"Gitsna...." Seseorang dari luar pintu kamar berteriak.
"Gitsna! Buka Sayang pintunya..?"
"Sayang! Jangan gitu dong, Ok... Ayah minta maaf. Ayah salah." Katanya dari luar.
"Ayah enggak tahu perasaan Gitsna tuh gimana ? Ayah tega melakukan itu sama Gitsna..." Teriak Gitsna dari dalam.
"Iya... Maafin Ayah ya. Buka sekarang pintunya Sayang." Bujuk Yudha.
Gitsna merajuk dari pulang sekolah. Dia mengunci diri di dalam kamar tanpa bicara sepatah katapun sejak keluar kelas.
Cklek....
Yudha yang masih berdiri di depan pintu langsung menatap lurus kedepan melihat sang Buah hati yang kelakuannya masih kaya Anak anak.
"Kamu nangis ?" Tanya Yudha.
Gitsna langsung menghapus sisa air matanya.
"Enggak..." Jawab Gitsn ketus.
"Terus barusan apa ? Air hujan..." Kata Yudha bercanda.
"Bukan! Itu Mutiara..." Jawab Gitsna kesal.
"O ya. Mana mutiaranya, Ayah mau jual. Biar kita kaya."
"Udah Gitsna kantongin."
"Hihi...."
"Sudahlah Yah! Jangan bercanda. Gitsna bener bener ngambek."
"Coba Ayah liat."
"Ayah......"
"Iya maaf, Ayah salah. Gak kali kali lagi deh Ayah kayak gitu."
"Janji ya!"
"Emm...."
Gitsna mengacungkan jari kelingkingnya di depan Ayahnya.
"Janji Yah..." Kata Gitsna sambil meraih tangan Ayahnya.
Yudha mengangguk dan tersenyum.
"Yok Yah kita makan..." Ajak Gitsna sambil melingkarkan tangannya di Pinggang Ayahnya.
"Katanya gak mau makan! Mau mogok makan!" Goda Yudha.
"Hihi... Itukan tadi Yah. Sekarang mah Enggak, Gitsna udah lapar banget." Jawab Gitsna tersenyum malu.
"Makannya... Jangan sok sok an ngambek pake bilang Mogok makan. Ayah tahu, Mana bisa kamu menahan lapar dan dahaga. Apalagi kalo udah liat makanan Mamah... Beuhhh.... Langsung sikat tanpa Doa dulu."
"Hihi.... Ayah tahu aja."
"Tahu dong, Kan Ayah yang urus kamu dari Bayi."
"Iya Ayahku yang Ganteng, Yang baik, Yang...." Gitsna terus memuji Ayahnya sendiri dengan mengusap ngusap pipi sang Ayah.
Dan....
Benar juga apa yang di bilang Gitsna, Kalo Ayahnya itu benar benar masih Handsome. Meski sudah mau kepala 5.
Mereka berjalan menuruni anak tangga bersama sama dengan terus bercengkrama.
"Ih anak Ayah pandai merayu juga."
"Gimana Yah, Baguskan rayuan Gitsna ?"
"Lumayan..."
"Ih kok lumayan sih Yah!"
"Emangnya Ayah harus gimana ? Itukan menurut Ayah."
"Jadi barusan Ayah jujur."
"Ya iyalah Sayang. Bohongkan dosa."
"Jadi Gitsna harus terus belajar..."
"Iya biar pinter. Biar gak ada yang ngalahin kayak semester kemarin. Jeblong kamu ketimpuk Arif."
"Ih Ayah, Gaya bahasanya kek Orang Muda aja."
"Emangkan Ayah masih Muda."
"Astaga Ayah..... Liat tuh Pala! Udah beruban gitu."
"Haha...."
"Idih ketawa lagi."
"Emang Ayah gak boleh ketawa gitu."
"Hihi.... Boleh dong Yah. Ketawa Ayah itu bikin Gitsna Rindu."
"Rindu ??"
"Iya, Gitsna selalu Rindu melihat Ayah ketawa. Bayangan Gitsna selalu ada Bundha jika Ayah ketawa."
Denggg.....
Jantung Yudha berasa mau Copot. Seluruh badannya lemas serasa tak bertulang.
Yudha kembali teringat akan sosok Wanita yang selalu Ia cintai.
Yudha langsung menghentikan langkahnya bersamaan dengan sampai di meja makan.
"Ayah.... Ayah... Ayah baik baik saja."
Gitsna menggoyang goyangkan Badan Ayahnya yang masih terus berdiri.
"Ayah! Maafin Gitsna ya. Gitsna sudah mengingatkan Ayah kembali sama Bunda." Kata Gitsna sambil menuntun Yudha supaya Duduk.
Yudha mengangguk dan tersenyum.
"Gak papa Sayang. Ayah hanya ada yang kelupaan tentang Bundamu."
"Gitsna sudah tahu itu."
"Kenapa gak beri tahu Ayah Sayang."
"Tadinya Gitsna mau ngasih Surprise buat Ayah dan Bunda."
"O ya. Kenapa ngasih tahu sekarang."
"Kan Gitsna lupa. Lagian belum ngasih tahu juga apa Surprisenya."
"Oh iya... Yok makan."
"Iya Yah. Eh Yah, Dady pulang lambat ya ?"
"Siapa Sayang...." Tanya seseorang dengan Suara berat.
Gitsna langsung mengedarkan pandangannya ke arah asal Suara itu.
Gitsna langsung berdiri dan langsung berlari mendekati Orang itu.
"Dady......." Teriak Gitsna.
Yudha menatap penuh dengan kecemburuan ke arah mereka.
Mamah yang baru selesai menyiapkan Makanan ke atas meja tersenyum melihat kelakuan Cucu itu.
"Liat tuh... Mamah juga bilang. Mereka makin lengket."
"Tapi Mah! Yudha tetep gak akan kasih restu buat mereka."
"Ya itu terserah kamu Sayang! Mamah cuman mengingatkan."
Yudha melihat Gitsna yang bermanja manja kepada Fathan.
Ada perasaan gak rela. Yudha tetap bersikukuh untuk misahin mereka berdua.
"Kayaknya Aku harus ngomong sama Abang." Batin Yudha.
Agits terus merayu Fathan dengan tingkah manjanya.
Sesekali Gitsna menyindir kala ada harum yang berbeda di jas Dokter milik Fathan.
"Dady habis ketemuan ya! Makannya terlambat pulang ?"
"Iya...."
"Ih Dady jahat." Kata Gitsna dan langsung cemberut.
"Jahat gimana Baby.... Dady kan pria normal. Dady juga mau merasakan apa itu jatuh cinta." Jawab Fathan tanpa tahu akan bagaimana hati Gitsna.
"Apa Dady beneran gak punya perasaan sama Gitsna. Apa sebegitu susahnya buka hati Dady buat Gitsna ?" Tanya Gitsna sedikit marah.
"Astaga Sayang! Dady kan Ayah keduamu. Dady sudah sering jawab soal ini. Dady gak bisa terima perasaan kamu Sayang."
"Tapi kenapa Dady ?" Tanya Gitsna dengan suara makin meninggi.
Yudha yang baru melihat kemarahan Anaknya langsung berjalan mendekati Gitsna.
"Ada apa Sayang..."
Mamah juga mengikuti Yudha, Bersamaan dengan Papah keluar dari kamar.
"Enggak Dek, Biasa tuh ngambek. Cium bau parfum perempuan."
"Bukan...."
Fathan, Mamah, Papah juga Yudha menoleh pada Gitsna.
Apa Gitsna akan Jujur ?....
Atau terus bersembunyi di balik kebohongan yang kelihatan manis ini ?....
Jawabannya ada di Episode selanjutnya....
Perasaan Fathan gelisah...
Jantungnya Dag Dig Dug gak karuan. Keringat dingin mulai keluar bintik bintik di dahi juga hidungnya.
Dengan gerakan cepat, Fathan langsung menarik tangan Gitsna sampai Gitsna menabrak Dada bidang Fathan dan mereka terjengkang berdua.
"Aaaahhh......" Teriak Gitsna kaget.
Untung saja di belakang Fathan ada Kursi. Mereka saling tindih di atas kursi dengan posisi Gitsna di atas Fathan.
Seinciiii lagi, Gitsna mencium Bibir Fathan.
Selama beberapa menit mereka saling pandang tanpa berkata sepatah katapun.
Detik berikutnya.
"Apaan sih Dad ?" Tanya Gitsna setelah tersadar dari posisi mereka. Gitsna mengalihkan pandangannya malu.
Yudha juga yang baru tersadar akan posisi mereka langsung menarik tangan Gitsna.
"Apaan sih kamu Bang? Awas aja kalo...."
"Kalo apa ? Kalo Gue nyuri kesempatan gitu." Potong Fathan segera duduk tegap.
Mamah juga Papah hanya geleng geleng. Mereka sudah sering melihat adegan Romantis antara Gitsna juga Fathan.
"Awas Bang, Liat aja nanti." Kata Yudha tegas.
Yudha berbalik dan berjalan menghindari mereka dengan tangan Gitsna terus di tariknya supaya ikut dengannya.
"Ayah! lepasin ih! Sakit tahu..." Mohon Gitsna sambil mengayun ngayunkan tangannya.
"Diem kamu..." Bentak Yudha.
Gitsna langsung menunduk ketakutan. Kali pertama Yudha membentak dirinya.
Pelupuk matanya terasa berat dan panas.
Hiks....
Air mata keluar bersamaan suara tangis kecil dari Gitsna.
Yudha yang gak peka terus saja menarik tangan anaknya sampai di depan kamar milik Yudha.
Yudha berhenti dan berbalik.
"Sekar....."
Yang tadinya mau teriak, Yudha urungkan kala melihat anaknya menunduk dengan rintihan tangis kecil.
"Sayang.... Kamu kenapa ?" Tanya Yudha.
Gitsna mengalihkan pandangannya ke lain sisi dimana Dia gak bisa melihat wajah Ayahnya.
"Hey Sayang!" Kata Yudha sambil meraih dagu Gitsna.
"Kamu kenapa ?"
"Hiks.... Hiks...."
"Maafin Ayah ya, Ayah gak mau kamu salah ambil jalan Sayang." Kata Yudha sambil memeluk tubuh Gitsna.
Yudha membuka pintu kamar dan membawa Gitsna masuk kedalam kamarnya.
"Duduk sini ya."
Gitsna mengangguk dengan terus menangis.
Yudha berjalan mendekati lemari dan membukanya.
Yudha mengambil kotak yang bertuliskan Sayangku....
Yudha mengerjapkan kedua matanya sebentar.
"Mungkin ini saatnya Sayang." Kata Yudha sambil mengusap kotak itu.
Yudha berjalan kembali mendekati Gitsna.
"Sayang! Maafin Ayah. Ayah tahu Ayah salah, Ayah hanya ingin yang terbaik buat kamu." Kata Yudha sambil duduk di samping Gitsna.
"Ayah.... Ayah... Jahat."
"Iya, Ayah minta maaf."
"Seharusnya Ayah tuh jangan egois, Ayah gak ngertiin perasaan Gitsna."
"Ayah ngerti, Ayah tahu. Ayah sudah berpengalaman. Makannya Ayah punya kamu."
"Tapi Ayah gak boleh Egois. Ayah hanya mementingkan kebaikan keluarga ini. Bukan karna Dady Abang Ayah."
"Ayah Ego buat kebaikan kamu bukan soal kehormatan keluarga Gits! Mau pegimanapun, Abang adalah Kakak Ayah. Meski Dia gak terlahir dari Rahim Mamah."
"Tapi aku sakit Yah. Cukup Dady yang keras kepala, Ayah Harusnya dukung."
"Rasa sakit akan berubah jika kamu mau membuka hati buat Oranglain Gits."
"Gak bisa Yah! Gitsna cuman Cinta sama Dady." Tolak Gitsna lantang.
"Coba kamu belajar buka hatimu untuk Oranglain. Ayah akan restuin sama siapapun yang kamu pilih."
"Gak mau."
"Sayang!" Panggil Yudha lembut.
Yudha memeluk erat anaknya bak anak kecil.
"Cintamu ini masih Cinta monyet. Kamu masih kecil, Belum tahu benar apa itu artinya."
"Ayah! Gitsna sudah 17 tahun. Gitsna udah besar, Udah pantas mendapatkan balasan Cinta. Udah pantas mempunyai pilihan untuk pendamping hidup."
Yudha mengelus rambut Gitsna sayang.
"Ayah akan dukung 100% jika bukan dengan Abang."
"Tapi kenapa Yah! Kenapa ?"
"Seperti biasa, Ayah hormati Abang sebagai Kakak kandung Ayah. Bukan sebagai Kakak angkat Ayah."
Yudha mengambil kotak tadi yang ia letakan di atas kasurnya.
"Sayang.... Mungkin ini adalah hadiah dari Bunda untukmu." Kata Yudha sambil meletakan kotak itu di atas paha sang anak.
"Apa ini Ayah?"
"Kamu buka aja! Dan pikirkan baik baik." Jawab Yudha sambil mengelus rambut Gitsna sebentar.
Setelah itu, Yudha pergi meninggalkan Gitsna sendiri di dalam kamarnya.
Fathan yang sedari mengintil dan menguping pembicaraan mereka.
Dia langsung turun tergesa gesa kala melihat Yudha bangkit dan berjalan ke arah pintu.
"Huh... Hah...." Fathan mengelus dadanya mengatur napas.
Bukkk.....
"Oh Baby... My Sweety... Ampuni aku. Aku gak akan nguping lagi." Kata Fathan repleks karena kagett.
"Apaan sih Bang! Ini Papah." Jawab Papah sambil mesem mesem.
Fathan menoleh kebelakang dan tersenyum masih dengan napas terengah engah.
"Oh Papah, Kirain Gi.... Gits..." Fathan bicara ragu ragu.
"Apa? Gitsna, Cucu kesayanganku?"
"Hihi...." Fathan tersenyum.
"Malah senyum." Cibir Papah.
"Hm...."
"Kalo gitu! Kamu ikut Papah yuk. Ada sesuatu yang akan Papah sampaikan." Ajak Papah.
"Soal apa Pah?"
"Ikut aja dulu, Jangan banyak tanya."
"Hihii... Ok Pah." Jawab Fathan. " Sama Yudha juga?" Tanya Fathan.
"Nanti kalo urusan Papah sama kamu udah kelar, Papah akan panggil Yudha." Jawab Papah sambil berjalan terlebih dahulu.
"Oh, Ok Pah." Jawab Fathan Dag Dig Dug.
"Astaga... Ada apa ini, Apa Papah akan nikahin Gue ama Gitsna ya." Batin Fathan. " Tapi, Amiin dong kalo benar, Tapi.... Gimana kalo Papah sama Yudha sama. Mereka akan misahin kita berdua." Fathan terus bergerutu di dalam hatinya sambil berjalan mengikuti langkah Papahnya.
Dukkk.....
"Aduhhhh.... Sakit Pah." Kata Fathan sambil menggosok jidatnya.
Papah yang merasa terpanggil langsung menoleh kebelakang.
"Ada apa Bang?"
Fathan langsung mengangkat kepalanya.
"Oh astaga! Ternyata Gue kejedot pintu. Bukan kejedot punggung Papah. Lagian ni pintu sama kaya Punggung Papah yang tinggal tulang aja." Gerutu Fathan.
"Bang! Ada apa ?"
"Oh ini Pah. Abang lupa sesuatu." Jawab Fathan ngeles sambil terus menggosok jidat.
"Oo..."
"Iya Pah." Jawab Fathan sambil masuk dan menutup pintu kembali.
Mereka Duduk di bangku melingkar yang sering mereka gunakan untuk membahas tentang perusahaan jika koleps.
"Em... Ada apa ya Pah. Abang udah penasaran."
"Haha... Abang Abang,,,, Kamu tuh dari dulu rajanya Kepo."
"Hihi.... Papah ada ada aja."
"Emang benerkan."
"Iya sih Pah. Ginilah Pah, Kalo pekerjaan sebagai Dokter. Harus Kepo... Segala di tanya pada pasiennya." Jawab Fathan santai.
"Hha... Si Abang."
"Hihi... Terus ada apa Pah."
"Gini....." Kata Papah menjeda yang sangat lama.
"Apa Pah ? Soal Gitsna atau Soal Rs.?" Tanya Fathan.
"Serius ya ."
Fathan mengangguk paham.
"Papah mau nanya sesuatu tentang Gitsna terlebih dahulu." Kata Papah serius.
Fathan yang tadinya menopang dagunya di atas meja dengan kedua tangannya.
Kini Dia langsung duduk dengan tegak.
Huh.... Hah.... Huh.... Hah....
Fathan menarik napas sedalam dalamnya. Dia memperkirakan sesuatu yang akan terjadi setelah ini.
"Abang... Abang... Minta maaf Pah. Tapi, Abang bener bener meny..... Meny...." Sebelum Papah bertanya, Fathan ingin mengakui semuanya terlwbih dahulu.
"Papah sudah duga itu."
"Tapi Pah, Jangan pisahin kami berdua. Abang akan lakukan segala cara buat mengalihkan perhatian Gitsna Pah." tukas Fathan.
"Kenapa begitu..?
"Abang.... Abang tahu diri Pah. Abang emang Cinta sama Gitsna. Tapi bukan sebagai Ayah keduanya. Melainkan Cintanya seorang Pria pada Wanita." Jelas Fathan.
"Terus...." Papah berusaha membuka semuanya.
"Ya Abang... Cinta dan Sayang sama Gitsna melebihi itu. Abang tahu kalo Gitsna pun sebaliknya. Sebagaimana Dia berusaha selama bertahun tahun ini. Dia sering mengatakan hal itu pada Abang Pah, Tapi Abang akan berusaha menolaknya agar Dia menjauh sedikit demi sedikit dari Abang."
"Loh.... Ko...."
"Abang rela di bencinya Pah, Dari pada Dia malu memiliki Lelaki kayak Abang."
"Maksudnya ?"
"Papah pikirkan dulu. Bagaimana kalo Abang benar2 jadi pasangan dengan Gitsna ? Apa kata Orang Pah."
Papah mengangguk. " Tapi kamu juga udah tahukan kalo Abang tuh bukan Kakak kandung Yudha."
"Iya, Abang tahu. Tapi....." Fathan menjedanya sebentar.
"Tapi apa Bang ?"
"Barusan... Abang nguping di atas. Kalo alasan Yudha gak merestui Kami karna Yudha menganggapku Abang kandungnya. Bukan Abang angkatnya."Kata Fathan meneteskan air mata haru.
Papah berdiri dan berjalan mendekati Fathan.
Papah mengusap punggung tegak Fathan, Papah memberikan kekuatan pada anak Sulungnya.
"Kalo emang itu keputusanmu. Papah akan dukung keputusan apapun yang akan kamu ambil."
"Makasih Pah."
"Iya, Tapi jangan Kamu lupakan perjuangannya selama ini. Jadikan tuh Motivasi buat kamu nyari yang baru."
"Pasti Pah."
"Jodoh gak bakalan salah orang Bang." Kata Papah sambil duduk kembali ke hadapan Fathan.
"Iya Pah. Abang juga akan selalu ingat pengorbanan keluarga ini. Dari yang gak ada apa2, Kini punya segalanya. Adik yang benar2 menyayangiku melebihi apapun. Papah, Mamah yang mencintai juga menyayangiku. Dan.....
Baby yang imut juga menggemaskan sekali." Kata Fathan.
"Semoga kamu di mudahkan mendapatkan jodoh yang baik."
"Amiiinnnn...." Jawab mereka berdua.
Tanpa mereka sadari, Ternyata Yudha juga Mamah menguping pembicaraan mereka di balik pintu yang tertutup.
Hadeuuhhhhh.....
Keluarga tukang nguping....
Keponya melebihi saya sebagai penulisnya😁😁....
Syukaaa enggak sama ceritanya ???
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!