Milo Realyno / Viona Florenza
(Versi cowoknya ya guys)
(Btw ini aslinya cewe beneran loh ada yang tau namanya? koment di bawah!)
Ranz Alexander
Pertama kali kalian mendengar kata 'Milo' apa yang kalian pikirkan? Mungkin minuman susu coklat sachet berwarna hijau yang biasa dijual diwarung, kan?
Tapi ini bukan itu. Milo, adalah nama lain Viona saat gadis itu berdandan jadi laki laki. Sikap tomboy yang dimilikinya sejak kecil membuat dia memotong rambut panjangnya menjadi gaya rambut laki laki.
Lemari pakaiannya juga dipenuhi baju laki laki, dia benci melihat rok atau gaun yang terpajang dilemari bajunya. Suaranya yang seperti laki laki juga sangat mendukung sifat tomboynya.
Mama dan papanya tidak bisa berbuat apa apa. Mereka hanya bisa menuruti kemauan Milo. Asalkan gadis itu tidak berniat transgender beneran. Dia hanya tomboy, dan berdandan layaknya laki laki, oke?
Pagi ini dia sudah siap dengan seragamnya. Baju seragam dan celana. Dia pindah dari sekolah lamanya kesekolah baru. Dengan data diri palsu mengatas namakan Milo Realino.
Pagi ini adalah hari pertamanya disekolah barunya. Dia sudah rapih dengan seragam laki laki. Semoga guru sekolah tidak mempermasalahkan tato ditangan dan dibelakang lehernya dan juga tindikan ditelinganya. Berdoa sajalah...
"Pagi, papa...Mama..." sapa Milo lalu duduk dimeja makan bersama Lino, papanya dan Mina, mamanya Milo.
"Pagi, Viona...Ayo sarapan." sahut Mina lalu mengambil sebuah roti tawar lalu meletakkan dipiring milik Milo.
"Mama, panggilnya Milo. Jangan Viona, nanti kalau ada temen aku yang dateng terus mama manggil aku Viona, gimana?" Milo memutar bola matanya malas.
"Iya, Milo..." sahut Mina, pasrah.
"Ayo sarapan dulu. Nanti berangkat sama papa." ucap Lino.
"Tapi, Viona. Kamu yakin kamu mau berangkat sekolah dengan dandanan laki laki kayak gitu?" tanya Mina, ragu.
"Iya ma. Tenang aja, aku ga akan pacaran sama cewek kok. Aku masih sehat." sahut Milo lalu melahap roti tawar yang sudah dia olesi selai kacang.
***
Setelah sarapan, Milo berangkat bersama Lino yang ingin bekerja naik mobil. Hari ini, Milo memakai masker hitam untuk menutupi setengah wajahnya. Sebenarnya dia belum pede, nanti saja dikelas baru akan dia lepas.
Begitu turun dari mobil, tatapan beberapa siswa bisa dia rasakan. Emangnya apa yang aneh? Dia sudah bergaya laki laki, tasnya juga tas laki laki, bahkan dia juga memasukkan tangannya kesaku celananya seperti biasa.
Dia melangkah santai tanpa menghiraukan tatapan itu. Dia melangkah menuju ruang kepala sekolah yang terletak dilantai
Tok Tok Tok
Milo mengetuk pintu ruang kepala sekolah, begitu dipersilahkan masuk Milo langsung membuka pintu ruangan itu dan masuk lalu menutup kembali pintu ruangan itu.
Dia berdiri menghadap kepala sekolahnya yang ternyata seorang wanita. "Kamu, murid baru disekolah ini, Milo Realino?" tanya Ibu Kepala Sekolah, memastikan.
"Iya, bu." sahut Milo santai.
"Kelas kamu 11 IPA 4, tunggu sebentar disini biar nanti ibu yang antarkan kamu kekelas, sekalian ada yang mau ibu bicarakan dengan wali kelasmu. Oh ya, wali kelasmu namanya Bu Chika. Kalau kamu ada masalah, kamu bisa menemui guru BK, Bu Lina. Nama saya sendiri, Reta. Kamu bisa panggil saya Bu Reta."
"Iya, bu."
Bu Reta membunyikan bel tanda masuk. Bu Reta berdiri didepan ruangannya, melihat anak anak murid yang berhamburan berlari masuk kekelasnya masing masing. Setelah koridor sepi, Bu Reta mengantar Milo kekelasnya, 11 IPA 4.
Bu Reta mengetuk pintu kelas sebentar, Milo masih berdiri didepan ruang kelasnya tanpa niat melangkah masuk.
"Permisi, Bu Chika. Ini murid barunya masuk kekelas anda, ya?" bisik Bu Reta.
Bu Chika tersenyum lalu mengangguk.
Bu Reta membalikkan badannya dan menghadap murid murid kelas yang sedang duduk manis dimasing masing tempat duduk mereka.
"Pagi anak anak!" sapa Bu Reta.
"Pagi, Bu!!" sahut mereka serempak.
"Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru."
"Cowok atau cewek, bu?"
"Cantik ga bu?"
"Ganteng gak bu?"
"Pinter?"
"Mana orangnya, bu?"
Bu Reta tersenyum mendengar pertanyaan murid murid kelas itu. "Ayo nak, masuk." ucap Bu Reta sambil menoleh kearah Milo.
Milo melangkah masuk kekelas itu. Mata murid murid seolah mengikuti kemanapun Milo pergi. "Nah, perkenalkan dirimu." ucap Bu Reta seraya tersenyum ramah.
"Namaku Milo Realino. Salam kenal." Milo tidak tersenyum, lagipula dia memakai masker.
"Kok pake masker?"
"Mungkin ga pede, karena dia jelek."
"Buka masker dong!"
Milo tersenyum dibalik maskernya karena mendengar ucapan demi ucapan dari murid murid kelas itu yang akan segera menjadi teman sekelasnya.
"Baiklah, kamu bisa duduk disana." ucap Bu Chika sambil menunjuk bangku kosong dibarisan paling belakang.
Saat Milo mau melangkah, langkahnya terhenti karena bu Chika memanggilnya. "Jangan lupa lepas maskermu. Dikelas saya, kamu tidak diperkenankan memakai masker."
Milo melepas maskernya kemudian dia masukkan kedalam saku celananya. "Makasih, bu."
"Ganteng, Ganteng."
"Siapa tuh yang tadi bilang dia jelek?"
"Yang tadi ngejudge, seketika ngefans."
Milo tersenyum dan melangkah menuju tempat duduknya.
"Hai, ganteng...Boleh kenalan?" tanya seorang gadis yang baru saja akan dia lewati.
Milo menoleh lalu tersenyum sekilas dan kembali melangkah ketempat duduknya. Dia duduk sendirian.
Bu Reta dan Bu Chika tampak berbincang bincang entah mengenai hal apa. Sedangkan murid murid perempuan dikelas itu sibuk menatap Milo yang sedari tadi diam saja dengan satu kaki yang dia angkat kebangku.
Karena guru asik mengobrol, tidak ada yang menegur kelakuan Milo. Milo sudah terbiasa duduk dengan satu kaki yang dia angkat keatas bangku.
Jangan Lupa mampir Ke novel aku yang lain ya! buruan baca baru netes nih!!
Begitu bel istirahat berbunyi dan guru yang mengajar sudah lenyap dari kelas, anak anak murid kelas itu berbondong bondong menghampiri tempat duduk Milo.
"Namamu Milo, kan?"
"Mau kekantin?"
"Aku anter ya?"
"Bareng sekalian?"
"Bagi instagram dong!!"
"Mau makan apa? Biar aku beliin, nanti aku anterin kesini."
Milo tersenyum tipis. "Aku bisa sendiri. Makasih buat tawarannya."
Seketika Milo dapat mendengar desahan kecewa murid murid perempuan yang mengajaknya kekantin.
"Bubar Bubar!!" pekik salah seorang murid laki laki membuat murid perempuan yang mengerumuni Milo pun bubar.
Murid laki laki itu merangkul Milo dan duduk disebelahnya. "Hei bro, nama lo siapa?"
"Milo Realino."
Murid laki laki itu tertawa ngakak. "Minuman susu sachet rasa coklat itu? Milo? Seriusan nama lo MILO?" dia menekankan bagian 'Milo'
Milo tersenyum kikuk, menyembunyikan kejengkelannya.
"Oke oke, gw keterlaluan." dia meredakan tawanya. "Kenalin, Gw Randy!" cowok bernama Randy itu mengulurkan tangannya, menunggu Milo menjabat tangan kekarnya.
Milo menjabat tangan cowok itu. "Milo."
"Gw udah tau, bro. BTW, lo ga pernah ngegym? See my body? Gw punya kotak kotak didada gw, lo kayaknya kurus banget? Ngegym bareng gw, mau? Buka baju lo dong, gw pengen liat badan lo, mumpung ga ada murid cewek nih..."
Gila.
"Sorry?"
"Haha, maaf maaf. Gw cuma pengen liat badan lo aja. Lo gak ngegym?"
Milo menggeleng. "Nggak, bro. Lagian gw mana ada waktu buat itu."
Milo menghindari Gym. Karena apa? Karena dia tetap saja seorang perempuan dan hanya tampang luarnya yang menyerupai laki laki.
Bukan tidak kuat angkat beban, tapi dia takut berkeringat dan pada akhirnya baju olahraganya menjadi tembus pandang dan Finally...Buah dadanya yang dia bebat pun terlihat. (If you know what i mean).
Itu semua dia lakukan agar dadanya datar, lagipula mana ada laki laki yang dadanya berbuah? Dia juga tertarik memiliki ABS seperti laki laki biasanya. Tapi tetap saja, dia PEREMPUAN!!
Randy dan Milo kekantin bersama dan duduk didepan stan pak Imas, penjual batagor.
"Pak Imas! Batagor dua!" pekik Randy lalu duduk dihadapan Milo. Tidak perlu capek capek menghampiri pak Imas, cukup berteriak saja pesanannya akan segera tiba ke mejanya.
"Jadi, kenapa lo pindah ke SMA Gempita ini?" tanya Randy, penasaran.
Milo menoleh sebentar lalu kembali menggulir layar hpnya. "Gapapa. Bosen aja disekolah lama."
"Pasti karena digangguin murid cewe terus ya? Disini aja digangguin terus. Gw yakin, dikit lagi lo jadi the most wanted boy. Lo tau kenapa? Berita lo masuk kesekolah ini udah menyebar ampe satu sekolah. Tuh, lo liat sekeliling kita, anak anak cewe pada sibuk ngeliatin lo." Randy terkekeh. "Jangan fokus hp mulu, mas. Mereka ngarepin lo noleh tuh. Eh, kayaknya dikit lagi lo bisa ngegeser posisi Ranz."
Milo mengalihkan pandangannya dari hpnya. Dia menatap sekeliling dan ternyata memang hampir murid diseluruh kantin sedang menatapnya dengan tatapan kagum. Ada yang langsung menjerit begitu matanya bertemu dengan manik mata Milo.
Milo kembali fokus pada hpnya. "Udah noleh, kan?"
"Gila, lo tau? Ranz itu the most wanted disini. Tapi dia jutek abis, sok banget cool. Makanya fansnya berkurang, dia galak, suka marah marah ga jelas. Gw aja ga betah deket deket dia. Dia itu kayak cewe lagi PMS, prinsipnya 'Senggol? Bacok!" Randy duduk tegap begitu pak Imas meletakkan 2 piring batagor ke meja mereka.
"Makan, Mil! Hpnya taroh dulu." Randy mengambil garpu dan mulai melahap batagornya.
"Lo pesen makan, ga pesen minum?" Milo memasukkan hpnya kedalam saku celananya.
Tiba tiba seseorang meletakkan segelas jus jeruk didekat piring Milo. Milo menoleh kepemilik tangan indah itu. "Kenapa?"
"Buat kamu. Kamu belum pesen minum, kan? Diminum ya..." ucap gadis itu sambil tersenyum manis.
"Makasih." ucap Milo lalu tersenyum ramah.
Gadis itu tersenyum lebar lalu melangkah pergi.
"Kyaaa!! Disenyumin cogan!"
Alay, najis.
"Kok yang dikasih cuma lo doang?" protes Randy.
"Lo jelek sih!" ejek salah seorang murid perempuan, dia tertawa terpingkal pingkal menatap ekspresi jengkel Randy.
Kantin yang ramai itu mendadak sepi saat seorang murid laki laki yang berperawakan tinggi, putih dan tampan melangkah masuk area kantin.
"Itu Ranz!" bisik Randy.
Ranz, dia sangat tidak menyukai kebisingan. Itu alasan kantin hening begitu ada Ranz. Ranz tidak suka kebisingan dan saat dia kekantin, kantin itu pasti langsung hening. Jika tidak, siap siap saja untuk menerima amukan Ranz. Laki laki itu memang sangat sensitive.
Ranz nampak membeli sebungkus roti dan sebotol air mineral lalu pergi meninggalkan kantin. Bicara sama sekali tidak. Dia mengambil apa yang dia inginkan, membayar lalu pergi tanpa membalas senyuman dari sang penjual yang melayaninya seakan dia bisu dan dia phobia dengan tersenyum.
Seakan jika dia tersenyum, dia akan mati. Menyebalkan sekali. Saat Ranz pergi, kantin ramai lagi. Ada yang bersorak bahagia atas kepergian Ranz.
Yang lainnya bersyukur karena Milo tidak sedingin dan secuek Ranz. Mereka menemukan sosok Milo yang ramah dan murah senyum, berbeda dengan Ranz. Milo menjadi idola sekolah, hanya dalam kurun waktu beberapa jam.
**Halo guys ada cerita baru nih yang mau baca silahkan ini novel di akun bru aku jangan lupa ya!!
**
Milo selesai menghabiskan batagornya lebih dulu sedangkan Randy masih mengunyah batagornya padahal Randy yang duluan mulai memakan.
Milo meminum jus jeruknya hingga sisa setengah gelas. "Ran, mau minum?" tawar Milo.
"Peka juga lo!" Randy mengambil jus jeruk dari tangan Milo lalu meminumnya sambil makan.
"Balik kekelas bareng yuk...Lagian Randy itu kalau makan lamanya tingkat malaikat!" ajak seorang murid perempuan yang tampaknya sekelas Milo.
"Enak aja lo!! Milo dateng sama gw, baliknya juga harus sama gw! Cabut lo sono!" protes Randy, tak terima.
"Yaudah, balik bareng aja. Tapi tunggu Randy." Milo tersenyum tipis pada gadis yang sekarang berdiri disampingnya.
Gadis itu dihadiahi tatapan dendam dan kesal oleh beberapa murid yang masih memenuhi kantin. Mereka juga ingin mendekati Milo namun terlalu gengsi.
"Oh ya, nama gw Luna." gadis yang bernama Luna itu mengulurkan tangannya, Milo menjabat tangannya. "Milo." sahutnya pelan lalu tersenyum tipis dan kembali menatap Randy.
Sedangkan Luna sedang berbunga bunga, tangannya disentuh cogan. Siapa yang tak senang? Sedangkan tatapan geram semakin banyak menyerbu Luna.
Randy menelan batagor terakhir yang memenuhi kerongkongannya. "Pak Imas, bayar!!" pekik Randy, Pak Imas langsung menghampiri mereka.
"13 ribu mas..." ucap Pak Imas.
"Biar gw yang bayar." ucap Milo saat melihat Randy berusaha mengeluarkan dompet dari saku celananya.
"Seriusan?? Baek banget lo? Makasih ya!"
Milo mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan lembaran hijau dan memberikannya pada pak Imas. "Kembaliannya ambil aja."
"Makasih, den ganteng." Pak Imas melangkah pergi.
"Anjir, 7 ribu kembaliannya, lumayan ege!" bisik Randy.
"Najis, pelit banget lo! Ga kayak Milo, royal... Lo ngeluarin duit 13 ribu aja lamanya pake BANGET" keluh Luna, dia menekankan kata 'Banget'.
Randy berdecih dan memutar bola matanya males. "Bacot nih cewek! Mulutnya minta disumpel ****** naruto." gumamnya.
Milo, Randy dan Luna berjalan bersama melewati koridor. Mereka bertiga menjadi pusat perhatian, apalagi Milo yang mendapat tatapan kagum sedangkan Luna yang mendapat tatapan mengejek, dan geram.
"Gw ngerasa paling jelek. Seakan ga dianggep. Saking fokusnya ngeliatin lo, gw ditabrak, kaki gw diinjek. Seakan mereka ga bisa ngeliat gw. Help, Mil." bisik Randy, Milo terkekeh pelan.
Luna sengaja bergelayut manja dilengan Milo. "Milo, mereka melototin aku tuh." ucapnya dengan suara manja.
"Najis, sok banget cakep."
"Muka kayak knalpot valentino rossi aja bangga banget."
"Murahan!"
"Jablay, najis."
Luna memutar bola matanya malas tanpa menanggapi ejekan yang dilemparkan untuknya. Milo merasa tidak nyaman lalu menyingkirkan tangan Luna yang menempel dilengannya lalu bertukar posisi dengan Randy, kali ini laki laki itu berdiri dipojok dan Randy ditengah.
Beberapa murid yang melihat itu hanya tertawa terbahak bahak menatap wajah Luna yang terlihat kesal.
"Bebeb Milo, kok jauh jauh." suara sok imut itu benar benar membuat telinga Milo memanas.
"Jijik banget." cibir Randy.
Mereka berbelok masuk kekelas mereka dan duduk dibangku mereka masing masing. Seketika Milo mengingat, gadis yang menyapanya dan meminta berkenalan tadi pagi itu ternyata adalah Luna.
Ranz, tampaknya laki laki itu sedang duduk dibangku paling belakang tak jauh dari tempat duduk Milo. Dia sedang meminum air mineralnya lalu menggulir layar hpnya dengan wajah datar yang sesekali berubah menjadi serius. Tanpa sedikit senyuman yang terukir diwajahnya.
Benar benar beruang kutub, Milo tak tahan menatap wajah beruang kutub itu walau hanya untuk beberapa detik saja. Pantas saja laki laki itu dijauhi oleh murid murid cewek, sikapnya terlalu dingin untuk ukuran cowok ganteng sepertinya.
Ranz menoleh, matanya bertemu dengan manik mata Milo, beberapa detik kemudian Milo memutuskan tatapan itu dan Milo kembali fokus pada layar hpnya sendiri.
"Fans ngeliatin gw ternyata." gumam Ranz lalu jarinya kembali menari diatas layar hpnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!