Kyara menatap langit yang masih mengalirkan rintikan air yang begitu deras. Menghembuskan nafasnya kasar ke udara. Hari ini tepat satu bulan dirinya bekerja di salah satu perusahaan ternama di kotanya sebagai OB. Sudah beberapa hari ini dirinya telat datang ke perusahaan karena hujan deras yang sudah hampir seminggu mengguyur kota.
Kyara hanya bisa mengandalkan kedua kakinya sebagai transportasi untuk sampai ke perusahaan. Ya, Kyara menempuh perjalanan dari kosan tempat tinggalnya ke perusahaan dengan berjalan kaki. Jarak kos ke perusahaan jika ditempuh dengan berjalan kaki memakan waktu setengah jam. Jika hujan seperti saat ini, Kyara hanya bisa pasrah dengan keadaan. Jika ia tetap menempuh perjalanan, bisa-bisa tubuhnya basah kuyup tiba di perusahaan. Maka dari itu Kyara memilih menunggu sejenak hujan sedikit reda barulah dirinya berangkat ke perusahaan.
"Waktuku sudah termakan 10 menit menunggu hujan reda saja." piiuhhh... Kyara hanya bisa pasrah jika dirinya terlambat lagi kali ini. Ia sudah terbiasa mendapatkan caci maki rekan kerjanya. Dan kali ini Kyara yakin, jika kata mutiara menyakitkan itu akan kembali ia dapatkan.
"Biar Ibu antarkan saja kamu ke perusahaan, Kya. Hujan masih cukup deras. Kamu bisa-bisa terlambat lagi jika berjalan kaki." Ibu Nani pemilik kosan Kyara mencoba menawarkan. Sudah sering kali dirinya menawarkan tumpangan kepada Kyara ketika kondisi sedang seperti saat ini. Namun wanita keras kepala bernama Kyara tetap akan bersikeras menolaknya. Dirinya tidak ingin menyusahkan orang lain. Ibu Nani sudah sangat baik kepada dirinya. Ia tidak mau selalu menyusahkan wanita paruh baya itu lagi.
Melihat penolakan dari raut wajah Kyara, Ibu Nani langsung kembali angkat bicara. "Kali ini saja, Kya. Jangan menolak. Sekalian Ibu juga ingin ke supermarket membeli beberapa cemilan."
Kyara terdiam sesaat. Ia tidak tega melihat mimik wajah permohonan dari Ibu Nani. Sekali lagi Kyara melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu tinggal 15 menit lagi sebelum masuk jam kerja. "Baiklah, Bu. Kya ikut dengan Ibu. Maaf selalu merepotkan." ucapnya begitu sungkan.
Ibu Nani tersenyum lebar. Dirinya tak menyahuti ucapan Kyara. Menuntun Kyara untuk masuk ke dalam mobilnya. Ibu Nani segera melajukan mobilnya ketika Kyara sudah duduk sempurna di samping kemudi.
Tidak membutuhkan waktu lama, 5 menit kemudian Kyara sudah sampai di depan gerbang gedung perusahaan. "Terimakasih sudah mengantarkan Kya, Bu." Kyara berucap seraya mengulurkan tangan ke arah Bu Nani untuk di salami.
Bu Nani menyambut uluran tangan Kyara. "Sama-sama, Kya. Baik-baiklah dalam bekerja. Semoga hari ini pekerjaan kamu berjalan dengan baik, Kya." mengelus puncak kepala Kyara.
"Aamiin. Terimakasih, Bu. Kya turun dulu."
Setelah mendapatkan persetujuan dari Bu Nani, Kyara segera turun dari mobil. Kaki mungilnya berlari secepat mungkin untuk masuk ke dalam gedung perusahaan. Tidak lupa Kyara menyempatkan melirik jam di pergelangan tangannya.
"Sepertinya aman! Masih ada waktu 7 menit lagi." gumamnya seraya berjalan kencang masuk ke dalam lift setelah sebelumnya melakukan absen di lobby.
Di dalam lift Kyara dapat melihat pandangan sinis teman-teman wanita yang seprofesi dengannya. Kyara mencoba mengabaikannya. Hal seperti ini sudah sering kali terjadi selama satu bulan terakhir ia bekerja. Kyara tidak mengerti mengapa mereka tidak suka kepadanya.
Tepukan di bahunya membuat Kyara yang sedang termenung terlonjak kaget. Kyara mengelus dadanya ketika tahu siapa yang melakukannya.
•••
Selamat membaca karya terbaruku. Semoga pada suka, ya. Jika kalian menyukai cerita Gerry dan Kya. Mohon berikan dukungan dengan cara like, komen dan votenya agar authornya lebih semangat menulis. Terimakasih. ^_^
"Rania, Kau membuatku kaget saja! Ugh." menepuk pelan pundak Rania.
"Masih pagi kau sudah melamun saja, Kyara. Sudahlah jangan melamun. Tidak usah kau dengarkan ucapan mereka! Mereka hanya iri kepada kau saja, Kya!" Rania sedikit menaikkan nada bicaranya supaya 3 orang wanita yang sedang menatap sinis Kyara mendengarkannya. Rania adalah satu-satunya teman yang selalu membela Kyara disaat teman-teman yang lain seprofesi dengannya menghujat dirinya.
"Aku tidak sedang melamun, Rania. Jangan berbicara seperti itu. Aku tidak ingin kau terlibat masalah lagi dengan mereka hanya karena aku." bisik Kyara.
Pintu lift yang sudah terbuka menghentikan niat Rania yang ingin menjawab ucapan Kyara. Kyara segera menarik tangan Rania menjauh dari 3 orang wanita di dalam lift yang Kyara ketahui memendam rasa tidak suka kepadanya.
"Itulah akibat kau memiliki wajah terlalu cantik, Kya. Banyak wanita yang iri kepadamu." ucapnya sembari berjalan bergandengan dengan Kyara. Dengan nada yang masih meninggi.
Kyara mendengkus. Memukul lengan Rania. "Kau ini bicara apa, Rania? Jangan sembarangan!"
"Aku tidak sembarangan, Kya. Aku hanya berkata sesuai fakta. Mereka iri melihat kecantikanmu yang berada di atas mereka."
"Sudahlah, kau ini selalu asal bicara. Sebaiknya kita mulai bekerja saja."
"Apa kau takut dimarahi lagi oleh Bu Retno, Kya?"
Kyara mengangguk mengiyakan. Wajahnya bergidik membayangkan betapa seramnya wajah Bu Retno. Rania terkekeh geli melihat raut wajah ketakutan Kyara.
"Tentu saja! Kau pikir apa? Setiap hari aku harus mendengar teriakannya bisa-bisa membuat telingaku ini putus, Rania." gerutu Kyara mengingat sikap kepala OB itu kepadanya.
Rania tertawa keras mendengar gerutuan Kyara. Reflek Kyara memukul lagi lengan Rania sedikit keras. "Jangan menertawakanku, kau begitu menyebalkan!" cebiknya.
Rania masih tak melepas tawanya. "Baiklah, baiklah. Ayo kita mulai bekerja."
Kyara mengangguk mengiyakan. Mereka memulai pekerjaan membersihkan ruangan karyawan yang berada di lantai 10 perusahaan. Kyara dengan cekatan menyapu lantai, mengepel dan membersihkan meja para karyawan yang sedikit berantakan. Tidak ada kata lelah bagi Kyara. Menjalani kehidupan tanpa adanya keluarga membuat Kyara sudah kebal akan kerasnya hidup.
Tidak sampai setengah jam, pekerjaan membersihkan ruangan karyawan pun akhirnya selesai Kyara bersihkan. "Hugh, akhirnya selesai juga." Kyara bergumam sembari berjalan membawa alat-alat kebersihan yang sudah selesai digunakannya.
"Kyara!" suara berat nan cempreng yang Kyara pastikan berasal dari mulut Bu Retno pun berhasil membuat langkah Kyara terhenti.
"I-iya, Bu? Apa Ibu memanggil saya?"
"Tentu saja saya memanggil kamu!! Memang siapa lagi yang berada di lorong ini selain kamu?! Hantu, hugh?!" teriakan keras Bu Retno yang memekakkan telinga kembali Kyara rasakan pagi ini. Walaupun sudah sering mendengarnya, tetap saja membuat telinga Kyara berdenging seketika.
"Agh, iya. Maaf, Bu. Ada apa Ibu memanggil saya?"
"Apa kamu sudah tahu jika Presiden direktur kantor pusat akan berkunjung ke sini untuk memantau kinerja karyawan di perusahaan ini?" tanyanya penuh selidik.
Kyara bergidik sembari menggeleng lemah. Ia memang belum mengetahui info tentang kedatangan presiden direktur pusat ke perusahaan cabang tempat ia bekerja. "Maaf saya belum mengetahui infonya, Bu." tuturnya melemah.
"Info sepenting itu kamu belum tahu, Kyara?! Huft, sudah saya duga. Kamu memang tidak bisa diandalkan! Saya bahkan sudah menginfokan masalah ini ke grup dari kemarin. Apa kamu sudah tidak bisa menggunakan ponsel dengan benar, Kyara?!
***
*Happy reading!:)
Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉
Kyara tertunduk. Beberapa karyawan kantor mulai berdatangan dan menjadikan Kyara pemandangan pagi mereka yang buruk. Bagaimana tidak? Setiap hari pemandangan Kyara yang tengah dimarahi ketua OB acap kali mereka lihat. "Maaf, Bu. Saya memang belum melihat ponsel dari kemarin hingga pagi ini." jawab Kyara jujur, karena memang seperti itu adanya.
"Sudahlah. Saya tidak membutuhkan permintaan maaf." Bu Retno tidak melanjutkan caci makinya. Karena ia tahu, jika kemarin Kyara lembur sampai malam. Teman-teman sesama OB sangat suka menindas Kyara. Sehingga semua pekerjaan mereka dilampiaskan kepada Kyara. Walaupun mengetahui keadaan, Bu Retno tetap tidak ambil pusing. Ia bahkan sangat senang melihat Kyara dikucilkan diantara yang lainnya.
"Sekarang cepat kamu susul yang lainnya membersihkan ruangan rapat. Karena pukul 9 nanti Pak Presdir akan memulai rapat dengan para dewan direksi perusahaan." lanjutnya.
Kyara mengangguk mengerti. "Baiklah, Bu. Saya akan ke sana sekarang."
Mengibaskan tangannya ke udara. "Pergilah. Dan jangan sampai kamu membuat kesalahan di sana!"
Setelah mengiyakan ucapan Bu Retno, kaki mungil Kyara berjalan cepat menuju ruangan rapat yang berada di lantai 15 perusahaan. Kyara mengedarkan pandangan mencari sosok Rania yang tidak lagi kelihatan setelah berpisah mengerjakan tugas masing-masing sebelum dirinya memasuki lift khusus OB.
"Kemana Rania? Kenapa dia suka sekali menghilang?" Kyara nampak gugup sebelum kaki mungilnya menapak di dalam lift.
Di dalam lift sudah berdiri 2 wanita yang sedang memandang sinis kepadanya. Kyara hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan ke udara ketika mulai mendengarkan celetukan teman-teman sesama OBnya sedang menceritakan dirinya.
"Baru bekerja satu bulan saja sudah banyak mendapatkan job sebagai simpangan karyawan laki-laki di sini. Apalagi satu tahun? Bisa-bisa pak bos besar yang jadi korban selanjutnya."
"Ya, benar. Dia 'kan suka menggoda karyawan di sini dengan tampangnya yang tidak seberapa itu! Hugh, aku yakin jika dia juga akan mencari cara mendekati pak bos besar nantinya."
Mereka berdua berbicara berbisik-bisik dengan suara yang dikeraskan. Kyara mengerti cacian itu untuknya. Sudah sering dirinya mendengar fitnah yang entah dari mana datangnya. Memang benar, jika para karyawan bahkan para direktur laki-laki banyak yang terpikat melihat wajah manisnya. Ketika mereka mulai mencoba mendekatinya, Kyara dengan halus menolak kehadiran mereka.
Kyara mengabaikan ucapan mereka dan lebih memilih mengipaskan tangannya di sekitar wajah. Seolah-olah hawa di ruangan lift begitu panas untuknya. Kyara keluar dari dalam lift yang sudah terbuka sempurna dengan tergesa-gesa. Bukannya takut akan keberadaan dua wanita ular di sampingnya, tetapi Kyara harus segera membersihkan ruangan rapat sebelum para petinggi perusahaan datang.
Ketika masuk ke dalam ruangan, Kyara sudah ditatap dengan pandangan tajam oleh beberapa OB yang sedang merapikan ruangan.
"Kemana saja kau, Kyara? Apa kau sengaja berlama-lama datang supaya kau bebas dari pekerjaan hari ini?" Wanty salah satu OB angkat bicara dengan mendelik kesal.
"Agh, maafkan aku, Kak. Aku sungguh tidak tahu akan kedatangan Pak presdir hari ini. Aku baru saja selesai membersihkan ruangan di lantai 10." tuturnya hati-hati. Kyara mencengkaram erat baju OB bewarna biru hijau miliknya. Inilah akibat dari kecerobohannya jika tidak melihat notifikasi di ponsel dahulu sebelum tidur.
"Alasan saja! Sudahlah, pergunakan tenaga kau dengan baik untuk merapikan kursi-kursi yang masih berserakan!"
"Ba-baik, Kak."
***
*Happy reading!:)
Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!