NovelToon NovelToon

Jodoh Instan

Konsultasi

Velan memarkirkan sepeda motornya di luar gang masuk sebuah perkampungan yang ada di kawasan timur. Gang sempit yang lokasinya tak jauh dari sebuah pasar. Gang tersebut hanya bisa dilalui satu orang. Jika kebetulan berpapasan dengan orang lain tentulah salah satu dari orang yang berpapasan tersebut harus mengalah dengan merapatkan tubuh mereka ke dinding. Bangunan yang ada di area itu sangat rapat. Membuat sinar matahari terhalang dinding-dinding beton yang tinggi. Suasana perkampungan tersebut sangat suram. Terlihat anak-anak kecil bermain bola di ujung gang. 

Velan memberanikan diri untuk bertanya pada salah seorang wanita paruh baya penghuni gang yang kebetulan sedang duduk-duduk santai di depan rumahnya.

"Permisi, rumah Madam Yue di mana, ya?" tanya Velan.

"Masih terus di sana, rumah paling ujung sebelum persimpangan," jawab wanita paruh baya itu.

"Baik, terima kasih," jawab Velan.

Velan bergegas mengikuti arahan dari wanita paruh baya tersebut guna menemukan rumah Madam Yue yang dicarinya. Terlihat penghuni gang nampak menatap Velan dengan tatapan skeptis yang mesti diabaikannya. Velan harus segera tiba di rumah Madam Yue.

Velan mengedarkan pandangan pada rumah di ujung gang sebelum persimpangan yang menjadi tempat tinggal Madam Yue. Ia memberanikan diri untuk memasuki rumah dengan aura mistis yang begitu kentara. Rumah itu nampak begitu gelap padahal hari masih siang. Tentu saja rumah itu gelap,  karena berada di antara bangunan-bangunan bertingkat yang nampak kumuh.

"Permisi, permisi?" Velan mengetuk pintu kayu di hadapannya.

Pintu terbuka, sosok wanita bertubuh gempal muncul di ambang pintu. 

"Selamat siang, apa benar ini rumah Madam Yue?" tanya Velan.

Wanita bertubuh gempal itu mengamati sosok Velan dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Anda mau bertemu Madam Yue?" tanya wanita itu.

"Benar," jawab Velan ragu-ragu.

"Silakan masuk," wanita bertubuh gempal itu mempersilakan Velan masuk.

Rumah itu terbuat dari kayu dan nampak sudah begitu reyot. Lantainya terbuat dari papan yang bahkan berderit keras saat diinjak. Seorang anak laki-laki keluar dari ujung lorong. Bocah itu nampak melambaikan tangan pada Velan.

Velan berusaha tersenyum meski sama sekali tidak mengenal si bocah.

"Nenek, ada tamu," kata si wanita bertubuh gempal mengetuk salah satu ruangan kamar yang tertutup.

"Nona, silakan masuk," lanjutnya mempersilakan Velan masuk.

Velan merasa jantungnya bergemuruh saat memasuki ruangan kerja seorang paranormal yang pernah diperbincangkan oleh dua wanita asing saat kebetulan berbincang di depan kios Velan.

Velan pun setelah itu langsung berselancar di dunia maya, mencari tahu tentang eksistensi Madam Yue. Ternyata Madam Yue memang direkomendasikan oleh sebuah forum daring mistis sebagai salah satu paranormal kondang ahli perjodohan yang sudah teruji kedahsyatannya dalam mencarikan jodoh untuk para klien.

Entah keberanian macam apa yang dimiliki oleh Velan sampai ia nekat bertandang ke rumah Madam Yue. Ia sungguh berharap Madam Yue bisa menjadi solusi atas permasalahan pelik yang saat ini sedang menerjangnya tanpa ampun.

Velan memasuki ruangan kerja Madam Yue yang nampak suram dan temaram. Terbentang kain putih nampak menutupi kumpulan foto-foto, bau kemenyan bercampur aroma melati begitu menusuk hidung Velan. Velan segera duduk di kursi yang menghadap ke meja kerja Madam Yue.

Madam Yue adalah seorang wanita tua berperawakan gemuk,  berkulit pucat, dengan dandanan ala bangsawan zaman kekaisaran kuno. Rambutnya yang keperakan nampak tertata rapi. Madam Yue menatap tajam Velan dengan mata kucingnya. 

"Anda mau berkonsultasi masalah perjodohan, benar begitu?" tebak Madam Yue.

"Benar," jawab Velan.

Madam Yue mengangguk, klien yang datang memang kebanyakan adalah para pencari jodoh yang merasa sudah mati jodoh lantaran sudah mendapat predikat perawan tua,  namun belum kunjung menikah.

"Madam Yue, konon kabarnya Anda adalah pakar perjodohan sakti mandraguna, Anda bisa menjodohkan siapa pun dengan kesaktian Anda," kata Velan menatap Madam Yue.

Madam Yue menatap Velan dengan saksama. Alis tipis Madam Yue terangkat sebelah, sementara tangannya sibuk mengocok setumpuk kartu tarot.

"Bisakah saya mendapatkan jodoh secepat mungkin?" tanya Velan.

"Dari aura Anda, saya melihat bahwa Anda bukan orang yang bisa menikah dalam waktu dekat," jawab Madam Yue.

"Saya mohon Madam Yue, bantulah saya untuk mendapatkan suami dalam waktu dekat ini," lanjut Velan.

"Kenapa Anda tidak ikut kencan buta saja?" tanya Madam Yue.

"Saya sudah tidak punya waktu untuk mengikuti kencan buta, makanya saya datang untuk memohon bantuan Anda! Saya dengar Anda ahli perjodohan kilat," jawab Velan menatap lurus ke arah Madam Yue.

Wanita tua dengan penampilan nyentrik itu meletakkan kartu tarot yang sudah selesai dikocoknya.

"Begitu ya, tapi ada harga yang harus ditebus, kau pasti mengerti maksudku," kata Madam Yue.

"Berapa yang harus saya bayar?" tanya Velan.

"Nona, apakah Anda tahu kisah dongeng Putri Duyung?" tanya Madam Yue.

"Putri Duyung bahkan menukarkan suara indahnya untuk mendapatkan sepasang kaki," jawab Madam Yue.

Madam Yue mengatakan hal tersebut agar Velan paham dengan maksud Madam Yue. Bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan harus ada harga yang dibayar.

Velan merasa terintimidasi dengan tatapan Madam Yue.

"Apakah maksud Anda, saya harus menukarnya dengan sesuatu yang berharga yang saya miliki?" tanya Velan.

Madam Yue mengangguk.

"Tapi Madam Yue, saya juga harus mendapatkan pria yang tentunya sesuai dengan harga yang saya bayar," kata Velan.

"Saya mau menikah dengan pria lajang yang tidak hanya sekadar tampan, tapi juga baik, berasal dari keluarga baik-baik, dan tentunya kaya raya," kata Velan.

Madam Yue mengerutkan keningnya.

Pantas saja wanita ini tidak mendapatkan jodoh, seleranya terlalu tinggi dan dia tidak berkaca, batin Madam Yue.

"Apa Anda sudah punya target?" tanya Madam Yue.

"Target?" tanya Velan.

"Ya, pria yang akan menjadi target Anda," jawab Madam Yue. "Apa Anda punya fotonya?"

"Madam Yue, saya datang meminta bantuan Anda karena saya percaya kesaktian Anda! Kalau bisa dalam dua minggu ini saya sudah mendapatkan suami yang menjadi kriteria saya itu!" kata Velan.

Madam Yue lagi-lagi mengerutkan kening.

"Jadi, Anda tidak punya target?" tanya Madam Yue.

"Tidak ada! Yang penting saya bisa mendapatkan pria lajang yang tampan, baik, dan kaya raya dalam dua minggu ini," jawab Velan mantap.

"Tolong saya, Madam Yue."

Velan melepas kalung emas yang melingkar di lehernya. Serta gelang dan sepasang cincin emas. Semua itu merupakan perhiasan emas yang menjadi investasi Velan selama ini.

"Saat ini, hanya ini yang saya miliki," kata Velan.

"Anggap saja ini uang muka, akan saya bayar sisanya begitu saya mendapat suami sesuai dengan kriteria yang saya inginkan," kata Velan bersungguh-sungguh.

Madam Yue menghela napas berat. Kliennya ini sungguh unik. Tanpa ada target yang jelas, meminta perjodohan dengan pria tampan, baik, dan kaya raya. Biasanya para klien yang berkonsultasi padanya selalu membawa foto target.

"Apakah Anda membawa foto Anda? Pas foto hitam putih ukuran 4R," kata Madam Yue.

Velan menyerahkan selembar foto yang diminta oleh Madam Yue. Untunglah Velan sudah mempersiapkan segalanya berdasarkan informasi yang dikumpulkannya dari anggota forum mistis yang merekomendasikan jasa Madam Yue.

"Elya!" panggil Madam Yue kepada wanita bertubuh gempal yang menunggu di luar ruangan.

Elya segera masuk ke ruang kerja Madam Yue.

"Nona, berikan nomor telepon Anda pada Elya, nanti Elya akan menghubungi Anda," kata Madam Yue.

...~...

Catatan Author

Pengenalan Tokoh

Velandara (Velan)

Seorang wanita berusia tiga puluh satu tahun. Lajang, pekerja keras, dan selalu mengutamakan keluarga. Ia adalah orang yang berpikiran realistis, namun masalah pelik yang saat ini tengah dihadapi membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan memilih mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya.

...~...

Catatan tambahan dari author

Baca juga karya author yang lain yang sudah tamat, judulnya:

...Akibat Taruhan Menikah...

Akhir kata selamat membaca untuk para reader sealam semesta Noveltoon dan Mangatoon.

Semoga bisa menemani waktu senggang para pembaca dan semoga terhibur.

Selama Membaca...

Salam hangat dan manjah dari author untuk para pembaca...

xoxo

Yuk jangan lupa favorit, like, vote, komen, dan share kalau suka karya ini ya..

Perjodohan Gaib

Madam Yue masih berkutat di ruang kerjanya. Mengamati foto-foto klien yang minta dijodohkan secara gaib. Semua klien yang minta bantuan untuk dijodohkan biasanya menyertakan foto targetnya guna menyatukan dua jiwa yang terpisah untuk menjadi satu dalam perjodohan gaib yang mana nantinya diharapkan akan berjodoh di kehidupan nyata.

Madam Yue menggunakan kemampuannya untuk membaca setiap foto pasangan yang akan melakukan perjodohan gaib. Kemampuan supernya ini didapatkan Madame Yue dari warisan para leluhur.

Untuk melakukan perjodohan gaib tentu harus dilakukan dengan ritual-ritual khusus dan hanya Madam Yue saja yang paham bagaimana prosesnya. Yang pasti, namanya hal gaib tentu saja adalah yang berada di luar nalar manusia.

Dua jiwa yang terpisah hakikatnya adalah satu. Goresan takdirlah yang memisahkan dua jiwa tersebut.

Bagi Madam Yue, setiap manusia pasti memiliki benang merah yang terikat di jari kelingking, menghubungkan dua jiwa yang terpisah. Benang merah itulah yang menjadi pedoman Madam Yue untuk menjodohkan jiwa yang tadinya terpisah agar dapat diikat. Proses pengikatan benang merah gaib inilah yang disebut sebagai perjodohan gaib menurut Madam Yue.

Banyak yang berhasil dalam perjodohan instan tersebut,  namun tak sedikit pula yang gagal, lantaran masa depan selalu berubah. Sehingga perjodohan gaib ini bukan menjadi patokan bahwa dua jiwa yang bersama adalah pecahan dari satu jiwa yang tadinya terpisah.

Karena proses perjodohan gaib ini pada hakikatnya adalah menjodohkan dua benang yang tidak terikat satu sama lain untuk segera diikat.

Kasarannya sih, sama saja seperti menikung benang takdir dari dua jiwa yang belum dipertemukan oleh takdir. Tak heran kerap kali orang sampai mengeluh mati jodoh, karena bisa saja jodohnya memang belum lahir. Atau sudah ada jodohnya, namun menghindar karena banyak hal.

Madam Yue pasti meminta foto target juga dari kliennya,  karena foto tersebut akan digunakan sebagai media perjodohan gaib. Dua benang merah yang terikat di tangan masing-masing orang ini 'dipaksa' untuk bersama.

Namun satu foto yang saat ini dipegang oleh wanita tua itu tidak disertai foto target.

Foto seorang wanita yang datang memohon bantuan Madam Yue dan memberikan perhiasan emas sebagai uang muka. Ia sebenarnya tidak mematok kisaran harga untuk kegiatan tersebut. Ia selalu minta hal berharga sebagai bentuk pertukaran dan tentunya untuk melihat seberapa serius kliennya ingin mendapatkan jodoh. Sehingga kelak si klien tidak akan main-main dalam kehidupan percintaannya.

Madam Yue kembali mengamati dengan saksama foto wanita itu. Ia bisa membaca dengan jelas bahwa wanita itu sedang terdesak masalah besar. Bagi Madam Yue, wanita itu sungguh aneh.

Wanita itu meminta untuk bisa menikah dengan seorang pria lajang, tampan, baik, dan kaya raya.

Belum lagi, wanita ini meminta agar ia bisa menikah dalam waktu maksimal dua minggu. Madam Yue segera memberi tenggat waktu di balik foto hitam putih itu.

Madam Yue adalah seorang pakar perjodohan gaib, bukan biro jodoh.

Bagaimana bisa ia menentukan siapa jodoh wanita itu?

Madam Yue sadar bahwa hal ini berada di luar ranahnya. Namun ia sudah mendapatkan uang muka berupa satu set perhiasan emas dari wanita itu. Ia tentu harus bersikap profesional, jangan sampai nama baiknya tercemar hingga membuatnya kehilangan klien.

Madam Yue meraba foto si wanita, membaca masa depan wanita itu dengan kemampuan supranatural yang dimilikinya. 

Madam Yue mengerutkan kening, wanita ini sepertinya tidak akan bisa menikah dalam waktu dekat, terlebih meminta pria tampan, baik, dan kaya raya.

Bisa saja dia mendapatkan pria tampan, baik, dan kaya raya, tapi hanya dalam khayalannya saja. Itulah yang ada dalam pikiran Madam Yue.

Namun ia yakin, masa depan pasti bisa berubah.

Pintu ruang kerja Madam Yue diketuk oleh Elya.

"Nenek, ada Bu Vega datang," kata Elya.

"Silakan masuk," sahut Madam Yue.

Seorang wanita paruh baya berkulit putih dengan rambut berwarna hitam mengilap dan tertata rapi segera duduk di depan meja kerja Madam Yue. Wanita itu memakai riasan sederhana yang membuatnya nampak sangat anggun.

"Madam Yue, apa kabar?" tanya Vega.

"Seperti yang kau lihat, Vega," jawab Madam Yue mengulas senyum tipis di wajahnya yang masih nampak kencang meski usianya sudah memasuki kepala tujuh.

"Sudah lama saya tidak berkunjung kemari," kata Vega.

Madam Yue masih menyunggingkan senyumnya pada Vega.

"Apa yang membawamu kemari, Vega?" tanya Madam Yue.

"Madam Yue, ini masalah anak saya," kata Vega.

"Kenapa anakmu?" tanya Madam Yue.

"Dia belum mau menikah, padahal saat ini ia sudah harus punya pewaris keluarga," jawab Vega nampak risau, lalu mengeluarkan selembar foto hitam putih dari dalam tas tangannya.

Madam Yue menerawang foto seorang pria yang merupakan anak dari Vega.

"Anakmu belum mau menikah karena ia belum bisa melupakan wanita yang pernah menggugah hatinya," kata Madam Yue.

"Benarkah itu, Madam Yue?" Vega terbelalak.

"Anakmu masih menyimpan rasa cinta pada seorang wanita yang tak bisa ia miliki," kata Madam Yue, menerawang masa lalu pria itu dengan kemampuannya.

"Astaga," Vega mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.

"Pantas saja, dia selalu menolak perjodohan yang kuaturkan dan sama sekali tidak mau berkencan," kata Vega terdengar putus asa.

"Bagaimana ini, Madam Yue? Apa yang harus kulakukan?" tanya Vega.

"Bagaimana jika melakukan perjodohan gaib?" tanya Madam Yue.

"Perjodohan gaib?" tanya Vega.

Madam Yue mengeluarkan foto seorang wanita yang tadi ditutupi Madam Yue saat Vega masuk ke ruang kerjanya.

"Aku bisa melihat ada energi yang saling tarik-menarik antara wanita ini dengan anakmu," kata Madam Yue.

"Benarkah?" tanya Vega terlihat senang.

"Apa kau meragukanku?" Madam Yue balik bertanya.

"Tentu tidak, Madam Yue," jawab Vega.

"Saranku, mereka harus menikah dalam waktu dekat ini, bahkan dalam minggu ini!  Karena dari hasil penerawanganku, inilah saat yang tepat bagi mereka untuk menikah! Jika tidak, anakmu tidak akan pernah menikah selamanya," lanjut Madam Yue.

Vega merasa ada petir yang menyambar dalam kepalanya begitu mendengar hasil penerawangan Madam Yue. Vega sangat percaya pada apapun yang dikatakan oleh Madam Yue.

Vega adalah klien Madam Yue yang sudah mengenal Madam Yue sejak empat puluh tahun yang lalu. Ia mendapatkan suaminya berkat bantuan dari Madam Yue, bahkan mempertahankan suaminya juga berkat bantuan Madam Yue. Sehingga kini masalah anaknya pun ia serahkan pada wanita tua tersebut.

"Baiklah, Madam Yue, saya akan mengikuti saran Anda, bisakah Anda memberi saya kontak wanita itu?" tanya Vega.

Madam Yue tersenyum, satu pekerjaannya sudah selesai. Ia yakin, wanita itu tidak akan menolak perjodohannya dengan anak Vega karena anak Vega berparas tampan, baik, dan tentu saja kaya raya.

...~...

Catatan Author

Pengenalan Tokoh

Madam Yue

Paranormal kondang, pakar perjodohan gaib. Master perjodohan gaib yang konon diyakini kesaktian mandragunanya untuk menjodohkan klien yang dianggap sudah mati jodoh.

Elya

Cucu sekaligus asisten Madam Yue. Ia menjadi perantara daring untuk klien, mengingat Madam Yue adalah orang yang hidup sejak era Orde Lama.

Vega

Klien lama Madam Yue. Ia sangat mencemaskan anak laki-lakinya yang belum juga mau menikah. Berharap dengan datang ke Madam Yue akan membuahkan hasil yang ia inginkan.

...~...

Tentang Velan

Seorang wanita nampak turun dari sepeda motor yang ia kendarai. Ia menurunkan barang bawaan yang dibungkus dalam plastik besar berwarna ungu, lalu mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

Nampak teman wanita tersebut yang baru saja keluar dari sebuah gedung perusahaan langsung menghampirinya. Dengan tergopoh-gopoh wanita itu langsung mengangkat plastik besar dari sepeda motornya.

Plastik besar itu berisi kue brownis berukuran mini dalam kemasan stoples berbahan kertas berwarna cokelat. 

"Semuanya dua puluh dua stoples, ya," kata wanita itu menyerahkan selembar nota.

"Ini uangnya, Velan," kata Desi menyerahkan beberapa lembar uang.

"Terima kasih ya, Des. Oh ya, aku sudah menyiapkan uang laba semester lalu, sebentar akan langsung kutransfer, ya," kata Velan.

"Aman saja itu," kata Desi mengulas senyumnya.

"Kalau begitu aku langsung balik ke kios, kalau ada pesanan lagi, infokan saja ya, sampai nanti," kata Velan berpamitan.

"Sip, tenang saja," sahut Desi sebelum ia kembali memasuki kantornya dengan membawa plastik besar tersebut.

Velan tersenyum senang, ia sungguh berterima kasih kepada Desi yang sudah membantunya dalam menjalankan bisnis mereka, yakni mengelola sebuah kios kue skala rumahan. 

Velan menjadi korban pemutusan hubungan kerja lantaran perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan. Velan sudah berusaha mencari pekerjaan lain, namun di usianya yang sudah menginjak kepala tiga, tepatnya tiga puluh satu tahun, usia menjadi faktor yang menghambat untuk mendapatkan pekerjaan. Kebanyakan lowongan pekerjaan mencantumkan usia maksimal tiga puluh tahun untuk pekerjaan level tertentu. 

Oleh karena itu sambil mencari pekerjaan, Velan mencoba peruntungannya untuk membuka usaha sampingan dengan berjualan kue brownis berukuran mini yang dikemas dalam stoples. Berbekal kemampuan menguji resep kue yang banyak berseliweran di media sosial, di luar dugaan ternyata mendapat sambutan cukup baik dari konsumen, padahal awalnya hanya ia promosikan ke teman-temannya. Kue yang dijualnya pun kemudian menggunakan sistem buka pesanan. 

Untuk modal usaha, Velan hanya berbekal dari uang pesangon yang nominalnya tidak terlalu besar. Modal yang terbatas membuat Velan belum bisa mengembangkan usahanya secara maksimal.

Desi, teman masa SMA Velan, menjadi salah satu investornya. Desi memberi bantuan pinjaman modal untuk Velan dengan sistem bagi hasil. Usaha yang tadinya hanya menjadi sampingan itu lambat laun menjadi mata pencaharian utama Velan.

Bagi Velan memang sangat melelahkan, karena ia mengerjakan sendiri usahanya itu. Mulai dari menerima pesanan, membeli bahan-bahan kue, mengolah, mengemas, hingga mengantar langsung ke konsumen, semua harus dilakukan sendiri oleh Velan.

Velan hanya berharap bahwa lelahnya ini sungguh akan membawa berkah. Yang penting roda perekonomiannya tetap berputar sebagaimana mestinya.

Berkat kegigihannya dalam menekuni usaha serta adanya penambahan modal, Velan akhirnya bisa menyewa sepetak kios sebagai tempatnya membuka lapak dagangan. Dalam sepetak kios kecil itulah tempat ia mengadu nasib. Mengumpulkan pundi-pundi uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Velan sendiri menjadi tulang punggung utama keluarga. Ia tinggal bersama empat orang kakak laki-laki yang tidak jelas arah dan tujuan hidupnya. Sungguh usia hanyalah sekadar angka bagi keempat kakak laki-laki Velan. Mereka semua biang onar di lingkungan tempat tinggal mereka. Bapak mereka sampai terkena penyakit stroke yang akhirnya membuat orang tua Velan memutuskan pergi berobat di kampung halaman bapaknya saja, lantaran terbatasnya biaya untuk melakukan perawatan medis.

"Velan, Ibu akan membawa bapak pulang untuk berobat di kampung, saat ini kesehatan bapak lebih penting, kamu jaga diri baik-baik. Ibu mengandalkanmu untuk mengurus kakak-kakakmu," pesan ibu Velan sebelum wanita paruh baya itu pergi membawa suaminya pulang kampung.

"Ingat, jangan bertengkar dengan kakak-kakakmu," pesan ibu lagi.

Begitulah, akhirnya Velan hidup bersama empat orang kakak laki-laki yang sekali lagi hanya bisa menyusahkan Velan saja. 

Tomi adalah kakak tertua Velan, namun sikapnya yang begitu lembek membuatnya tidak pernah didengar oleh keluarganya. Pria berusia tiga puluh enam tahun itu selalu tersenyum dalam kondisi apa pun. Tomi bekerja sebagai kurir lepas yang tidak terikat. Jika tidak ada konsumen yang menggunakan jasanya, ia kerap hanya rebahan di rumah sambil menyaksikan sinetron. 

Kakak kedua Velan bernama Toro, pria berperawakan tinggi dan besar dengan tampang sangar yang membuat orang percaya bahwa pria itu adalah anggota gengster. Toro sendiri hanyalah seorang pengangguran yang kerjanya cuma bermain gitar. Setiap malam ia akan duduk nongkrong di pos ronda untuk bermain gitar hingga jauh malam. Hobinya yang mengganggu tetangga tidur itu akhirnya tersalurkan saat ia membentuk band untuk sekadar ngamen dari kafe ke kafe.

Selanjutnya ada Yoyok, kakak ketiga Velan yang memiliki karakter paling lembut dan ramah jika dibanding dengan ketiga saudara laki-lakinya yang lain. Yoyok sendiri bekerja sebagai pekerja serabutan tidak tetap. Hobinya mengoleksi tanaman hias yang ia pajang di tembok sudut teras rumah mereka.

Taki adalah kakak keempat Velan. Biang kerok yang selalu membuat onar dengan sikapnya yang selalu ngegas dalam hal apa pun. Emosi pria itu mudah sekali tersulut meski hanya karena hal sepele. Taki sendiri adalah seorang pengangguran yang memiliki mimpi begitu besar. Ia ingin menjadi vokalis band terkenal. Ia bergabung bersama band yang digawangi teman-teman nongkrongnya untuk bermusik dari kafe ke kafe. Ia dan Toro bergabung dalam band yang membuat mereka bernyanyi keliling kafe jika ada yang memanggil mereka. Jika tidak, ya, mereka akan kembali menyanyi di poskamling untuk menemani warga yang bertugas ngeronda.

Velan baru saja akan mengendarai kembali sepeda motornya saat ponselnya berdering. 

Tumben sekali kakak pertamanya menelepon, pikir Velan.

"Velan, kau di mana?" Tomi terdengar panik.

"Ada apa, Kak Tomi?" tanya Velan.

"Cepat pulang sekarang!" pinta Tomi.

"Kenapa aku harus pulang sekarang? Aku masih harus kembali ke kios, Kak," kata Velan.

"Taki mengamuk dan akan menghancurkan rumah!" seru Tomi yang jelas memperdengarkan suara panik bercampur ketakutan.

Velan mendelik gusar, lagi-lagi Taki berbuat ulah.

Dasar biang onar itu! Keluh Velan.

"Taki membongkar kamarmu, Velan," kata Tomi.

"Apa?! Membongkar kamarku?!" seru Velan terperanjat.

"Velan, makanya kau cepat pulang," kata Tomi lagi.

"Baiklah, aku akan pulang sekarang," kata Velan.

Velan segera memacu sepeda motornya dengan kecepatan penuh. Saat ini yang ada dalam pikirannya adalah segera pulang karena Taki sampai nekat membongkar kamarnya.

Dalam rangka apa pria itu membongkar kamarnya?

Apa yang dicarinya di kamar Velan?

Velan merasakan adanya firasat yang buruk. Taki memang selalu bermasalah dengan keuangannya. Mengingat Taki adalah pengangguran yang selalu menyanyi di kamar mandi dan memiliki mimpi untuk jadi penyanyi terkenal bersama bandnya. Bagi Velan, impian kakaknya itu sungguh konyol! Namun Taki tetap bersikeras memperjuangkan impiannya yang sama sekali tidak sejalan dengan prinsip hidup Velan.

Bagi Velan, bisa makan sehari tiga kali saja sudah cukup. Tidak usah bermimpi yang muluk-muluk kalau ujung-ujungnya hanya akan menyusahkannya saja.

...~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!