Seorang gadis dengan paras yang cantik dan senyum memikat itu kini sedang melangkahkan kakinya di bawah langit berwarna jingga dengan earphone yang menempel di telinganya, senandung kecil keluar dari mulutnya menyanyikan lagu yang saat ini sedang dia dengar.
Gadis berparas cantik tersebut baru saja pulang dari sekolahnya, bersekolah di salah satu sekolah ternama di daerah Bandung, SMA Pelita Harapan. Dia baru saja duduk di bangku kelas 10 SMA.
Bahkan ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, dia berharap hari pertama nya itu bertemu dengan kakak kelas baik hati, tampan dan mencintai dirinya namun ini adalah realitanya tidak ada kakak kelas yang di ceritakan dalam novel-novel.
Ini lah kesehariannya, datar, tidak menarik, tidak ada yang spesial dan bahkan tidak ada warna sama sekali, kesehariannya ini tidak seperti layaknya cerita dalam novel yang sering dia baca. Meskipun saat ini dia sudah memiliki tambatan hati tapi kisah asmara nya itu tidak seromantis dan tidak seasik dalam novel.
Namun ada satu hal yang dia sembunyikan dari semua orang, bahkan dari keluarganya, gadis berparas cantik yang sedang berjalan sambil menatap langit senja itu memiliki kemampuan untuk melihat mereka yang tak kasat mata.
Kurang lebih kesehariannya ini selalu di warnai dengan hal-hal berbau mistis, di temani dengan nyawa tanpa raga atau sering kita sebut sebagai hantu, percaya atau tidak itu adalah kenyataannya, bertemu dengan mahluk mengerikan setiap harinya, di kagetkan dengan kemunculannya yang secara tiba-tiba bahkan tidak tahu tempat.
Saat ini saja banyak sekelebat bayangan yang melewati tubuhnya, terkadang sesekali dia memalingkan wajahnya ketika ada sosok yang tahu akan kebenaran bahwa dia bisa melihat mahluk tak kasat mata.
"Apa kamu bisa melihat wajah ku ini?" tanya sosok yang kini sedang berada di hadapan gadis tersebut.
Gadis itu tak menghiraukan pertanyaan mahluk yang kini berada di depannya, dia seolah acuh tak acuh dengan kehadirannya, sosok seperti itu terkadang sering meminta sesuatu yang lebih terlihat dari wajahnya yang sangat mengerikan.
Namun saat dia sedang menatap indahnya langit senja dan senandung lagu yang dia nyanyikan tiba-tiba saja lagunya itu terhenti, di ganti dengan suara seseorang yang meneriakkan namanya.
"Naraa!!" teriak seseorang yang memenuhi gendang telinganya itu.
Gadis yang kini sedang memejamkan matanya karena teriakan dari telpon tersebut bernama Renara Maharani, dia sering di panggil Nara atau Ara.
"Apa sih Ma?" tanya Renara si gadis yang memiliki kemampuan untuk melihat mereka yang tak kasat mata.
"Ini udah jam berapa? mau sampai kapan di jalan terus?" tanya orang yang sedang menelpon Renara. Orang tersebut adalah Ibunya Renara, Zanna Zelinda.
Zanna Zelinda bukanlah seorang ibu yang mengekang anaknya, dia selalu membiarkan anaknya melakukan apapun selama bisa menjaga diri dan tidak merugikan orang lain.
"Iya Ma, bentar lagi nyampe kok," jawab Renara pada Ibunya itu.
"Kenapa gak bareng sama abang kamu Ra?" tanya Zanna.
Renara memiliki satu kakak laki-laki yang saat ini bersekolah di sekolah yang sama seperti dirinya SMA pelita harapan, kakaknya itu bernama Daren Arendra, bisa dibilang bahwa Daren termasuk list siswa tertampan di sekolahnya, tak sedikit orang yang selalu mendekatinya tapi Daren tidak pernah menanggapinya, padahal apa yang di mereka kejar dari Daren? Ke kanak-kanakan, receh, galak, posesif, banyak sekali minusnya di mata Renara namun minusnya itu tertolong oleh wajahnya yang melebihi rata-rata.
"Ara lagi pengen jalan Ma," jawab Renara, saat dia sedang mendengar celotehan ibunya itu ada kepala yang menggelinding ke bawah kakinya membuat dirinya terlonjak kaget, namun dengan cepat dia menetralkan kagetnya dan memalingkan wajahnya ke arah matahari yang kini mulai tenggelam.
"Ya udah cepetan pulang, kamu anak gadis, nanti kalau di jalan ada apa-apa gimana?" tanya Ibunya Renara yang khawatir terjadi apa-apa dengan anak gadisnya itu.
Iya ma, hampir aja tadi Nara nginjek kepala buntung, ucap Renara dalam hati sambil menghela nafasnya.
"Iya ma, Nara bisa jaga diri kok ma, Mama tenang aja, bentar lagi nyampe," jawab Renara.
"Mama tunggu di rumah, makanan udah siap, Mama tutup telponnya," ucap Ibunya Renara sambil menutup sambungan telponnya secara sepihak tanpa menunggu jawaban dari anak nya itu.
Suara alunan musik kembali memenuhi telinganya, seolah suara itu masuk dengan sopan kedalam indra pendengarannya setelah beberapa menit yang lalu mendengar celotehan dari ibunya yang mampu membuat pendengarannya itu pecah tiba-tiba.
Renara melihat kearah jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangannya, dia melihat jam itu sudah menunjukkan pukul 17.10 , pantas saja ibunya menelpon Renara, ternyata dirinya sudah terlalu lama berjalan, dia pun melihat sekitar jalanan yang sudah sepi dan lenggang bahkan tidak ada sama sekali suara deru motor melewati jalanan tersebut.
"Kenapa tiba-tiba sepi?" tanya Renara sambil menatap jalanan yang terlihat sepi itu, hanya ada dedaunan kering yang jatuh dari atas pohon yang di terpa oleh hembusan angin sore.
"Perasaan tadi masih rame," sambung Renara yang kini mempercepat jalannya itu, dia sudah merasa tidak ada yang beres bahkan dia merasakan tidak enak hati.
Ternyata feeling nya itu benar, dia bertemu dengan segerombol preman yang sedang melangkahkan kaki kearah dirinya, anehnya kenapa tiba-tiba ada preman di sekitar jalan ini, biasanya tidak ada.
Mampus. ucap Renara sambil menatap kearah segerombol preman tersebut.
Inilah yang dia takuti, bertemu dengan orang-orang jahat di waktu yang tidak tepat, jika Renara di beri pilihan antara bertemu dengan seribu sosok mengerikan dengan sekelompok manusia berwajah sangar, dia lebih baik memilih bertemu dengan sosok mengerikan, karena mereka yang tak kasat mata bisa di lalui begitu saja sedangkan manusia seperti ini jika lari akan di kejar sampai dapat dan jika berjalan santai kadang perlakuannya tidak senonoh.
"Mampus, gimana gue lewat jalan situ?" tanya Renara yang masih diam mematung menatap segerombol pria yang kini sudah mulai mendekat kearahnya.
Renara melangkahkan kakinya mundur saat di kira preman tersebut mulai mendekati dirinya.
Tuhan, tolongin Nara, ucap Rnara dalam hati sambil melangkahkan kakinya mundur dan ber ancang-ancang untuk berlari.
"Mau kemana?" tanya salah seorang pria yang wajahnya sudah tidak muda lagi, berwajah seram, memiliki kantung mata dan lingkar hitam di sekitar matanya.
"Permisi om, mau lewat," jawab Renara sambil tersenyum namun ancang-ancang untuk berlari nya masih dia persiapkan jika preman tersebut berani menyentuhnya.
"Kamu panggil saya om?" tanya preman tadi.
"Emang om gak sadar sama muka om sendiri ya?" tanya Renara.
"Wah berani dia bos," ucap salah satu anak buah dari preman tersebut dengan penampilan yang urakan.
"Sikat," ujar Preman yang baru saja Renara tanya.
Saat preman tersebut ingin menyentuh Renara, dia langsung berlari ke arah yang berlawanan dari rumahnya, padahal sedikit lagi dia akan sampai, namun apalah daya ketika ada segerombol preman tersebut.
Renara berlari sekuat tenaganya, dia selalu merapalkan doa-doa kepada tuhan agar dirinya bisa di selamatkan dalam situasi seperti ini.
Tuhan tolong Ara, siapapun tolongin Ara, ucap Ara dalam hati dengan nafas yang sudah tidak beraturan bahkan tenaganya kini sudah habis terkuras dengan keringat yang membanjiri pelipisnya.
Renara terlalu lengah sampai dia tidak sadar preman itu mengendap-ngendap untuk menyentuh pergelangan tangannya.
"Kena kamu!" teriak preman tersebut sambil memegang pergelangan Renara, sedangkan dia langsung terlonjak kaget saat preman tersebut berhasil menangkap dirinya.
"Aku mohon lepasin om," ucap Renara dengan nafas tak beraturan sambil mencoba untuk melepaskan genggaman yang sangat kuat di pergelangan tangannya, hingga membuat tanda merah di pergelangannya itu.
"Sakit.. " ringgis Renara saat pergelangannya itu di genggam erat.
Siapapun tolongin Nara. ucap Renara dalam hati, dia berharap ada seseorang yang membantunya dalam keadaan seperti ini.
Saat Renara berdoa seperti itu dia mendengar suara deru motor menghampiri dirinya, Tiba-tiba seulas senyuman terukir di bibir Renara, doa nya terkabul, setidaknya untuk hari ini saja.
"Lepasin cewek itu," ucap orang tersebut dengan suara berat tanpa membuka helm yang dia pakai.
Renara melihat kearah lelaki tersebut sambil mencoba untuk melepaskan genggaman tangannya saat preman tersebut lengah karena kehadiran orang yang kini berada di belakangnya.
Lepas. ucap Renara dalam hati saat genggamannya itu lepas, tanpa berpikir panjang dia langsung bersembunyi di balik punggung orang yang sudah menolongnya itu.
"Wah pahlawan kesiangan lewat," ujar Preman yang Renara tau itu adalah bosnya.
"Ck, ayo pergi," ajak orang tersebut sambil menggenggam tangan Renara untuk naik keatas motornya.
Tanpa berpikir panjang Renara langsung naik keatas motor pria tersebut, feeling nya mengatakan bahwa pria itu baik, terlihat dari bagaimana cara dia menggenggam tangan Renara yang masih memerah.
"Mau lewat gitu aja," ucap anak buah preman tersebut.
"Minggir," ujar pria tersebut dengan singkat namun terkesan membunuh.
Saat ini Renara masih berada di tempat segerombol preman tadi bersama dengan seorang pria yang menolongnya, padahal Pria tersebut tidak mengenali Renara.
"Lawan kita sebelum lewat," ucap Preman tersebut sambil memegang motor yang kini sedang Renara naikki.
"Lo siapa?" tanya Pria tersebut dengan nada kesal dan sepertinya pria yang sudah menolongnya itu mulai tersulut emosi.
"Gue, penguasa jalan sini, lo mau apa hah? bocah!" bentak Preman tersebut sambil menatap tajam.
Renara dapat melihat perubahan sikap dari Pria yang menolongnya itu sudah mulai terpancing emosi, terlihat dari kepalan tangannya, dengan cepat Renara langsung menggenggam tangan pria tersebut.
Renara tau apa yang akan terjadi selanjutnya jika pria yang bersama nya ini turun dan di pukuli habis-habisan oleh preman yang ada di depannya.
"Udah, jangan dilayanin, kalau lo layanin dia lo sama aja kayak mereka, lebih baik kita pergi aja," bisik Renara, Pria itu menatap kearah spion untuk melihat wajah Renara yang sedang berbicara padanya itu.
Pria tersebut nampak berpikir beberapa saat sebelum pada akhirnya menepis tangan Renara yang menggenggam tangannya.
"Sakit tau!" bentak Renara saat tangannya di tepis oleh pria yang menolongnya itu, padahal tadi pria tersebut dengan leluasa menggenggam tangannya.
"Berisik." ucap Pria tersebut. Sedangkan Renara hanya memeletkan lidahnya lewat kaca spion saat pria itu menatap nya dari arah spion.
"Pegangan kalau lo mau masih hidup," ucap Pria tersebut.
"Dih ogah," ujar Renara.
"Terserah," ucap Pria tersebut.
Pria yang tidak Renara kenali itu mulai menyalakan mesin motornya dan tanpa aba-aba pria tersebut langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi hingga dirinya hampir terjengkang ke belakang jika dia tidak cekatan memeluk pinggang pria tersebut.
Renara tidak dapat melihat dengan jelas pepohonan yang ada di jalanan, semuanya seolah seperti sekelebatan saja saking kencangnya laju motor pria tersebut bahkan dia hampir tidak bisa bernafas.
"Udah," ucap Pria tersebut, Renara merasakan laju motor tersebut sudah di batas standar, dia dapat merasakan dari angin yang menerpa rambutnya dengan tenang tidak seperti tadi, rambutnya seperti ingin terbang mencapai langit.
"Lo gila ya? kalau mau mati jangan ngajak gue," ucap Renara geram, dia masih belum menyadari bahwa dirinya masih belum melepaskan pelukannya pada pinggang pria tersebut.
"Rumah lo dimana?" ujar pria tersebut.
"Rumah gue? Mau ngapain?" tanya Renara.
"Terus lo mau pulang kemana?" tanya pria tersebut, dalam seketika pertanyaan pria tersebut membuat Renara tersadar dari lamunannya.
"Rumah gue pertengahan jalan sana blok B," jawab Renara.
"Blok B?" tanya pria tersebut.
"Iya, lo budeg apa gimana sih?" tanya Renara yang kesal dengan tingkah pria tersebut.
"Terserah," jawab Pria tersebut.
Ketika mereka sampai di rumah yang bertuliskan Blok B itu, pria tersebut langsung memasukkan motornya kedalam pekarangan rumahnya.
"Makasih," ucap Renara sambil tersenyum dan sudah turun dari motor sport milik pria yang menolongnya itu.
"Hm," gumam pria tersebut sambil melepas helm nya yang sejak tadi menutupi wajahnya itu.
"Siapa Ra?" teriak suara seorang pria.
"Temen bang," sahut Renara, Pria yang berteriak itu adah Daren, kakak kandung nya Renara.
"Sejak kapan lo temen gue?" tanya pria yang kini sudah melepas helm nya itu.
Renara melihat wajah tampan dari pria tersebut, hidung mancung, mata berwarna coklat layak nya orang Indonesia pada umumnya tapi wajahnya lebih mencerminkan luar negri.
"Ra," panggil Daren yang sedang menggunakan jam tangannya itu.
"Eh, bang ini, temen Ara," sahut Renara.
"Siapa?" tanya Daren yang masih menggunakan jam tangannya itu, setelah selesai menggunakan jam tangannya Daren langsung melihat kearah pria yang mengantar Renara pulang, dia menyipitkan mata melihat pria tersebut.
"Sam?" tanya Daren saat melihat pria yang mengantar adik nya itu.
"Iya, kenapa kaget lo?" tanya pria tersebut.
Pria yang menolong Renara itu adalah Irsyam Anggara Putra, sahabat dari Daren- kakaknya Renara. mereka baru bertemu lagi setelah sekian lama berpisah.
"Sejak kapan lo pulang?" tanya Daren.
"Udah lama," jawab Irsyam.
"Makin ganteng aja lo sam," ucap Daren sambil menatap Irsyam yang terlihat tampan, sedangkan Irsyam hanya menanggapinya dengan wajah ketus dan soal Renara, dia hanya menonton antara dua insan yang saling mengenal ini.
"Abang kenal dia?" tanya Renara.
"Iya, dia sahabat abang Ra," jawab Daren.
"Kok Ara gak pernah liat sih bang?" tanya Renara sambil menatap wajah Irsyam, dari sekian banyak sahabat Daren yang sering ke rumah dia belum pernah sama sekali melihat pria yang menolongnya ini.
"Ya gimana mau liat, orang dia di luar negri," jawab Daren. Renara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Tapi sahabat abang yang satu ini kenapa nyebelin ya?" tanya Renara yang langsung berlari secepat kilat sebelum dirinya di tampar lagi oleh ocehan pedas dari pria yang bernama Irsyam.
"Nara!!" teriak Daren kesal, sedangkan Renara hanya memeletkan lidahnya dan setelah itu hilang dari pandangan mata.
"Adik lo?" tanya Irsyam sambil tersenyum tipis melihat kelakuan adiknya Daren.
"Iya, dia emang nyebelin, eh tapi kenapa lo bisa ketemu sama dia?" tanya Daren penasaran saat Irsyam datang bersama Renara, namun saat Irsyam ingin menjawab pertanyaan Daren tiba-tiba saja ada satu teriakan yang mampu membuat mulut Irsyam bungkam tidak menjawab pertanyaan Daren.
"Abang! kata Mama suruh temen yang nyebelin itu masuk ke rumah!" teriak Renara dari atas balkon kamarnya yang masih menggunakan seragam sekolahnya.
"Berisik!" ucap Daren dan Irsyam bersamaan setelah mendengar teriakan tersebut sambil menatap kearah Renara yang kini tersenyum senang karena teriakannya itu mampu membuat orang kesal.
Setelah di rasa sudah selesai mengganti bajunya, Renara bersiap-siap untuk turun kebawah, karena sejak tadi Zanna-mamanya Renara terus saja memanggil namanya dengan nada yang membuat telinga semua orang pecah.
"Nara!!" teriak Zanna pada anak gadis nya itu.
"Iya bentar ma, Nara lagi jalan dulu," sahut Renara sambil melangkahkan kakinya menuju meja makan.
Sesampainya di meja makan Renara tidak melihat Daren-kakaknya itu, biasanya dia yang akan mengompori Zanna untuk memarahi dirinya.
"Abang mana Ma?" tanya Renara sambil mendudukkan dirinya di salah satu kursi meja makan di sebelah mamanya.
"Lagi di kamar, sama sam," jawab Zanna yang sedang menghidangkan lauk pauk di piring Renara.
"Gak udah banyak-banyak ma, segini aja cukup," ucap Renara. Zanna menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Oh iya ma, yang namanya Sam itu temennya abang ya?" tanya Renara.
"Iya, Sam seumuran sama abang kamu dan katanya dia sekolah di sekolah yang sama kayak abang kamu," jawab Zanna.
"Abang sedeket itu sama Sam? padahal Nara gak pernah ketemu sama yang nama nya Sam Sebelum-sebelumnya, bahkan abang gak se excited ini kalau ketemu sama temennya," ucap Renara bingung dengan sikap Daren yang menganggap bahwa Sam itu sudah seperti saudara kandungnya.
"Mending kamu tanya sama abang kamu, kenapa dia bisa se excited itu, mama gak terlalu tau tentang persahabatan mereka," ujar Zanna sambil mengelus lembut rambut Renara.
"Oke mah, nanti Nara bakalan ngumpulin pertanyaan yang banyak, pokoknya Nara harus tau kenapa abang bisa se excited itu sama Sam, padahal orang nya nyebelin," ucap Renara
......................
15 menit berlalu, saat ini Renara sedang menyiram halaman rumahnya sambil bersenandung kecil di bawah cahaya rembulan malam ini.
Ini adalah salah satu kebiasaan aneh yang sering dia lakukan, Renara selalu menyiram halaman rumahnya ketika malam hari, rasanya seperti ada ketenangan sendiri, mendengarkan air mengalir, heningnya malam dan indahnya cahaya bulan dan bintang yang bertaburan di langit.
"Lah, cowok nyebelin itu masih disini?" tanya Renara pada dirinya sendiri saat melihat ada motor sport milik pria yang menolongnya itu.
"Kenapa emangnya? masalah buat lo?" tanya seseorang yang berada di ambang pintu keluar, Renara yang mendengar suara menggema dan tiba-tiba itu terlonjak kaget.
"Lo gak usah ngagetin!" ucap Renara kesal.
"Yang buat lo kaget siapa? gue cuman jawab apa yang lo tanyain," ujar Irsyam, si pemilik motor tersebut yang kini berada di ambang pintu.
Namun di saat Renara ingin menjawab perkataan Irsyam, tiba-tiba saja dia melihat di ujung halamannya itu berdiri sosok berbaju putih dengan rambut yang menjuntai panjang sedan bersenandung kecil mengikuti lirik yang Renara ucap tadi dan dengan seringai yang mengerikan menatap kearahnya.
Renara di buat diam mematung melihat seringai mengerikan itu, apalagi wajahnya hancur dan darah yang menetes dari wajahnya itu menambah kesan mual bagi siapapun yang melihatnya.
"Lo kenapa? liat hantu?" tanya Irsyam dari ambang pintu dengan senyum yang mengejek.
"Apa masalahnya sama lo?!" jawab Renara kesal saat melihat senyuman mengejek dari cowok yang sangat menyebalkan baginya.
"Gak ada masalahnya sih, itu masalah lo sendiri, ngapain repot ngurusin idup lo," ucap Irsyam.
"Terserah." ujar Renara kesal sambil sesekali melihat kearah sosok mengerikan yang kini mulai mendekati dirinya.
"Mau diem diluar terus? atau mau masuk kedalam?" tanya Irsyam yang kini mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
Renara yang melihat Irsyam melangkah pergi itu di buat bingung, di satu sisi dia gengsi mengikuti pria yang menyebalkan itu dan di sisi lain dia juga takut dengan sosok mengerikan yang kini mulai mendekati dirinya dengan wajah yang terlihat jelas dan mengerikan.
"Bodo amat lah, gue buang gengsi dulu, daripada gue ketemu sama yang beginian kan?" gumam Renara yang mulai mematikan kran air nya.
"Woi, tungguin guee!!" teriak Renara sambil berlari menyusul Irsyam yang saat ini tersenyum tipis menatap wajah ketakutan Renara.
Mereka berdua masuk kedalam rumah, meninggalkan sosok berpakaian serba putih yang sangat mengerikan itu.
......................
"Btw, lo sekolah di SMA pelita harapan?" tanya Renara yang kini berjalan di samping Irsyam.
"Iya," jawab Irsyam seadanya.
"Berarti lo murid baru?" tanya Renara.
"Iya," jawab Irsyam.
"Kelas berapa?" tanya Renara.
"Kayak abang lo," jawab Irsyam.
"Sejak kapan lo kenal abang gue?" tanya Renara penasaran.
"Dari kecil," jawab Irsyam singkat.
"Bisa lo ceritain sedikit gak kenapa atau gimana lo bisa ketemu abang gue?" tanya Renara.
"Jalan, ketemu jadi temen, udah," jawab Irsyam singkat, sedangkan Renara yang mendapat jawaban singkat dari tadi itu mulai merasa kesal kembali, dia sangat tidak menyukai jawaban yang singkat, meskipun singkat, padat dan jelas tapi Renara tidak menginginkan hal yang sesingkat itu.
"Kamus bahasa lo dikit apa gimana sih?" tanya Renara kesal.
"Iya," jawab Irsyam singkat, pria menyebalkan itu seolah tidak peduli dengan kekesalan Renara.
"Males ngomong sama cowok nyebelin kayak lo," ucap Renara kesal sambil berlalu pergi dengan menghentakkan kakinya menuju anak tangga, meninggalkan Irsyam yang terkekeh melihat tingkah Renara yang seperti anak kecil namun kesan galak dan judes nya itu yang membuat Renara seperti orang dewasa.
"Mama!!" teriak Renara dengan suara yang nyaring dan lantang mampu membuat seisi rumah menutup kedua telinganya mendengar teriakan seperti itu.
"Kenapa? Mama lagi di kamar abang kamu," sahut Zanna.
Setelah mendapat sahutan seperti itu Renara membalikkan tubuhnya menatap Irsyam yang sedang menutup kedua telinganya itu.
"Rasain lo!" ucap Renara kesal saat melihat Irsyam yang menutup kedua telinganya, namun disaat dirinya ingin melangkah pergi, sorot matanya kembali tertuju pada sosok yang dia temui tadi sedang berada di ambang pintu rumahnya.
Dengan seringai yang masih sama mengerikannya, dan darah yang menetes ke lantai.
"Kamu dapat melihat ku kan?" tanya sosok mengerikan itu dengan suara tawa yang melengking, suara tawa itu mampu membuat Renara menutup kedua telinganya dan memejamkan matanya, ini adalah suara tawa yang sama sekali tidak ingin dia dengar.
"Aku tau kamu bisa mendengarkan tawa ku dan melihatku ada disini, di dalam rumahmu," ucap sosok itu yang ingin melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah Renara.
"Jangann." gumam Renara saat melihat sosok yang sering kita sebut sebagai kuntilanak itu ingin masuk kedalam rumahnya, namun saat kuntilanak melangkah masuk, Tiba-tiba saja sosok itu malah menjerit kesakitan.
Renara di buat bingung dengan hal baru pertama kali dia lihat ini, biasanya sosok apapun akan masuk kedalam rumahnya dengan senang hati tanpa harus menjerit kesakitan.
"Lo ngapain geliat pintu?" tanya Irsyam yang melihat gelagat aneh Renara.
"Gak apa-apa, gue cuman takut ada maling masuk, jadi tolong tutup pintunya ya," jawab Renara cengengesan, seolah tidak ada apa-apa.
Setelah berkata seperti itu Renara langsung berlari ke kamarnya untuk mencari tau tentang sesuatu yang baru saja dia lihat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!