bersambung ....

Jangan lupa tinggalkan jejak ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!