NovelToon NovelToon

Ustadz Idolaku

Perkenalan

" Hai semua.... !"

" Namaku Tri Hapsari, biasa di panggil Sari, tapi bukan sari buah atau ' Niki sari' seperti merek sirup yang biasa dibuat es campur ya guys...", gara-gara lagi puasa pikirannya menjurus ke minuman segar dan makanan terus.

" Huuuu.....!", sorakan dari teman-teman baru Sari langsung menggema di kelas.

" Saya pindahan dari Malang, mohon kerjasamanya ". Sari membungkukkan badannya sambil tersenyum, menyapa semua teman baru yang duduk rapi di bangku mereka.

Bu Berta tersenyum mendengar perkenalan Sari barusan, " sepertinya Sari tipe gadis yang ceria", pikir Bu Berta.

" Baik Sari, sekarang kamu boleh duduk di bangku yang kosong itu", Bu Berta wali kelas Sari menunjuk bangku kosong yang berada pada barisan paling depan, persis berhadapan dengan meja guru, Sari dipersilahkan untuk duduk bergabung dengan siswa lain.

" Murid-murid semua tolong bantu Sari untuk beradaptasi dengan lingkungan kelas, mengerti?".

" Mengerti Bu......u....u", jawab murid-murid serempak.

" Oke Sari, jadi kalau ada yang tidak diketahui baik tentang pelajaran dan hal lain, kamu bisa tanya langsung ke ketua kelas ya...., itu Eko ketua kelasnya", Bu Berta menunjuk anak laki-laki yang berkacamata tebal dengan rambut keriting cepak.

" Baik Bu", jawab Sari sopan, kemudian berjalan menuju bangku kosong yang diperuntukkan bagi dirinya.

" Hai Sari, kenalin aku Eli", teman sebangku Sari langsung menyambut kedatangan Sari dengan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Begitu juga yang duduk di belakang mereka, ada Linda dan Nina.

Sari langsung bertanya, karena penasaran dengan alasan kenapa ada bangku kosong di kelas itu.

" Kenapa bangku ini kosong?, apa ada yang menempati bangku ini sebelumnya?", Sari teringat film horor yang pernah di tonton nya tentang bangku yang sengaja dibiarkan kosong karena yang menempati sebelumnya mati di bangku itu .

Linda, Eli dan Nina saling bertatapan. Membuat Sari semakin curiga, jangan-jangan yang di pikirannya adalah benar.

" Apa yang ku pikirkan benar?, kalau yang menempati bangku ini sebelumnya sudah....", belum selesai ucapan Sari, tiba-tiba seorang pemuda berseragam keki masuk kedalam kelas, membuat obrolan mereka berempat harus di tunda. Semua langsung duduk rapi dan menghadap ke depan.

Sari masih kepikiran kalau yang menempati bangku yang didudukinya sudah mati, karena ekspresi teman-temannya seperti tegang saat ditanyai tadi.

Pelajaran pertama akan segera dimulai, tapi justru Eko dan teman sebangkunya keluar kelas.

" Mereka berdua mau kemana?", tanya Sari penasaran.

" Mau ambil Al-Qur'an di perpustakaan, kalau lagi bulan Ramadhan seperti sekarang, setiap kali pelajaran agama, satu jam pelajaran itu digunakan untuk tadarus bergilir". Eli berbisik lirih karena saat ini Pak guru menatap kearah mereka berdua.

Setelah duduk di hadapannya, Sari baru tahu kalau guru agamanya masih muda dan sangat tampan, pesonanya memancar saat pak guru membenahi peci hitam yang dipakainya.

Eko masuk kedalam kelas, dibantu teman sebangkunya Ridwan, langsung membagi Al-Qur'an satu persatu pada masing-masing murid.

" Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, selamat pagi murid-murid".

" Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatu, pagi juga Pak guru...", semua menjawab serempak.

" Sepertinya kelas ini sudah genap 40 anak ?", Pak guru menatap ke arah Sari.

Eko si ketua kelas yang menjawabnya, " benar Pak, ada murid baru namanya Tri Hapsari".

Sari langsung berdiri dan membungkukkan badannya, " nama saya Sari, mohon bimbingannya Pak Guru".

Pak guru mengangguk sambil tersenyum, Sari yang melihatnya langsung terpesona. Dan bukan hanya Sari, melainkan semua siswi di kelas 11 IPA 2 selalu terpesona dengan guru tampan itu.

" Apa semuanya puasa?, atau ada yang tidak puasa hari ini?, bapak tanya murid yang laki-laki ya, kalau yang perempuan mungkin tidak puasa karena sedang berhalangan", tanya Pak guru.

" Tomi nggak puasa ni Pak, katanya lagi datang bulan !", seru Cahyo yang langsung di toyor oleh teman sebangkunya yaitu Tomi.

Cahyo memang paling gacor diantara teman yang lain, setiap kali ada keramaian, disitu pasti ada Cahyo.

" Huuu...u....u..", sorakan siswa lain langsung membuat suasana kelas menjadi semakin riuh.

" Cahyo kali yang gak puasa, kalau saya puasa Pak guru, demi Allah !", Tomi berusaha mengklarifikasi ucapan Cahyo yang sok tahu. Memang hanya candaan antar teman, dan Pak guru tahu hal itu.

" Ya sudah tenang..tenang...., sekarang buka Al-Qur'an nya, kita mulai tadarus melanjutkan yang minggu kemarin ya, sudah sampai ayat berapa kemarin?".

" Kemarin sampai Al Baqarah ayat 80 Pak Guru", seru Eko si ketua kelas.

" Baik, pak guru awali, nanti dari yang paling depan langsung sambung ayat, seperti minggu lalu, dua ayat tiap anak".

Pak guru duduk di kursinya, " kita baca ta'awudz dan basmalah bersama ya...".

Semua murid pun membaca ta'awudz dan basmalah bersama, setelah itu pak guru membaca dua ayat pertama, melanjutkan yang minggu lalu, di lanjutkan oleh murid yang duduk di bangku depan dan terus berlanjut, sampai giliran Sari untuk melanjutkan membaca.

Bukannya melanjutkan membaca, tapi Sari mengangkat tangan." Maaf, saya lagi halangan Pak".

" Baik yang belakangnya lanjut", terdengar suara Pak guru yang tidak mempermasalahkan nya lebih lanjut.

Satu jam pelajaran selesai, tinggal satu jam pelajaran lagi, diisi oleh Pak guru untuk materi.

" Pagi ini Pak guru mau membahas tentang materi 4 sifat wajib Rasulullah yang harus kita tiru sebagai umatnya. Yang pertama adalah shiddiq yang artinya jujur, adalah sikap menyatakan sesuatu sesuai dengan fakta. Yang kedua amanah maksudnya sikap yang dapat dipercaya. Ketiga tabligh atau menyampaikan, dan ke empat fathonah yang artinya cerdas".

" Hari ini bapak mau membahas tentang yang pertama dulu, yaitu shiddiq. Di bulan Ramadhan seperti saat ini, banyak sekali yang dituntut untuk bisa jujur, jujur dalam perkataan, dalam perbuatan dan dalam segala hal".

" Kenapa kita harus jujur?, kadang ada yang bertanya seperti itu, alasannya sangat mudah, karena jika kita berkata jujur, hati kita akan merasa tenang dan damai. Ada rasa tentram jika apa yang kita lakukan dan ucapkan adalah kejujuran. Berbeda dengan seseorang yang suka berbohong, Pak guru yakin hati mereka pasti tidak tenang, ada sesuatu yang mengganjal dan yang paling penting berbohong itu adalah dosa, dan sangat dibenci oleh Allah.....".

Pak guru menjelaskan dengan gaya yang membuat para muridnya bisa memahami apa yang coba di sampaikan olehnya.

Hingga jam pelajaran agama selesai. Pak guru keluar dari kelas 11 IPA 2.

Sari masih terngiang apa yang di sampaikan oleh Pak guru tadi, karena seolah Pak guru baru saja menceramahi Sari secara tidak langsung.

Kini hatinya berkecamuk. Sari sebenarnya tidak sedang berhalangan atau datang bulan, tapi saat di suruh membaca ayat tadi Sari berbohong dan mengaku sedang berhalangan.

Sari yang sudah berusia 16 tahun memang belum bisa membaca Alquran, bahkan huruf hijaiyah saja Sari belum hafal. Bukan karena Sari gadis yang bodoh, karena piala yang dimilikinya hampir penuh dalam lemari bufet yang ada di ruang tengah rumahnya. Ada beberapa piala juara 1 debat bahasa Inggris, dari tingkat SMP hingga tingkat SMA, piala juara lomba renang di PON. Piala dari juara lomba menari tradisional, dan piala lain yang di dapat oleh Sari sejak dia masih kecil.

Lalu kenapa Sari tidak bisa membaca Alquran?, padahal mama dan papanya di KTP nya tertulis jelas, agamanya Islam.

Sebab Musabab

Lalu kenapa Sari tidak bisa membaca Alquran?, padahal mama dan papanya di KTP tertulis jelas, agama nya Islam.

Gadis berambut hitam lurus sebahu itu memang dari kecil sekolah di sekolah internasional, yang mayoritas muridnya dari kalangan orang-orang kaya dan terpandang. Tapi di sekolahnya tidak di ajarkan tentang pelajaran agama Islam. Karena siswa di sekolah internasional kebanyakan berbeda agama dan mayoritas non muslim.

Mama nya Sari asli orang Malang, sedangkan Papanya asli Purwokerto, mereka dulunya teman kuliah, berpacaran sejak di semester 3 dan akhirnya menikah setelah empat tahun lulus dengan predikat cumlaude, keduanya bekerja di sebuah perusahaan besar. Keduanya selalu disibukkan dengan pekerjaan dan pekerjaan.

Sari lahir setelah lima tahun pernikahan Triono dan Estiana, kakaknya yang pertama tidak sampai lahir ke dunia, Esti keguguran saat kandungannya 5 bulan, dan kakak kedua Sari bernama Dimas, usianya lebih tua dua tahun dengan Sari, tapi kini berada di Lapas tempat rehabilitasi pecandu narkoba di Malang.

Memang sungguh miris, kekayaan yang berlimpah, tidak menjamin seseorang merasa bahagia, di buktikan oleh Dimas, dia selalu memperoleh semua yang di inginkannya, bahkan sebelum meminta sesuatu, sering Triono dan Esti membelikan barang-barang mahal yang sangat di inginkan oleh temannya yang lain. Tapi sayangnya materi tidak membuat Dimas merasa cukup, dia juga butuh perhatian dari kedua orang tuanya. Mungkin karena merasa kurang perhatian dan cinta dari orang tuanya, Dimas melakukan pergaulan dengan orang-orang yang salah, yang menjerumuskannya ke dalam lembah kesesatan.

Dimas di tangkap di salah satu klub malam sekitar sebulan yang lalu, saat sedang melakukan pesta sabu dengan beberapa temannya.

Nenek Atun yang mendengar kabar cucunya di tangkap, langsung terkena serangan jantung dan meninggal dunia, setelah di rawat di rumah sakit selama 4 hari.

Kakek Atmo adalah suami dari nenek Atun, orang tua dari Triono, beliau langsung meminta Sari untuk tinggal di rumahnya di Purwokerto, Jawa Tengah. Kakek Atmo mengancam pada Triono, akan mewakafkan semua harta bendanya jika Sari tidak mau tinggal bersamanya. Kekayaan kakek Atmo memang berlimpah, dari kepemilikan tanah, bangunan kos-kosan hingga puluhan pintu, dan juga sawah/ ladang yang luas.

Mau tidak mau Triono dan Estiana membujuk Sari untuk tinggal bersama kakeknya di Purwokerto.

Kakek Atmo sebenarnya sudah menyadari jika putranya dan juga mantunya sangat materialistis. Mereka berdua cocok, karena sama-sama selalu mengejar materi dunia, selalu membanggakan harta yang dimilikinya. Menghabiskan waktu untuk bekerja. Padahal sikap yang demikian itu salah besar. Terbukti sekarang, Dimas putra mereka harus melakukan rehabilitasi karena menjadi pecandu.

Mau tidak mau kakek Atmo harus bertindak, sebelum Sari, cucu keduanya juga salah pergaulan. Kakek Atmo meminta Sari untuk tinggal bersamanya, mau tidak mau, setuju atau tidak, itu menjadi sebuah keharusan.

Dan butuh waktu dua minggu untuk mengurus kepindahan ke Purwokerto, Sari pindah ke SMA negeri di Purwokerto, jaraknya dengan rumah Kakek Atmo hanya lima belas menit berkendara. Tidak terlalu jauh.

Tentu saja Sari tadinya merasa enggan untuk pindah dan tinggal dengan kakeknya, bukan karena Sari akan menjadi terkekang dan kurang bebas untuk keluar, karena Sari termasuk gadis rumahan yang jarang keluar-keluar rumah. Jadi tidak masalah jika tinggal dengan kakeknya, Sari hanya malas untuk mengenal lingkungan baru dan teman-teman baru, karena akan butuh beradaptasi dan penyesuaian diri lagi.

Sari gadis yang ceria, meski mama papanya sibuk dengan pekerjaan, tapi Sari mempunyai dua orang sahabat yang sering main kerumahnya. Sahabat yang dikenalnya sejak SD, teman sekelas selama Sari bersekolah di sekolah internasional.

Nayla dan Kristin, mereka berdua sahabat Sari yang paling berat melepaskan Sari untuk pindah ke Purwokerto. Meski kedua sahabatnya Nasrani, tapi mereka selalu mengingatkan Sari jika sudah tiba waktunya melakukan sholat lima waktu.

Apa Sari bisa sholat?, tentu saja bisa, dia bisa menghafal bacaan sholat melalui tuntunan sholat di YouTube. Tapi jika disuruh membaca Alqur'an, Sari angkat tangan. Selain tidak pernah belajar, menurut Sari saat melihat huruf di Al-Qur'an, sepertinya sangat rumit dan malas untuk mempelajarinya.

Pernah sekali mencoba mengikuti tutorial menghafal huruf Hijaiyah, tapi Sari tidak mengulangnya lagi, hanya sekali saja, karena merasa terlalu rumit melihat huruf yang seperti benang kusut itu.

***

Dua hari yang lalu Sari pindah ke rumah Kakek Atmo. Rumah kakek sama besarnya dengan rumah Sari yang di Malang, tapi bangunannya unik, lebih banyak ukir-ukiran kayu, membuat kesan eksentrik dan berseni.

Sari menempati kamar yang cukup luas, ada jendela yang bisa di buka dengan kayu berukir di gawang dan daun jendela. Kasur king size, dengan dipan berukir, meja belajar dan lemari ukir, juga ada kamar mandi di dalamnya.

Sari meletakkan ranselnya di meja belajar dan kopernya di depan lemari pakaian. Bi Nunung, yang menjadi rewang ( pembantu ), di rumah Kakek Atmo membantu menata pakaian Sari ke dalam lemari.

Triono dan Esti hanya mengantar Sari saja, malamnya mereka kembali ke malang menggunakan kereta, karena esok harinya katanya ada jadwal meeting pagi.

Atmo tidak heran dengan hal itu,memang anak dan mantunya hanya menginap di rumah saat lebaran saja. Kemarin saat nenek Atun meninggal mereka tinggal selama tiga hari, dan kembali ke malang hari ke empatnya. Itu saja sudah lebih dari cukup bagi Kakek Atmo. Tiga hari bersantai bagi putra dan mantunya adalah hal yang membuang waktu.

Besoknya Sari mendaftar ke sekolah baru ditemani kakek Atmo, semuanya berjalan dengan cepat dan lancar, karena kepala sekolahnya salah satu tetangga rumah Kakek Atmo. Mereka sudah saling kenal, sehingga dipermudah.

Hari ketiga tinggal di Purwokerto, Sari mulai masuk sekolah barunya. Mungkin lingkungannya tidak akan jauh beda dengan sekolahnya yang dulu. Pelajarannya pun sama saja. Hanya satu pelajaran yang tidak ada di sekolahan yang dulu, yaitu pelajaran agama.

Dan itu menjadi pelajaran pertama saat Sari masuk ke dalam kelas.

Guru yang enak di pandang, tapi tidak dengan pelajarannya. Sari seperti tertusuk saat guru itu menjelaskan tentang sifat jujur. Karena baru beberapa menit yang lalu Sari sedikit berbohong tentang keadaannya.

Sari sebelumnya juga tidak pernah sengaja untuk berbohong pada orang lain, tapi situasi tadi bisa membuatnya malu, jika teman-teman di kelas barunya mengetahui jika Sari tidak bisa membaca Alquran. Sari langsung berpikir keras untuk mencari alasan yang bisa dipercaya. Dan akhirnya terpaksa berbohong sedikit. Dalam hati Sari langsung bertekad untuk belajar membaca Alquran, agar kedepannya tidak perlu berbohong dan mencari alasan agar tidak kebagian giliran tadarus.

Kakek Atmo 'So Sweet'

" Kakek, Sari pulang !".

" Brak...!!", Sari membanting daun pintu dengan begitu keras.

Kakek Atmo menghampiri Sari yang sedang melepaskan sepatu, kemudian Sari menyalami kakek atmo dan mencium punggung tangannya.

" Mbak Sari mau request menu buat buka puasa apa?, biar Bibi siapin?", Bi Nunung menghampiri cucu majikannya yang baru pulang sekolah itu.

" Apa saja Sari suka bi, yang penting ada sambelnya, itu saja sudah cukup".

Sampai dikamar Sari merebahkan diri di atas kasur. Teringat saat Sari berangkat sekolah dengan diantar supir kakek tadi pagi, Sari keluar dari mobil Alphard hitam, ada beberapa anak yang melihatnya, berita itu sampai ke semua telinga dengan cepat.

Semua langsung bersikap baik pada Sari, karena mereka langsung mengira Sari adalah anak orang kaya, dari gaya berpakaian Sari dan juga mobil yang mengantarkannya itu. Memang belum ada yang tahu alasan yang membuat Sari pindah sekolah. Sari tidak ingin ada yang tahu perihal kakaknya yang sedang di rehabilitasi. Karena itu Sari selalu diam atau ngeles setiap kali ada yang bertanya perihal keluarganya.

Seperti tadi di kelas, saat Ridwan bertanya Sari anak ke berapa, Sari bisa langsung menjawab anak ke-3, tapi saat pertanyaan itu semakin dalam dan mulai menanyakan dimana keberadaan kakak-kakaknya, Sari enggan menjawab dan menjelaskan.

Bukankah setiap orang itu punya privasi?, dan Sari ingin menjadikan kisah tentang keluarganya menjadi privasinya, tetap menjadi rahasia dan tidak perlu ada temannya yang tahu.

***

Sari sudah berganti pakaian dan keluar lagi menemui Kakek Atmo yang sedang duduk di gazebo belakang rumah, sedang mengamati kolam ikan, dan sesekali melempar pakan ikan ke dalam kolam.

" Kakek Sari ikut kasih makan ikan ya...", Kakek Atmo yang sedang melamun sedikit terkejut dengan kedatangan Sari. Kemudian memberikan kantong pakan ikan pada Sari.

" Sejak kapan kakek memelihara ikan disini?", Sari mengamati ikan gurame dan ikan mas yang hilir mudik berenang bebas di kolam ikan seluas 10x7 meter, dengan ukuran ikan rata-rata sebesar lengan tangan Sari.

" Sudah lama sekali, sejak papamu jarang sekali mengunjungi kakek dan almarhumah nenek mu. Kami sengaja mencari kesibukan lain, agar tidak kepikiran dengan anak dan cucu-cucu kakek yang tempat tinggalnya jauh". Sari ingat sekali, jika kolam ini sudah ada sejak Sari masih sangat kecil. Dulu setiap kali mendekati lebaran Papa dan mama Sari akan mengajak Sari dan Dimas ketempat kakeknya. Hanya saat lebaran saja.

Memang sangat miris, seorang putra kandung berkunjung kerumah orang tuanya hanya setahun sekali. Itu juga sudah disempatkan, bahkan paling hanya 3-4 hari menginapnya, karena Papa dan Mama Sari akan kembali disibukkan dengan pekerjaan usai cuti lebaran habis.

" Kenapa kakek memilih dengan memelihara ikan?, kan bisa yang lain, misal burung, ayam atau kambing, kan nggak perlu bikin kolam buat menampungnya". Sari berusaha mengalihkan pembicaraan agar Kakek Atmo tidak terlalu dengan cerita sedihnya.

" Kenapa ya?, Kakek juga tidak tahu. Nenek kamu yang dulu minta di buatkan kolam di belakang rumah, minta di bangun gazebo ini, katanya biar suasana adem dan bikin hati tenang kalau liat ikan dan mendengar suara gemericik air. Jadi kakek turuti saja apa kemauan nenekmu dulu".

" Waaaah..., jadi kakek adalah suami yang so sweet..", ucap Sari sambil menangkupkan telapak tangan di kedua pipinya.

" Apa itu sweet sweet...?".

" Bukan sweet sweet Kek, tapi ' so sweet ', maksudnya itu Kakek bersikap sangat manis pada nenek, buktinya nenek minta kolam ikan, kakek buatkan kolam ikan, minta dibuatkan gazebo, kakek juga menuruti keinginannya. Apa saja yang nenek mau, kakek berusaha mengabulkannya. Semoga saja kelak Sari ketemu sama laki-laki yang sikapnya se so sweet kakek sama nenek, hihihi", Sari sedikit berharap di dalam kalimat nya.

" Memangnya cucu Kakek yang cantik ini sudah punya pacar?".

" Belum, kan Sari bilangnya 'semoga saja kelak', itu berarti suatu saat nanti Kek..., lagian Sari malas buat pacar-pacaran begitu, teman-teman Sari yang sudah pacaran, mereka malah jadi terkekang. Mau ini nggak boleh sama pacarnya, mau itu nggak boleh lagi, jadi terbatas kan kalau mau ngapa-ngapain ", Sari yang hidupnya selalu melakukan semua yang di inginkan sekehendak hatinya, merasa jika berpacaran itu hanya akan membuat hidup seseorang menjadi tidak bebas dan terikat karena sebuah status ' pacar'.

" Bagus lah kalau cucu kakek berpikir seperti itu, memang masa-masa remaja seumuran mu itu harus di nikmati, jangan malah pacaran dan nggak bisa bebas melakukan ini dan itu".

Kakek Atmo menyandarkan punggungnya di pinggiran gazebo, yang terbuat dari ukiran kayu setinggi 70 cm. Dan meluruskan kakinya yang mulai kesemutan karena sudah terlalu lama duduk bersila.

Sari memijat-mijat kaki kakek Atmo, tanpa di suruh.

" Kek, Sari boleh minta sesuatu tidak sama Kakek?", Sari bertanya dengan ekspresi penuh harap.

Kakek Atmo terkekeh, " baru mijit beberapa detik, sudah minta imbalan".

Sari langsung menunduk malu, karena modusnya sudah terbaca, ternyata kakek Atmo orang yang sangat respek.

" Cucu kakek yang cantik ini memangnya mau minta apa?".

Sari langsung meringis, karena kakek to the point, tanpa basa-basi langsung menanyakan keinginannya.

" Sari mau, kakek ajari Sari mengaji".

Ucapan Sari langsung membuat kakek Atmo tersenyum bahagia. " Apa cucu kakek yang selalu juara kelas dan pemenang lomba ini belum bisa mengaji?", Kakek Atmo seperti kura-kura dalam perahu, alias pura-pura tidak tahu. Karena sebenarnya Kakek Atmo pun meminta Sari tinggal bersamanya bertujuan untuk mendidiknya dengan didikan beragama.

Sari menggelengkan kepalanya sambil menunduk merasa malu.

" Tentu saja akan kakek ajari, tapi kan kakek sudah tua, untuk membaca sendiri saja kadang sudah kecletot pengucapannya, bagaiman kalau Sari kakek carikan guru ngaji, biar belajarnya serius?".

Sari mengangguk setuju, " Kalau bisa secepatnya Kek, Sari pengin minggu depan sudah bisa baca Alquran" , Sari langsung meminta agar Kakek Atmo mencarikan guru ngaji secepatnya.

" Nanti coba kakek tanya sama tetangga sebelah, dia kan punya kenalan banyak ustadz. Jadi bisa mencarikan yang bisa ngajarin kamu baca Alquran secepatnya".

" Sekarang kek..., Sari mau kakek ke rumah tetangganya sekarang". Kakek Atmo terkekeh melihat sikap Sari yang tidak sabaran, tapi bagus lah kalau tidak sabarannya untuk belajar mengaji. Itu berarti menyegerakan perbuatan baik.

" Iya iya, kalau maunya sekarang, kakek telepon saja, sepertinya jam segini belum pulang orangnya. Ambilkan ponsel kakek di kamar".

Sari langsung beranjak dan berlari menuju kamar kakeknya.

" Ini Kek..", Sari menyerahkan ponsel milik kakeknya dengan nafas tersengal setelah berlarian.

" Kamu itu, ngapain lari-lari, jalan saja kan juga cuma sebentar sampai kamar. Untung kamu nggak nyemplung ke kolam tadi, lari-lari begitu".

" Hehehe, biar cepet kek, Sari kan atlet renang, jadi kalau nyemplung ke kolam itu nggak masalah, Sari jadi nemenin ikan-ikan itu berenang", Sari mengangkat alisnya.

Kakek Atmo pun menelepon seseorang, mengobrol beberapa menit, kemudian menutup kembali teleponnya.

" Pak Irsyad bilang, nanti jam 4 sore, ustadz Musa datang. Jadi kamu siap-siap sana, sekarang sudah jam 3, berarti satu jam lagi. Ambil Al-Qur'an di bufet yang ada di ruang tengah, mau yang ada terjemahannya atau yang biasa juga ada, Kakek mau tidur siang dulu".

" Kakek, bagaimana bisa langsung baca Alquran, Sari belum tahu huruf hijaiyah, jadi bagaiman bisa nyuruh Sari ambil Alquran di bufet, ah kakek...".

" Oh iya, kakek lupa, ya sudah nanti kakek minta ustadz nya untuk membawa iqra, biar kamu mudah belajarnya".

Sari mengangguk setuju, " Terimakasih banyak kakekku tersayang", Sari memeluk kakeknya beberapa detik, kemudian berlari menuju kamarnya bersiap-siap untuk mengaji.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!