NovelToon NovelToon

SANG MAFIA PEMILIK HATIKU

1 kesal

"Apa, semua dibatalkan?"tanya pria berwajah dingin itu.

Dia yang sedang menerima telpon dari seseorang. Ia, menaruh tangan dibelakang berjalan kesana ke mari didalam taman bunga, yang terletak dihalaman belakang Mansionnya.Sesekali kakinya menendang batu batu kecil yang berada didepannya.

Alfonso De Armando, terlahir dari sepasang suami istri yang sangat dihormati di negara Spanyol. Ayahnya, Rudolf De Armando pimpinan CIA di negara Amerika . dan, Ibunya Katrin De Jesus. penguasaha Tas Brand terkenal dikota Madrid.

Memiliki wajah tampan, postur tubuh yang kekar. dengan, tinggi badan 187cm. Kini, Ia kembali ke Spanyol dengan sebuah misi besar. Setelah enam belas tahun ia bertahan hidup dihutan.

Saat ini, Alfonso membentuk Club Mafia terkuat didaratan Eropa. yang diberi bernama RED DEVIL, dengan ke empat temannya yang ia temui dijalanan. Ia berkolaborasi dengan Mafia terkenal dari Itali Polieveraa.

Misinya adalah membalaskan dendam atas kematian kedua orang tuannya. untuk, mendapatkan modal dan memiliki kekuasaan dimana mana Alfonso berbisnis obat obatan terlarang , senjata ilegal dan penjualan organ tubuh manusia.

"Ya, Tuan! mereka membatalkan semuanya. Mereka beralasan sudah bekerja sama dengan pihak lain."Jawab pria yang menelpon.

"Terus awasi mereka, tangkap anak buahnya. Jika, mereka melawan bakar mereka hidup hidup jangan pernah kasih mereka ampun." sambung Alfonso.

Tatapan matanya kosong, wajahnya dingin, bibirnya tidak pernah tersenyum membuat siapa saja yang melihat akan merasa ketakutan.

Cusss......

Tiba tiba batu kecil mengenai kepala seorang security, yang sementara jaga didepan pintu pagar masuk Mansion.

"Aduh.....Siapa yang melakukan ini. Awas saja kalo kedapatan bakal aku potong tangannya." gerutu Bale. Ia menyentuh kepalanya.

"Siapa, tangan siapa yang mau kamu potong, Bale?" tanya Alfonso.

"Diam, tutup mulutmu. Apa kamu tidak lihat aku lagi kesal?" jawab Bale.

Bale belum menyadari dengan siapa dia berbicara. Sebab ia sibuk mencari dari mana arah batu itu datang.

puk puk puk...

Alfonso menepuk bahu Bale.

"Apaan sich? kamu ini ya jika mau minjam uang, aku belum ada uang. kamu sendiri tau kalau temanmu beum bayar gajianku." Bale mengibas tangan yang menepuk bahunya. Lahirnya Bale membalikkan tubuhnya, menatap tangan yang sedaritadi menepuk bahunya itu.

"Tu....an! Maaf Tuan! Saya pikir Tuan Kevin yang mau minjam uang saya." Bale menggaruk kepalanya. Kevin orangnya usil, dia suka menjahili Bale.

"Hmmmmm..."Alfonso hanya tersenyum sinis.

"Katanya mau potong jari? Jari siapa yang mau kau potong?" tanya Alfonso

"Tidak Tuan! Tadi ada batu kecil yang datang entah dari mana mengenai kepala saya." Ia terkekh menjawab pertanyaan Alfonso.

"Terus? Dimana orangnya?" tanya Alfonso lagi.

"Saya tidak menemukan orang yang melakukan itu." jawab Bale.

"Bagaimana jika orang itu saat ini sedang berada didepan kamu?" tanya Alfonso. sambil menaik turunkan alisnya.

"Hehehe...maksud Tuan?" jawab Bale ia terkekeh lagi.

"Masudku bagaimana jika orang itu adalah aku?" jawab Alfonso.

"What? " Bale sangat kaget dan ketakutan.

"Tidak Tuan. saya hanya bercanda, apa yang Tuan dengar itu tidak benar." jawab Bale ragu ragu. Ia cepat-cepat membungkuk kan badan.

puk puk puk...

Alfonso kembali menepuk bahu Bale. Lalu, berjalan masuk ke dalam Mansion meninggalkan Bale yang masih kebingungan didepan pintu.

"Pelayan!" panggil Alfonso.

Tak tak tak... Bunyi langkah kaki yang sudah tua rentah, datang menghampir Tuan mudanya.

"Ya, Tuan! Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan bernama Yati itu.

"Baristanya kemana? Suruh bikin kan saya kopi ." perintah Alfonso.

"Tetapi, Nak." ucap bibi Yati terbata bata.

Melihat bibi Yati yang bicaranya terbata-bata Alfonso mengerutkan keningnya.

"Bi, kemana si Barista?" tanya Alfonso dengan nada yang sedikit menahan amarah.

"Itu, Tuan! Si Barista nya lagi keluar. katanya mau bertemu temannya di kafe." jawab bi Yati.sambil menunduk menunggu perintah dari Alfonso.

Setelah, yakin kalau Tuan nya sudah selesai marah marah.Dengan tertatih Bibi Yati berjalan menuju dapur. Bibi Yati sangat cegatan menyeduhkan kopi kesukaan Alfonso. Selesai menyeduhkan kopi, Bibi Yati berjalan menuju ruang tamu dengan membawa kopi yang sudah tertata rapi diatas napan.

"Permisi, Tuan! ini kopi Tuan."ucap Bi Yati

"Terima kasih, Bibi." jawab Alfonso.

Alfonso selalu sopan dengan Bi Yati. Karena, sejak ditinggal mati kedua orang tuanya Bi Yati yang selalu setia menjaga Mansion. Hingga Alfonso kecil yang menghilang sampai pulang kembali ke Mansion. Semuanya, dirawat Bibi Yati dengan baik. Sebenarnya Alfonso kasihan dengan kondisi Bi Yati, yang sudah Lansia, tapi masih kuat bekerja.

Alfonso sudah pernah berbicara pada Bi Yati, untuk segera pensiun.Tapi, tetap di Mansion Alfonso. Karena, Bibi Yati tidak memiliki keluarga yang akan dia datangi.

Namun, karena merasa sungkan dengan pelayan yang lain Bi Yati kadang masih sering membantu.

Alfonso segar membawa kopinya menuju ruang kerja miliknya, dibagian ruang bawah tanah. kopinya diletakkan diatas meja kerjanya. Lalu, Alfonso duduk dan menatap Laptonya. Tampak Alfonso sangat marah. karena, semua barang yang dipesannya tiba tiba dibatalkan sepihak oleh rekan kerjanya.

Drthhh....

" Alfonso nelpon" ucap Gareth.pada ketiga sahabatnya yang berada di kafe bersama dirinya.

"Holla, Al."Gareth menjawab.

Telpon dari Alfonso.

"Hola Gareth! kamu tolong cek siapa yang sudah berani membeli semua pesanan aku." perintah Alfonso.

"Ok, siap meluncur." jawab Gareth.

"Ayo, kita pulang ada tugas yang harus kita selesaikan." Gareth mengajak ke tiga temannya.

"Gerekkk...."Kursi digeser ke belakang. Gareth segera berjalan ke kasir untuk membayar semua pesanan mereka.

Kevin yang menyetir, mereka berempat mulai mengecek siapa yang sudah membatalkan pembelian obat obatan, Alfonso yang sudah dipesan dari Rusia.

Setelah mengetahui siapa dalang dibalik batalnya pesanan Alfonso.

Merekapun segera masuk kembali ke mobil dan menuju Mansion milik Alfonso.

Breemmmm.....

Mobil, tiba diMansion Alfonso.

Ceklek...

Pintu mobil, dibuka dan ke empat pria tampan ini turun dari mobil. Gareth segera berlari menuju ruang kerja Alfonso. Sedangkan Andre, Glen, Kevin. Mereka bertiga menunggu perintah selanjutnya dari Alfonso.

"Bale!dimana Alfonso?" tanya Kevin.

"Bos berada di ruangan kerjanya.tapi, tadi pagi bos marah besar." cerita Bale.

Ya, diantara ke empat orang kepercayan Alfonso. Kevinlah, yang lebih akrab dengan para pelayan dan security di Mansion Alfonso.

"Biasa, kalau soal begituan Bale." jawab kevin.

"Dunia , bisnis itu butuh mental yang berani. Apalagi Alfonso masih muda jadi masih banyak yang hanya melakukan janji palsu." cerita Kevin.

Bale menganguk mengerti.

"Okey! aku susul mereka dulu." sambung Kevin.

Tak...tak...tak...

"Hustt , Alfonso. lagi marah besar." Andre menegur .

Jari telunjuknyan ditempelkan dimulutnya. Menegur Kevin yang berlari menuju mereka. Alfonso, memang paling tidak suka kalau dia lagi bahas masalah kerjaan terus yang lain ribut.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Visual Alfonso

"Sudah Direvisi"

2.ke Katrindof

Ruangan kedap suara itu hening seperti tidak ada manusia didalam. Alfonso masih mengecek semua di laptop. Sorot matanya terus menatap layar laptopnya. Sesekali Alfonso mengepalkan tangannya.

"Gareth! sekarang perintahkan seluruh anak buah untuk bersiap siap di markas." perintah Alfonso.

"Baik, Al." Gareth menjawab. Lalu, Gareth segera berjalan keluar dari ruangan bawah tanah meninggalkan Alfonso yang masih mencari informasi di laptopnya.

Ceklek....

Pintu dibuka dan Garethpun berjalan keluar dari ruangan Alfonso.

"Kevin, dan Andre ikut aku ke Markas. Dan kamu Glen, kamu tunggu disini dulu, nanti kamu bareng Alfonso, susul kami ke markas.'' perintah Gareth.

"Baiklah, kamu duluan aja." sambung Glen

Tap...

Tap...

Tap....

Langkah kaki ketiga Pria berbody bidang itu keluar dari Mansion Alfonso. menuju mobil. yang hanya boleh keluar masuk Mansion Alfonso, hanya ke empat pria sahabat sekaligus bawahan Alfonso.

Glen, berjalan menuju ruang tivi duduk disofa panjang sambil menonton film Action Hollywood.

"Nak Glen, mau makan dulu?" panggil Bi Yati.

Glen, yang mendengar kalau ada yang memanggil namanya. segera, bangun dari sofa dan melihat ke arah suara yang memanggilnya.

"Iya, Bi! nanti aja saya makan bareng Alfonso aja.'' jawab Glen dengan sopan.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya. Alfonso pun berjalan keluar menemui Glen di ruang tivi.

Tak....tak...tak...

Langkah kaki Alfonso datang menuju ruang tivi, dimana Glen sementara nonton.

Haaaahhhh.....

Alfonso, menarik nafas panjang. lalu, mengusap kasar rambutnya. Alfonso frustasi sesekali gerahangnya dibunyikan. Kalau saja ada musuh didepannya, sudah habis mereka ditangan Alfonso.

Glen yang sudah paham akan kemarahan sahabat sekaligus atasannya itu. Hanya, diam dan terus menonton filmnya.

"Sergio, terus mengusik hidup aku.Apa dia ingin cepat aku kirim ke neraka sebelum waktunya." Alfonso geram.

"Jadi , bagaimana apakah kita segera menyerang markasnya, hari ini?" Glen bangun dari tidurnya dan bertanya.

"Kita tunggu kabar dari Gareth, dan ayo kita makan setelah makan. Setelah itu kita akan ke perusahaan ayah sebentar." tutur Alfonso.

Mereka, segera berjalan menuju ruang makan. menarik kursi dan duduk.

pelayan datang memberi piring pada kedua pria berwajah dingin itu.

Alfonso dan Glen segera menikati makanan mereka. Tidak ada suara sama sekali. kecuali bunyi perpaduan alat makan mereka masing masing.

Setelah makan mereka berdua menuju ruang tivi sambil merokok.

"Glen, ayo kita berangkat ke Markas. Tetapi, sebelummya kita ke perusahaan Ayah dulu. ada yang mau aku bahas dengan Walker." ucap Alfonso. sambil mengepulkan asap rokonya ke atas langit langit ruangan.

''Siap, ayo berangkat.'' jawab Glen. lalu berdiri dari sofa dan berjalan keluar dari ruangan menuju halaman depan.dimana mobil disiapkan.Glen, yang menyetir mobil dan Alfonso duduk disebelah Glen.

klik..

Sabuk pengaman terpasang dengan baik. Lalu, Glen mulai menginjak pedal gas dan berangkat menuju perusahaan Rudolf. Sebenarnya Alfonso sangat malas, kalau diminta ke perusahanan sang Ayah. karena disana ada seorang wanita, yang sangat tergila gila pada Alfonso. selain itu juga Alfonso tidak ingin ajti dirinya diketahui oleh musuhnya.

"Al, apa kamu tidak risih didekatin Antonia seperti itu?" tanya Glen.

"Hmmmm......" Menghela nafas panjang dan melirik ke arah Glen.

"Glen, bagaimana kalau kamu saja yang dekat dengan gadis bodoh itu?" tanya Alfonso dengan senyum usilnya.

"Ogah, aku tertarik dengan managernya model parfum diperusahaan itu." jawab Glen.

Glen, sejak pertama kali bertemu manager Leticia. Glen sudah kepincut tapi Stefani sama sekali tidak menganggap Glen.

Karena asyik ngobrol merekapun tiba di perusahaan sang Ayah. PT.KATRIDOF.

Alfonso segera turun dari mobil didepan lobby kantor. Glen pergi memarkirkan mobil ditempat parkir khusus Presdir.

Tak...tak....tak....

Bunyi sepatu Alfonso menuju ruangan kerja Walker. yang berada dilantai atas.

Alfonso, sengaja berlari untuk menghindari kerumunan wanita wanita yang bekerja diperusahaan itu. Karena, setiap kali Alfonso datang di kantor ada saja alasan yang dibuat oleh wanita wanita yang bekerja di kantor Rudolf, yang menurut Alfonso tidak masuk akal semua.

Ya, karyawan kantor mereka tidak tau. kalau Alfonso adalah Presdir mereka. yang mereka tau Alfonso sahabat Walker. Makanya, mereka dengan masa bodoh mendekati Alfonso tanpa menjaga jarak.

Glen, datang dan langsung menyusul Alfonso menuju ruangan atas.

Ceklek...

Pintu dibuka oleh Alfonso. tanpa menunggu ijin Alfonso langsung masuk ke ruangan Walker, disusul Glen dari belakang.

Walker begitu terkejut melihat kedua Mafia itu masuk tanpa permisi dan pemberitahuan lebih dahulu.

"Kalian? mirip buronan saja masuk ruangan tidak ada permisi. dasar mafia mafia gila." gerutu walker.

Visual Walker

"Sudah Revisi."

.

pria imut marah

Ketika mendengar omelan Alfonso hanya tersenyum dan langsung mendudukkan tubuhnya diatas sofa, yang disediakan diruangan Walker.

Glen, dan Alfonso. tidak, peduli dengan apa yang diomelin Walker. Alfonso, melirik Glen sembari tersenyum usil.

''Glen, kita berhasil membuat si imut pagi pagi uda ngomel ngomel mirip emak emak berdaster.'' ucap Alfonso. sembari menaik turunkan alisnya.

Glen berkedip. karena, dia tau kalau menjawab Walker urusan bakal panjang. Walker, bakal ceremahin mereka. sampai sore pun tidak akan selesai. sedangkan mereka masih ada urusan urgent di Markas.

''Walker, sejak saya disini. saya enggak lihat sekretaris stresmu itu!" tanya Alfonso.

Mengalihkan pembicaraan. karena, Alfonso tau Walker kalau sudah marah sejam saja tidk cukup. Alfonso selalu menempatkan diri di kantor dia menyadari dirinya hanya sebagai anak dari Rudolf. Jadi, titel Mafianya tidak berlaku di Kantor.

''Hahahaha...Lu kangen sama dia?" sahut Glen sembari tertawa geli.

Glen membayangkan wajah sekretaris Walker saja perutnay sudah mules, karena menahan tawa.

''Walker! Alfonso sudah mulai kangen dengan sekretaris mu. siapa nama Sekretaris mu itu?'' sambung Glen lagi.

''Antonia, namanya Antonia.'' jawab Walker. akhirnya, pria yang dijuluki pria imut itu. berhenti marah. lalu, meletakkan alat tulisnya. sembari tangannya menopang dagunya. Walker menatap ke dua mafia itu dengan tatapan intimidasi.

''Aku, kangen dengan si bodoh itu? wanita? apa kamu lupa? sebelum dendam orang tua ku terwujud. wanita manapun, secantik apa dia, semenarik apa dia. semua itu, tidak akan menarik dimataku.'' sergah Alfonso.sembari tangannya menunjuk dirinya sendiri.

Wajah, pembunuh terlihat jelas diwajah Alfonso. Alfonso, akan dingin kalau bahas soal kematian ke dua orang tuanya.

Tatapan, kosongnya mengandung banyak arti. Siapapun, tidak akan pernah menebak apa makna dibalik tatapan kosong dan dingin itu.

Glen, yang sejak tadi menggoda Alfonso. ikut, merasakan bagaimana emosinya Alfonso.

Walker, yang tadinya mulutnya ngoceh seperti emak berdaster. Akhirnya, diam tak bersuara.

Walker dan Glen hanya saling menatap. kemudian, kembali diam. dan, ruangan kerja Walker yang tadi riuh karena candaan mereka, akhirnya hening tak bersuara. Hanya, tatapan kosong yang terasa diruangan dingin itu.

Tiba tiba

Tok..,tok..,tok..,

Pintu, diketuk menyadarkan mereka dari keheningan itu.

''Ya, masuk!" jawab Walker. terlihat wajah wibawanya ketika saat dia berhadapan dengan bawahannya.

Ceklek...,

Pintu, ruangan Walker terbuka. seorang Office Girls. Masuk, mengantarkan kopi dan camilan yang sudah tersusun rapi di atas napan.

''Permisi, Tuan Tuan ini maaf karena ibu Antonia tidak ada disini. saya diperintahkan untuk mengantarkan minum. saya minta maaf jika sudah mengganggu.'' ucap Office Girls itu. saat kakinya melangkah masuk didalam ruangan Walker.

Alfonso, hanya diam. wajahnya masih dingin. Glen dan Walker tersenyum pada Office Girls itu. Dengan ketakutan Office Girls itu meletakkan minuman didepan Alfonso diatas meja.

Setelah meletakkan minuman dan Camilan. Office Girls itu membungkukkan badannya.

''Permisi.'' ucapnya. OB segera keluar dan kembali ke pantry.

Alfonso, Glen dan Walker. membahas masalah penanaman modal di Lion Club. sembari menikmati kopi buatan OB tadi.

''Walker, apa mereka tidak mencurigai. kenapa, tiba tiba PT,KATRINDOF. mau, menanam saham di perusahaan mereka?" tanya Alfonso. sembari menyesap kopi panasnya.

''Sejauh ini, mereka sama sekali tidak mencurigai. Karena, yang mereka tau putra Rudolf satu satunya itu telah tiada. Dan, mereka tau perusahaan ini jatuh ditanganku.'' terang Walker. sembari tersenyum kecut.

Alfonso, tersenyum sinis. sembari kaki, kirinya dinaikkan diatas paha kanannya.

Glen, hanya menyimak. karena, kalau bahas perusahaan Rudolf. itu bukan urusannya. karena, ini masalah keluarga, sedangkan dia hanya orang luar.

Alfonso, juga jarang bahkan hampir jarang datang di perusahaan Rudolf. Karena Alfonso tidak ingin musuh Ayahnya mengetahui dirinya yang masih hidup. Alfonso juga sama sekali tidak tertarik dengan urusan kantor.

Alfonso, mendengakkan kepalanya menatap langit langit ruangan itu.sembari menghela napas panjang.

''Hmmm.'' kedua tangan nya dikepalkan. rasanya di ingin pergi dan langsung memebunuh Sergio secara terang terangan saja. Alfonso berpikir kalau melalui tahap strategi membuat semakin lama.

Alfonso membayangkan potongan tubuh Sergio di santap oleh singa piaraan Sergio sendiri.

''GERTTTKKK'' bunyi gertakan gigi Alfonso.

Walker, yang paham akan apa yang sedang dipikiran Alfonso. berdiri dari sofa yang tadi ia duduki dan menepuk lembut bahu Alfonso.

''Jangan terpancing kamu harus benar benar susun rencanamu secara matang. baru kamu serang dia. ingat, jangan gegabah mengikuti emosimu.'' ucap Walker.

''Al, aku tau apa yang kamu pikirkan. tapi, markasnya juga cukup besar dan diperhitungkan di kelompok mafia yang berada di Eropa. susah, untuk ditembus kalau tidak memiliki banyak dukungan.'' sambung Walker.

Walker, memang tau situasi Markas Sergio. Karena, saat penanaman saham diperusahaan Sergio. Walker dan anak buahnya yang pergi ke Markas Sergio. dengan bodohnya, atau sombong Sergio menunjukkan semua isi markasnya.

Karena, bagi Sergio. orang, yang bekerja sama dengan dirinya orang yang takut akan dirinya..

Walker, orang kepercayaan Rudolf De Armando. saat Rudolf. sudah semakin tua dan jarang ke kantor. Walker lah, orang yang dipercaya oleh Rudolf untuk menggantikan posisinya diperusahaan Bukan hak ahlis waris.

Jadi, sejak Ayah dan Ibunya Alfonso meninggal. Walker, yang menghandel semua urusan perusahaan dengan baik.

Jadi, Alfonso. kalau melakukan sesuatu harus menanyakan pendapat dari Walker.

''Al, kebetulan kamu disini. aku, mau membahas mengenai produk baru yang akan segera diluncurkan dua hari lagi. Aku, harap kamu ikut andil di produk baru ini. kamu, tau model yang kita ajak kerja sama ini model yang sangat cantik lho.'' ujar Walker. sembari tersenyum memamerkan lesung pipitnya.

Gubrak..,

Glen, memukul meja didepannya.

Alfonso, dan Walker yang sedang serius membahas masalah Sergio dan perusahaan sangat terkejut.

''Ada apa Glen!" tanya Alfonso serius.

''Kapan, model itu akan datang ke sini lagi? biar nanti aku yang temani Alfonso yang datang di kantor sini.'' tanya Glen penuh antusia.

''Kamu, hanya karena wanita. kagetin, kita yang sedang serius membahas hal penting.'' jawab serentak Alfonso dan Walker. sembari tertawa.

Walker dan Alfonso. saling menatap kemudian mengangkat bahu mereka.

Glen, yang merasa aneh karena bukannya dijawab. malah mereka bengong seperti orang habis kesambet.

''Lho, kenapa pada diam diaman. aku, tanya serius. malah kalian berdua malah bengong?'' ucap Glen dengan wajah kesal.

''Dua, hari lagi mereka ke sini. emangnya kamu tertarik sama yang mana nich.'' tanya Walker penasaran. sedangkan Alfonso, hanya menggelengkan kepalanya sembari memijit keningnya yang tidak sakit.

Karena, Alfonso masih ingat akan pembicaraan dirinya dan Glen. Saat, diperjalanan ke kantor sini.

Saat itu, Alfonso menjodohkan Glen dengan Antonia. Namun, dengan tegas Glen menolak karena Glen lebih menyukai Stefani manager Leticia.

''Hahaha.'' Alfonso, tertawa lepas.

'' Aku, sudah mengerti maksudmu Glen.'' ledek Alfonso. sembari menggelengkan kepalanya

.

Visual Glen.

"Sudah Revisi."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!