Bismillah, Assalamu'alaikum semuanya, selamat datang di karya ke 5 ku di Noveltoon. Selamat membaca, semoga kalian suka ya. Jangan lupa dukungan like, komen dan votenya ya.
Happy reading and enjoyed.
***
Welcome to imagination World
Sebelum kita lanjut ke ceritanya, izinkan author untuk memperkenalkan para pemeran dan visualnya ya.
Btw, untuk visual, ini cuma imajinasi author aja ya, kalau kalian punya imajinasi sendiri juga gakk apa-apa kok. Cuma pelengkap aja, biar ada sedikit gambaran hehe.
Oke yuk mulai.
1. Edzar Alantska
Seorang miliarder ternama, yang punya sifat dingin dan kaku kayak kanebo kering. Punya harta banyak. Saking banyaknya gak bakalan abis deh sampai tujuh turunan dan tujuh tanjakan. Penyayang dan perhatian, tapi hanya ke orang tertentu aja.
Dan ini visualnya om-om muda tapi ganteng banget.
2. Gerald
Ketua gengster paling tampan yang pernah ada, mempunyai postur tubuh ideal, dan jago berantem, kalo gak jago bernatem gak mungkin dong jadi ketua gengster. Punya karakter cuek tapi sebenernya penyayang. Gak mudah percaya sama omongan orang, jeli dan cerdas, cerdasnya ngalahin si kancil. Pantang menyerah, soalnya kalo gampang nyerah, author gak suka haha.
Dan ini visualnya, duh ganteng-ganteng tatoan ya. Tapi gak apa-apa, author tetep suka kok.
Nah itu dia perkenalan dua lelaki tampannya, sekarang giliran ke pemeran cewek ya.
3. Clara
Cantik, mungil, karakternya agak polos dan suka nyeleneh. Suka bercanda tapi becandanya garing, pantang menyerah, sama sih sifatnya kayak Gerald, soalnya si Gerald itu kan Kakaknya. Diam-diam menghanyutkan, tuluy palid weh haha. Hal yang paling ditakutin sama si Clara ini adalah hewan melata.
Dan ini visualnya, cantik, kalem, tapi diam-diam mematikan.
4. Raline Alantska
Adiknya Bang Edzar nih, punya perawakan yang semok, sexy dan udah jelas cantik elegant ya. Penyuka binatang, bahkan ular pun dia suka. Pemberani, keras kepala, ya iyalah kepala pasti keras, kalo lembek namanya tahu. Gak pandai memendam perasaan, orangnya suka celetak-celetuk tanpa di saring.
Nih udah authro kasih visualnya. Cocok gak cocok, cocok-cocokin aja lah ya.
5. Sky
Hampir aja ketinggalan, si Abang tampan tiada dua ini. Namanya Sky, alias langit, orangnya kaku, kayak robot, suka banget diperintah sama Edzar, yaiyalah kan Edzar atasannya. Dia tampan, kalem, susah di ajak bercanda, ya mau diajak bercanda gimana, orangnya aja susah senyum, bahkan gak pernah ketawa. Tapi sebenarnya dia orangnya manja.
Udah deh nih, visualnya.
Nah lanjut satu lagi nih cewek cantiknya.
Ini AUTHOR haha...
Canda ya, anggap aja serius. Hehe, eh bukan deng, itu bukan author, jadi itu tuh kak Ayana Moon, salah satu artis korea muslim yang author sukai.
Nah untuk visualnya kurang lebih kayak begitu ya. Gimana, udah ada gambarannya giamana karakter dari mereka?
Oke, sekarang mari kita lanjut ke ceritanya...
Eits, eits, eits. Ada yang author lupa haha.
Oh ya jangan lupa kasih like dan komennya dulu dong.
Love you sekebon jambu, buat kalian yang udah dukung karya author.
Happy reading and enjoyed....
luv luv luv luv luv luv luv luv luv luv luv luv pokoknya.
Jangan lupa, follow instagram author @dela.delia25 untuk mendapat info seputar update novel-novel author. Okey makasih sekali lagi, Yuk ah lanjut....
Tengah malam. Jika orang lain di tengah malam tengah terlelap dalam mimpi mereka, tapi tidak dengan seorang lelaki yang kini sedang gundah dilandamasalah. Lelaki bertubuh tinggi itu, tampak sedang berdiri dengan memasang wajah penuh emosi. Dia ialah Edzar Alantska. Seorang miliarder ternama di kota besar.
Menurut rumor yang beredar tentangnya, dia adalah tipikal orang yang berdarah dingin, kejam, dan mampu melenyapkan lawannya hanya dalam semalam, tanpa meninggalkan jejak. Bahkan rumor yang beredar sekarang, semenjak kepergian kedua orang tuanya, Edzar menjadi sosok yang paling ditakuti di dunia perbisnisan. Karena hanya dalam jangka waktu 1 tahun ia sudah bisa menyukseskan bisnis yang orang tuanya dulu tinggalkan, bisnis hamper bangkrut itu ia kelola hingga kembali berjalan lancar, bahkan sukses.
Dia mengelola perusahaan EA Group, sebuah perusahaan yang berjalan di bidang properti dan pengelolaan tambang batu bara.
Edzar hanya tinggal bersama seorang gadis belia, yaitu adik kesayangan satu-satunya, yang bernama Raline Alantska.
"Kyaaaa!!!" Edzar berteriak dengan penuh emosi. "Dasar tidak berguna! Kenapa kalian tidak bisa menemukan adikku hah!" Semua orang di ruangan itu hanya bisa berlutut sambil menundukkan kepala mereka karena takut
akan amarah Tuannya.
Saat ini, Edzar tengah dirundung frustrasi karena sudah dua hari adiknya Raline, belum juga bisa ditemukan. Menurut kabar yang diterima oleh Edzar, Raline diculik oleh sekelompok gangster pemeras uang.
"Tuan, seluruh ruangan markas mereka sudah kami geledah, tapi Nona Raline tidak bisa ditemukan juga. Menurut salah satuanak buah gangster di sana, Nona Raline melarikan diri, sebelum kami datang ... dan mereka juga kehilangan jejak Nona Raline." Salah seorang dari keempat lelaki yang kini sedang berlutut tepat di hadapan Leon, mengeluarkan suaranya.
"Aku tidak butuh penjelasanmu!" teriak Edzar dengan rahang yang sudah mengeras, menahan amarah yang bergejolak di hati.
"Cepat kalian seret ketua gangster itu sekarang juga!"Gelegar suara Edzar memerintah, terdengar jelas di telinga ke empat pengawal itu. Mereka mengangguk dan segera berdiri tegap, kemudian berlalu meninggalkan ruang kerja Edzar.
"Argh! ... Dasar bedebah sialan! Lihat saja kau Gerald, lagi-lagi, kau berurusan denganku!" gumam Edzar penuh emosi sambil mengepalkan kedua tangannya begitu erat.
***
Sementara itu, di sebuah kontrakan kecil di daerah pesisir pantai. Seorang
lelaki bernama Gerald tengah sibuk mengemasi barang-barang miliknya dan juga
milik adiknya. Dia tampak begitu panik, seolah sedang di buru-buru.
"Clara, bangunlah. Kita haurs secepatnya pergi dari sini, Cla," ujar Gerald sambil menggoyangkan tubuh adiknya itu agar terbangun.
Clara si gadis cantik yang baru menginjak usia 23 tahun, itu pun terbangun, dengan rasa kantuk yang masih menyelimuti kedua bola matanya.
"Kenapa malam-malam begini Kak? Bukannya jadwal penerbangannya besok siang ya?" tanya Clara, sambil menyipitkan kedua matanya yang masih terasa berat.
"Tidak! Cepat ambil tasmu ini, kita tidak ada waktu. Orang suruhan dari keluarga Alantska terus mengincar keberadaan kita." Gerald terlihat masih sibuk memasukkan beberapa baju dan barang penting ke dalam tasnya. Tangannya semakin tremor, ia begitu tidak tenang dengan semua ini.
Mau tak mau, Clara pun segera bersiap dan mencuci wajahnya terlebih dahulu. Mantel hitam yang menggantung di sisi lemarinya, ia balutkan ke tubuhnya. Mantel yang cukup tebal itu mampu untuk menetralisir udara dingin di malam hari. Karena, ia tahu, ia akan keluar di tengah udara dingin yang menusuk.
Perihal seperti ini sudah sering mereka alami, apalagi ketika Gerald terlibat masalah dengan orang-orang dari kalangan atas. Gerlad adalah ketua gangster di kotanya, dengan jumlah anak buahnya yang mencapai 3000 orang.
Namun, satu minggu yang lalu, Gerald sudah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua gangster. Jabatan itu ia alihkan kepada salah satu sahabatnya yang sama-sama terjun dalam dunia gelap itu.
Setelah selesai dan siap, mereka berdua pun segera pergi meninggalkan tempat kost-an mereka. Dengan langkah yang tergopoh-gopoh Gerald segera mengambil sepeda motor miliknya yang ada di belakang kost khusus tempat parkiran.
Dan mereka pun segera pergi menuju Bandara International LA. Keadaan di perjalanan begitu sepi, dan lalu lalang kendaraan pun tak begitu banyak, karena berhubung ini baru jam 00.30 dini hari. Sehingga membuat mereka bisa sampai di bandara lebih cepat. Mungkin hanya memakan waktu 30 menit saja untuk sampai di
sana.
Sesampainya mereka di bandara, Gerald segera memesan dua tiket penerbangan class business menuju Cancun - Meksiko. Dengan jadwal penerbangan pukul 03.00 dini hari.
"Clara, makanlah dulu." Gerald menyodorkan satu kantung hamburger dan sebotol air kepada Clara. Gadis itu menyahutnya dan mereka berdua pun sarapan terlebih dahulu.
"Kak, kalau kita pindah ke Cancun, apa kita bisa hidup lebih baik di sana?" tanya Clara, seraya melahap hamburger miliknya.
Sejenak Gerald terdiam, lalu ia pun menganggukkan kepalanya pelan. "Aku akan berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik di sana. Dan nanti kau bisa hidup lebih tenang dan bebas di sana," ujar Gerlad sambil mengelus pelan
puncak kepala adik kesayangannya itu.
Selain Clara, tidak ada orang yang paling Gerlad sayangi. Clara adalah harta berharga satu-satunya bagi Gerlad, setelah kedua orang tuanya meninggal sejak 12 tahun yang lalu. Dan kini, hanya Clara lah yang menjadi penyemangat bagi Gerald untuk berusaha menjalani hidup agar lebih baik.
^
Sudah sekitar 20 menit mereka menunggu. Tiba-tiba ... dari jauh mata Gerald, berhasil menangkap 2 sosok lelaki bertubuh tinggi dan besar, memakai jas hitam yang lengkap dengan kaca mata hitam, seolah datang untuk menghampiri mereka.
Gerlad yang sudah mempunyai firasat buruk sejak dari kemarin, ia buru-buru mengajak Clara untuk pergi.
"Oh tidak, itu pasti mereka," ujarnya panik langsung menyeret Clara untuk lari bersamanya. Meninggalkan terminal penungguan.
"Kakak ada apa?" tanya Clara setengah berlari dengan sebelah tangan yang masih memegang setengah hamburger yang belum sempat ia habiskan.
"Mereka menemukan kita, lihatlah ke belakang," ujar Gerald, sambil terus mempercepat langkah kakinya. Dan benar saja 2 orang lelaki berjas hitam serta berkacamata hitam itu, sedang berlari mengejar mereka berdua.
Gerlad dan Clara pun segera masuk ke dalam lift untuk menuju ke lantai atas. Setidaknya dengan cara seperti ini, ia bisa sedikit mengulur waktu agar para lelaki suruhan keluarga Alantska itu tak bisa menangkapnya.
Namun sialnya, ketika lift terbuka, ternyata sudah ada dua orang lelaki berjas hitam yang siap menghadang mereka.
"Sial." umpat Gerald begitu terkejut.
Bersambung...
Lanjut gak nih? Yang mau lanjut komen dulu dong, biar author tahu seantusias apa kalian nunggu kelanjutannya. Insyallah kalau yang komen banyak, bakalan author up tiap hari.
“Tuan Edzar, sebaiknya kau beristirahatlah. Sudah dua hari kau tidak tidur-tidur. Pikirkan juga kesehatanmu, kalau kau sakit bagaimana?” ujar Gerry, dokter pribadi yang beberapa hari ini menangani dan mengontrol kesehatan Edzar yang sedang depresi berat. Depresi akibat, kasus penculikan adiknya.
Gerry mampu berbicara seperti itu, karena ia sudah menjadi dokter pribadi Edzar selama 7 tahun. Jadi, sudah tidak aneh lagi, saat ia mengingatkan Edzar seperti itu.
“Tak perlu banyak bicara! Tahu apa kau akan perasaanku hah?! Bagaimana bisa aku beristirahat di sini, sedangkan aku sendiri tak tahu, apakah Raline bisa tertidur nyenyak atau tidak!” Seru Edzar, kemudian membuang wajah, menatap kesal kearah jendela ruang kerjanya yang terbuka, menampilkan gelapnya langit malam
yang penuh bintang.
“Aku berbicara seperti ini karena aku tahu kondisi badanmu, aku memang tidak bisa mengerti perasaanmu, tapi aku mengerti akan kondisi tubuhmu. Tubuhmu itu lelah, dan kau perlu istirahat,” jelas Gerry, penuh penekanan.
Edzar semakin membuang wajah, ia merasa benar-benar lelah, mendengar celotehan orang-orang yang selalu memaksanya untuk beristirahat. Memang, Edzar juga tahu, Gerry bebricara seperti itu karena dia mengkhawatirkannya, tapi di saat seperti ini, Edzar benar-benar enggan menerima kekhawatiran orang-orang di sekitarnya.
“Sudahlah jangan menceramahi aku lagi. Aku akan pergi ke kamar! Dan jangan ikuti aku! Aku ingin menyendiri.” Edzar beranjak pergi, keluar meninggalkan ruangan tersebut.
Gerry mendesah pelan. “Aih... dia ini, selalu saja mengabaikan kesehatannya.” Ia hanya bisa menggeleng-gelengkankan kepalanya, melihat sikap Tuannya yang keras kepala itu.
Edzar mendudukkan tubuhnya di atas sofa empuk yang cukup besar di sudut ruang kamar, sambil menyenderkan punggung kekarnya di bahu sofa. Ia kembali memandang langit lewat jendela kamarnya yang terbuka. Keadaan yang terasa begitu sepi dan hening, kembali membuat pikiran Edzar terpaut akan bayangan negatif mengenai adiknya.
Bayangan-bayangan menakutkan yang terus ia pikirkan sejak kemarin. Bayangan bagaimana kalau Raline diculik dan diperbudak oleh orang lain. Bagaimana jika Raline ternyata kecelakaan saat kabur, atau … bagaimana kalau Raline tersesat saat melarikan diri.
“Argh!” Ia mengacak rambutnya merasa frustrasi, sambil duduk membungkuk, merenungi nasib Raline.
"Raline… kau di mana? ... Aku di sini mencemaskanmu Raline. Pulanglah, rumah ini semakin terasa sepi jika tak ada kamu." Kedua mata Edzar terlihat berkaca-kaca, hatinya begitu kalut, demi memikirkan keadaan adiknya yang entah berada di mana itu.
"Argh! ... Semua ini gara-gara para gangster tak tahu diri itu. Dan kau Gerald! Lihat saja nanti, jika para pengawalku berhasil menangkapmu dan menyeretmu ke mari, kupastikan rumah ini akan menjadi neraka bagimu." Edzar menatap tajam ke arah langit gelap, segelap hatinya saat ini yang semakin banyak menyimpan dendam kepada, para bedebah yang mengganggu kehidupannya.
***
Sementara itu, di Bandara Internasional LA. Gerald dan Clara masih dikejar oleh komplotan pria berjas hitam. Mereka pun memilih melarikan diri dan masuk ke dalam lift, menuju ke lantai atas. Setidaknya dengan cara seperti ini, ia bisa sedikit mengulur waktu agar para lelaki suruhan keluarga Alantska itu tidak bisa menangkapnya.
Namun sialnya, ketika lift terbuka, ternyata sudah ada dua orang lelaki ber-jas hitam yang siap menghadang mereka. Dan tanpa berpikir panjang, Gerlad langsung menendang dada kedua pria ber-jas hitam itu, yang benar-benar diyakini bahwa mereka adalah komplotan dari dua orang sebelumnya yang mengejar mereka di lantai bawah.
Perkelahian pun terjadi, dengan lawan satu banding dua. Gerald terpaksa harus melawan kedua lelaki berjas hitam itu dengan tangan kosong.
Sedangkan itu, Clara yang semakin ketakutan, begitu melihat Gerald berhasil ditendang oleh salah seorang dari pria bertubuh besar itu, hingga membuat Gerald jatuh tersungkur di atas lantai.
"Kakak." Clara kebingungan, entah harus kepada siapa ia meminta pertolongan.
Dan ... Bugh, bugh, bugh.
Kepalan tangan besar itu berhasil memukul wajah Gerlad sebanyak tiga kali. Darah segar terlihat mengucur dari hidung Gerald. Gerald mengusap hidungnya dengan ibu jarinya, dan ia sedikit terkejut saat mendapati darah di tangannya, dan saat menyadarinya ia tak ingin menyerah begitu saja. Gerald mencoba bangkit dan melawan balik lelaki itu dan kini posisinya terbalik, Gerald menduduki tubuh lelaki yang baru saja menghajarnya, ia menekan leher lelaki tersebut, dan tanpa segan ia langsung memberikan beberapa pukul yang begitu kuat. Kepalan tangannya itu
beberapa kali ia layangkan ke wajah lelaki tersebut, hingga kini wajah lelaki itu tampak penuh memar dan berdarah.
Dan salah satu dari orang suruhan itu tak tinggal diam, ketika melihat rekannya tengah dipukuli oleh Gerald, dia menarik tubuh Gerald dari belakang, berusaha menariknya dan menjauhkannya. Akan tetapi, bukannya berhasil. Gerald dengan menudahnya menghentakkan kepalanya ke belakang, sehingga kepalanya itu membentur wajah bodyguar yang ada di belakangnya. Membuat hidung si bodyguard itu berdarah, dan otomatis bodyguar itu memundurkan langkahnya, seraya memegang hidungnya yang sudah bajir darah.
Di satu sisi, Clara kembali berteriak meminta tolong, namun tak ada seorang pun yang membantunya. Bahkan, seorang satpam yang tengah ada di sana pun hanya bisa meringis menyaksikan perkelahian itu. Sambil mencoba menghubungi kantor polisi.
Semua orang yang ada di bandara, tak ada yang berani membantu. Karena yang mereka tahu, itu adalah pertarungan dengan para suruhan dari keluarga Alantska. Semua orang di wilayah LA, sudah tahu hebat dan ganasnya keluarga Alantska, maka dari itu, mereka tak ada yang berani melerai perkelahian yang ada di depan mata, hanya bisa menontonnya, sambil berharap akan ada polisi yang datang untuk mengamankan mereka semua.
"Kak Gerald...." Teriak Clara, yang sudah menangis ketakutan, karena kini dirinya tengah di seret oleh dua orang lelaki berjas hitam, yang sempat mengejarnya tadi.
“Clara,” ucap Gerald mendongak ke arah Clara, begitu panik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!