Cho Yin adalah seorang siswi SMA. Ia bersekolah di sekolah yang ternama dan cukup terkenal. Cho Yin sangat pintar dan gemar menulis novel. Bahkan novelnya sudah terkenal dikalangan para remaja.
Tapi sayang.....karena wajahnya yang tidak secantik saudara tiri seumuran nya yang bernama Calie, tidak ada satu orang pun yang percaya bahwa Cho Yin "si buruk rupa" adalah novelis terkenal itu.
Cho Yin juga tidak mempunyai teman, selain karena wajah buruk rupanya itu, ia juga lebih suka menyendiri di tempat yang sepi.
Cho Yin mempunyai seorang ayah kandung dan ibu tiri serta saudara tiri, bernama Calie. Setiap hari, dirumahnya Cho Yin selalu disiksa oleh ibu tiri dan Calie. Tapi Cho Yin hanya pasrah dan bersabar....karena tak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti perintah-perintah dari ibu tiri nya itu. Seperti memasak, membersihkan rumah, memberikan makan untuk hewan ternak ayahnya, dan lainnya.
Bahkan terkadang ibu tiri dan Calie meminta Cho Yin untuk membersihkan kaki mereka serta memandikan mereka. Tapi saat ayah kandung Cho Yin sudah pulang, ibu tiri dan Calie pura-pura baik pada Cho Yin dan seperti menunjukkan sifat perhatian pada Cho Yin.
Ayah Cho Yin & Calie, sekaligus suami ibu tiri Cho Yin percaya saja pada istri kedua nya itu. Ayah Cho Yin bahkan memarahi Cho Yin jika ia tidak bersikap nurut pada ibu tirinya, dan ibu tirinya itu malah menambah-nambahkan kalimat kasih sayang yang padahal tidak tulus dan hanya kebohongan semata.
Cho Yin, tidak pernah marah pada keluarganya yang menekan fisik maupun batinnya itu, jika ia tidak tahan lagi karena sikap ibu tiri dan Calie yang sangat kurang ajar, Cho Yin selalu memegang foto ibu kandung nya sembari menangis dibelakang pintu kamar, atau agar tidak terlalu tertekan, Cho Yin membuat novel tentang arti-arti kehidupan. Dengan begitu, rasa sakit hatinya mulai reda. Setelah selesai membuat novel, ia pun memberikan hasil tulisan novelnya itu pada kakek penjual koran agar bisa dijual.
Tapi siapa sangka.....novel nya itu malah populer dan kakek yang tadinya miskin itu langsung menjadi orang yang kaya. Kakek itu memiliki 3 restoran yang ternama.
Karena nya, kakek itu sangat menyayangi Cho Yin dan menganggapnya cucu sendiri. Uang hasil restoran nya sebagian besar juga diberikan kepada Cho Yin. Tapi meski begitu, Cho Yin menolak untuk menerima uang itu.
Tapi karena paksaan dari kakek itu, Cho Yin akhirnya menerima 1/4 uang dari hasil restoran.
Cho Yin juga mempunya 1 orang teman, bernama Fitria. Walau bukan sahabat, tapi ia sangat jujur dan baik pada Cho Yin. Fitria sebenarnya juga tidak punya teman, Cho Yin pun kasihan dan mengajaknya berteman. Ya walau tidak terlalu dekat.
Saat Cho Yin dihina karena wajah buruk rupanya itu, terkadang Fitria membantu memarahi mereka yang sudah menghina Cho Yin.
Tapi tetap saja....Karena membela Cho Yin, Fitria pun sering ditindas oleh geng Calie. Sejak saat itu, Cho Yin lalu melarang Fitria membelanya agar tidak membahayakan nyawanya.
Tapi........suatu hari tidak lama begitu Cho Yin pulang kerumah dari Universitas nya, tiba2 Cho Yin dibunuh ibu tirinya dan akhirnya meninggal. Apakah ada alasan tertentu mengapa ibu tiri Cho Yin itu membunuh anak tirinya itu?
Sepulang dari Universitas, seperti biasa Cho Yin memberikan hasil novel buatannya ke rumah kakek Huo.
"Kek Huo....ini hasil novelku yang baru" kata Cho Yin sambil memegang sebuah buku yang tebal. Jadi nama kakek yang sekarang mempunyai 3 restoran itu namanya Kakek Huo.
"Oh iya nak....taruh saja di meja itu" jawab kakek Huo yang sedang membersihkan rumah.
"Ya sudah...aku pulang dulu kek"
"eh....eh....tunggu dulu nak, ada yang ingin kakek sampaikan padamu" kakek Huo lalu berlari mengejar Cho Yin.
"Aduduh kek...iya, ada apa? jangan lari-larian gitu donk. Kakek tuh udah tua, dan apa yang mau kakek bicarakan? nanti ibuku marah karena aku tidak pulang" Jawab Cho Yin tersenyum.
"Uh....kakek gak tau kamu akan tersinggung atau nggak. Yang jelas.....ehm, kakek gak tega ngomongnya" ujar Kek Huo ragu.
" ga papa, seberat apapun aku dengerin kok. Kakek jangan memendam sendiri ya kek" jawab Cho Yin
"Huhuhu....Cho Yin memang anak yang baik. Se...sebenernya, novel Cho Yin yang waktu terakhir Cho Yin beri pada kakek, i...itu di protes banyak orang" ucap Kek Huo.
"oh ya... apakah itu yang berjudul 'Putri Kecil Yang Malang' yang itu ya kek?"
"Ah...benar yang itu, hmmm maafkan kakek ya kakek tidak bisa menjadi kakek yang baik. Bahkan kakek tidak bisa mengurus orang yang protes masalah novel itu"
" Untuk masalah itu, Aku memang sudah niat ingin menutup pemesanan buku novel itu. Soalnya banyak yang protes antagonis nya kasian karena di bunuh sama orang-orang yang antagonis itu percaya. Aku juga gak nyangka bakal jadi begini. Padahal kan harusnya berfokus pada Nuriel sang pemeran utama wanita" jawab Cho Yin kebingungan.
"Ya udah deh....hapus aja ya kek. Tolong buang semua novelku tentang itu yang sudah terjual dimana-mana," tambahnya.
"Oke... tapi gak papa nih?" tanya Kek Huo
"iya....gak papa kok. Udah kakek istirahat makan tidur aja yah. Aku mau pulang sebelum ibu tiri ku marah nanti" jawab Cho Yin tersenyum ramah.
Cho Yin bergegas pergi ke rumahnya, dan meletakkan alas kakinya di rak.
"Bu.." panggil Cho Yin.
Saat Cho Yin berjalan ke dalam rumahnya, Ia tak sengaja melihat ibunya membongkar suatu brankas yang berisi surat.
Di surat itu terlihat foto ibu kandung Cho Yin. Karena berhubungan dengan ibunya, Cho Yin langsung meraih dan mengambil surat itu dari tangan ibu tirinya.
"Ah....si, siapa?" kata ibu tiri Cho Yin panik
Ibu tiri nya pun kaget karena Cho Yin yang mengambil surat itu. Ia langsung panik sambil merebut suratnya.
"Kembalikan!!! ce...cepat. Kau tidak mau aku adukan ke ayahmu kan kalau kau membantah perintah ku?" kata ibunya tergesa-gesa. Namun,
Cho Yin tidak menanggapi dan berusaha membuka isi suratnya.
Cho Yin membuka isi surat itu, ia tiba-tiba menangis sambil berkata, "i...ibu.." Cho Yin menutup mulutnya, tidak percaya dengan apa yang ia baca. Ia meneteskan air mata, memeluk erat foto ibunya yang juga telah ia rebut.
"Jadi, selama ini.." Cho Yin terdiam, tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
Siapa sangka.....kalau penyebab ibunya meninggal bukan karena kecelakaan truk seperti yang ia tahu selama ini, melainkan dibunuh oleh pembunuh bayaran suruhan ibu tirinya itu. bahkan ibu kandungnya diambil organ-organ tubuh nya itu dan dijual ke dokter organ. Siapa anak yang tidak sedih melihat itu.
...Aku sangat membenci wanita itu, jika kau berhasil membunuhnya, aku akan memberikan bayaran yang mahal untukmu....
...Oh, kau bahkan boleh menjual organ dalamnya! Tapi ingat, jangan sampai kelakuan kita ketahuan! Aku sengaja memanggilmu, pembunuh bayaran terkuat di kota, agar pekerjaannya tidak main-main. Jadi, jangan kecewakan harapanku!...
Isi surat tersebut.
"Ah...Kem..kembalikan tidak!!" ibu tirinya memaksa merebut surat itu sampai-sampai tangan Cho Yin terluka karena cakaran kuku ibu tirinya.
Seketika Cho Yin mendekati ibu tirinya itu.
"Plakkk...."
tamparan keras Cho Yin itu mengenai wajah ibu tirinya.
"Ah...mu, mukaku!!! dasar anak nakal!" kata ibu tirinya, ia mengangkat tangannya dengan wajah penuh emosi, hendak menampar balik anak tirinya.
Cho Yin berlari keluar rumah dan ingin memberitahu polisi dan ayah kandungnya. Ia takut kalau jika hanya menggunakan kekuatannya saja, tidak akan cukup untuk melawan ibu tirinya
Tapi....karena takut diketahui oleh orang lain atas tindak kejahatannya, ibu tiri Cho Yin itu mengambil sebuah pisau yang memang juga ada di brankas itu.
"Cresss...." Seketika, tubuh Cho Yin berlumuran darah.
Tapi, karena keyakinan Cho Yin untuk memberitahu isi surat itu, dan meminta keadilan untuk ibu kandung nya. Selain itu, tusukan yang mengenai jantung Cho Yin tidak tepat, jadi ia masih bisa bertahan untuk beberapa waktu.
"Uh....kau, kau tak akan bisa menghentikan ku!" Kata Cho Yin sambil meringis kesakitan. Walau tubuhnya sudah berlumuran darah dan keadaannya juga lemas, tapi Cho Yin tetap kuat dan berusaha berdiri.
"Ah...ke, kenapa tidak mati juga!!!" karena panik, ibu tiri Cho Yin lalu menusuk perut Cho Yin yang hendak berusaha bangun.
"Mati kau!!! ma, mati kau!!!" teriak ibu tirinya, wajahnya penuh amarah dan ketakutan dalam dirinya.
Karena lukanya parah sekali, akhirnya Cho Yin meninggal dan tak bisa memberikan surat itu pada ayahnya.
"i...ibu, maafkan anakmu ini yang tidak berguna. Bu.. seandainya aku bisa menyelamatkan ibu.." batin Cho Yin sambil menangis di detik-detik terakhir sebelum ia meninggal dunia.
Cho Yin pun meninggal di tempat.
"Ah...ba, bagaimana ini? a...aku membunuh seseorang? tidak!!!! hehehe...aku sudah gila. Mana mungkin aku membunuh Cho Yin. Hehehe....sudah kuduga banyak orang yang ingin membunuhnya! Sepertinya, ia mati saat masuk ke dalam rumah? Mana mungkin, aku membunuhnya!" kata ibu tiri Cho Yin yang tidak sadar kalau semua itu adalah ulahnya, seperti orang yang sudah tidak waras.
*******
Malam hari, saat ayah kandung Cho Yin pulang, ayah kandung Cho Yin kaget dan mencari ibu tiri Cho Yin serta Calie karena terdapat Cho Yin yang tergeletak berlumuran darah di depan pintu masuk. Ibu tirinya itu mengaku, namun anehnya, ia tidak merasa bersalah kalau ia yang sudah membunuh Cho Yin.
"Cho Yin..Cho Yin.. bangun nak!" panggil sang ayah histeris.
"Suamiku, kau sudah pulang?" tanya ibu tiri Cho Yin tersenyum.
Ayah Cho Yin berdiri begitu melihat istrinya, ia mencengkram kedua lengan atas istrinya dengan kuat. "Apa yang terjadi dengan Cho Yin? Kenapa ia bisa seperti ini?!" tanya ayah Cho Yin.
"Ehm, suamiku...bukannya bagus kalau dia mati? Tidak ada pengganggu antara kita dan Calie, anakku. Dan, jujur saja, aku yang membunuhnya!" jelas ibu tiri Cho Yin tersenyum lebar.
Degg! Jantung ayah Cho Yin berdetak kencang begitu mendengar jawaban sang istri. "BICARA YANG BENAR! APA YANG TERJADI PADA CHO YIN?!" teriak ayah Cho Yin.
"Kenapa? Kau tidak suka, hm?" keberuntungan juga buat kamu, kau berkata tidak mempunyai cukup uang sekarang, jadi.. jual saja organ Cho Yin. Ya walau harganya gak setinggi organ Mildya (nama ibu kandung Cho Yin) huh" kata ibu tiri Cho Yin sambil tertawa.
"A..apa!!! Organ? kau sudah gila. Dan...dan kau yang membunuh Cho Yin serta istri pertama ku Mildya lalu mengambil organnya dan menjualnya?! kau...jangan bercanda!!!" kata ayah kandung Cho Yin tak percaya.
"heh...benar kok. Mana mungkin aku bohong" kata ibu tirinya itu sambil tertawa.
Plakkk...... pukulan keras dari ayah kandungnya itu. Ayah Cho Yin berkali-kali mengecek pernapasan Cho Yin, namun sayang.. semuanya sudah terlambat.
Ia lalu membawa istri keduanya ke kantor polisi, setelah itu ia mengubur anaknya di tempat yang layak.
"Anakku....maafkan ayah yang tidak berguna ini" kata ayahnya sambil menangis.
"Ini....ini barang peninggalan ibumu. Ayah tak sanggup menjaganya lagi. Bahkan ayah menikahi seorang yang sudah tega membunuh ibumu" kata ayahnya sambil menaruh kalung giok di atas tanah kubur Cho Yin. Tapi...ayahnya tidak tahu kalau itu adalah giok reinkarnasi yang ditinggal kan keluarga Mildya turun temurun.
Tapi sayang.... tidak ada satu orang pun selain Kepala keluarga pertama di keluarga Mildya yang bisa reinkarnasi melalui kalung giok itu.
"Aghh....kepalaku sakit sekali. Apa aku sudah mati? i...ini dimana?" kata Cho Yin
"Nona!!! Nona sudah bangun ya?! A..apa nona tau betapa khawatir nya saya...."
"hah? ini dimana...kenapa aku ada di kasur? dan....baju cosplay apa itu?" kata Cho Yin kebingungan.
"No...nona sebenarnya kenapa anda seperti ini...bukankah sudah saya bilang agar anda berhenti untuk mencela Nona Nuriel!" kata seseorang yang memakai baju pelayan sambil gemetaran
"Eh...ini dimana? Nuriel? siapa itu...aku tidak pernah mencela siapapun. Bahkan aku yang mengalami itu kan?kau ini...aku tak mengenalmu? hei... dimana ini!!"
"Mo...mohon maafkan saya nona...saya tak akan mengulanginya lagi. Tolong ampuni saya nona" pelayan itu membungkuk dan memasang wajah ketakutan di hadapan Cho Yin.
"Ah...kenapa kau tiba-tiba membungkuk? apa ada yang salah dengan kata-kata ku tadi?aku bahkan tidak tahu ini dimana? Emmm kalau boleh tahu, ini dimana ya? apa ini di rumah sakit VIP? jika anda suster, kenapa anda pakai baju cosplay?"
"Apa maksud nona? saya adalah pelayan nona, dan....terlebih saya tidak memakai cosplay yang nona bilang."
"Hmmm? kau tahu apa itu cosplay?"
"ah....i, itu...." pelayan itu menghentikan omongannya.
"kau sungguh tidak tahu?"
"Maaf nona, sa...saya tidak pernah keluan, jadi tidak tahu tentang Pergaulan kelas atas dan hal yang sedang populer. Karena nona hanya membawa Caily..."
"Caily? pergaulan kelas atas? apa maksudmu?" tanya Cho Yin bingung.
"ah...ja, jangan bilang nona lupa ingatan? tidak mungkin kan?" tanya pelayan itu balik.
"Lupa ingatan?"
"Iya... penyakit nona sangat parah. Jadi... mungkin nona lupa ingatan. Maaf jika kata-kata saya lancang" ujar pelayan itu.
"Kau itu membungkuk terus apa tidak sakit badanmu yang kecil itu? baiklah, tolong jawab aku, ini dimana?"
"i..iya. Nona sekarang ada di kamar nona. Tadi setelah mencela Nona Nuriel, nona langsung pingsan karena penyakit nona kambuh setelah dimarahi Pangeran Hard"
"Pangeran Hard? apa maksudmu?"
"Bukan nya Pangeran Hard Rustif Achrer adalah orang yang anda sukai kan?" tanya pelayan itu.
"Hmmmm....eh tunggu, Bukannya Nuriel dan Hard Rustif adalah tokoh utama dalam novel 'Putri kecil yang malang'?" tanya Cho Yin dalam hati.
Cho Yin lalu berlari mencari cermin
"Hah....apa-apa an ini!! Ini bukan diriku..." Cho Yin kaget karena yang ada di cermin adalah wanita yang sangat cantik dengan rambut hitam panjangnya itu.
"Ini....siapa ini?" tanyanya. "Tunggu...rambut hitam panjang, kulit yang putih dan halus, mata biru keunguan yang tidak ada di dunia nyata!! apakah aku bereinkarnasi menjadi seorang antagonis yang bernama Zelvia Yederina Calliorest?" tambahnya bergumam.
"Ahhh....mana mungkin!!! jelas-jelaz novel itu sudah kubuang! tapi kenapa aku malah masuk ke dalam novel itu!!!! ah kacau!" kata Cho Yin yang sekarang menjadi Zelvia.
"Nona! Anda dipanggil Tuan Calliorest" kata pelayan
"Emm iya aku akan segera bersiap-siap" jawab Zelvia yang langsung bersiap-siap.
"ngomong-ngomong namanya siapa ya? dari tadi dia bersamaku apa mungkin namanya Cleznia yang suka membuntuti Zelvia?" ucap Zelvia dalam hati.
"Hei...namamu Cleznia kan?"
"Oh, iya nona! apa nona sudah ingat kembali?" kata Cleznia.
"iya...tadi aku sempat pusing saja kok" jawab Zelvia
"Tapi nona, anda baru saja pulih. Apa tidak apa-apa kalau anda menemui Tuan besar?"
"Aku beneran gak papa kok...Aku akan menemui ayah sekarang juga!"
"Ah...baik nona"
Di Ruang kerja Tuan besar Calliorest ( Tuan Ester Calliorest )
Tok...tok..tok
"Masuklah" Kata Ester pada anak nya itu
"Salam ayah..... Sebenarnya ada apa ayah tiba-tiba ingin bertemu denganku?" tanya Zelvia ramah.
"Eh....anak ini kenapa tiba2 menjadi begitu sopan padaku" batin Ester.
"Ehem... Aku katakan langsung ke intinya saja. Kedatangan ku kali ini mengenai masalahmu itu di pesta kali ini"
"Iya maafkan saya ayah... Saya sudah berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Kedepannya saya tidak akan mengulangi nya lagi" Kata Zelvia sambil membungkuk.
"Masalahnya bukan hanya itu! Kau memang lupa kalau disana ada Pangeran Hard yang melihatmu melakukan itu? Apa tidak bisa kau melupakan nya?!" tanya Ester dengan nada yang meninggi.
"iya ayah...Saya memang bodoh waktu itu. Saya tak akan mengulangi nya lagi dan saya juga akan melupakan Pangeran Hard ayah.."
"kukira ia akan menolak dan pergi sambil menangis. Ada apa ini?" batin Ester.
"Huh....ya sudah pergilah"
"baik ayah"
Di luar...
"Uwaaaa....huh akhirnya!!!"
"Nona anda disini?" Tiba2 ada Caily yang memanggil nona nya itu.
"Eh...iya" Jawab Zelvia
"Nona....kau tahu tidak, betapa khawatirnya aku pada nona. Aduh nona ini"
"Dia siapa ya?" bingung Zelvia dalam hati.
"Nona? ada apa dengan nona ku ini? aku mendengar dari Clez kalau nona agak lupa ingatan ya? nona melupakan pelayan kesayangan nona ini?" Ucap Caily, pelayan kesayangan Zelvia di novel aslinya.
"Pelayan kesayangan katanya? oh...apa jangan-jangan dia yang berkhianat pada Zelvia yang bernama Caily itu? Uh.... tampangnya saja begitu, tapi kenapa Zelvia tak sadar dia itu mata-mata Pangeran Hard. Emmm...Tp Zelvia gak salah sih. Yang salah aku pembuat novelnya. Pantas saja orang-orang yang baca malah dukung Zelvia yang pemerannya antagonis. Ya tapi aku tidak menyangka kalau hidup nya lebih miris dibandingkan yang aku tulis. Akh sudahlah." batin Zelvia.
"Nona?"
"Ah iya Caily ada apa?" ucap Zelvia sambil berbisik dalam hati "Tau ah senyumin aja deh" batinnya.
"Nona ternyata tidak pelupa sekali ya jadi ingat saya....Benar deh nonaku"
"Hahaha iya tentu saja"
"Nih orang ya, padahal aku baru liat, tapi bikin emosi!" Batin Zelvia kesal
"emm....aku mengantuk, jadi kau bisa pergi kan?" Ucap Zelvia dengan senyum terpaksa.
"oh iya nona....baiklah!"
"Ada ya orang kayak gitu, hah sudahlah.... tenang Zelvia, kalau marah nanti keriputan! Aku harus tetap hidup pokoknya!" batin Zelvia menyemangati dirinya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!