NovelToon NovelToon

Ryeana

Ryeana-1

Brum. Brum. Brummmmm

Suara knalpot becak yang berisik itu lumayan menghancurkan kekecewaan yang sedang bersemayam di hati. Aku dan sahabatku baru saja pulang dari sekolah negeri yang kedua kami lamar. Dua sekolah negeri sudah menolak kami. Menyebalkan sekali.

Haaaaaaaaaa.

Helaan nafas panjang kami berdua di kursi penumpang sebelah Mamang tukang becak.

Aku dan sahabatku, tertawa receh di atas becak saat Mamang tukang becak membelokkan setirnya ditikungan patah. Dia bergaya layaknya palentino rosi. Sudah tubuhnya kecil, kurus, berkulit hitam tapi gaya Mamang ini sangatlah lucu.

"Gas mang, gas lagi. Yuhuuuuuuuu" teriak ku bersamaan dengan sahabatku. Suara kami hampir hilang ditelan hembusan angin yang berlawanan. Kami bersenang-senang seakan meluapkan kekecewaan karena ditolak disekolah negeri.

"Wah Daebak. Gila ya Ri. Seru juga naik becak ugal-ugalan begini. " Ucap sahabatku yang bernama Andira.

"Ho'oh. Eh tapi kita gila ya Ra. Sekalinya keluar dari zona nyaman langsung jadi anak berandalan. Hahahaha" aku tertawa bersamaan meratapi nasib yang gagal. 'Kalau Mama tahu bisa habis aku ini' batin Ryeana.

"MANG STOPPPPPPP" teriak Andira saat menyadari kami hampir melewati sekolah yang akan kami daftar.

Citttttttttttttt.

Suara ban yang tergesek dengan aspal tiba-tiba berhenti karena tarikan rem yang mendadak. Aku dan Andira hampir melompat ke depan karena kaget dengan Mamang yang me-rem mendadak.

Hehehe. Mamang tukang becak terkekeh polos.

Haaaa. Aku mengusap jidatku yang terkena besi gerobak becak didepan ku. Sialan batinku. Aku melirik kesamping memperhatikan kondisi sahabatku.

Dan ya.

Hahahaha

Aku tertawa melihat kondisinya yang memalukan.

Sahabatku Andira, si pemilik rambut keriting dan berkulit sawo matang itu sedang sibuk membenahi rambutnya yang sudah seperti sarang burung.

Ya, rambut keritingnya mekar ke atas semua. Aku dan Mamang yang tidak berdosa sama sekali itu terkikik geli melihat penampilannya.

"Isss. Brengsek Lo Ri. Temen lagi kesusahan malah diledekin" ucapnya sambil cemberut.

Oke. oke. Tarik nafas. Tahan tawa Ri.

Aku mengeluarkan sisir yang selalu kubawa didalam tas kecilku. Aku membantunya menyisir rambutnya yang eksotis itu. Sekalipun teman SMP kami sering meledek rambutnya, tapi aku sangat menyukai rambutnya itu. Itu sangat unik rasa ku. Jika sedang bermain bersama aku sering mengelus-elus lekukan keriting rambutnya. Oke finish.

Aku dan sahabatku turun dari becak. Sambil menyerahkan ongkosnya dengan uang 20 ribu.

"Mauliate. " Ucap kami bersamaan sambil melambai ke arah Mamang tukang becak. Tidak saling kenal tapi ya begitulah kami berdua, selalu merasa sok kenal dengan orang lain. Dan itu membuat kami tertawa receh kadang, apalagi jika bertemu dengan orang yang cuek tapi kami sok akrab. Huhu habislah dia kami buat.

*Mauliate : terima kasih (bahasa batak)

Dan itu semua berlaku saat aku hanya bersama sahabatku. Selebihnya jangan harap. Wkwk

Kami bergandengan tangan saat ingin menyeberangi jalan untuk tiba di pekarangan sekolah yang akan kami daftar. Ini adalah pertama kalinya kami keluar dengan sangat bebas dan bertingkah konyol. Kami yang belum terbiasa menyeberangi jalanan yang lebar itu sedikit takut, untuk itu kami saling menguatkan dengan menautkan jemari kami berdua.

"1 (Lirik kiri), 2 (lirik kanan), (merasa sepi) 3 let's goooo." Ucap ku berteriak memberi arahan untuk menyeberang jalan. Kami berlari terkucar-kacir menyebrang sebelum mobil berlalu-lalang.

Selamat.

Drt. drt. drt.

Suara hp ku bergetar.

Aku mengeluarkannya dari saku celana ku. Melihat siapa yang menghubungi.

"Siapa?" Tanya Andira mengintip.

"Kakak" jawabku.

"Halo, em ya. Oke. Oke. Bilang aja kami udah didepan pagar. Em ya. " Jawab ku setelah mengangkat panggilan.

"Apa katanya ?" Tanya Andira penasaran.

"Kepo loh." Ucap ku cuek. Aku kembali menggandengnya masuk, dengan ragu-ragu kami menginjakkan kaki disekolah elit dikota ku. Itu hanya sekolah swasta tidak negeri. Tapi cukup bergengsilah jika dibandingkan dengan Negeri dikota ku.

Saat beberapa langkah masuk, hp ku kembali bergetar. Hp yang masih berada digenggaman ku.

"Halo" jawab ku tanpa melihat siapa nama pemanggil.

"Riiiiii" teriak seseorang disana. Aku mengusap telinga ku yang hampir meledak.

Sialan. Batinku.

Eh tunggu dulu. Itu seperti suaraaa...

"Eh dok, kamu dimana, kita uda sampe nih. Kamu jadi daftar disini kan? " Ucap ku tak sabaran setelah tahu siapa yang menghubungi.

Andira yang mendengar nama panggilan yang ku sebut langsung mencelos tak menentu. Iya dia tau betul, hanya satu orang yang akan aku panggil dengan sebutan "Kodok".

"Jadi dong. Ini Lagi otw. Kamu tungguin ya. Kita masuknya barengan ya ya." Ucap seseorang dari sana dengan nada manja membujuk.

"Hasiiaappppp. Kami tunggu di halte depan pagar aja ya." Teriakku bersemangat.

Aku langsung menarik tangan Andira untuk kembali duduk di halte depan yang kami lewati tadi saat memasuki pagar sekolah ini.

"Lo tuh kebiasaan. Kalo urusan yang ono langsung semangat gitu. " Ucapnya malas.

"Udahlah Ra. Lo kayak gak tahu aja gimana gue selama ini." Ucapku menunduk sambil memainkan sepasang sepatu kets putih ku.

15 menit kemudian, orang yang dinanti-nanti muncul juga.

"Lama banget" ucap ku pura-pura kesal. Padahal mah senangnya bukan main.

"Yaelah, biasa aja kali. Mukak kamu jangan ditekuk gitu entar makin jelek tau rasa. Yaudah masuk yuk, keburu guru yang jaga pulang" ajaknya sambil menarik tali tas ku. Menyebalkan tapi menyenangkan juga. Dasar bucin.

Andira hanya mengikut dibelakang ku karena tangannya selalu ku genggam.

Aku sangat sayang sama Andira. Sedikit jauh ajah gelisah. Udah kayak suami istri aja ya Ra. Hahaha.

Saat mendekati ruang pendaftaran, dia melepaskan tangannya ditali tasku. Berhubung hanya aku yang mengenal salah satu guru disitu dan itu juga berkat bantuan kakak ku tadinya. Jadi aku yang memimpin masuk kedalam.

"Permisi buk. " Sapa ku pada salah satu wanita muda yang duduk dimeja dekat pintu.

"Iya dek. Mau daftar ya?" Tanya nya sambil menatap map yang dipegang oleh Andira. Andira lah yang bertugas membawakan map berkas pendaftaran kami. Aku mengangguk.

"Tapi sebelumnya bisa bertemu dengan Pak Simarmata buk?" Tanyaku

"Ada urusan apa ya? " Tanyanya sedikit menyelidiki dengan raut wajah dinginnya.

Oh ayolah, aku bukannya mau main belakang, ini hanya karena semata biar dia saja yang bantu urus pendaftaran kami, karena dia yang selalu menggoda kakak ku untuk mendaftar disekolah ini, dan terjadilah sesuai kemauan kakakku, aku terpaksa masuk ke sekolah swasta yang elit itu karena perjanjian kami jika gagal di negeri maka targetnya sekolah swasta itu, sekolah tempat kakak ku dulu menempuh pendidikan. Bukan kakak kandung, tapi Kakak sepupu. Dia sangat sayang padaku begitu juga aku padanya. Dia selalu perhatian padaku karena aku satu-satunya keturunan perempuan dari keluarga Papaku. Aku disayang banyak orang di keluargaku.

Aku pasrah. Tapi lebih pasrah lagi sahabatku. Karena kemanapun aku pergi kami selalu sama, sejak pendidikan dasar hingga menengah kami masuk disekolah yang sama. SD dan SMP kami negeri tapi SMA kami di swasta. Benar-benar ditakdirkan ya.

Sedangkan Kodok alias Nicholas, aku tidak tahu, ketika kami bertemu ditempat pendaftaran disekolah Negeri yang kedua kami lamar. Dia bertanya sekolah yang akan aku daftar, dan lihatlah dia mengikut akhirnya tanpa ada ajakan dariku. Dan itu sangat membahagiakan bagiku. Karena sudah lama tak bertemu dia.

Sebelum aku ingin menjawab seorang Pria muda bermata tajam dan berkulit hitam muncul dari belakang ku. Aku sedikit menegang namun berusaha bersikap normal.

"Ryeana ya." Sapa nya menegur ku. Aku mengangguk.

"Ayo ikut saya" ajaknya untuk masuk kedalam ruangannya. Di atas ruangan itu tertera Bimbingan konseling. Wah, sepertinya dia bertugas jadi guru BK.

Bahaya ini. Batinku.

Kami berempat, aku, Andira dan Kodok bersama teman laki-lakinya ikut masuk kedalam ruangan BK.

Hawa ruangan itu benar-benar dingin. Cukup membuat bulu kuduk merinding. Uuuuuu takut.

Aku si pemimpin team berjalan lebih dulu didepan mengikuti pak Simarmata masuk.

Kami duduk berhadapan dengan pak Simarmata.

"Mana berkas kalian" tagihnya padaku. Aku mengambil berkas milikku dan Andira yang berada ditangannya, lalu mengkode yang lainnya untuk menyerahkan berkas mereka juga.

"Nah ini formulir pendaftaran silahkan isi. Mau ngisi disini atau dibawa pulang aja?" Tanyanya kepada kami semua.

"Disini aja Pak" ucap kami kompak. Kami mengisi formulir pendaftaran tidak ditemani Pak Simarmata, sejak menyerahkan formulir itu beliau berlalu begitu saja meninggalkan kami berempat. Kesempatan yang bagus kami mengisi formulir dengan suara yang berisik. Apalagi pas dibagian isi biodata orang tua. Kami saling mengintip. Teman laki-lakinya Nicholas yang katanya bernama Rio juga ikutan bertingkah konyol bersama kami tiga. Aku yang sulit menerima orang asing langsung berteman baik dengan Rio karena dia teman Nicholas, alasan terbesar.

Ryeana-2

Kodok nama panggilan ku padanya. Beberapa orang ikut memanggilnya begitu karena lucu. Tapi tidak untukku itu nama panggilan spesial. Hanya aku yang memanggil dia begitu. Cho panggilan orang terdekatnya. Lalu aku menambahkan Dok dibelakang hingga menjadi Kodok, bagiku dia selucu itu persis seperti Kodok apalagi kalau sudah mode cerewet on. Dia akan marah jika orang lain memanggil begitu, tapi tidak denganku. Dia selalu menunjukkan wajah ramahnya. Salah satu hal sederhana yang membuatku sering melambung tinggi dan merona.

🐸🐸🐸

Pagi itu matahari sangat terik. Pukul 08.00 pagi kurang lebih tepatnya kami disuruh berkumpul ditengah lapangan SMA Swasta Roma (Ini sekolah Katolik dan otomatis isinya semua yang beragama Kristen Katolik dan protestan ada juga yang beragama Islam tapi itu hanya 1 dan 2 tidak lebih karena sepengetahuan ku jika lewat 5 maka sudah melanggar aturan) namun yang membuat ku kagum dengan sekolah ini setelah mendengar cerita dari kakak ku yang sudah jadi alumni, katanya sekolah ini sangatlah terkenal dengan kedisiplinannya serta menjunjung toleransi yang tinggi. Dan mari kita saksikan kebenarannya nanti lewat cerita ku ini.

Siswa-siswi baru  berbaris secara acak. Semuanya datang dari sekolah menengah pertama yang berbeda-beda. Bahkan ada yang datang dari luar kota dan tinggal di asrama yang disediakan sekolah ku.

Tidak banyak yang ku kenal hanya beberapa saja karena kami datang dari SMP yang sama itupun hanya sebatas tahu wajah saja tapi tidak pernah bertegur sapa hingga namanya aku tidak tahu. Khusus dari sekolah ku kami berjumlah kurang lebih 9 orang terlihat dari data siswa baru yang tercatat.

Aku, Andira, Nicholas dan juga Rio yang datang dari SMP berbeda bisa bersama karena sebuah kesepakatan tiba-tiba.  Sedangkan teman kami yang lain datang karena kebetulan. Kebetulan ternyata salah satu mantan teman geng ku dulu di SMP juga ikut masuk disekolah yang sama dengan kami.

(Kok bisa jadi mantan teman ? Nanti ada part buat aku jelasin.)

Pagi ini adalah pertemuan kami pertama kalinya untuk seluruh siswa pendatang baru. Ketua Panitia Penerima Peserta didik baru itu sedang memberikan arahan untuk kegiatan selama ospek 4 hari ke depan. Aku mencelos meratapi nasib untuk 4 hari ke depan. Pasti sangat memalukan  dan melelahkan batinku.

Aku menatap Andira yang sudah akrab dengan sekitarnya, aku salut dengannya yang dari dulu  memang sangat mudah berbaur dengan sekitarnya sangat jauh beda denganku, begitu juga dengan Nicholas, dia yang memang pada dasarnya sangat mudah bergaul sudah terlihat akrab sekali pada wajah-wajah baru yang terlihat asing bagiku.

Sedangkan aku. Aku hanya diam mematung dibarisan menyaksikan para siswa-siswi baru yang riuh karena menahan terik dan ada juga yang riuh menggosip karena tidak terima dengan peraturan selama ospek nanti.

Aku mengangkat satu tangan ku keatas langit, seolah menutup matahari yang menyilaukan manik mataku.

Namun sepersekian detik seseorang menepuk bahuku dan aku menoleh padanya menaikkan salah satu alis kiri ku seolah bertanya, ada apa?

Dia menggeser tubuh ku yang semeter tak sampai itu. Dia pindah ke depanku dan aku berdiri dibelakangnya. Awalnya aku bingung, ingin bertanya tapi gengsi sampai akhirnya aku mengerti karena sudah tidak merasakan terik matahari lagi.

Aku tersenyum kecil menyadari keberadaan laki-laki yang berbadan tinggi dan kekar itu, rambutnya sedikit ikal dan berkulit putih, aku beberapa kali meliriknya dari atas hingga bawah, berusaha menghapal postur tubuh dan wajahnya. Karena jujur aku sangat pelupa.

Setelah acara wejangan selesai kami dibubarkan tanpa syarat. Aku dan Andira langsung berjalan keluar dari pekarangan sekolah.

"Ri kita gak istirahat gitu dulu kek di kantin sono" tunjuk Andira ke kantin yang berada dipojokan pemisah jarak antara SMA dan SMP. Andira terlihat sangat menahan haus. Keningnya sudah dipenuhi peluh.

"Gak usahlah Ra, kita langsung pulang aja ya. Nanti kita nongkrong di warung bakso dekat simpang aja" ucapku. Andira yang awalnya lesu karena penolakan ku tiba-tiba jadi riang. Ya warung bakso dekat simpang memang sangatlah enak dan tempat favorit kami berdua khususnya.

"Tapi traktir ya. " Bujuk Andira dengan sekali kedipan mata sebelah kiri. Menggelikan.

"No Ra. Lo tau kan keuangan gue itu tipis." Ucapku datar. Mata ku sekilas melirik Nicholas yang masih saja bergabung dengan wajah-wajah baru itu. Aku cemburu sudah jelas. Terutama melihat cewek-cewek cantik yang terlihat sudah kompak disampingnya.

"Sudahlah Ri." Ucap Andira yang sepertinya sadar arah tatapan ku.

Aku mengangguk. Dengan lesu aku meninggalkan sekolah yang masih ramai itu. Dengan bergandengan tangan bersama Andira tentunya.

"Kita pergi sama, tapi pulang berbeda. Gini amat sih yang diam-diam cinta" batinku tersenyum kecut.

🐸🐸🐸

Author

Setelah kepergian Ryeana dan Andira, Nicholas masih saja nimbrung bersama teman-teman barunya. Sedangkan Rio batang hidungnya tidak kelihatan author. Anak itu sangat aktif sekali.

Nicholas bersama teman-teman barunya saling tukar cerita disana ada 4 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Author belum tau namanya. Kan belum kenalan.

Nicholas yang sejak tadi bercerita dengan kenalan barunya namun diam diam melirik perempuan bertubuh mungil, dilihat dari tingginya tidak beda jauh dengan Ryeana. Ryeana memiliki tinggi sekitar 150 cm sedangkan gadis itu kurang lebih 145 cm begitulah.

Gadis itu memiliki rambut berwarna pirang, sepertinya rambutnya bekas di smoothing terlihat diakar rambutnya yang timbul rambut halus yang keriting. Tapi itu semua tidak mengurangi keimutan gadis itu.

Pipinya gembul, ditambah lesung pipinya yang menggemaskan. Kulit yang putih, cara bicaranya yang imut. Sungguh menggemaskan. Author saja sangat tertarik dengannya.

Nicholas sejak tadi curi-curi pandang padanya. Salah satu dari kenalan baru Nicholas memperhatikan tingkahnya yang sangat terang-terangan.

"Lo sukak ya dengan Lala" bisik laki-laki itu menunjuk gadis imut dengan dagunya.

"Emm" Nicholas berdehem sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Semakin membuat laki-laki yang bernama Riko itu yakin.

"Dia anak baik-baik kok. Lo gak bakalan nyesel kalau pacaran sama dia." Ucap Riko yakin.

"Kok Lo bisa yakin gitu?" Tanya Nicholas menatap  heran Riko.

"Karena gue satu kumpulan di Gereja bareng dia. " Ucap Riko meminum air mineralnya.

"Lo mau bantuin gue gak. Gue tertarik sama dia. " Ucap Nicholas sambil mengedipkan matanya.

"Lo tenang aja man." ucap Riko berlagak sok cool.

Merasa hari sudah semakin sore Nicholas dan teman-teman barunya pulang bersama begitu juga dengan gadis yang bernama Lala. Mereka pulang bersama karena Lala adalah gabungan kumpulan dari yang lainnya.

Nicholas, Riko, Lala dan kedua teman perempuannya naik Bus yang arahnya sejalan. Sedangkan yang lainnya memilih Bus yang berbeda.

Diperjalanan pulang Riko terlebih dulu turun karena ada kepentingan yang harus diurusnya. Sedangkan kedua teman Lala sudah turun karena memang waktunya turun. Kini tinggallah Nicholas dan Lala yang masih hening sambil fokus menatap pak supir didepan sana. Bangku Nicholas dan Lala bertepatan sebelahan jadi untuk ngobrol sangat pas.

"La" sapa Nicholas ramah, sebelumnya mereka sudah berkenalan tapi entah kenapa saat berdua begini mereka menjadi salah tingkah.

"Iya" saut Lala sambil tersenyum tak kalah ramah dengan lesung pipi diwajahnya.

TERPESONA. Nicholas sungguh terpesona dengan senyuman manis Lala. Mirip sekali dengan dia. Bedanya Lala memiliki lesung pipi sedangkan Dia tidak.

"Rumah kamu dimana?" Tanya Nicholas berusaha ingin lebih mengenal Lala.

"Rumah ku di xxxxx"

"Oh gitu. Gak terlalu jauh juga sih dengan aku. Cuman kayaknya nanti aku yang lebih dulu turun. " Ucap Nicholas sedikit kecewa apalagi jarak simpang rumahnya sudah mulai kelihatan.

"Iya gak papa kok. " Saut Lala

Hening.

Nicholas yang sebentar lagi akan turun. Langsung berucap " Mau aku antar gak?"

"Hah?" Lala terpelongo bingung.

"Maksudnya" ulangnya sekali lagi.

"Ah tidak pa-pa." Nicholas tersenyum kikuk.

"Mang berhenti!" Teriak Nicholas saat sadar simpang rumahnya hampir kelewatan.

Bus  itu berhenti mendadak. Sebelum Nicholas turun, ia menatap lekat wajah Lala.

"Aku duluan ya. Hati-hati dijalan" ucap Nicholas sambil mengacak gemas rambut Lala.

"Iya" saut Lala sambil mengangguk, ia cukup terheran melihat tingkah Nicholas yang terlihat sangat aneh itu. Namun biar begitu Lala cukup terkesima dengan tingkahnya. Ditambah lagi cowok itu memiliki lesung pipi yang sama sepertinya.

TBC.

Yang Vote, Like dan Komen, Abang Nicholas cipokk yeeee😘😘😘😘

Yang share banyak-banyak, Abang kasih nomor WhatsApp. 🤗😍😍

Selamat membaca kesayangan Abang Nicholas. 💏💏

Ryeana-3

Sesuai janji Ryeana pada Andira yang akan makan bakso didekat simpang rumahnya. Mereka sedang duduk menghadap jalanan yang berlalu lalang sambil menunggu pesanan datang.

"Ri tadi waktu baris di lapangan aku perhatiin kamu didekati cowok. Siapa?" Goda Andira sambil mencolek dagu Ryeana. Ia penasaran sejak kapan sahabat anehnya itu bisa bersosial tanpa ditemani dirinya.

"Apaan sih. Lebay loh. Gue gak kenal dia juga. " Balasnya mendelik kesal.

Ryeana dan Andira memang dua orang yang berbeda. Bagi orang yang baru mengenalnya Ryeana akan dicap sebagai gadis pemarah dan cuek. Ryeana tidak masalah jika orang-orang menganggapnya seperti itu, karena bukan tanpa alasan dia bersikap seperti itu. Sifat yang cuek adalah tameng pelindung Ryeana sendiri.  Dan Andira adalah gadis lemah lembut namun aslinya lebih gesrek dari Ryeana.

Panggilan antara Ryeana dan Andira suka ganti-gantian, terkadang aku-kamu, gue-lo, bahkan lebih tengilnya lagi Andira akan panggil sahabatnya itu 'biawak' dan Ryeana akan panggil Andira 'Opung'. Aneh bukan, ya begitulah mereka berdua.

"Nih baksonya dek" ucap wanita paruh baya yang masih cantik dan montok.

"Makasih bik" ucap Ryeana dan Andira bersama.

Saat Ryeana sedang fokus menuangkan sambal giling kedalam baksonya, tiba-tiba Andira menyenggol lengan Ryeana yang sedang ingin menuangkan sambal tersebut.

"Opungggg!" Teriak Ryeana kesal. Sambal yang harusnya sedikit jadi banyak tertuang kedalam mangkuk baksonya.

"Eh berisik amat loh biawak. Noh liat pangeran Kodok Lo" tunjuk Andira dengan dagunya saat Nicholas berdiri tidak jauh dari warung bakso itu.

Ryeana mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Andira. Yang tadinya marah sekarang Ryeana jadi terdiam.

"Mungkin lagi nunggu jemputan" batin Ryeana. Ia kembali menunduk mengaduk-aduk baksonya. Selera makannya sudah hilang.

note: Ryeana, Nicholas dan Andira satu kecamatan. Ryeana dan Andira satu desa beda dengan Nicholas.

"Lo kenapa Ri?" Tanya Andira menghentikan suapan baksonya. 

Ryeana hanya terdiam.

"Ri, gue lebih sukak Lo yang ngomong pedas dari pada diam begini. Bikin merinding tahu gak." Ucap Andira sambil berpura-pura merinding.

Ryeana yang masih kesal semakin bertambah kesal, matanya memicing sinis pada Andira hingga dia meluapkannya pada baksonya. Ia memasukkan bakso itu dengan lahap kedalam mulutnya hingga beberapa detik kemudian....

"Pe-pedassss anjir pedas Ra pedas" ucap Ri mengibaskan tangannya didepan mulut. Andira yang sejak tadi menahan tawa langsung melepaskan tawanya hingga terpingkal-pingkal.

"Ya kalo pedas Lo minum la bodoh" umpat Andira yang semakin membuat Ryeana ingin menoyor kepalanya namun ditahannya karena sedang meminum es kosong yang sudah dipesan sejak tadi.

"Hu. Ha. Hu. Ha" mulut Ryeana terbuka dan tertutup menahan panas sekaligus pedas dibibirnya.

Ryeana yang tidak sengaja menatap ke arah tempat Nicholas berdiri tadi sudah tidak melihat bayangan pangeran kodoknya.

"Mungkin sudah pulang" ucap Ryeana dalam hati.

Ryeana dan Andira menyudahi makanan mereka. Mangkuk bakso Ryeana masih tersisa banyak karena nafsu makannya sudah hilang,  berbeda dengan Andira yang sudah kosong.

Mereka memilih jalan kaki untuk pulang ke rumah karena  jarak yang tidak terlalu jauh.

🐸🐸🐸

Ryeana

Malam sudah menunjukkan pukul 20.00 tapi aku masih sibuk menyiapkan peralatan untuk MOS besok. Kaos kaki dua warna yang berbeda, Kalung Pete, Kemudian ada nama yang dikalungkan dengan nama tim kelompok. Aku mendapat bagian bergabung dengan team melati dan bed nama yang terbuat dari kardus.

Setelah semua keperluan ku untuk besok beres. Aku masuk kedalam kamar. Melakukan rutinitas ku seperti biasanya. Menulis dibuku harian ku. Buku harian yang bersampulkan corak batik bewarna orange. Bentuknya sangat kecil.

Disana aku akan mencurahkan setiap perasaan ku yang selalu tertuju pada satu orang, siapa lagi kalau bukan pangeran kodok ku.

...Jauh didasar lubuk hati ini sudut ruang kecil itu masih menyimpan namamu ....

...Masih dengan doa yang sama, berharap ada masa dimana titik fokusmu tertuju padaku....

...Harus seberapa banyak lagi waktu yang terbuang  agar tidak sia-sia mencintaimu dalam diam?...

...Terkadang aku sadar, aku seperti menggapai langit yang enggan untuk ku sentuh....

...Tapi terkadang aku juga sadar, memperjuangkan apa yang kita mau bukanlah hal yang salahkan?...

...Selama 3 tahun aku menyimpan rasa ini hanya demi jarak antara kita tidak terputus....

...Bagiku,...

...Lebih baik memandangmu dekat daripada jauh....

...Aku bisa menyentuh lenganmu walau tidak bisa menggenggam jemarimu....

...Aku bisa menatap matamu walau tidak ada aku didalamnya....

...Sakit memang, tapi aku bisa apa selain berharap agar semesta memberiku kesempatan....

...Mungkin masa SMP kita, aku kalah dengannya wanita cantik dan pintar yang selalu mengisi hari mu selama 2 tahun. Dan tahun terakhir kita memijak kelas IX kalian mengakhiri hubungan....

...Jahat tidak kalau aku bahagia? Bukan maksudku ingin berbahagia diatas kesedihanmu. Melainkan aku berpikir aku bisa memiliki kesempatan mengisi harimu....

...Tapi itu semua hanyalah sebatas harap ku....

...Berharap bahagia, malah aku terluka melihat mu yang selalu riang, menjadi pendiam....

...Kamu bukan tipe cowok dingin, kamu si ramah yang selalu menunjukkan senyuman manis dengan lesung pipi disebelah kirimu....

...Hatiku perih saat aku tidak bisa menjadi teman curhatmu, malah menjadi teman curhat mantan kekasihmu....

...Aku ingin menguatkanmu, bukan menguatkan mantan kekasihmu yang sudah menyia-nyiakan dirimu yang terlalu baik untuk dilukai....

...Aku bukan benci dengannya. Aku hanya terluka saat dia baru putus denganmu, kenapa sekarang melirik para lelaki yang lain....

...Aku tidak tahu motifnya apa. Dan aku juga tidak ingin menebaknya. Karena fokus ku hanya padamu. Hanya pada bahagia dan lukamu....

...Sejak kemarin aku terlalu halu denganmu....

...Pikiranku selalu melayang dan menerka. Berharap kita berjodoh....

...Bayangkan saja. 3 tahun duduk di bangku SMP bersamamu. Kita selalu disatu kelas yang sama. Bahkan saat terjadi pemindahan kelas berhubung ada kelas yang baru dibangun kita adalah orang yang sama dipindahkan ke kelas itu. Sampai-sampai teman-teman kita berpikir kita adalah orang yang bodoh karena dipindahkan ke kelas buangan kata mereka. Tapi kita tetap saling menguatkan dan saling menunjukkan melalui nilai yang kita peroleh. Dan aku bangga dengan prestasi kita....

...Masuk ke jenjang SMA, kita kembali lagi ke sekolah yang sama. Berharap Tuhan memberi kesempatan pada ku untuk lebih berani mengungkapkan betapa dalam rasa ini untukmu....

...🐸🐸🐸...

Setelah menuangkan segala gundah lara ke dalam rumah sendu (buku harian) rasanya sangatlah lega. Sekalipun tidak selega jika cinta ku terpaut dihatimu.

Aku menyimpan rumah sendu ku, dibawah kasur. Aku takut kejadian 1 tahun yang lalu terulang kembali.

Dimana teman sekolah ku semasa SMP yang sedang berkunjung ke rumah, dengan tangan yang gatal mereka mengobrak-abrik kamar ku hingga terlihat rumah senduku.

Aku yang sedang dikamar mandi, tidak sadar apa yang sudah mereka tertawakan didalam kamar Ku.

Dengan rasa penasaran aku masuk kedalam kamar, betapa kagetnya aku melihat mereka yang membaca semua rahasia yang hanya 2 orang yang tahu, Tuhanku dan sahabatku (Andira).

Sejak saat itu, aku menutup komunikasi dari mereka. Bukan aku marah, aku hanya takut mereka membocorkan kepada Kamu, sekalipun mereka sudah berjanji tidak akan membocorkan tetap saja, aku takut.

Nama memang ku samarkan dengan nama panggilan ku biasanya "Kodok" tapi diantara mereka pasti tahu aku hanya memanggil 1 orang dengan sebutan itu.

.

.

.

.

Jangan lupa Like dan Votenya  readers......

Komennya juga.......

Please jangan jadi pembaca misteri okayyyy.... Lophyuuu Cintanya Abang Nicholas😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!