NovelToon NovelToon

Antara Benci Dan Cinta

Episode 1

Faam cowok dingin, tak berperasaan, sombong dan angkuh. Tidak mudah di dekati dan terkadang jahil. Namun bisa luluh karena Fiani, perhatian hanya kepada Fiani.

Fiani cewek yang sangat cerewet, sangat perhatian, bisa melihat masa depan, perhatian pada semua orang. Membuat Faam akhirnya jatuh cinta karena Fiani berhasil menyelamatkan nyawa Faam. Kadang keras kepala dan sedikit sombong.

Kiano cowok rese super nyebelin yang selalu kepo dengan Fiani. Walau di tolak berulang kali namun ia tidak mudah menyerah.

langsung ke cerita ☺️☺️☺️

Fiani tak menghiraukan orang yang lalu lalang di depannya, ia memikirkan bagaimana caranya ia bisa menghindari Kiano yang mungkin sebentar lagi akan datang, dia sangat merepotkan nya apalagi dia selalu mengekor di belakang seperti seorang yang tidak mempunyai pekerjaan.

"Hey.... sendirian aja," ucap Kiano yang sudah duduk bersebelahan dengannya. Baru saja di omongin orangnya udah nongol aja.

"Stop!" Fiani mencegah Kiano untuk mengatakan maksud dan tujuannya, karena ia tau pasti Kiano datang untuk kepo padanya, kerjaan yang luar biasa.

"Kenapa?" tanya Kiano melempar senyuman yang di buat semanis mungkin sedangkan Fiani membalas dengan muka datarnya.

"Enggak, enggak apa-apa kok, ngapain kau selalu saja menganggu konsentrasi ku! Apa yang kau inginkan?" tanya Fiani tak mau membuang waktu untuk meladeni cowok yang nyebelin menurutnya.

"Aku ada jam kuliah pagi, jika kau masih saja mengekor maka aku akan benar-benar marah padamu" jelas Fiani pada cowok yang pantang menyerah di sampingnya.

"Kau mengancam ku?" Tanya Kiano.

"Menurutmu?" jawab Fiani yang langsung pergi meninggalkan Kiano yang memandang dirinya berharap dirinya akan berbalik dan menarik ucapannya. Namun sayangnya Fiani tidak seperti itu ia justru masuk ke dalam ruangan untuk mengikuti kelas.

Faam duduk bersama kedua orang temannya dia adalah Rendra dan Ardan.

Walau mereka bertiga terkenal dengan ketampanan mereka namun yang di idolai diantara ketiganya adalah Faam. Sosok dingin, sombong, tak mempunyai perasaan dan kadang jahil. Jahilnya hanya pada kedua sahabatnya.

"Faam! Kapan nih punya gandengan.... nganggur mulu," Ardan bertanya dengan pertanyaan yang sama sedangkan Rendra menggeleng pelan memikirkan apakah mungkin temannya akan terkena amukan singa yang sedang marah karena pertanyaan itu kembali terlontar dari mulut Ardan. Tentunya Faam diam saja tak menjawab.

"Kau terlalu ikut campur Dan!" Jawab Faam dengan suara datar.

"Aku bisa memperkenalkan dirimu pada seseorang." Ardan mengambil ponselnya dan membuka galeri. Ada banyak foto cewek di ponsel miliknya, benar-benar playboy nih cowok😒

Ardan menggeser ponselnya dari atas ke bawah, memperlihatkan beberapa foto cewek yang menurutnya cocok dengan kriteria Faam. Harus di cariin cewek cepet cepet biar mereka ikutan punya cewek tentunya. bosan jika harus jomblo akut ikutan Faam bisa-bisa saja mereka jadi perjaka tua.

Ardan dulu memang cowok playboy namun gara-gara Faam memintanya berhenti, jadi ia mempunyai hobi baru yaitu mengambil gambar setiap cewek yang di temui.

"Ternyata kau playboy, haduh temanku ini kapan tobatnya?" Rendra bercicit membuat Faam memandang geram Ardan. Bukankan Ardan telah berjanji untuk berhenti jadi cowok playboy dari pada menyakiti hati wanita kan lebih baik jadi cowok yang masa bodoh biar apa? Biar cewek yang ngejar itu lebih seru. Seru apanya di tolak rasanya sakit tau🥺 Kalian jahat tau gak😭.

"Bentar... Kalian berdua salah paham," Ardan mencoba menjelaskan sebelum singa ngamuk bisa bahaya nanti.

"Aku ...bukan seorang playboy lagi. Semua foto ini aku dapatkan dari hobi ku sekarang yaitu fotografer. Kalian jangan salah sangka dulu ok" jelas Ardan panjang lebar takut Faam marah karena Ardan berjanji untuk tidak menyakiti hati wanita lagi. Dan jika Ardan sampai ketahuan berpacaran dan menyakiti hati wanita Faam tidak segan untuk menghajar temannya itu.

"Lalu apa buktinya?" Tanya Rendra mengintrogasi takut si playboy berulah lagi. Penyakit pasti akan bisa di sembuhkan tapi hobi nyakitin hati cewek tak semudah itu dapat dihilangkan! benar bukan?

Ardan mengembuskan napas kasar. "Bukti! Apa masih kurang nih buktinya, kali ini aku nggak bohong suer" ucap Ardan memandang Faam dan Rendra secara bergantian.

Faam yang bisa membaca pikiran Ardan pun langsung bisa percaya. Ekspresi dapat di bohongi namun mata Ardan tampak memperlihatkan kejujuran.

Faam menggeser layar ponsel milik Ardan sedangkan Rendra mengamati dan sesekali melirik.

"Hais.... jangan kepo!" Rendra tersenyum ia kepergok melirik foto cewek yang sedang di amati oleh Faam.

"Hehe... dikit Am." Faam menggeleng. Masih sibuk menggeser layar ponsel milik Ardan. Namun saat melihat foto Fiani, Faam tertarik karena penampilannya itu sangat berbeda dengan cewek yang biasa dia temui. Ia lebih natural tidak seperti kebanyakan cewek dengan dandanan yang berlebihan membuat dirinya malas untuk menanggapinya.

"Dan! Siapa cewek ini?" tanya Faam ingin tau. mata Ardan membulat sempurna ketika ia melihat foto Fiani yang Faam pilih. Kenapa harus dia? Si cewek cerewet nyebelin. Ardan diam tak bisa menjawab.

"Aku tanya sama kamu, kamu kenal cewek ini?" tanya Faam mengulangi pertanyaan nya.

Ardan nyengir kuda "Sebaiknya jangan dia deh. Dia itu cewek yang nyebelin." jelas Ardan mencoba membujuk Faam untuk tidak lebih jauh mengenal sosok Fiani yang super nyebelin.

"Bujuk gile....Nih cewek kan Fiani? Haduh jangan deh Am. Ntar kena gampar seperti dia," tunjuk Rendra pada Ardan.

Faam memperhatikan arah tunjukan Rendra. Ternyata Fiani termasuk deretan cewe Ardan pantas saja dia tau.

"Apaan, baru saja mau kenalan udah kena gambar, nih cewek sadis jangan di deketin bisa bisa kau juga kena gampar oleh Fiani" jelas Ardan mencoba membujuk Faam untuk tidak memilih Fiani menjadi seseorang yang sepesial di hatinya. Jika itu sampai terjadi gak bisa di bayangin cewek cerewet rese, nyebelin harus bersama dengan cowok dingin, angkuh, sombong dan gak pernah peka seperti Faam. enggak paham lagi dah.

"Menarik!" ucap Faam yang langsung mengambil foto Fiani dan mengirimnya melalui wa.

"Gila loh, Dia tuh cewek rese." ucap Rendra tegas.

"Lalu aku ini apa?" tanya Faam pada kedua temannya. Keduanya terkekeh dan berdecak pelan. "Hadeh! enggak ada pertanyaan yang lebih gampang apa?" tanya Rendra pada Faam.

"Itu yang paling gampang. Tunggal jawab apa susahnya?" Mereka berdua berat untuk mengatakan jika Fino itu cowok yang angkuh, sombong, dan nggak peka tapi mereka takut jika Faam marah kepada mereka berdua.

"Kediaman kalian berdua aku anggap sebagai jawaban ok. Sekarang tugas kalian membujuk nih cewe agar bisa dekat denganku," pinta Faam membuat Ardan dan Rendra menggelengkan kepala. Anak ini kalau ada maunya nyiksa orang.

Akan aku buat kau tidak bisa lepas dariku!

Episode 2

Fiani menempelkan handset ke telinganya, ia tak mau di ganggu oleh seseorang. Siapa lagi kalau tidak lain Kiano si cowok rese yang selalu mengekor itu.

Fiani mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, tiba-tiba saja ia melihat seorang cewek yang membutuhkan pertolongan Fiani melesat menuju tempat yang ada di bayangannya.

Fiani melihat seorang cewek yang di tarik paksa oleh dua orang cowok. kedua cowok itu tampak kejam, Tanpa ragu Fiani menghadang orang yang menarik paksa seorang cewek, raut wajahnya sangat ketakutan. Dia mencoba melarang Fiani agar tidak ikut campur. Namun Fiani seakan tak gentar dua cowok berwajah seram itu bukanlah tandingannya.

"Apa yang kalian lakukan pada temanku?" tanya Fiani pada kedua cowok seram yang masih memegang tangan cewek yang jelas Fiani tidak mengenalinya.

"Minggir, kami tidak ada urusan dengan mu, minggir atau kau pun akan tau akibatnya." pekik salah satu cowok seram pada Fiani.

Fiani tak gentar ia langsung menendang perut salah satu cowok seram itu, cowok itu jatuh ke tanah. "Br*ngs*k!" dengus cowok itu amat sangat kesal ternyata Fiani bukannya kabur malah menyerang kedua cowok itu.

Salah satu dari mereka tidak terima dan langsung ingin menghajar cewek berani yang ada di hadapannya. Ternyata Fiani bisa menghindar cowok itu terjatuh.

Sedangkan cewek yang tadi di tarik paksa kedua cowok seram itu segera menjauh. Fiani langsung menghajar kedua cowok itu sampai babak belur.

"Pergi atau kalian tidak akan selamat! Pergi!" teriak Fiani, kedua cowok yang kalah telak itu pun kabur tunggang langgang.

"Lain kali hati-hati karena kawasan ini banyak perampok dan preman" Fiani meninggalakan cewek itu setelah ia melihat ternyata dia tidak apa-apa.

"Terima kasih," Teriak cewek itu namun Fiani tidak menoleh dan melanjutkan perjalanannya.

"Keren banget cewek itu" batin cewek yang bernama Nadia.

Tak beberapa saat kemudian Kakaknya yang tak lain Faam pun sudah tiba di hadapan Nadia. Nadia mendengus kesal karena kakaknya yang selalu telat. Kapan sih dia bisa peka jika cewek itu butuh di lindungi bukan menjadi pendekar terus.

"Kenapa tuh muka!" Faam bertanya namun Nadia tida mau menjawab ia masih sangat kesal karena kakaknya sama sekali tidak memperdulikan dirinya padahal dia cewek loh di biarkan seorang diri tanpa penjagaan lagi. Emang dia pahlawan super yang dapat melindungi dirinya sendiri.

"Tauk!" Nadia masih cuek pada kakaknya bukannya meminta maaf karena membiarkan dirinya pergi sendirian, Kakaknya tak bertanya tentang apa yang baru saja ia alami. Punya kakak kok seperti gak punya kakak perhatian enggak cuek iya.

Faam seolah terbiasa dengan sikap adiknya yang super manja. Faam mengajak Nadia untuk masuk ke dalam mobil. Namun Nadia tidak mau masuk membuat Faam bertanya nih si adik merengek mau meminta sesuatu darinya, pikirnya.

"Nadia masuk atau mau Kakak tinggal?"

"Iya. Aku masuk!" Jawab Nadia singkat dan segera masuk ke dalam mobil seperti perintah Kakaknya yang nyebelin, gak peka dan cuek.

Faam menjalankan mobilnya, tak biasanya adik kesayangan nya itu mematung dan tak bersuara ia tau pasti adiknya tengah ngambek meminta sesuatu karena wajahnya terlihat seperti cucian kotor, lecek dan kumel. Butuh di setrika agar cantik lagi.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Faam mencoba akrab dengan adik kesayangannya. Mungkin sikapnya tadi terlalu kasar hingga adiknya sampai ngambek olehnya.

"Enggak!" jawab Nadia seraya memajukan bibirnya ia kesal karena lagi dan lagi Kakaknya tidak perhatian padanya.

"Apa yang di berikan ayah kurang?" Nadia menggeleng. Dan melipat kedua tangannya ke dada.

"Mau kakak belikan tas?" Nadia menggeleng.

"Sepatu?" Nadia kembali menggeleng.

"Ah... kakak tau pasti kau menginginkan jam tangan keluaran terbaru yang kau tunjukan kemaren kan? Kakak mu ini sudah menduganya." Jawab Faam tanpa menoleh ke arah Nadia.

Nadia amat sangat kesal, buka itu yang dia inginkan, kenapa dia nggak peka sih sebagai cowok!

"Kakak" teriak Nadia membuat Faam terkejut, telinganya terasa mau copot karena ulah adiknya.

"Apa sih dek! Apa yang kau minta? Bilang! Jangan buat kakak bingung," pekik Faam merasa kesal karena adiknya tidak menjawab apa yang ia inginkan dan malah mengajaknya main tebak-tebakan gak jelas. Faam mana tau apa yang Nadia inginkan jika Nadia tidak mengatakannya.

Nadia menitihkan air matanya ia merasa di bentak oleh Kakak kandungnya,

Faam melihat air mata di wajah adiknya. Ia segera menghentikan mobil, kali ini ia serius bertanya ada apa karena tidak biasanya Nadia seperti ini pasti dia akan menjelaskan sesuatu, namun dianya yang tidak menanggapinya dengan baik dan malah membentaknya.

"Kenapa nangis!" Faam mencoba mencari tau apa yang terjadi pada adiknya, namun adiknya lagi-lagi tidak mau mengatakan apa yang terjadi padanya.

"Sebenarnya kakak sayang gak sih sama aku?" Faam terkekeh mendengar pertanyaan adiknya. Ya jelas Faam akan menjawab sangat menyayanginya lalu dimana yang salah coba?

"Pertanyaan konyol macam apa itu?" jawab Faam, Nadia sangat kecewa pada kakaknya ternyata kakaknya sangat sangat tak memperdulikan keselamatan dirinya.

"Jawab kak! Apa kakak sayang sama Nadia atau tidak?" Nadia menghapus air mata yang sudah membanjiri pipinya, matanya sembab.

"Ya jelas kakak sayang banget sama Nadia, buktinya kakak akan ngelakuin apapun agar Nadia senang, kakak akan melindungi mu dek," jelas Faam memegang bahu adiknya dan mengusap air mata Nadia dengan tisu.

"Kakak bohong!" Faam terkejut. Apa yang salah dengan dirinya?

"Kakak nggak perduli lagi denganku, buktinya tadi aja aku harus jalan sendirian menunggu kakak di depan gerbang fakultas. Apa kakak tidak menghawatirkan keselamatan adikmu ini?" Bola mata Faam membulat. Ia tidak tau apa yang terjadi pada adik kesayangannya saat ia memintanya untuk menunggu disana.

"Memangnya kau tadi kenapa?" tanya Faam mencoba mencari tau kali ini dengan nada lembut, Faam tau jika dirinya menggunakan sikap egoisnya maka adiknya akan lebih ngambek dan tidak mau mengatakan apapun padanya.

"Apa perduli kakak," jawab Nadia membuang muka.

"Sabar jangan emosi, dia adikmu jadi jangan terbawa suasana"

Faam membuang napas kasar dan memandang adiknya yang masih menangis.

"Kakak minta maaf dek. Coba ceritakan apa yang terjadi saat kakak memintamu untuk menunggu di depan gerbang fakultas"

Nadia mengusap hidungnya dengan satu tangan, setelah satu tarikan napas ia pun menceritakan apa yang tadi ia alami.

"Tadi .... saat aku menunggu kakak di depan gedung ada dua orang cowok, mukanya itu serem banget meminta ku untuk bersama mereka" Faam membulatkan matanya.

"Apa?"

"Mereka menarik lenganku, dan memintaku untuk bersama mereka, katanya akan diajak senang senang, aku menolak dan sebuah tamparan mendarat di pipi kananku." Jelas Nadia. Faam mengepalkan tangan, memukul kemudi mobil dengan keras.

"Br*ns*k" pekik Faam emosi.

"Kenapa kau tidak menceritakan pada kakak tadi? Apa ini yang membuatmu marah padaku?" tanya Faam pada adiknya.

Nadia mengangguk. Kenapa saat dia menangis seperti ini barulah kakaknya paham. Dasar cowok, enggak peka banget dengan perasaan cewek!

"Kakak ku ini ajah yang nggak peka jadi cowok" pekik Nadia.

"Iya! Kakak emang enggak peka, gimana lagi," ucap Faam dengan nada datarnya.

Nadia memukul bahu Faam dengan keras inilah balasan orang yang gak peka dengan perasaan cewek.

Episode 3

"Aduh.... Sakit dek" pekik Faam mencoba melindungi diri dari pukulan mematikan adik kesayangannya. Walau ia terlihat cuek tapi Farhan sangat memperdulikan Nadia. Nadia nya aja yang terlalu manja hingga membuat Faam salah dalam memperlakukan adiknya.

"Nih.... rasain. Siapa suruh jadi Kakak yang nggak peka." Pekik Nadia sembari memukuli Faam dengan tas gendongnya.

Faam tidak bisa berbuat apa-apa jika adiknya sampai melampiaskan kemarahan itu hal yang wajar karena semua ini memang kesalahan dirinya. Dia yang tidak peka, dia merasa sudah menjadi kakak yang gagal menjaga adiknya.

"Ampun dek! Sudah kakak ngaku salah dek!" ucap Faam tulus. Mendengar ucapan kakak nya yang tulus itu Nadia pun menghentikan aksinya. Dia sudah lega sekarang. Gimana gak lega bisa mukulin cowok ganteng sesukanya tanpa perlawanan pula.

"Gimana puas mukulin kakak? Mau nambah gak?" tanya Faam jahil.

"Ok nanti setelah aku ngadu sama mama dan papa. Kak Faam siap kan," Bola mata Faam membulat sempurna, nih kalau gini bisa mati kutu dia. Bagaimana tidak Nadia adalah anak kesayangan mama, bisa apes nih kalau sewaktu-waktu adiknya buka mulut. Apa lagi jika papanya tau haduh mati konyol beneran nih.

"Gak takut! Sana aduin," jawab Faam ketus. Nadia pun tidak kehilangan akal ia pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi mamanya.

"Kak lihat nih siapa yang aku telpon?" tanya Nadia awalnya Faam biasa aja tapi setelah melihat siapa yang tertulis di layar ponsel seketika itu juga matanya membulat dan mengambil paksa ponsel milik adiknya dan mengakhiri panggilan. Faam menghembuskan napas kasar ternyata adiknya memang tidak main-main dengan ucapannya.

"Katanya tadi gak takut..."

"A... Siapa yang takut nggak kok perasaan kamu ajah kalik" Nadia mengangguk-angguk. Memandang jahat kakaknya yang terlihat panik saat ia menelpon mamanya.

"Benarkah? Ya udah deh." Nadia kembali tersenyum nakal. Faam mengira ponsel Nadia hanya satu jadi dia merasa aman saat ini. Namun Nadia tidak sebodoh itu dia mempunyai lebih dari tiga ponsel yang dalam bahaya bisa ia gunakan, walau bukan dalam bahaya setidaknya dua ponsel miliknya dapat berguna untuk saat ini.

Nadia menekan nomor papa dan berusaha mengadu. "Kak...." ucap Nadia menempelkan salah satu ponselnya di depan mata Faam.

"Serahin ponsel itu," pekik Faam mencoba mengakhiri panggilan untuk kedua kalinya namun sialnya panggilan itu sudah terhubung. Faam menelan salavia nya. Dia sangat gemetar apa yang akan ia katakan pada paapnya?

"Ups.... Sepertinya sudah terhubung tuh kak." pekik Nadia dengan senyuman kemenangan.

Baru saja Pak Danil selesai rapat dengan para koleganya ia di kejutkan oleh suara ponselnya, ada satu panggilan masuk tidak lain dan tidak bukan itu nomor putrinya. Chavin segera menerima panggilan dari putri kesayangannya.

"Hallo nak ada apa?"

Mendengar ucapan dari papanya Faam gelagapan takut adik kesayangannya mengadu kepada papanya, bisa-bisa tamat nih riwayatnya.

Faam segera menyerahkan ponsel milik Nadia.

"Tidak ada apa-apa kok pa, Nadia hanya rindu sama papa." ucap Nadia sambil memandang ke arah Faam yang takut jika Nadia mengadu.

"Tumben nelpon pakai nomer ini nak? Kau tidak apa-apa kan? Atau kakak mu itu berbuat ulah lagi?" tanya Chavin pada putrinya.

"Iya pa," Mata Faam langsung melotot.

"Sudah papa duga kau di apakan lagi sama dia?"

"Ah tidak pa, Nadia cuma mau bilang ponsel Nadia yang satunya di ambil Kak Faam pa, katanya Nadia nakal jadi ponsel Nadia di sita Kakak."

"Mana biar papa bicara sama Kakak kamu" Nadia memberiakan ponsel miliknya kepada Faam. Ia terlihat ragu untuk menghadapi papanya. Sekali ia salah ngomong bisa-bisa berabe nih.

"Halo pa"

"Kau apakan lagi adikmu itu?"

"Tidak kok pa, Faam hanya menyita ponsel miliknya cuma mengecek apakah di ponsel milik adik kesayanganku ada kontak cowoknya dan ternyata nggak ada."

"Bisa bisanya nih kakak bohongnya emang aku ini cewek apaan main nyimpen nomor orang. Cowok lagi!" batin Nadia kesal kenapa jadi dia yang di kambing hitamkan oleh kakaknya yang rese itu.

"Owh begitu... terus awasi adikmu itu,"

"Siap pa"

Chavin mengakhiri pembicaraan di antara mereka.

"Kakak... Awas aja kakak boleh menang kali ini," ucap Nadia masih merasa tidak puas niat hati mau mengadu tapi kakaknya memutar balikkan fatkta, dasar cowok rese.

"Tuh tuh ngambek mulu kerjaannya, gini deh hari ini kau belanja sepuasnya kakak yang bayar." Nadia menggeleng kali ini tawaran Faam di tolak mentah mentah oleh adiknya.

"Biasanya juga mau nih bocah! kenapa sekarang enggak mau?

"Enggak... Nadia nggak mau kak."

"Lalu kamu mintanya apa?" tanya Faam penasaran.

"Kakak coba cari tau mengenai cewek yang nolongin aku, aku penasaran sama dia," pinta Nadia membuat Faam berpikir sejenak. Bagaimana dia bisa tau cewek itu sedangkan dirinya saja tidak mengenalnya. Nih bocah ada-ada saja tapi jika tidak di turutin resikonya pastilah luar biasa. Karena apa adiknya pun jago berakting sama seperti dirinya di depan papanya dia memang bisa menang, tapi di depan mamanya pasti sudah ketahuan duluan.

"Gak ada yang lain gitu dek?" tanya Faam mencoba bernegosiasi namun Nadia bersikeras mencari tau cewek yang tadi menolongnya. Nadia penasaran karena sikap Cewe itu sama dengan kakaknya bedanya dia banyak bicara, dan peka. Tapi jika kakaknya udah gak peka, cuek, perhatian aja enggak nih orang enaknya di apaain coba?

"Enggak mau pokoknya dia, Gimana kak?" Nadia memandang wajah Faam dengan aura memelas, itulah kelemahan Faam tidak bisa melihat adiknya seperti itu.

"Sial ... Ekspresi macam apa ini?? Gak tega aku lihatnya."

"Ck.... kakak akan menuruti permintaanmu tapi ingat jangan ngadu ok" Nadia tersenyum akhirnya cowok rese, nyebelin, angkuh itu bisa luluh hanya dengan gertakannya saja. Tuh kan cewek mah selalu menang hehe...

"Makasih kakak sayang kakak," Nadia menempel manja pada Faam. Faam bahagia melihat adiknya tersenyum dan nggak manyun seperti cucian kotor. Sekarang ia harus mencari tau siapa cewek yang menolong adiknya saat adiknya tadi di bawa paksa preman.

Faam teringat siapa yang bisa mencari tau tentang cewek yang di maksud Nadia. Faam segera menghubungi Ardan dan memintanya mencari tau siapa cewek yang menolong adiknya, sebelumnya Faam sudah menceritakan sedikit mengenai cewek itu. Ardan mengerti dan segera menjalankan tugas dari Faam.

"Rendra.... ada tugas..." mendengar teriakan dari Ardan Rendra berlari dan kepalanya terbentur untung tidak terlalu besar benjolannya.

"Kau ini, lihat nih jidad ku benjol karena teriakan mu" dengus Rendra kesal.

"Maaf... aku nggak sengaja" ucap Ardan sembari terkekeh.

Selamat membaca ☺️☺️

Maaf karena masih banyak taypo 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!