NovelToon NovelToon

Wanita Cupu Milik Gangster

Perkenalan Tokoh

Bella Adonia Abraham seorang gadis cantik berpenampilan culun, dia menutupi kecantikannya karena alasan tertentu, usianya baru 21 tahun, meskipun anak orang berada dan lulusan magister manajemen terbaik dengan peraih cum laude tapi dia lebih memilih bekerja menjadi seorang pelayan resto.

Tio Abraham papa dari Bella usianya 45 tahun, seorang pengusaha sukses yang bergerak dibidang perhotelan, beliau sangat menyayangi anaknya dia ingin melihat hidup anaknya berkecukupan maka dari itu Tio menjodohkan anak satu-satunya dengan anak sahabatnya saat masih kuliah dulu.

Eva Adonia Abraham mama dari Bella, usianya 40 tahun wanita yang masih terlihat sangat cantik ini adalah mantan seorang model, beliau berhenti didunia model karena permintaan suaminya.

Ansel Guinandra usianya 26 tahun, pria tampan dengan tubuh atletis ini adalah seorang pengusaha sukses mancanegara, keberhasilannya dalam dunia bisnis tidak luput dengan campur tangan dunia bawah, Ansel diam-diam memiliki anggota dengan para gangster yang paling ditakuti dan sangat berbahaya, maka dari itu para pembisnis yang sudah mengenal siapa Ansel tidak berani mencari masalah dengannya, siapa yang berani melawan dia akan hancur sehancur-hancurnya.

Robert Guinandra Papa dari Ansel usianya 50 tahun, setelah bisnis nya diturunkan ke anak-anaknya,beliau hanya bersantai dirumah dan hanya sesekali menenggok, Papa Robert tidak mengetahui jika anaknya berkelompok dengan para gangster.

Tia Pramita Mama dari Ansel Guinindra usianya 45 tahun, meskipun usianya hampir setengah abad tapi kecantikan Mama Tia tidak bisa diragukan lagi, beliau memiliki dua anak laki-laki.

Arka Guinandra adik dari Ansel usianya 22 tahun, berbadan atletis tidak kalah dengan Ansel dan berkulit putih, dia juga dipercayakan oleh Papa Robert memegang salah satu bisnisnya.

Pagi ini di mansion Bella terdengar begitu riuh, karena suara teriakan dari Mama Eva yang sedang membangunkan anaknya.

"Bella cepat bangun sayang." teriak Mama Eva.

"Iya Ma sebentar lagi Bella turun." teriak bella dari dalam.

Mama Eva kembali turun setelah mendengar sahutan dari putrinya.

Mama Eva sangat tegas dalam mendidik anaknya, karena ketegasannya Bella menjadi pribadi yang penurut tapi terkadang juga keras kepala seperti Papanya, jika sudah ada yang di inginkan pasti Bella merenggek sampai mendapatkan apa yang dia mau, sebenarnya Mama Eva melarang Bella untuk bekerja diresto yang hanya menjadi seorang pelayan, tapi apa mau dikata itu kemauan anak gadisnya sendiri.

Saat ini diruang makan sudah ada Papa Tio dan Mama Eva yang sedang menunggu anaknya di meja makan, tidak lama terlihat gadis dengan penampilan culun menapaki tangga menghampiri mereka.

"Pagi Pa Ma." ucap Bella mencium pipi kedua orang tuanya.

"Pagi sayang." ucap Papa Tio dan Mama Eva serempak.

Mama Eva berdiri mengambil roti mengolesinya dengan selai untuk suami dan anaknya, setelah itu beliau mengambil untuk dirinya sendiri, mereka makan dengan diam, tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka, hanya terdengar dentingan pisau dan garpu yang saling beradu.

Acara sarapan pun selesai Bella segera pamit pergi kepada kedua orang tuanya.

"Pa Ma Bella berangkat dulu."

"Hati-hati sayang." ucap Mama Eva.

Bella berangkat ke resto dengan membawah motor, sesekali ia juga naik gojek, dia tidak ingin membawah mobil padahal di garasi ada beberapa mobil, hadiah dari orang tuanya dan beberapa mobil koleksi Papa Tio, Bella benar-benar menyembunyikan jati dirinya dari halayak publik.

"Papa juga mau berangkat ma."

Mama Eva pun ikut berdiri mengantarkan anak dan suaminya kedepan, sebelum pergi Papa Tio mencium pipi istrinya, itu sudah menjadi kebiasaan Papa Tio meskipun anaknya sudah beranjak dewasa tapi keromantisannya bersama sang istri tidak pernah pudar.

"Hati-hati kalian." Mama Eva melambaikan tangan, setelahnya kembali kedalam dan menutup pintu.

Bella memiliki beberapa asisten dengan tugas yang berbeda-beda, setelah selesai melakukan pekerjaannya, para asisten di haruskan kembali ke paviliun belakang, terkecuali untuk Ira kepala pelayan.

*Mansion Ansel

Suasana pagi di mansion Ansel terlihat seperti biasa, mereka sedang sarapan bersama dimeja makan.

"Sel pulang kerja nanti Papa tunggu kamu diruang kerja Papa." meskipun Papa Robert tidak bekerja di lapangan, tapi beliau masih memonitori cara kerja anak-anaknya dirumah.

"Iya Pa."

Sarapan selesai Ansel dan Arka lekas berdiri dan berpamitan kepada kedua orang tuanya.

"Kami berangkat dulu Pa." ucap mereka serempak, tidak lupa mencium pipi sang Mama.

Sementara diluar sudah ada tangan kanan Ansel yang menunggu.

Setelah kepergian Ansel dan Arka Mama mulai membicarakan masalah perjodohan antara Ansel dan anak dari sahabat Papa Robert.

"Pa apa keputusan Papa benar ingin menjodohkan Ansel dengan anak sahabat Papa." Mama Tia kawatir karena sikap anaknya yang sangat keras, beliau tidak menjamin jika Ansel mau dijodohkan.

"Papa yakin ma, usia Ansel juga sudah cukup untuk menikah, mungkin setelah memiliki istri sikapnya akan berubah." Papa Robert meneguk kopi hitam kesukaannya.

"Mama ikut Papa saja." ucap Mama Tia pasrah.

Detik demi detik berlalu tibalah waktu makan siang untuk semua para pegawai kantor, disaat seperti ini resto tempat Bella bekerja sangat ramai tapi hanya orang-orang penting saja yang makan disana.

Saat ini Bella mengantarkan pesanan tamu VIP yang berada di room 2, dengan hati-hati ia membawah nampan yang berisi makanan itu sampai ketempat tujuan, di bukanya pintu room, Bella pun masuk.

Terlihat disana dua orang pria tampan dan gagah sedang mengobrol.

"Permisi tuan ini pesanannya." Bella menaruh nampan itu di atas meja dengan menunduk sopan.

Saat Bella ingin pergi salah satu dari mereka memanggilnya.

"Hei culun." panggil pria itu, yang tidak lain ialah Ansel.

Bella kesal karena tamu vip ini sangat tidak sopan, tapi dia berusaha menetralkan emosinya agar tidak membahayakan pekerjaannya, Bella berbalik dan berjalan kembali ke arah Ansel.

"Ya Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Bella sopan.

"Tidak ada, hanya saja perbaiki penampilanmu, mataku sakit melihatnya." setelah mengucapkan kata bak silet, Ansel mengibaskan tangannya menyuruh Bella pergi.

Setelah kepergian Bella tangan kanan Ansel yang tidak lain sahabatnya sendiri berkomentar.

"Pedes banget itu kata-kata."

"Kamu lihat sendiri kan tadi bagaimana penampilannya." Ansel geleng-geleng dengan raut muka yang terlihat jijik.

"Sudahlah jangan bahas wanita itu lagi." ucap Revan.

Selesai makan siang mereka kembali ke kantor, mereka menaiki mobil lamborghini Aventador berwarna merah.

Sinar mentari yang terang telah digantikan oleh bulan, tapi dua laki-laki ini belum juga beranjak dari meja kerjanya.

'Huuuuffftt..' terdengar helaan nafas dari Ansel.

Pekerjaan hari ini begitu banyak hingga membuat Ansel dan Revan terpaksa harus lembur dan makan malam dikantor.

Saat ini pekerjaan mereka sudah selesai, mereka bergegas untuk pulang.

Membutuhkan waktu 45 menit perjalanan dari kantor ke mansion, tadi sempat terjebak macet karena ada perbaikan jalan.

Akhirnya mereka pun sampai, Revan segera membuka pintu mobil untuk Ansel.

Ansel keluar dengan gaya angkuhnya dia segera masuk menuju ruang kerja Papanya, mungkin Papa Robert sudah menunggu dari tadi sore, sedangkan Revan pulang ke apartemennya berganti mobil dengan mobilnya sendiri yang seharian berada digarasi mansion Ansel.

'Toktoktok....' bunyi ketukan pintu.

"Langsung masuk saja."

'Ceklak' pintu terbuka.

Ansel masuk dan duduk di hadapan Papa Robert yang hanya dihalangi oleh meja.

"Kenapa Papa menyuruhku kesini?" tanya Ansel dengan sorot mata tajam, siapa saja yang menatapnya pasti merasa terintimidasi oleh tatapan Ansel.

"Papa langsung saja bicara ketopiknya, Papa akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat Papa, tidak ada kata penolakan." ucap Papa Robert tidak kalah tajam menatap anaknya.

"Pa Ansel belum siap untuk menikah." ucap Ansel, penolakan Ansel membuat Papa Robert marah.

"Papa bilang tidak ada kata penolakan, ini foto gadis yang akan Papa jodohkan dengan mu." Papa Robert menyerahkan satu foto gadis yang memakai kaca mata tebalnya.

Muncul sedikit rasa penasaran dalam hatinya, Ansel mengambil foto itu dan melihatnya, seketika itu juga matanya melotot tidak percaya.

"Apa Papa tidak salah, menjodohkan Ansel dengan wanita jelek seperti ini." Ansel merasa geram setelah melihat foto itu.

"Jaga bicaramu Sel, dia wanita pintar dan baik, seiring berjalannya waktu kamu akan mencintainya." ucap Papa Robert.

"Terserah Papa percuma Ansel menolak kalau Papa tetap kekeh menjodohkan Ansel dengan wanita itu." ucap Ansel beranjak dari duduknya dan membuka pintu, ia keluar dari ruangan kerja Papa Robert dengan wajah bengisnya.

'Brakkk..' bunyi suara pintu kamar Ansel saat menutupnya dengan keras.

"Bisa-bisanya Papa menjodohkan aku dengan wanita kutu buku seperti itu, melihat fotonya saja sudah membuatku mual." monolog Ansel, dia beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya setelah seharian beraktifitas.

Hanya menghabiskan waktu 15 menit saja Ansel membersihkan dirinya, terlihat pria tampan ini keluar dengan hanya memakai handuk kecil yang melilit dibawah pusarnya, rambut yang basah dan acak-acakan membuatnya terlihat seksi.

Ansel berjalan menuju wardrobe, terlihat lemari besar yang berjejer disana, dia memilih baju santai celana pendek hitam dan kaos polos berwarna putih, tangan kekar itu terlihat meronta-ronta saat Ansel memakainya, kaos itu sangat pas dibadan Ansel, hingga membentuk tubuhnya yang sixpack, dia berjalan kearah ranjang king sizenya dan beranjak untuk tidur karena saat ini sudah sangat larut.

*Di mansion Bella

Sepulang kerja Bella berkumpul bersama Papa dan Mamanya di ruang keluarga.

"Sayang Papa ingin berbicara sesuatu padamu." Papa Tio terlihat begitu serius.

Bella mengernyit. "Bicara saja Pa?" tanya Bella.

"Nak, Papa akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat Papa." jawab Papa Tio, ia ingin melihat reaksi anaknya seperti apa.

Bella langsung duduk tegap. "Tapi Pa Bella belum siap untuk menikah." Bella menatap Papanya dengan wajah memelas.

"Bell, Papa lakukan ini demi kebaikan kamu, sampai kapan kamu akan jadi pelayan resto, Papa tidak ingin hidup kamu menderita kelak." ucap Papa mencoba membujuk anak semata wayangnya.

"Tapi Pa." belum selesai berucap Mama Eva memotongnya.

"Benar apa yang dikatakan Papa sayang, Mama sudah lihat foto calon suami kamu, orangnya sangat tampan dan kelihatannya baik." ucap Mama Eva mengelus kepala anaknya dengan sayang.

Bella menghembuskan nafas kasar dan mengangguk, Papa Tio dan Mama Eva tersenyum setelah melihat anaknya menyetujui perjodohan ini.

Papa Tio segera mengabari Papa Robert, mereka berencana untuk bertemu, agar anak-anak mereka saling mengenal satu sama lain.

Jangan Lupa dukungannya untuk Author😍

________________________Like Vote Dan Komen

________________________

Kenalan sama othor yuk follow instagram othor.

Wuland4ri_05

Facebook

Wulan

Perjodohan

Hari ini dimana dua keluarga akan dipertemukan, Papa Tio mengundang sahabatnya untuk makan malam di mansion, hari sudah semakin sore tapi anak gadisnya tidak kunjung pulang, para pelayan sudah menyiapkan banyak hidangan yang akan menjamu keluarga Guinandra.

Tak lama terdengar suara Bella. "Papa Mama.."

"Sayang tumben hari ini kamu pulang telat, kita malam ini akan kedatangan calon suami kamu loh." Mama Eva mengelus kepala anaknya.

"Ooo ya tadi resto sangat ramai Ma, apa pertemuannya tidak bisa di undur Pa Ma?" tanya Bella dengan menghembuskan nafas kasar.

"Harus sekarang, Papa sudah berjanji pada Om Robert." jawab Papa Tio tegas.

"Ya sudah sayang sekarang kamu mandi dan bersiap." ucap Mama Eva.

Dengan berjalan lesu Bella menapaki tangga menuju kamar.

"Apa iya lelaki itu mau di jodohkan denganku yang jelek ini.." batin Bella.

Bella segera bergegas masuk kamar mandi, dia keluar sudah memakai pakaiannya, dia saat ini memakai celana joger dan kaos hitam rambutnya ia kuncir kuda dengan kaca mata tebal yang bertengger di hidung mancungnya, Bella segera turun menghampiri Mama Eva yang sedang menyiapkan banyak makanan di bantu para asisten.

"Mama." panggil Bella.

"Sayang kenapa kamu pakai baju seperti itu cepat ganti!" suruh Mama Eva.

"Memangnya kenapa Ma?" tanya Bella dengan polosnya.

"Sayang ini calon kamu yang datang, masak iya kamu dandan seperti ini, sini ikut Mama." jawab Mama Eva sembari menarik tangan anaknya kelantai atas.

Mama Eva menganti baju anaknya dengan dress waktu ia muda dulu, karena memang Bella tidak terlalu suka dengan pakaian yang berbau dress, jadi dia tidak memiliki 1 dress pun, meskipun saat ini dia memakai dress tapi tetap dengan penampilan yang sama, karena Bella tidak ingin melepaskan kaca mata tebalnya, mereka kembali turun tidak lama terdengar bell berbunyi.

Asisten membukakannya pintu, ternyata keluarga Guinandra yang datang, sang asisten mempersilahkan mereka untuk duduk, dirinya merasa ketakutan saat Ansel menunjukkan wajah bengisnya, kilatan matanya sungguh membuat orang merinding.

"Silahkan Tuan Nyonya, saya panggilkan nyonya besar sebentar." ucap Ira asisten termuda dimansion Bella.

Asisten Ira masuk dengan berkeringat dingin, keluarga Guinandra menjawab hanya dengan anggukan, disana ada Papa Robert, Mama Tia dan Ansel sedangkan Arka tadi tidak ikut.

Tidak lama datang Papa Tio dan Mama Eva serta anak gadisnya, Bella menatap calon suaminya dari atas sampai bawah.

"Bukannya dia big bos yang menghinaku kemarin, semoga dia tidak mengenaliku.." batin Bella.

Sementara Ansel sama sekali tidak melihat maupun melirik Bella.

"Hai brother bagaimana kabarmu?" Papa Tio memeluk Papa Robert.

"Ya seperti yang kamu lihat saat ini." jawab Papa Robert, sementara Mama Eva saling bertegur sapa dengan Mama Tia.

"Oh ya, ini anak ku satu-satunya namanya Bella." Papa Tio mengenalkan putrinya, Bella hanya tersenyum dia melirik calon suaminya yang saat ini sedang sibuk dengan ponselnya.

"Dasar tidak sopan.." batin Bella.

"Ini Ansel yang akan menjadi calon Bella, Sel." panggil Papa Robert, beliau geram melihat anaknya hanya memainkan ponsel.

"Maaf Om karena ada sesuatu tadi yang sangat penting." ucap Ansel, dia melirik Bella sekilas lalu membuang muka.

"Aslinya memang lebih jelek dari pada di foto." batin Ansel.

"Tidak apa-apa nak, Om mengerti kamu orang yang sangat sibuk."

Mereka menghabiskan waktu untuk bercengkramah sembari menunggu waktu makan malam tiba, sementara Bella dan Ansel hanya diam.

Saat ini para orang tua sengaja meninggalkan anak-anaknya hanya berdua diruang tamu.

"Hei culun." panggil Ansel dengan suara yang tidak terlalu keras.

Bella menunjuk dirinya sendiri.

"Iya kamu, lalu siapa lagi dasar bodoh." Ansel mendekati Bella, ia mencengkram rahang gadis itu hingga membuat Bella meringgis, kilatan mata yang Ansel tujukkan pada Bella seperti seorang psikopat.

Tubuh wanita itu gemetaran, dirinya tidak menyangka Papanya akan menikahkannya dengan seorang iblis.

"Ingat wanita culun, kamu harus meminta pada Papa mu untuk membatalkan perjodohan ini." Ansel melepaskan rahang Bella dengan kasar, hingga membuat wanita itu terhuyung kebelakang.

Ansel berbalik, ia kembali ke tempat duduknya tadi.

"Tapi kenapa harus aku yang menolaknya, jika kamu tidak ingin, kamu bisa membatalkan perjodohan ini." ucap Bella.

Seketika Ansel menoleh ke arah Bella dengan tatapan benggisnya, Bella menunduk takut.

"Kalau saja aku bisa menolak aku tidak akan menyuruhmu bodoh, lihatlah dirimu sekarang kamu lebih pantas menjadi seorang pelayan dari pada majikan dan kamu lebih pantas menjadi pelayan resto."

Dari awal melihat fotonya, ia sudah mengetahui jika Bella pelayan culun yang dia temui di resto, daya ingat Ansel sangat tajam dia menjadi salah satu anggota gangster yang berpengaruh di kelompoknya, mengenai musuh dengan hanya melirik saja dia bisa menginggat wajah seseorang itu walau hanya sekali bertemu.

"Dan jangan pernah kamu ceritakan hal ini pada orang tuamu, jika tidak." Ansel mengorok lehernya sendiri di akhir kalimatnya.

Bella di buat merinding, tak lama orang tua mereka datang, Bella segera menghapus airmata di pelupuk matanya, agar orang tuanya tidak mencurigainya.

"Sayang bagaimana, apa kamu merasa cocok dengan Ansel?" Papa Tio duduk disamping putrinya.

"Bagaimana ini, jika aku membatalkan perjodohan ini Papa pasti akan sangat kecewa.." batin Bella.

"Sayang kenapa kamu malah melamun."

Semua orang menunggu jawaban dari Bella, terutama Ansel dia menatap Bella dengan tajam.

Bella hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun.

"Syukurlah." ucap para orang tua serempak.

Seketika wajah Ansel memerah, rahangnya mengelatuk, tangan kekar itu mengepal kuat, ternyata ancamannya tadi dihiraukan oleh Bella.

"W**anita sialan, pasti kamu hanya ingin mengincar harta keluargaku.." batin Ansel.

"Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau langsung ke acara sakralnya saja." ucap Papa Robert, beliau melirik anaknya yang sepertinya enggan dengan perjodohan ini.

"Iya benar lebih cepat lebih baik." Papa Tio menambahi.

"Pa Bella ingin pernikahan kita diadakan dengan sederhana saja, tanpa mengundang orang luar." Bella memberanikan dirinya untuk berbicara.

Bella tidak ingin membuat Ansel malu, karena bersanding dengannya di halayak publik.

"Apa kamu serius nak?" Papa Robert sedikit keberatan dengan usul Bella.

Bella hanya mengangguk, mereka pun sepakat pernikahan akan di lakukan seminggu lagi, Ansel tak pernah lepas menatap tajam wanita yang ingin di nikahinya, dia berjanji membuat hidup calon istrinya menderita karena berani menerima perjodohan ini.

Satu minggu berlalu akhirnya Bella resmi menjadi suami Ansel, yang datang ke pernikahan mereka hanya orang-orang terdekat saja, Ansel nampak geram saat ini, dia sangat jijik membayangkan harus satu kamar dengan wanita yang menurutnya sangat jelek, apa lagi perjodohan ini tidak di dasari rasa cinta.

Arka yang melihat penampilan kakak iparnya tidak percaya, jika kakaknya mau menikahi wanita itu, karena Bella jauh dari kriteria istri idaman kakaknya.

Malam pun menjelang, ribuan bintang-bintang bertebaran di langit, cahayanya yang begitu indah sangat memanjakan mata siapa pun yang melihatnya, tapi tidak seindah pernikahan Bella malam ini, Bella sekarang berada di kamar Ansel.

Saat ini dirinya duduk di ranjang king size milik Ansel, terdengar pintu kamar terbuka di lihatnya Ansel berdiri disana, Ansel segera menutup dan mengunci pintu.

"Siapa yang menyuruhmu duduk disini?" tanya Ansel.

Ansel menarik tangan Bella, ia mendorong tubuh Bella dengan keras hingga kepala wanita itu terbentur sudut meja, terlihat darah keluar dari keningnya.

Meskipun Ansel tahu jika kening Bella berdarah, pria itu tetap tidak bergeming, ia malah tersenyum mengejek ke arah Bella.

Bella meringis menahan sakit, di barengi air mata yang mengalir di pipinya.

"Malam ini dan seterusnya, kamu harus tidur dibawah tanpa Alas, aku tidak ingin satu ranjang dengan wanita sepertimu." setelah mengucapkan hal itu, Ansel berlalu ke kamar mandi.

Bella menangis kenapa hidupnya menjadi seperti ini, bukan Bella tidak bisa menolak perjodohan ini, tapi karena dirinya tidak ingin membuat Papanya kecewa.

Bella pun bergegas tidur di lantai, tanpa alas tanpa bantal, karena kepalanya terasa pusing saat ini, padahal dikamar besar itu ada sebuah sofa, bisa saja Bella tidur disana, tapi Bella tidak ingin membuat suaminya marah lagi.

Tidak lama Ansel keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk kecil, dia melirik istrinya yang tertidur dilantai, Ansel hanya tersenyum smirk, dia pun berlalu ke wardrobe, setelah memakai pakaiannya dia berjalan ke ranjang king size miliknya dan tidur dengan nyenyak, tanpa memperdulikan Bella yang kedingginan saat itu.

Pagi menjelang terlihat seorang pria tampan masih tertidur diranjang king sizenya, Bella yang semalam tidak bisa tidur nyenyak akhirnya dia bangun pagi-pagi sekali, padahal sebelum menikah dia paling susah jika disuruh bangun pagi oleh Mama Eva.

Bella bersiap ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, terlihat noda darah yang sudah mengering dikeningnya, dia pun mulai menguyur seluruh badannya dengan shower, tidak butuh waktu lama Bella keluar dengan sudah memakai pakaiannya, Bella tidak berani menata bajunya di lemari Ansel, dia membiarkan bajunya dikoper yang dia bawah.

Tidak lama terdengar ketukan pintu dari luar.

"Tok tok tok", sayang apa kalian sudah bangun, sarapan sudah siap dibawah." teriak Mama Tia.

Ansel yang mendengar kebisingan terbangun dia melirik istri culunnya yang berdiri disamping ranjang.

"Iya Ma sebentar lagi." teriak Ansel dari dalam, Mama Eva yang mengira anaknya sedang melakukan hubungan suami istri itu pun tidak ingin menganggu, beliau kembali turun.

"Apa telingga mu tuli, tidak mendengar suara Mama memanggil kita?" tanya Ansel beranjak duduk menatap Bella dari atas sampai bawah, sungguh istrinya itu membuatnya ingin muntah.

Bella menunduk dan mengelengkan kepalanya.

"Lalu kenapa kamu diam saja, oh aku tahu bukan telinggamu yang tuli tapi mulutmu yang bisu." Ansel dia berdiri menghampiri Bella.

"Cepat bicara." bentak Ansel sambil mencengkram bahu Bella, ini masih pagi tapi Bella sudah membuat pria kejam ini marah.

"Ma maaf." hanya itu ucapan yang keluar dari mulut Bella.

"Dengar ucapanku baik-baik, jangan pernah bilang kepada orang tuamu, apa lagi kepada Papa dan Mama jika aku memperlakukanmu seperti ini, jika kamu sampai mengadu, aku akan menghancurkan usaha Papamu sampai tak tersisa." ucap Ansel dengan berbisik ditelingga Bella, kemudian dia berlalu menuju kamar mandi.

Bella hanya bisa menangis saat itu, dia pun berjalan ke wardrobe menyiapkan baju kerja untuk suaminya, saat Bella ingin mengambil baju Ansel, tangan mulus itu di remas oleh Ansel hingga kulit itu terlihat memerah.

"Lepas sakiiiitt." ucap Bella meringis.

"Siapa yang menyuruhmu kesini Hah." bentak Ansel, saat ini dirinya hanya berbalut handuk.

Bella tidak berani membuka matanya. "Maaf aku hanya ingin menyiapkan baju untukmu."

Ansel mendorong Bella hingga jatuh ke lantai.

"Ingat ucapan ku baik-baik, jangan pernah kamu menyentuh sesuatu yang berada disini atau menginjakkan kaki kotormu itu disini." ucap Ansel.

Bella hanya mengangguk dia pun berdiri dan membalikkan badannya, Bella berjalan menyamping keluar dari wardrobe.

''Hufft aku harus kuat, aku tidak boleh secenggeng ini." ucap Bella menghapus airmatanya berjalan turun ke lantai bawah.

"Selamat pagi Nyonya muda." ucap Asisten yang tak sengaja berpapasan dengan Bella.

"Pagi, siapa nama kamu, kamu terlihat begitu muda." ucap Bella tersenyum dia mencoba akrab dengan para asisten, setidaknya dia mempunyai teman di mansion ini.

Asisten muda itu tersenyum, "Nama saya Ririn Nyonya muda." ucap Ririn.

"Baiklah Ririn apa kamu mau menjadi temanku." ucap Bella.

"Tentu Nyonya muda." ucap Ririn, Bella mengulurkan tangannya dan bersalaman dengan Ririn.

"Ya sudah lanjutkan pekerjaan mu, saya kesana dulu." ucap Bella, dia membenahi kaca matanya yang sedikit miring.

Ririn hanya mununduk hormat dan lekas pergi melanjutkan pekerjaannya.

"Sayang maaf Mama tadi duluan sarapan karena menunggu kamu dan Ansel terlalu lama." ucap Mama Tia dia berbicara dengan menahan senyumnya, tapi seketika senyum itu hilang saat melihat kening Bella yang membiru.

"Sayang kening kamu kenapa?" tanya Mama Tia kawatir.

Bella gelagapan ternyata Mama Tia memperhatikan luka di keningnya.

"Emm tadi malam kepentok pintu Ma." jawab Bella berusaha menutupi kegugupannya.

"Lain kali hati-hati sayang." ucap Mama Eva mengelus kepala Bella.

"Ternyata aku masih beruntung meskipun suamiku tidak menerima diriku tapi aku masih punya Mama Tia yang menyayangiku.." batin Bella.

"Oh ya Ansel kok belum turun-turun, apa dia tidak terlambat bekerja." ucap Mama Tia.

"Ansel ke kantor siang Ma hanya menandatangani berkas semuanya sudah di urus oleh Revan, kan Ansel masih dalam masa cuti." ucap Ansel yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.

"Sini sayang kita sarapan." ucap Ansel pada Bella, Bella kaget tiba-tiba suaminya bersikap manis.

Mama Tia yang melihat itu tersenyum dia pun pamit meninggalkan mereka berdua, Ansel yang melihat Bella tak kunjung duduk dia pun berdiri dan menarik tangan istrinya dengan kasar, memaksa Bella untuk melayaninya.

"Cepat ambilkan makanan untuk ku." perintah Ansel.

Bella mengangguk segera dia mengambilkan makanan untuk suaminya, saat Bella ingin duduk di samping Ansel tiba-tiba Ansel melarangnya.

"Siapa yang menyuruhmu duduk di sini sana jauh-jauh, melihat wajahmu aku jadi tidak berselera untuk makan." Ansel langsung berdiri bergegas berangkat ke kantor, untuk hari ini Ansel membawah mobil sendiri, sementara adiknya Arka dia sudah berangkat pagi tadi.

Bella hanya mengelus dada percuma juga menangis karena ini sudah menjadi pilihan hidupnya, dia hanya bisa bersabar dan bersabar.

Jangan lupa dukungannya😊

lope-lope buat pembaca🥰

Black Wolf

Saat berada di kantor Ansel mendapat kabar jika ada yang berani mensabotase jaringan perusahaan miliknya, yang tak lain ialah karyawannya sendiri, dia pun bergerak cepat untuk menyelesaikan masalah ini.

"Van siapa yang berani menyabotase jaringan perusahaan kita..?" tanya Ansel, padahal ia ke kantor hanya untuk tanda tangan berkas saja, tapi setelah mendengar hal itu dari Revan tangan kanannya, dia sangat marah, ternyata masih ada orang yang berani mengusik ketenangan seorang Ansel.

"Karyawan baru Bos dari devisi keuangan sepertinya dia seorang hacker yang menyamar menjadi karyawan, setelah sistem wab kita hilang diapun ikut menghilang." jawab Revan.

"Kurang ajar, siapa yang berani-berani mengusik ku." Ansel mengebrak meja, dia benar-benar geram, tidak tahu saja mereka yang mencari gara-gara dengan Ansel akan terkena masalah besar, bukan hanya masalah, bahkan nyawa akan menjadi taruhan jika sampai ada yang berani mengusiknya.

"Kirim foto orang itu padaku." Ansel dengan mengeletukkan rahangnya.

"Baik bos." Revan di buat merinding melihat raut wajah bosnya.

Ansel beranjak dari duduknya, dia masuk ke pintu rahasia yang hanya dirinya sendiri yang tahu, sementara Revan kembali ke ruangannya.

Ditempat rahasia ini terdapat banyak macam senjata, tidak hanya beberapa jenis pistol tapi juga banyak senjata tajam yang dia simpan diruangan tersembunyi ini.

Ansel memilih pistol semi otomatis karena bisa menampung banyak peluru, dia pun menyembunyikan pistol dibalik jas yang dia pakai, Ansel bergegas dari ruangan itu, setelah mendapat foto penghianat itu, ia menelvon para anggota nya meminta untuk berkumpul.

Anggota gangster ini terdiri dari banyak kelompok, tapi hanya empat orang saja yang memiliki keahlian lebih diantara banyaknya anggota, dari empat orang ini Ansel salah satunya, nama marga gangster yang diikuti Ansel adalah Black Wolf.

Tiga anggota black wolf sudah menunggu Ansel dimarkas mereka, tidak lama Ansel pun datang dengan wajah dinginnya.

"Ada apa lagi Sel." ucap Garvin, keahliannya ialah menguasai segala macam senjata, jangan pernah remehkan seorang Garvin, meskipun menembak dengan mata tertutup saja dia bisa.

"Aku butuh bantuan kalian." tatapan mata Ansel begitu menakutkan.

"Katakan saja Sel." ucap Felix.

Felix seorang hacker terbaik dinegaranya, bahkan Felix pernah membobol situs perbank-kan tanpa bisa dilacak oleh polisi.

"Kamu cari orang ini Fel dan kembalikan data perusahaan yang sudah dia curi." suruh Ansel menunjukkan foto penghianat itu.

Felix tersenyum smirk, sangat mudah untuknya mencari keberadaan orang sekalipun dia bersembunyi di lubang semut.

"Dan kamu Mads bunuh dia tanpa harus meninggalkan jejak." tatapan Ansel yang begitu binggas, membuat tiga anggotanya ini tersenyum miring.

"Hanya itu..?" tanya Mads dengan menarik sudut alisnya.

"Kau mengejek ku Mads." ucap Ansel penuh penekanan.

Mads hanya tersenyum smirk, "Akan segera ku lakukan, Lix kirim lokasinya." Mads dia beranjak dari duduknya meninggalkan tiga anggotanya.

Mereka bertiga pun menyusul keluar dari markas, Ansel pun kembali ke mansion dia hanya tinggal menunggu kabar saja.

*Di Mansion Ansel

Saat ini Bella sedang berkebun, seharian di mansion tidak melakukan apapun membuatnya bosan, Papa dan Mama mertuanya juga belum pulang.

Bella saat ini ditemani asisten Ririn berkebun, mereka terlihat sangat akrab, terdengar tawa riang dari bibir wanita yang di panggil culun oleh suaminya ini.

Tiba-tiba terdengar suara berat dari arah depan yang mengejutkan keduanya.

"Apa yang kamu lakukan..?" tanya Ansel, saat ini penampilan Bella begitu kotor.

Bella yang kaget langsung berdiri tegap.

"Maaf aku merasa bosan, jadi aku memilih untuk berkebun." jawab Bella menunduk.

"Cepat ikut aku." Ansel langsung meninggalkan Bella.

Bella menyusul suaminya dan mengekorinya di belakang, saat ini Ansel berjalan menuju lantai atas kamarnya, tiba-tiba saja dirinya menghentikan langkah dan berbalik, Bella yang tidak memperhatikan jalan menabrak dada bidang Ansel.

"Kamu mau kemana bodoh, lihat jas mahal ku jadi ikut kotor." bentak Ansel.

"Maaf, tadi kan kamu menyuruhku untuk mengikutimu." Bella menunduk takut.

Tanpa bicara lagi Ansel menarik kasar tangan Bella kembali ke bawah, dia menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur, Bella didorong dengan kasar hingga terjatuh, setelahnya Ansel menyiramkan air shower ke tubuh wanita yang berlumur lumpur.

"Sudah tahu badanmu penuh lumpur, kamu mau mengotori kamar ku hah." bentak Ansel.

Para asisten yang mendengar itu tidak berani menolong.

"Maaf ." Bella mulai kedinginan.

Ansel membuang shower kearah Bella, hingga menghantam kening Bella yang terluka kemarin, terlihat darah keluar lagi dari kening itu, Bella yang kesakitan menangis tersedu-sedu.

"Ririn..." teriak Ansel.

Asisten Ririn berlari menghadap tuan mudanya.

"Saya Tuan." ucap Ririn menunduk hormat.

"Ambilkan dia baju dan obati luka dikeningnya." suruh Ansel yang langsung melengang pergi ke kamarnya.

Ririn ingin ke atas tapi Tuan mudanya saat ini juga menuju kesana, dia pun berinisiatif meminjamkan bajunya pada nyonya mudanya, meskipun baju Ririn murah tapi dia sangat mengerti fashion, dia pun meminjamkan dress tanpa lengannya kepada nyonya mudanya.

"Astaga nyonya kenapa bisa berdarah seperti ini?" tanya Asisten Ririn, dia membantu Bella untuk berdiri dan memberikan bajunya untuk majikannya pakai, Bella sedikit risih memakai pakaian ini tapi bagaimana lagi tidak ada pilihan lain, suaminya sudah menunggu di atas, dia tidak ingin suaminya marah lagi.

"Terima kasih Rin." jawab Bella, setelah Ririn selesai mengobati luka dikeningnya.

"Sama-sama nyonya." Ririn merasa kasihan melihat nyonya mudanya diperlakukan seperti itu oleh majikannya sendiri.

"Baiklah aku akan ke atas dulu." ucap Bella berlalu ke atas.

Saat ini dia sudah berada didepan pintu, Bella mengurai rambutnya yang panjang karena saat ini rambutnya basah, dia juga melepas kaca matanya karena sedikit berembun terkena siraman tadi, Bella pun memberanikan diri untuk membuka pintu.

'Ceklak' bunyi pintu terbuka.

Ansel yang sudah mandi dan berpakaian santai, kini ia sedang fokus dengan laptopnya dan berbaring diranjang, seketika mata elang itu melihat ke arah pintu saat mendengar pintu itu terbuka, Ansel sedikit terpukau melihat penampilan Bella yang terlihat berbeda, walau seperti itu Ansel tetap bersikap cuek, dan kembali menatap laptop yang berada di pangkuannya.

Bella yang takut hanya berdiri didepan pintu.

"Kenapa kamu berdiri disana, cepat pijat kepalaku." Ansel menutup laptop dan membaringkan dirinya di ranjang.

Bella mengangguk ia bergegas menghampiri suaminya, pijatan Bella terasa nikmat hingga membuat Ansel tertidur.

Bella membenarkan posisi tidur suaminya, setelahnya ia turun kebawah untuk membantu para asisten menyiapkan makan malam.

Di tangga Bella bertemu Mama Tia, sepertinya sang mertua baru saja pulang.

"Ma baru pulang." ucap Bella berbasa-basi.

"Eh sayang, waah kamu terlihat begitu cantik jika tidak memakai kacamata dan mengerai rambut kamu seperti ini, iya kan Pa." ucap Mama Tia meminta pendapat dari sang suami.

"Mama benar, ternyata kita tidak salah memilih menantu." jawab Papa Robert.

Pipi Bella bersemu merah mendengar pujian dari mertuanya.

"Ya sudah Mama sama Papa mau istirahat dulu kami tadi sudah makan, nanti kalian makan berdua saja ya." Mama Tia pamit, Bella hanya mengangguk dan tersenyum.

________________________________

Jangan Lupa dukungannya untuk Author😍

________________________Like Vote Dan Komen

________________________

Kenalan sama othor yuk follow instagram othor.

Wuland4ri_05

Facebook

Wulan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!