Didalam sebuah kamar ada seorang gadis yang sedang merapihkan kamarnya.
Dirinya merasa kalau sudah mengunci pintu itu tetapi ternyata Anton yang sebagai Ayah tirinya berhasil membuka pintu dengan mudah.
Amara, nama gadis itu. Ia menoleh dan merasa takut.
"Mau apa lo?" tanya Amara dengan sigap mengambil pisau yang sudah ia simpan lalu Amara menodongkan pisau kecil itu.
"Lo tau apa yang gue mau Mara, gue nikah sama nyokap lo itu supaya bisa deket sama lo, nggak mungkin lah gue nikah sama Ibuk-Ibuk," jawab Anton.
"Mundur Anton, gue nggak akan ragu bunuh lo," ancam Amara.
Mendengar ancaman Amara tak membuat Anton takut tetapi Anton justru menertawakan Amara.
"Gue akan bunuh diri," ancam Amara dengan meletakkan pisau itu di nadinya.
Anton masih tetap santai karena dia tahu kalau Amara hanya menggertak. Dan Anton terus maju melangkah mendekati Amara.
Dengan cepat Anton berhasil mengambil pisau itu dan melemparnya hingga terjatuh di kolong meja belajar Amara.
Anton berhasil menghimpit Amara, Anton juga mencium paksa Amara. Terlihat air mata menetes dari mata Amara tetapi Anton tak menghiraukan itu.
Amara berhasil mendorong Anton. "Bajingan," ucap Amara.
"Ayolah, ini nikmat loh lo harus ngerasain," kata Anton yang kembali meraih Amara yang ingin melarikan diri.
Amara menangis dan memanggil-manggil ibunya yang sebagai buruh cuci di kampungnya itu. Sulis nama Ibu Amara.
"Tolong Anton jangan lakuin ini ke gue. Masa depan gue masih panjang," tangis Amara.
"Persetan masa depan lo, lo udah nolak gue itu bikin gue sakit," jawab Anton.
Anton sudah berhasil berada diatas Amara di ranjangnya tangan yang mulai bergerilya. Walau sebisa mungkin Amara sudah melawan tetap saja tenaganya itu tidak berhasil melawan Anton.
Sulis yang baru saja masuk kedalam rumah mendengar suara tangisan Amara dan Sulis membuka kamar itu. Dan sulis melihat keadaan anaknya yang memilukan.
Dengan pakaian yang sudah robek dibagian depannya.
Sulis memgambil sapu yang berada didalam kamar Amara lalu Sulis memukuli Anton dari belakang.
"Kurang ajar kau," ucap Anton yang ingin memberi pelajaran untuk sulis.
"Lari Mara," kata Sulis.
"tapi Bu,"
"Cepat lari tidak ada tapi-tapian," kata Sulis.
Amara berlari keluar dari rumahnya dan Sulis saat itu ia melihat ada pisau lalu Sulis mengambil pisau itu yang berada di bawah meja belajar Amara.
"Jleb," Sulis menusuk Anton menggunakan pisau kecil itu.
Menyadari apa yang telah ia perbuat, Sulis ingin menyusul Amara untuk melarikan diri.
"Kurang ajar kalian, kalian pikir kalian bisa lepas dariku hah," teriak Anton.
Anton melepaskan pisau itu yang menancap diperutnya. Anton hanya mengalami luka ringan karena pisau itu menancap tidak terlalu dalam.
Anton menekan lukanya dan menutupnya menggunakan baju Amara yang menggantung dipaku.
Anton mengejar Sulis dan Anton melihat kalau Amara sedang menangisi Sulis yang bersimbah darah di jalan.
Terlihat seorang pria tampan yang berjongkok dengan menggenggam tangan Sulis. Lalu Anton pergi tak ingin ikut campur urusan Amara dan Sulis yang mengalami kecelakaan.
"Tuan, tolong jaga anak saya, anggap saja sebagai bentuk pertanggung jawabanmu Tuan, anak saya tidak memiliki siapapun lagi," ucap Sulis di akhir hayatnya.
"Ibuuuuu," teriak Amara yang menangisi Sulis.
Lelaki itu tak sengaja menabrak saat Sulis berlari, ia merasa bersalah dan akan bertanggung jawab penuh terhadap anak gadisnya itu.
Brian, nama lelaki itu melepaskan jasnya lalu memakaikannya pada Amara untuk menutupi tubuhnya yang terlihat acak-acakkan.
Brian melihat jam ditangannya sudah menunjukan pukul sembilan malam lalu Brian membawa jazad Sulis ke rumah sakit untuk dimandikan dan dikafankan disana.
Brian melihat Amara yang menunduk dengan mata yang sudah membengkak.
Brian mendekati gadis itu dan lagi Brian selalu meminta maaf.
"Ini salah kami Om, kalau kami tidak lari ditengah jalan ini tidak akan terjadi," jawab Amara dengan sesenggukan.
________________
Keesokan paginya, Brian dan Amara sudah berada dipemakan semua keperluannya Brian yang mengurus.
Setelah itu Brian mengajak Amara untuk ikut dengannya namun Amara menolak. Amara takut kalau lelaki yang berada disampingnya itu seperti Anton, penjahat wanita.
"Izinkan saya untuk bertanggung jawab dan menjalankan amanat dari Ibu anda Nona," ucap Brian.
Sedangkan Amara masih tetap menunduk menangisi kepergian Ibunya.
Amara juga sedikit bingung akan pergi kemana dirinya setelah ini, jelas Anton akan semakin leluasa berbuat jahat pada Amara apabila ia kembali kerumah dan tidak ada Ibunya.
"Ikutlah denganku, dan harus kau tahu aku bukanlah pria jahat dan juga bukan pria yang baik," kata Brian. Lalu Brian membalikkan badannya meninggalkan Amara, Brian ingin menunggu di mobil.
Dan saat Brian membuka pintu mobilnya ternyata Amara sudah berada di belakangnya.
Brian merasa lega, dengan begitu Brian dapat dengan mudah untuk bertanggung jawab menjaganya seperti yang diinginkan oleh Almarhumah.
Brian membawa Amara ke villanya, Sesampainya disana kedua pekerja Brian menyambut kedatangan Tuannya.
"Bi, tolong siapkan kamar dan pakaian untuknya," perintah Brian pada Bi Munah yang merawat Villa Brian.
"Baik Tuan," jawab Munah.
Munah membawa Amara kekamarnya dan memberikan pakaian milik Munah untuk Amara.
"Ini Non, maaf untuk sementara hanya ada ini," ucap Munah pada Amara.
Amara hanya diam saja dan menerima pakaian itu, setelahnya Amara sedikit memberi senyum pada Munah dan Munah membalas senyum itu
Bersambung.
Setelah hari itu Amara tinggal bersama dengan Brian, Munah dan Paijo di villa milik Brian.
Amara menganggap Munah dan Paijo sebagai keluarga barunya. Dan kini sudah satu minggu Amara tinggal bersama dengannya.
Amara yang sedang bersama dengan Munah di dapur menanyakan tentang Brian.
Amara merasa penasaran dengan lelaki tampan itu.
"Oh, Tuan bekerja di jakarta dan akan pulang di akhir pekan, kadang juga Tuan tidak pulang," jawab Munah.
"Oh," kata Amara.
"Pantas saja tidak pulang setiap hari ya Bi, tempat kerjanya jauh," lanjut Amara.
Munah menjawab dengan tersenyum, Amara merasa senang dan beruntung bertemu dengan orang-orang baik seperti Brian, Munah dan Paijo.
Malam ini Amara mendengar ada yang membuka pintu dan Amara mengintip melalu tirai di pintu kamarnya.
Amara melihat kalau Brian yang datang.
Brian terlihat sangat kacau dan acak-acakkan. Brian membanting jasnya itu di sofa ruang tengah, lalu Brian masuk dalam kamarnya terdengar Brian membanting pintu kamarnya.
"Ternyata dia menyeramkan juga," gumam Amara.
___________
Pagi harinya Brian tak melihat Amara lalu Brian menanyakannya pada Munah yang sedang mencuci piring di dapur.
"Anak itu dimana Bi?" tanya Brian.
"Non Amara? Non Amara sudah berangkat bekerja Tuan," jawab Munah.
"Bekerja? Bekerja dimana Bi?" tanya Brian.
"Bekerja di rumah katering Tuan," sahut Munah.
Amara yang sedang menunggu angkot di tepi jalan pun sudah merasa gerah karena angkot yang ditunggunya tak kunjung datang.
Lalu datang Andi. "Tin," suara klakson motor Andi.
"Bareng gue aja yuk, angkot lagi pada demo di ujung sana," ujar Andi menjelaskan.
"Pantes aja lama banget ditungguin," ucap Amara.
Andi adalah sahabat Amara dari bangku SMA dan sekarang bekerja di tempat yang sama.
__________
"Uang yang saya titipkan udah di sampaikan ke Amara Bi?" tanya Brian.
"Sudah Tuan, awalnya Non Amara menolak karena merasa tidak enak tetapi saya memaksnya dengan mengatakan kalau Tuan akan marah apabila pemberiannya ditolak," jawab Munah.
"Bagus Bi, terimakasih juga sudah merawatnya Bi," ucap Brian.
"Tidak apa Tuan, saya senang seperti memiliki anak perempuan," jawab Munah.
Setelah itu Munah kembali melanjutkan bekerjanya.
__________
"Mah, Mel titip Nana ya, sebentar doang kok, Nanti pasti Mel jemput Mah," ucap Melinda yang sedang membujuk orang tuanya.
Melinda juga menyodorkan segepok uang untuk orang tuanya.
Setelah itu Melinda pergi dari rumah Rosna, Ibunya.
Dan Nana melihat kepergian Ibunya itu. "Mamah nggak cium Nana dulu sebelum pergi?" gumam Nana.
Ssbenarnya tanpa di beri uang pun Rosna akan dengan senang hati menerima cucunya itu, yang membuat Rosna diam saja kepada Mel adalah Melinda yang lagi-lagi selalu sibuk dengan urusannya sehingga terkesan mengabaikan putrinya.
Rosna mengambil uang itu dan mengajak Nana untuk berbelanja ke mall. "Asiikk, kita jalan-jalan ya Nek," ucap Nana kegirangan.
"Iya sayang," ucap Rosna.
Setelah itu Rosna memanggil abang becak langganannya yang berada di ujung komplek.
"Nana senang naik becak?" tanya Rosna.
Dan Nana mengangguk.
"Kasian kamu Nak, orang tuamu sangat sibuk dengan urusan sendirl-sendiri," batin Rosna.
Setelah keluar dari komplek Rosna dan Nana menunggu taksi, sesampainya di mall Rosna mengajak Nana bermain lebih dulu.
Nana merasa senang dan bahagia saat bersama dengan Rosna.
Lalu mata Nana melihat kepada anak yang mungkin sama usianya dengan Nana.
Nana terdiam melihat itu, nana merasa iri melihat anak itu yang bermain dengan kedua orang tuanya.
Rosna menyadari itu lalu memilih untuk mengajak Nana makan di tempat vaforitnya.
Dan lagi Nana terlihat murung karena melihat keluarga kecil yang bahagia. Lalu Rosna memanggil pelayan resto tersebut untuk membungkus makanannya.
Rosna mengajak Nana pulang.
Sementara itu Amara sedang merasa kelelahan dam terlihat pucat lalu Amara meminta izin untuk pulang lebih awal.
Sesampainya Amara di depan gerbang villa Brian dirinya melihat Brian yang sedang berada didalam mobilnya, Amara mengangguk dan kemudian masuk kedalam villa.
Dan Brian pergi entah kemana.
Bersambung.
Brian melajukan kerumah mertuanya yang memberi kabar kalau Nana sedang demam.
Brian tak habis fikir kenapa mertuanya itu malah menghubungi dirinya bukan anaknya, padahal semalam Brian sudah melarang Melinda untuk pergi dengan teman-teman kantornya yang mengajaknya berlibur ke bali.
Brian memukul stir kemudinya. "Kenapa Mel makin susah di atur sih, apa mentang-mentang dia bekerja bisa menghasilkan uang sendiri," gerutu Brian dengan terus fokus menyetir.
Sementara itu di villa, Amara sedang membuat teh hangat dan meminum obat herbal yang sudah disiapkan oleh Munah.
"Terimakasih ya Bi," ucap Amara pada Munah.
"Sama-sama Non, apa Non mau Bibi kerikin punggungnya?" tanya Munah.
"Tidak usah Bi, Mara geli kalau di kerikin. Mara mau tidur aja siapa tau setelah tidur nanti jadi baikan," jawab Amara.
"Ya sudah kamu tidur sana istirahat," kata Munah.
Paijo yang baru saja memotong rumput (mengurus taman) masuk kedalam dan meminta makan pada istrinya itu.
Kemudian Munah mengambilkannya untuk Paijo. "Mara kenapa Bu?" tanya Paijo.
"Masuk angin Pak," jawab Munah.
___________
Di rumah Rosna.
"Assalamualikum," ucap Brian.
"Waalaikumsalam," jawab Rosna yang baru saja keluar dari kamar Nana.
Brian mencium punggung tangan mertuanya itu. "Kamu kemana saja, kenapa liburan gini kalian tidak mengajak anak main bersama," tanya Rosna.
"Ian sibuk Bu, lagian anak Ibu kemana? Kenapa nggak ngurusin keluarga?" tanya Brian yang agaknya sedikit menyindir Rosna.
Rosna tahu kalau putri yang bersalah tetapi Rosna selalu membelanya sehingga anaknya itu tidak tahu mana benar dan mana salah dia akan tetap melakukan itu selama dirinya senang.
"Istrimu sudah bekerja, biarkan dia sekali-kali memanjakan dirinya," jawab Rosna.
"Ian udah tau Bu," jawab Brian yang kemudian masuk kedalam kamar dan mengambil Nana.
Brian membopong Nana membawanya masuk kedalam mobil.
"Ian pamit Bu, makasih udah jagain Nana," ucap Ian tanpa salim pada Rosna krena Brian harus membopong Nana.
Brian membuka pintu mobilnya yang terparkir di kuar pagar rumah Rosna. "Eh Pak Ian, kemana istrinya Pak, punya istri kok kaya menduda Pak," goda tetangga Rosna.
"Mel sedang sibuk jadi saya yang mengurus sendiri," jawab Brian.
Lalu brian mendudukkan Nana yang badannya masih hangat, Nana yang masih dalam pelukan Papahnya itu dapat mencium wangi dari parfumnya, Nana yang sangat menyukai wangi parfum itu pernah berpesan dan meminta Brian tetap memakai parfum yang Nana suka.
"Papah," lirih Nana.
"Sayang kita kerumah sakit ya," kata Brian.
Nana menggeleng dan berkata, "Nana nggak mau kerumah sakit Pah, Nana takut di suntik."
Brian mengusap pucuk kepala Nana lalu masuk kedalam mobil duduk di bangku kemudinya.
Brian bertanya seraya memarkirkan mobilnya. "Nana udah minum obat belum?" tanya Brian.
"Udah Pah, rasa anggur," jawab Nana polos.
Brian mengangguk dan tersenyum pada anaknya, setelahnya Brian mengajak Nana untuk mampir ke mini market lebih dulu.
Brian membeli banyak es krim untuk stok di rumah.
_________________
Hari sudah menjelang malam namun Munah tak tega meninggalkan Amara yang sedang meringkuk diatas ranjangnya.
Merasa di perhatikan Amar membuka matanya dan bertanya, "Kenapa Bi?"
"Tidak apa-apa Non, bagaimana sudah sembuh belum?" tanya Munah.
"Sudah kok Bi, Bibi sama mamang kalau mau pulang nggak papa Bi, Mara juga kan udah besar bisa jaga diri sendiri," kata Amara.
Munah mengangguk dan mengajak suaminya itu untuk pulang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!