Seorang gadis berperawakan tinggi, dengan rambut coklat sebahu berjalan menyusuri jalan setapak di tengah kompleks pemakaman.
Gadis itu berjalan santai seraya bersenandung kecil. Buket bunga mawar berwarna putih terlihat di tangan sebelah tangan gadis tersebut.
Tepat di sebuah makam yang terletak di bawah pohon kamboja, gadis itu berjongkok dan mengusap batu nisan bertuliskan Clarissa Halley.
"Hai, Mom! Thalia membawakan Mom bunga yang baru," sapa Thalia pada makam sang mom.
Thalia menyingkirkan buket bunga yang sudah layu yang ia letakkan disini beberapa pekan yang lalu dan menggantinya dengan yang baru.
"Thalia akan bertunangan dengan Zayn pekan depan, Mom!" Ucap Thalia lagi memulai curhatnya pada makam Mom Cla.
"Dan Thalita masih belum membalas pesan Thalia," imbuh Thalia lagi mdnatap pada batu nisan warna abu-abu tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, tepat sehari setelah ulang tahun Thalia dan Thalita yang ke-7, Mom Belle mengajak Thalita dan Thalia berkunjung ke makam ini untuk pertama kali.
"Ini makam siapa, Mom?" Tanya Thalia kala itu.
"Mom Clarissa. Mom-nya Thalia dan Thalita," jelas Bellinda seraya mengusap butir bening di pelupuk matanya.
"Kenapa Mom menangis? Dan siapa itu Mom Clarissa?" Gantian Thalita yang bertanya.
"Mom Clarissa adalah mom-nya Thalita dan Thalia." Mom Belle mengusap kepala si kembar bersamaan.
"Jika Mom Belle yang sudah merawat Thalita dan Thalia sejak bayi, maka Mom Cla adalah wanita hebat yang sudah bertaruh nyawa untuk melahirkan Thalia dan Thalita ke dunia ini," jelas Mom Belle dengan mata berkaca-kaca.
"Apa itu artinya kami bukan anaknya Mom Belle?" Tanya Thalita yang matanya sudah ikut berkaca-kaca.
"Kalian tetap putri Mom sampai kapanpun. Tapi kalian juga putri dari Mom Cla. Jadi kalian juga harus menyayangi Mom Cla sama seperti kalian menyayangi Mom," pesan Mom Belle seraya memeluk kedua gadis kembar tersebut.
Sejak hari itu, Mom Belle selalu rutin mengajak Thalia dan Thalita untuk mengunjungi makam Mom Clarissa.
Dan saat usia Thalia tujuh belas tahun, Thalia tiba-tiba merasa penasaran dengan kisah yang sebenarnya terjadi diantar Mom Belle, Mom Cla, dan Dad Devan. Mom Belle selalu mengatakan, kalau Dad Devan adalah Dad kandung Thalia dan Thalita. Bukankah itu artinya Dad Devan pernah menikah dengan Mom Cla?
Namun kenapa Dad Devan selalu menghindar dan mengalihkan pembicaraan setiap kali Thalia membahas tentang Mom Cla? Dad Devan seakan benci pada wanita yang sudah melahirkan Thalia dan Thalita tersebut.
Ada apa sebenarnya?
Thalia merasa tak sampai hati jika harus bertanya pada Mom Belle. Jadilah Thalia dan Thalita bertanya pada Om Theo saja. Dan ternyata butuh waktu semalaman bagi Om Theo untuk menceritakan kisah tentang Mom Belle, Mom Cla, dan Dad Devan.
Di akhir cerita Om Theo, akhirnya Thalia dan Thalita berhasil menarik kesimpulan serta pelajaran dari kisah cinta rumit orang tua mereka.
Thalia dan Thalita benar-benar bersyukur memiliki Mom sambung sebaik Mom Belle yang tak pernah membeda-bedakan Thalia dan Thalita dari Liam dan Anne.
Mom Belle selalu memberikan kasih sayang berlimpah untuk mereka berempat dan sama-sama tegas jika ada yang berbuat salah. Bahkan Mom Belle juga mengenalkan si kembar pada Mom Cla tanpa mencelanya sedikitpun.
Benar-benar mulia hati Mom Belle.
Ting!
Suara pesan masuk di ponsel Thalia, segera membuyarkan lamunan gadis dua puluh tiga tahun tersebut.
Rupanya Thalita sudah membalas pesan yang dikirim oleh Thalia pagi ini.
[Hai, maaf baru membalas pesanmu. Aku belum bisa pulang bulan ini, Thalia] -Thalita-
[Aku akan bertunangan, Thalita! Kau tidak pulang saat pernikahan Anne kemarin. Kenapa sekarang kau tidak mau pulang juga saat aku bertunangan? Apa kau tidak menganggapku saudarimu?] -Thalia-
[Kenapa bilang begitu? Aku menyayangimu, Thalia! Tapi aku benar-benar belum bisa pulang. Wisudaku disini tinggal beberapa bulan lagi. Aku sedang mempersiapkannya agar aku bisa segera pulang dan berkumpul bersama kalian semua] -Thalita-
[Wisuda, kuliah, ujian, selalu hal itu yang kau jadikan alasan! Aku membencimu!] -Thalia-
[Jangan merajuk begitu! Aku akan mengirimkan hadiah kejutan untukmu nanti] -Thalita-
[Aku tidak butuh hadiah kejutan! Aku butuh kau datang ke acara pertunanganku!] -Thalia-
[Dan aku akan mengadukan pada Mom kalau kau tidak datang ke pesta pertunanganku!] -Thalia-
Thalia mengambil foto makam Mom Cla lalu mengirimkannya pada Thalita.
[Kau sedang mengunjungi Mom? Sampaikan salamku untuk Mom, oke!] -Thalita-
[Tidak akan! Kau harus mengunjungi Mom sendiri dan menyampaikan rasa rindumu itu sendiri! Aku tidak mau mewakilimu!] -Thalia-
[Jahat sekali!] -Thalita-
[Kau lebih jahat!] -Thalia-
[Baiklah! Sebaiknya kita ahiri perdebatan ini, karena aku harus mandi sekarang sebelum airnya membeku. Bye!] -Thalita-
Thalia hanya menatap pesan terakhir saudara kembarnya tersebut. Sudah satu tahun lebih Thalita belum pulang ke negara ini. Dan Thalia begitu merindukan saudara kembarnya tersebut.
Ting!
Ada pesan yang masuk lagi di ponsel Thalia.
[Kau dimana, Sayang? Kenapa tidak menghubungiku?] -Zayn-
[Aku sedang mengunjungi Mom] -Thalia-
[Di pemakaman? Tadi kesana naik apa?]-Zayn-
[Tadi diantar Dad] -Thalia-
[Tunggu disana! Aku akan datang menjemputmu!] -Zayn-
[Jangan kemana-mana!] -Zayn-
Thalia hanya memutar bola matanya dan tak membalas lagi pesan Zayn.
Thalia yakin kalau sekarang ini Zayn sedang mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan 120km/jam ke arah pemakaman ini. Dan pria itu pasti tak akan berhenti membunyikan klakson jika lalu lintas di hadapannya macet.
Kenapa tidak naik helikopter saja sekalian atau menyewa jasa paspampres untuk membuka jalan?
Dasar pria lebay!
Pria lebay yang sebentar lagi akan menjadi tunangan serta suami Thalia.
Bolehkah Thalia kabur saja dari pertunangan bodohnya bersama Zayn?
"Jangan makan terlalu banyak, Thalia! Nanti kamu sakit perut!" Ucap Zayn di satu waktu.
"Jangan membeli makanan di pinggir jalan begini! Nanti kalau kamu kena penyakit pencernaan bagaimana?" Ucap Zayn di lain waktu.
"Sering-seringlah memakai gaun dan highheels, agar kau terlihat sedikit feminim!"
"Jangan memotong rambutmu lagi! Aku ingin rambutmu tumbuh panjang agar kau terlihat semakin cantik!"
Ouh ya ampun!
Belum jadi istrinya saja, Zayn sudah mengatur-atur Thalia sesuka hatinya.
Apa kabar nanti kalau Thalia sudah resmi menjadi Nyonya Zayn? Mungkin Thalia akan mati berdiri dengan semua peraturan konyol dari Zayn.
"Hai, Sayang! Maaf membuatmu menunggu lama," sapa Zayn yang sudah tiba di pemakaman.
Lama?
Perasaan belum ada sepuluh menit Thalia menunggu pria ini datang.
"Kita langsung pulang?" Thalia berbasa-basi pada Zayn.
"Kau sudah makan? Kita bisa mampir makan dulu kalau kau lapar," tawar Zayn yang masih melingkarkan lengannya di pinggang Thalia. Pasangan itu sudah berjalan meninggalkan pemakaman.
"Aku masih kenyang. Tadi makan siang kebanyakan," jawab Thalia sedikit meringis.
"Kalau makan itu secukupnya saja! Jangan banyak-banyak! Aku tidak mau kau sakit perut!" Cerocos Zayn panjang lebar yang hanya membuat Thalia memutar bola matanya.
"Iya, Zayn! Aku masih ingat dengan pesanmu yang itu! Aku minta maaf, oke!" Sahut Thalia cepat sebelum Zayn kembali mengoceh panjang kali lebar.
Thalia sedang malas berdebat dengan pria ini. Mood Thalia benar-benar sedang hancur sekarang karena Thalita yang tak kunjung pulang.
"Kita langsung pulang saja kalau begitu!" Ucap Zayn seraya membukakan pintu mobilnya untuk Thalia.
"Pakai sabuk pengamanmu!" Ujar Zayn selanjutnya sembari memasangkan sabuk pengaman Thalia.
"Zayn, aku bisa sendiri!" Gerutu Thalia sebal.
"Baiklah! Terserah saja!" Gumam Thalia selanjutnya yang memilih pasrah saat dipasangkan sabuk pengaman oleh Zayn.
Tak butuh waktu lama, dan mobil Zayn sudah melaju meninggalkan pemakaman.
.
.
.
Langsung nyambung ke "Bukan Suami Pilihan" yang adegan Anne ngidam mi tektek trus dibeliin satu gerobak sama Abi 😂😂
Yang karya ini slow update ya gaees!
Nanti ceritanya sambung menyambung ke ceritanya Anne (Bukan Suami Pilihan) dan Liam (Gadis Gendut Milik Sang Idola).
Nanti cerita tentang Audrey Zivia Abraham aku sisipin sedikit juga disini, sebelum cerita utama tentang Audrey yang nanti ada judulnya sendiri.
Visual ada di Bab 3
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Namanya Zayn Arsenio Abraham. Orang-orang lebih mengenalnya sebagai Zayn Abraham, pewaris di keluarga Abraham yang memiliki beberapa hotel mewah yang tersebar di seantero negeri.
Bisnis perhotelan milik keluarga Abraham memang sudah tak diragukan lagi perkembangannya.
Enam bulan yang lalu, saat keluarga Abraham meresmikan hotel baru milik mereka hasil kerjasama dengan Halley Development, Thalia ikut datang bersama Mom Belle dan Dad Devan.
Dan itulah kali pertama Zayn melihat dan bertemu dengan Thalia. Zayn bahkan langsung jatuh hati pada Thalia di detik pertama mereka bertemu dan berkenalan.
"Zayn boleh menikah dengan Thalia Halley, Pa?" Tanya Zayn keesokan paginya.
Zayn benar-benar terpesona dengan kecantikan Thalia. Dan mungkin Zayn sudah tergila-gila pada gadis itu.
"Kau baru satu kali bertemu dengan Thalia, Zayn! Dan tiba-tiba kau ingin menikahi gadis itu. Apa kau tidak bisa lebih konyol lagi?" Cecar Papa Hansel sedikit terkekeh.
"Zayn jatuh cinta pada Thalia, Pa! Tolong Papa lamarkan Thalia untuk Zayn!" Pinta Zayn memohon pada sang papa.
"Apa tidak sebaiknya kamu dan Thalia saling mengenal dulu dan tidak buru-buru menikah, Zayn?" Timpal mama Hanni memberikan saran untuk sang putra.
Zayn menggeleng dengan cepat.
"Zayn tidak mau kehilangan Thalia, Ma! Jadi Zayn ingin secepatnya menikah dengan Thalia!" Jawab Zayn keras kepala.
Benar-benar mirip dengan Hansel yang juga keras kepala. Hanni hanya bisa geleng-geleng kepala dengan sifat sang putra.
"Baiklah, jika kau memaksa, Zayn! Kita ke rumah keluarga Halley sore ini, " putus papa Hansel akhirnya yang langsung membuat Zayn bersorak senang.
****
Malam harinya, rombongan keluarga Abraham benar-benar berkunjung ke rumah besar keluarga Halley. Tentu saja kedatangan mereka langsung disambut hangat oleh Devan dan Bellinda
"Kedatangan kami kesini untuk melamar putri anda, Pak Devan," ucap Hansel menyampaikan tujuannya setelah sedikit berbasa-basi pada Devan dan Bellinda.
"Putri kami?"
"Thalia Halley," jawab Hansel cepat.
"Zayn jatuh cinta pada Thalia dan benar-benar ingin menjalin sebuah hubungan yang serius, Om," timpal Zayn bersungguh-sungguh.
Devan dan Bellinda saling bersitatap sebelum menjawab lamaranndari keluarga Abraham.
"Thalia masih kuliah. Dan mungkin akhir tahun ini Thalia baru wisuda," jawab Devan selanjutnya.
"Zayn tidak keberatan menunggu Thalia hingga selesai wisuda," ujar Zayn cepat.
"Mungkin Thalia dan Zayn bisa bertunangan dulu, Pak Devan. Sembari menunggu wisudanya Thalia," cetus Hansel memberikan usul.
Devan dan Bellinda kembali beradu pandang.
"Saya panggil Thalia dulu," tutur Bellinda selanjutnya seraya bangkit dari duduknya. Istri dari Devan itu menghilang dengan cepat menuju ke lantai dua.
Tak berselang lama, Bellinda sudah kembali bersama Thalia yang menatap malu-malu ke arah keluarga Abraham.
Zayn bahkan tak sedetikpun mengalihkan pandangannya ke arah Thalia. Sepertinya pria itu benar-benar jatuh cinta pada Thalia.
"Malam, Om, Tante," sapa Thalia pada Hansel dan Hanny seraya mencium punggung tangan kedua orang tua Zayn tersebut.
"Malam, Thalia! Kamu cantik malam ini," puji mama Hanny yang tersenyum pada Thalia.
"Kau sudah pernah bertemu Zayn, Thalia?" Tanya Dad Devan langsung pada intinya.
Thalia menatap sejenak ke arah Zayn sebelum menjawab pertanyaan sang Dad.
"Ya, kami pernah bertemu sekali di pesta peresmian hotel pekan lalu, Dad," jawab Thalia sebelum kembali menundukkan wajahnya demi menghindari tatapan berbinar dari Zayn.
"Zayn dan kedua orang tuanya datang kesini karena ingin melamar kamu, Thalia," jelas Mom Belle pada Thalia.
"Melamar?" Thalia terlihat terkejut dan kembali menatap pada Zayn yang ternyata masih belum berhenti menatap ke arah Thalia seraya tersenyum.
Thalia balas tersenyum pada Zayn.
Serius?
Putra dari keluarga Abraham melamar Thalia?
Ah, tapi Zayn begitu tampan. Rasanya sayang sekali jika Thalia menolak lamaran ini.
"Jadi bagaimana, Thalia?" Tanya Dad Devan selanjutnya pada Thalia yang masih tersenyum ke arah Zayn.
"Terserah Dad saja," jawab Thalia yang kini wajahnya bersemu merah.
"Saya rasa kita sudah menemukan jawabannya Pak Hansel," ucap Dad Devan tersenyum ke arah papa Hansel.
"Kita tentukan tanggal pertunanganya, lalu mereka akan menikah saat Thalia sudah di wisuda," tutur papa Hansel yang langsung diiyakan oleh semua yang ada di ruangan tersebut.
Dua keluarga itu pun melanjutkan obrolan hangat mereka hingga malam semakin larut.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Di sebuah apartemen yang terletak di sudut kota Paris.
Seorang gadis berambut coklat sepunggung, sedang menatap layar ponselnya seraya tersenyum dan sesekali terkekeh seakan ada hal lucu yang sedang ia dengar.
Tampak jelas di layar ponsel gadis tersebut, wajah seorang pria yang sepertinya seusia dengan gadis bernama Thalita tersebut.
"Coba tebak! Siapa yang akan pulang pekan depan?" Ucap Thalita seraya tersenyum bahagia.
Sepertinya hati Thalita memang sedang berbunga-bunga sekarang.
"Kau?" Tebak pria yang sedang video call bersama Thalita.
"Kau benar!" Thalita bersorak senang.
"Serius?" Pria di layar ponsel itu menatap tak percaya pada Thalita.
"Iya! Aku sudah tak sabar bertemu denganmu, Daniel!" Ucap Thalita lagi dengan mata yang berbinar senang.
"Aku akan menunggu kepulanganmu kalau begitu!" Balas pria bernama Daniel tersebut.
"Dan aku juga sudah tidak sabar untuk mencubit pipimu itu!" Imbuh Daniel lagi merasa gemas.
Thalita tergelak.
"Tapi bukankah katamu kau akan dipindah tugaskan ke Bali pekan depan. Sepertinya kita harus menunda pertemuan kita," ujar Thalita yang kembali ingat pada curhatan Daniel beberapa hari yang lalu.
"Ouh ya ampun!" Daniel mengusap wajahnya dan terlihat frustasi.
"Kau pulang hari apa? Mungkin aku bisa menunggu hingga kau tiba disini. Lalu kita bisa berlibur berdua ke Bali. Bukankah itu akan menyenangkan?" Tutur Daniel memaparkan rencananya.
"Hei! Hei! Kau akan bekerja atau liburan di Bali, Daniel?"
"Bekerja sambil liburan mungkin," sahut Daniel berkelakar.
"Bosmu akan langsung memecatmu!" Kekeh Thalita mengejek Daniel.
"Dia tidak akan berani melakukannya. Aku asisten terbaik sepanjang masa!" Sahut Daniel sombong.
"Baiklah terserah saja!"
"Kita berlibur di Bali, ya?" Bujuk Daniel sekali lagi.
"Tidak!" Jawab Thalita seraya tergelak.
"Aku akan menculikmu kalau begitu!" Ancam Daniel serius.
"Dad akan langsung membunuhmu!" Sergah Thalita menakut-nakuti Daniel.
"Aku akan langsung memintamu pada Dad kesayanganmu kalau begitu," jawab Daniel enteng.
"Coba saja kalau berani!" Tantang Thalita masih tak berhenti menggoda Daniel.
"Kita liburan dulu, lalu aku akan melamarmu setelahnya!" Usul Daniel tersenyum nakal pada Thalita.
"Kau tidak sedang berpikiran mesum, kan?" Thalita sedikit curiga pada sang kekasih.
"Sedikit!" Jawab Daniel seraya nyengir tanpa dosa.
"Aku tidak perlu ikut kau ke Bali kalau begitu!" Sahut Thalita seraya bersedekap dan memasang wajah marah.
"Oh, ayolah, Thalita! Aku akan kesepian di Bali nanti," rengek Daniel memaksa.
"Biarin! Dasar mesum!" Thalita tergelak.
"Ikut ya! Ya! Ya! Ya!" Bujuk Daniel masih tak berhenti memaksa Thalita.
"Tidak!" Thalita masih keras kepala.
"Aku jemput di bandara! Kau pulang hari apa?"
"Rahasia!" Jawab Thalita yang langsung mematikan video call-nya pada Daniel begitu saja.
Gadis itu masih tergelak dan menatap ke arah langit-langit kamarnya. Sudah terbayang wajah Daniel disana. Thalita benar-benar tak sabar untuk segera berjumpa dengan Daniel.
Thalita dan Daniel adalah teman saat SMA. Mereka sempat putus kontak saat Thalita pindah ke Paris untuk melanjutkan pendidikannya. Namun suatu hari, tepatnya satu tahun yang lalu, sebuah nomor asing melakukan panggilan nyasar ke ponsel Thalita. Dan ternyata nomor asing itu adalah milik Daniel.
Sejak saat itulah, Thalita mulai dekat dan sering ngobrol dengan Daniel. Hubungan mereka semakin intens setahun ini hingga akhirnya Daniel secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Thalita.
Kini Daniel sudah menganggap Thalita sebagai kekasihnya, meskipun mereka belum pernah berjumpa secara langsung selama setahun ini.
Dan tentu saja kabar tentang kepulangan Thalita menjadi angin segar untuk hubungan Daniel dan Thalita. Baik Daniel maupun Thalita sudah tidak sabar menunggu untuk saling berjumpa dan menatap wajah sang kekasih tanpa terhalang layar ponsel.
****
"Daniel!" Panggil Kyle seraya bersedekap di ambang pintu ruangan Daniel.
"Iya, Boss! Ada masalah?" Jawab Daniel santai seraya meletakkan ponselnya.
Daniel membatalkan niatnya untuk menghubungi Thalita kembali karena sekarang Kyle sudah menatap horor ke arahnya.
"Aku bossnya disini, dan aku yang harus mengingatkan jadwal meeting. Apa dunia sudah terbalik?" Gerutu Kyle yang hanya disambut Daniel dengan garukan kepala tanpa rasa berdosa.
"Aku sedang melepas rindu, Boss! Bisakah kau memahaminya?" Jawab Daniel seraya bangkit dari duduknya.
"Melepas rindu tapi tak ingat waktu! Kerja ya kerja, pacaran ya pacaran!" Sergah Kyle galak.
"Kau seperti tidak punya pacar saja!" Sahut Daniel yang sudah keluar dari ruangannya sendiri meninggalkan Kyle.
"Aku selalu tahu waktu kalau bersama Valeria," timpal Kyle mencari pembenaran.
"Sebaiknya kita segera ke ruang meeting dan berhenti membahas tentang pacar, Boss!" Saran Daniel mengalihkan pembicaraan. Pria itu sudah sampai di depan lift. Dan Kyle setengah berlari menyusul sahabat sekaligus asistennya tersebut.
Keduanya masuk lift bersamaan masih sambil bersenda gurau dan saling ejek.
Daniel baru enam bulan terakhir bekerja sebagai asisten Kyle di Arthur Company, perusahaan milik opa Kyle.
Daniel dan Kyle sendiri sudah bersahabat cukup lama, dan kini keduanya menjadi rekan kerja.
"Kapan pacarmu yang di Paris itu akan pulang?" Tanya Kyle membuka percakapan.
Daniel hanya mengendikkan bahu,
"Rahasia katanya," jawab Daniel yang sontak membuat Kyle tergelak.
"Sudah seperti bocah saja, main rahasia-rahasiaan," ejek Kyle yang belum berhenti tertawa.
"Kau sendiri, kapan menikah dengan Valeria?" Tanya Daniel yang lebih ke arah mengejek sebenarnya.
"Lucu sekali pertanyaanmu! Valeria baru masuk kuliah tahun ini, dan Om Theo akan langsung membunuhku jika aku mengajak putri kesayangannya itu menikah!" Jawab Kyle dengan nada kesal.
Daniel hanya tergelak mendengar jawaban Kyle.
Lift yang mengantar kedua pria tersebut sudah tiba di lantai tempat ruang meeting berada. Daniel dan Kyle bergegas keluar dari dalam lift masih sambil mengobrol.
"Kau berangkat ke Bali minggu depan! Jangan lupa!" Pesan Kyle yang kembali mengingatkan jadwal untuk Daniel.
"Tentu saja aku tidak lupa. Kau sudah menyiapkan akomodasi untukku?" Tanya Daniel memastikan.
"Bagus sekali! Aku boss-nya dan aku juga yang harus mengurus akomodasimu di sana!" Kyle kembali menggerutu.
"Aku hanya bercanda! Kau serius sekali belakangan ini, Kyle!" Tukas Daniel mencoba mencairkan suasana.
"Ya! Aku sedang banyak pikiran," sahut Kyle lirih.
Daniel memilih untuk tidak bertanya lebih jauh lagi, karena kini mereka sudah tiba di ruang meeting.
Saatnya fokus pada pekerjaan!
.
.
Loh! Ada Kyle juga ternyata di sini 😅😅
Daniel yang disini beda sama Daniel pacarnya hantu Zhia ya 😂. Namanya aja yang kebetulan sama.
Ini nanti konfliknya rada memusingkan dan mungkin sedikit tak masuk akal. Tapi nggak ada pelakornya kok 😆
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!