NovelToon NovelToon

Dua Wajah Satu Cinta

Tatapan Mata Itu

Bandar Udara Heathrow

Eilaria Thomson menghentakkan kakinya kesal. Penerbangan ke Jakarta harus ditunda karena ada badai yang sedang terjadi. Pada hal ia sudah menyiapkan pesta kejutan untuk teman terdekatnya Arumi. Besok Arumi akan genap berusia ke-20 tahun dan Eilaria sudah berjanji akan datang ke sana. Apalagi sahabatnya sudah akan menerima cinta Bagas. Cowok yang sudah dua tahun ini mengejarnya.

Setelah puas berdiri di depan kaca besar yang memperlihatkan keadaan cuaca di luar yang menampakan angin dan sedikit hujan, Eilaria memutuskan untuk duduk di kursi tunggu. Ia tahu, jika akhirnya ia memutuskan pulang ke rumah, maka Grace Thomson, mamanya yang over protective itu akan menahannya untuk kembali ke Jakarta.

Eilaria memutuskan untuk membaca novel yang baru saja dibelinya kemarin. Sebenarnya ia ingin membaca novelnya di dalam pesawat namun karena pihak bandara mengumumkan bahwa penundaan penerbangan diperkirakan selama 3 jam, akhirnya Eilaria memutuskan membaca saja novel barunya itu.

Saat ia membuka tas punggungnya, ia tak sengaja melihat seorang pria yang duduk di hadapannya. Penampilan pria itu terlihat cowok banget. Sepatu kets berwarna putih dengan bis biru, celana jeans yang agak robek di bagian lututnya, dalaman terlihat t-shirt polos berwarna hitam dipadu dengan jaket jeans yang warnanya senada dengan celananya. Namun bukan hanya penampilan cowok itu yang membuat Eilaria tertarik. Wajah tampan yang sedikit menunduk karena sedang membaca sebuah novel di tangannya. Eilaria melihat judul novel itu. Dia punya novel seperti itu. Sebuah novel kisah detektif.

Tangan Eilaria tak jadi mengambil Novel dari dalam tasnya. Ia justru terpesona dengan wajah tampan yang ada di depannya. Sampai akhirnya, angan Eilaria kembali pada peristiwa hampir 5 tahun yang lalu. Saat usianya hampir beranjak 15 tahun. Di Bali, pada hotel keluarga Thomson. Wajah tampan yang tak pernah ia lupakan saat mereka bertabrakan di depan lift.

Hati Elina langsung bergetar. Apakah dia pria yang sama? Apakah doaku selama ini terjawab? Aku dipertemukan lagi dengannya? Haruskah aku bertanya kalau ia pernah pergi ke Bali? Ya Tuhan, mengapa jantungku berdetak sangat cepat? Aku tak mungkin melupakan wajah tampan itu. Sejak pertemuan pertama itu, aku selalu memimpikannya.

Eilaria tak mengerti, getaran aneh apa yang muncul di hatinya. Sesuatu yang setiap malam ia impikan. Arumi pernah mengatakan kalau Eilaria sudah gila karena merindukan orang yang sama selama bertahun-tahun. Ia bahkan menolak semua pria tampan di kampusnya yang menyatakan perasaan mereka padanya. Eilaria selama hampir 5 tahun ini mendoakan pria dengan tatapan mata yang teduh itu. Tatapan mata yang membuatnya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.

Flashback 5 tahun yang lalu, hotel Thomson, Bali....

Eilaria Thomson, cucu pemilik hotel ini, sedang liburan bersama keluarganya di Bali. Sejak pagi ia sudah bangun dan lari pagi menyusuri pantai yang ada di belakang hotel. Di usianya yang baru beranjak 15 tahun, kecantikan anak pasangan Caleb Thomson dan Grace Aslon tak terkatakan lagi. Memiliki oma baik dari sebelah papa dan mamanya yang berdarah Indonesia membuat darah Asia agak lebih kental mengalir dari dalam tubuhnya.

"Ada apa ramai di kolam?" Tanya Eilaria.

Nilam, yang adalah maneger hotel ini tersenyum menatap nona muda yang terkenal sangat ramah pada siapapun. "Malam nanti ada perayaan ulang tahun yang ke-17 tahun. Anak salah satu pengusaha terkenal. Mereka turunan dari Inggris juga."

"Oh ya? Asyik dong ulang tahun yang ke-17." Eilaria membayangkan dirinya yang akan berusia 17. Ia rindu merayakannya di London.

"Nona, ini novel anda yang jatuh kemarin."

Dengan senang hati gadis cantik itu menatap novel misteri yang dibelinya di Perancis minggu yang lalu. Lalu ia pun melangkah menuju ke lift. Asyik membaca tanpa melihat pintu lift yang terbuka, Eilaria jatuh saat bertabrakan dengan seseorang baru keluar dari dalam lift.

"Aow.....!"

Eilaria memegang kepalanya yang terbentur pada dinding.

"Maaf...! Kamu baik-baik saja?" tanya pria yang menabraknya. Pria itu memegang lengan Eilaria. Saat tatapan mereka bertemu, jantung Eilaria bagai berhenti berdetak. Tampan sekali!

Cowok di depannya membantu Eilaria berdiri. Tangannya tanpa ragu memegang bagian belakang kepala Eilaria dan mengelusnya perlahan.

"Masih sakit?"

Eilaria menggeleng. "Sudah baikan."

"Sekali lagi maaf ya?" ujar cowok itu.

"Aku yang salah kok. Permisi!" Eilaria segera masuk ke dalam lift. Ia merasa akan pingsan menatap mata biru pria tampan itu.

Ternyata bukan hanya di tempat itu mereka bertemu. Malamnya, di saat Eilaria sedang memainkan piano di cafe, ibunya datang memanggilnya untuk segera tidur karena sudah hampir tengah malam.

Eilaria yang melangkah di samping bundanya, langsung menghentikan langkahnya melihat siapa yang berdiri di luar cafe. Ia ingat kejadian tadi pagi di depan lift. Jantung Eilaria kembali berdetak kencang.

Tatapan mereka bertemu. Saling melempar senyum membuat Eilaria menjadi semakin berdebar-debar.

"Ada apa, sayang?" tanya Grace melihat gelagat aneh putrinya.

"Nggak." Eilaria buru-buru menggeleng sambil menahan senyumnya.

Keesokan harinya, Eilaria berharap bisa bertemu dengan mereka lagi. Namun ternyata pagi-pagi sekali, rombongan keluarga itu sudah pergi ke tempat yang lain. Eilaria sangat kecewa. Namun dari resepsionis yang ada, Eilaria mendapatkan nama keluarga yang menginap di hotelnya itu. Jeronimo Dawson. Mereka menyewa 6 kamar. Dan mereka juga yang merayakan ulang tahun ke-17 itu.

Ingatan Eilaria kembali ke masa sekarang. Ia kembali menatap pria tampan yang duduk di depannya dan masih asyik dengan novel yang ada di tangannya. Haruskah aku bertanya kalau ia bernama Dawson? Bagaimana kalau ia ternyata bukan seorang Dawson? Namun wajah itu, aku tak mungkin melupakannya.

Cowok yang ada di depannya, tiba-tiba menutup novel yang sementara di bacanya. Ia mengangkat wajahnya, dan seakan tahu kalau ada mahluk cantik di depannya yang sedang memperhatikan dia, cowok itu tersenyum. Senyum paling manis yang pernah dilihat oleh Eilaria sepanjang hidupnya.

Wajah Eilaria terasa panas. Ia malu karena terciduk sedang memperhatikan cowok di depannya. Ia segera mengalihkan pandangannya ke lain tempat, namun hanya beberapa detik, ia kembali melirik ke arah cowok itu yang ternyata sedang melihatnya. Eilaria hampir pingsan dibuatnya. Ia merasakan jantungnya mulai tak normal berdetak. Ia pun mengambil novel yang ada di dalam tasnya. Lalu membuka nya dan pura-pura membacanya. Namun pandangannya, masih sesekali menatap ke arah cowok yang ada di depannya.

"Hi Dawson, what are you doing here?" Seorang gadis tiba-tiba datang dan menyapa cowok di depannya.

Telinga Eilaria secara tajam mendengarnya. Dawson? Benarkah apa yang gadis itu ucapkan? Dawson? Jadi benar, dia adalah lelaki yang pernah berjumpa dengannya 4 tahun yang lalu?

Kepala Eilaria terangkat. Ia menatap cowok di depannya yang nampak asyik bercerita dengan teman gadisnya itu. Hati Eilaria sedikit cemburu melihat bagaimana akrabnya mereka. Sayangnya, Eilaria tak begitu mengerti dengan percakapan yang mereka gunakan karena gadis berwajah oriental itu sepertinya menggunakan bahasa Jepang atau juga Korea. Setelah itu mereka berdua berdiri dan segera meninggalkan tempat itu. Eilaria merasa kecewa. Ia belum tahu asal usul pria itu. Namun matanya berbinar, melihat sesuatu yang tertinggal di bangku tempat cowok itu duduk tadi. Novel yang dibacanya ada di kursi itu. Eilaria mengambil novel itu. Ia membukanya, sayangnya ia tak menemukan nama pemiliknya di sana. Selain sebuah foto. Wajah seorang perempuan berusia 40an. Ada nama dibalik foto itu. My mommy Giani....

Senyum Eilaria mengembang membaca nama itu. Sepertinya mama sang Dawson ini adalah wanita Indonesia. Sangat cantik dan terlihat sangat keibuan. Pasti senang menjadi menantu wanita cantik ini.

**********

Jakarta 2 minggu kemudian.....

Kaki Eilaria setengah berlari menyusuri koridor kampusnya. Ia mendengar kalau hari ini ada kuliah umum dari beberapa mantan mahasiswa terbaik yang pernah lulus di universitas terbaik di kota ini. Mereka sudah menjadi orang-orang yang sukses di bidangnya. Ada dokter, ada pengusaha dan juga ada yang menjadi reporter TV serta artis kenamaan.

Arumi sudah 3 kali menelepon Eilaria karena sahabatnya itu terlambat datang. Semalam, Eilaria bergadang menyelesaikan tugas dari dosennya. Eilaria ingin tahun ini, sebelum usianya genap 20 tahun, ia akan menyelesaikan studi. S1 nya di fakultas tehnik arsitek.

Ruang auditorium sudah penuh dan terlihat sepi saat Eilaria masuk. Seorang pria tampan yang Eilaria kenal sebagai salah satu aktor kenamaan Indonesia sementara memberikan kuliahnya.

Untungnya, Arumi sudah menyiapkan kursi paling depan bagi Eilaria. Makanya ia tak perlu repot mencari tempat duduk bagi dirinya sendiri.

"Kenapa baru datang, sih? Kau sudah melewatkan 3 pembicara sebelumnya. Selesai aktor ini, tinggal satu lagi." ujar Arumi sedikit kesal melihat sahabatnya itu baru saja datang.

"Maaf, aku terlambat datang. Semalam bergadang menyelesaikan tugas."

"Makanya, ambil mata kuliah jangan kebanyakan, neng. Pusing sendiri kan?"

"Pingin cepat selesai supaya bisa langsung lanjut S2."

"Dasar kutu buku."

Keduanya tertawa cekikikan. Tak lama kemudian, sang aktor selesai dengan kuliahnya yang lebih banyak pengalaman pribadinya menurut Arumi.

"Dan pemberi materi kita yang terakhir adalah, mantan ketua senat, peraih mahasiswa terbaik selama 4 tahun 8 bulan menimbah studi S1 dan S2 di universitas kita. Pengusaha muda yang terkenal, karena menjadi salah satu arsitek yang bekerja dalam pembuatan gedung tertinggi di Indonesia ini. Dialah Gabriel Jeremi Dawson."

Deg!

Mata Eilaria membulat melihat pria tampan yang berdiri di podium itu. Kaki gadis itu bergetar dan rasanya ia ingin berlari dan memeluk si Dawson itu.

"Arumi, dia itu pria yang ku rindukan selama

ini." ujar Eilaria sambil menatap Gabriel Jeremi Dawson tanpa berkedip. Ia langsung tersenyum. Kali ini ia punya alasan untuk bertemu dengan pria itu. Novelnya yang tertinggal.

*********

Hai pembacaku yang baik hati...

bagaimana kisah awal si kembar anak Giani dan Jeronimo?

Nih visualnya :

GABRIAN DAN GABRIEL DAWSON

EILARIA MEGAN THOMSON

Akhirnya Berkenalan

Tepuk tangan mengiringi akhir dari cerita Gabriel bagaimana ia bisa sukses menjadi seorang pengusaha muda yang bergabung dengan perusahaan besar lainnya. Ia sama sekali belum bergabung dengan perusahaan papanya karena Gabriel ingin membuktikan bahwa ia bisa tanpa nama besar Dawson.

Jantung Eilaria terus berdetak secara cepat. Ia sungguh jatuh cinta pada pria tampan itu.

"Jadi beneran dia pria yang kau sukai?" tanya Arumi.

"Iya."

"Dia sangat tampan, Eil. Dia juga terlihat seksi dengan jas kerjanya itu. Aku dapat membayangkan, betapa hangatnya dipeluk oleh lengan kekar itu." ujar Arumi.

"Dasar centil!" Eilaria menepuk jidat sahabatnya. Ia tahu kalau mulut Arumi kadang suka asal bicaranya. Namun Arumi sama seperti dirinya. Masih menjaga keperawanan mereka untuk pria yang nantinya akan menjadi pasangan sah mereka.

Selesai kuliah khusus hari ini, para mahasiswa banyak yang mengajak berfoto para pemberi materi. 5 orang pria tampan dan 1 orang gadis cantik.

Pandangan Eilaria beralih pada sosok tampan yang paling banyak dikelilingi oleh para gadis. Ada yang minta foto bersama dan ada juga yang berbasah-basi bertanya tentang pekerjaan.

Setelah itu, Eilaria melihat kalau Gabriel perlahan beranjak pergi. Tidak, aku harus mengajaknya berkenalan kali ini.

Langkah Eilaria sedikit dipercepat, mengejar langkah panjang sang pria tampan.

"Kak Gabriel...!" panggil Eilaria.

Gabriel menghentikan langkahnya. Wajahnya langsung tersenyum melihat gadis manis di depannya. Gabriel merasa pernah mengenal gadis itu namun ia lupa dimana.

"Ya?" jawab Gabriel saat ia tersadar dari pesona gadis cantik itu.

"Apa kabar kak?"

"Baik."

"Aku mau mengembalikan novel kakak." Eilaria mengambil novel itu dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada Gabriel.

Kening Gabriel terangkat. "Novelku?"

"Masih ingat? 2 minggu lalu, di ruang tunggu bandara London. Kakak duduk tepat di depanku. Saat kakak berdiri, novel kakak ini ketinggalan. Sudah ingat?"

Gabriel tersenyum. "Jadi kau gadis cantik yang duduk di depanku waktu itu?"

Wajah Eilaria menjadi merah saat mendengar pujian itu.

"Terima kasih ya karena menyimpan Novel ini. Aku tak menyangka kalau kamu kuliah di tempat ini."

"Aku sejak SMA sudah tinggal di Jakarta."

"Oh begitu. Siapa namamu?"

Eilaria mengulurkan tangannya. "Namaku Eilaria Thomson."

"Aku Gabriel Dawson." Gabriel menyambut tangan Eilaria. "Apakah sebelum di bandara London, kita berdua sudah pernah bertemu?" tanya Gabriel tanpa melepaskan pegangan tangannya.

Eilaria tersenyum. Apakah Gabriel mengingat pertemuan mereka dulu di Bali?

"Apakah kau pernah ke Bali sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu?"

"Sebenarnya aku hampir setiap tahun yang ke Bali. Namun kalau mengingat sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, itu saat aku merayakan ulang tahunku yang ke-17 tahun."

Senyum Eilaria semakin lebar saja. "Di situlah aku pertama kali melihatmu"

Pegangan tangan Gabriel terlepas. "Oh ya? Jadi selama kurang lebih hampir 5 tahun kau terus mengingat aku?"

Wajah Eilaria langsung menjadi panas. Perkataannya telah membuka rahasia hatinya sendiri.

Hati Gabriel bergetar. Sebagai pria yang sudah beberapa kali pacaran, ia dapat jelas melihat pancaran mata Eilaria yang menyimpan cinta untuknya. Apakah itu berarti gadis ini telah menyimpan perasaan khusus untuknya sejak 5 tahun lalu? Memangnya ada yang seperti itu?

"Eh, aku hanya ingin mengembalikan novel ini saja, bye..." Eilaria langsung membalikan tubuhnya dan menjauhi Gabriel.

"Gadis yang unik. Aku suka padanya." guman Gabriel pada dirinya sendiri. Ia kemudian menatap novel yang diserahkan oleh Eilaria padanya. Lalu segera melangkah menuju ke tempat parkir.

Gerry, asisten sekaligus sopir pribadinya langsung membukakan pintu mobil bagi bosnya itu.

"Gerry, carikan data dari gadis cantik bernama Eilaria Thomson. Dia salah satu mahasiswa di universitas ini. Aku ingin tahu semua tentang dia hari ini juga." Kata Gabriel saat mobil mulai berjalan.

"Baik, bos." ujar Gerry. Ia tahu kalau Gabriel sangat memperhatikan semua gadis yang dekat padanya. Bukan hanya kali ini saja Gerry harus mencari tahu seluk-beluk seorang gadis sebelum akhirnya menjadi pacar Gabriel.

Mobil berhenti di salah satu perusahaan yang menjadi tempat Gabriel bekerja. Ia sudah satu tahun menjadi pemimpin di perusahaan yang didirikannya sejak satu tahun yang lalu. Perusahaan yang langsung membawa keberuntungan bagi Gabriel karena kemampuannya memimpin dan mengolah perusahaan dengan baik.

Gabriel langsung masuk ke ruangannya. Bayangan wajah Eilaria sungguh mengganggunya saat ini. Ia mencoba mengingat peristiwa 5 tahun yang lalu saat ia merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di Bali. Tiba-tiba ia ingat sesuatu. Ia langsung tersenyum.

3 jam kemudian, Gerry datang membawakan apa yang Gabriel mau.

"Namanya Eilaria Megan Thomson. Anak bungsu dari pasangan Caleb dan Grace Thomson. Keluarga Thomson merupakan salah satu keluarga bangsawan di London. Orang tua Eilaria adalah direktur The Thomson Company. Perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan mall. Sejak SMA, Eilaria memang sudah tinggal di Jakarta. Di sebuah apartemen mewah. Ia di temani oleh pengasuh nya. Mahasiswa semester 5. Ia hampir saja menyelesaikan kuliahnya karena terkenal sebagai salah satu mahasiswa terbaik di angkatannya. Belum pernah pacaran dan tidak pernah ikut pesta apapun yang berhubungan dengan narkoba dan miras."

Gabriel tersenyum mendengar laporan Gerry. Walaupun sudah beberapa kali pacaran, namun Gabriel belum pernah merasa sangat tertarik dengan seorang gadis seperti yang ia rasakan pada Eilaria.

"Bos, apakah bos tertarik dengan gadis ini? Ia memiliki darah Indonesia juga, lho. Mama dari mamanya adalah orang Medan dan mama dari papanya adalah orang Manado."

"Oh ya? Pantas saja ia tak memiliki mata biru seperti kebanyakan keluarga Thomson lainnya. Pamannya Erland Thomson adalah mitraku di Korea. Istrinya juga adalah turunan Korea-Jawa."

"Aku tahu bos. Istri Erland Thomson adalah anak dari pemain piano Edward Kim. Aku sangat menyukai pemain piano legendaris itu."

"Aku juga sangat menyukai Edward Kim. Aku bahkan punya impian, jika menikah nanti, ingin Edward Kim atau anaknya Meloddy Kim bermain piano di dansa pertamaku."

"Memangnya bos ingin menikah muda? Usia bos kan sekarang batu 22 tahun."

"Kenapa memangnya dengan menikah muda? Aku ingin anak-anak ku tumbuh besar disaat usiaku masih 40an. Aku bahkan ingin memiliki cucu di saat itu."

Gerry tersenyum. "Memangnya bos sudah punya calon yang tepat?"

"Saat ini belum. Kamu kan tahu semua gadis yang dekat denganku hanya ingin bersamaku karena tahu kekayaan orang tuaku, karena tertarik dengan wajah tampanku dan kemampuanku merayu mereka."

"Bos terlalu memanjakan para gadis dengan hadiah-hadiah mahal."

"Ya. Dan akhirnya aku tahu dengan harta banyak perempuan yang siap membuka bajunya di hadapan ku. Sayangnya, aku tak menginginkan gadis yang sudah tak perawan. Mungkin terdengar kuno namun aku menginginkan seorang perawan. Karena aku juga masih perjaka."

"Apa? Bos masih perjaka? Bukankah selama ini bos dan para gadis itu sering kencan?"

"Kami pacaran hanya sebatas ciuman dan sedikit sentuhan. Namun aku tak mau berbuat jauh dengan mereka. Aku punya 2 orang adik perempuan. Aku tak ingin mereka disakiti oleh pria lain. Sejujurnya aku takut merusak anak gadis orang karena aku sendiri takut adikku akan mengalami hal yang sama."

"Aku kagum padamu, bos."

"Memangnya kamu sudah tidak perjaka, Ger?"

Gerry tersenyum agak malu. "Mana ada sih pria berusia 27 tahun yang masih perjaka, bos? Jujur saja, aku pertama kali melakukannya justru di saat pesta kelulusan SMA."

"Jadi hubunganmu dengan Aluna saat ini....." Gabriel sengaja mengantungkan kalimat nya. Aluna adalah salah satu pegawai Gabriel di bidang keuangan.

"Kami sudah tinggal di apartemen yang sama bos."

"Busyet...! Kenapa nggak menikah saja?"

"Aku belum siap membuat komitmen dan Aluna juga masih ingin sendiri karena punya tanggungjawab terhadap kedua adiknya di kampung."

Gabriel mengangguk beberapa kali. Ia mengerti dengan kisah hidup yang Gerry pilih dan dia juga tetap memegang prinsipnya itu. Ajaran mamanya selalu Gabriel ingat. Pacaran jangan sampai melakukan Zinah.

"Bos, apakah bos akan mendekati nona Eilaria?"

Gabriel sesaat termenung. Ia menatap novel yang dikembalikan Eilaria padanya. Ada sesuatu yang sebenarnya mengusik hatinya. Namun Gabriel berusaha menepiskan nya.

**********

Rasa lelah karena padatnya jadwal kuliah di hari ini membuat Eilaria sedikit pusing saat keluar dari ruang kelasnya. Ia menyadari, banyaknya mata kuliah yang ia kontrak di semester ini membuat ia sedikit kewalahan. Belum lagi jika semua dosennya memberi tugas dan akan dikumpul di minggu yang sama juga. Eilaria terkadang harus bergadang semalam suntuk.

Papanya selalu mengatakan kalau kepintaran Eilaria merupakan gen dari keluarga Thomson.

Hari ini Eilaria tak membawa mobil. Tadi pagi saat ia akan memakai mobilnya, ia melihat ban depannya kempes dan ia tak punya waktu untuk menggantinya dengan ban yang lain.

Arumi sudah sejak tadi pulang dan Eilaria terpaksa harus naik taxi untuk kembali ke apartemennya.

Ia melangkah perlahan meninggalkan halaman kampus dan menuju ke gerbang utama. Hari sudah mulai malam dan Eilaria ingin cepat sampai di apartemennya untuk mandi dan segera tidur.

Saat ia tiba di pintu gerbang, ia tak melihat ada taxi yang biasa nongkrong di sana. Eilaria sedikit kesal. Ia mengambil ponselnya hendak memesan taxi online saat sebuah mobil Lamborgini merah berhenti tepat di depannya. Pintu mobil terbuka dan tampak seorang pria turun dan berjalan ke arahnya.

oh my God! Apakah aku tidak salah melihatnya? Bukankah itu adalah....

"Hallo Eilaria!" Sapa Gabriel dengan pesona senyumannya yang selalu membuat para gadis terpikat.

"Ha..hallo, kak." Agak tersendat Eilaria membalas sapaan Gabriel.

"Mau pulang?"

"Iya. Aku baru mau memesan taxi online."

"Nggak ada yang menjemput?"

"Nggak."

"Mau ku antar pulang?"

Deg! Jantung Eilaria bagaikan berhenti berdetak. Apakah ini bukan mimpi? Pria yang selalu ada dalam pikirannya selama ini, kini mengajaknya pulang bersama?

"Kau tak mau?" tanya Gabriel terdengar sedikit kecewa.

Eilaria menatap cowok di depannya dengan intens. Ia memang menyukai Gabriel. Namun ia tak mengenal Gabriel. Bagaimana jika pria ini jahat?

"Aku naik taxi saja, kak. Kita baru berkenalan kemarin. Kita belum kenal baik untuk bisa duduk bersama dalam satu kendaraan." Eilaria tahu, sesuka apapun dia pada Gabriel, nasehat neneknya Faith akan selalu dia ingat. Jangan pernah percaya pada pria yang baru saja kau kenal.

Gabriel terkejut mendengar perkataan Eilaria. Sangat jelas terlihat kalau gadis ini menyukainya. Namun sekarang ia baru saja ditolak?

Eilaria memanggil sebuah taxi yang baru saja lewat. Ia membuka pintu taxi dan menoleh ke arah Gabriel. "Sampai jumpa nanti, kak." Katanya sebelum masuk ke dalam.

Taxi itu pun menghilang dari pandangan Gabriel. Wajah cowok yang selama ini tidak pernah ditolak oleh cewek bagaikan ditampar setelah kepergian Eilaria. Ia sudah berusaha mencari jadwal kuliah Eilaria dan memacu mobilnya sangat cepat menuju ke tempat ini namun akhirnya ia ditolak.

Saat ia masuk kembali ke dalam mobilnya, cowok itu menatap jauh ke depan. Ia kemudian tersenyum sambil berkata pada dirinya sendiri. "Kau sudah menemukan gadis yang tepat untuk menjadi istrimu, Gabriel."

Lalu ia menjalankan mobilnya, menembus malam di kota Jakarta yang mulai sarat dengan kehidupan malamnya.

So, bagaimana kisah perjuangan Gabriel mendapatkan Eilaria?

Dukung terus cerita ini ya guys...

Sungguh-sungguh Jatuh Cinta

Gabriel memarkir mobilnya di depan lobby mansion rumah orang tuanya. Gabriel memang punya apartemen sendiri namun ia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah orang tuanya.

Saat ia memasuki ruang keluarga, ia terkejut melihat wanita kesayangannya sedang duduk sambil menonton TV.

"Mommy, kau sudah kembali?" tanya Gabriel dan langsung mendekati mamanya sambil memeluk wanita berusia 40an itu yang masih terlihat cantik dan menarik. Mommy selama 3 hari berangkat ke Bali untuk melihat cafenya di sana.

Giani menepuk punggung putranya dengan lembut. Ia menikmati pelukan anaknya yang kini sudah menjadi pria dewasa.

"Hallo sayang...." Kata Giani lalu melepaskan pelukannya dan mencium pipi putranya secara bergantian kiri dan kanan.

Jeronimo, papa Gabriel yang baru menuruni tangga langsung berseru. "Duh, tadi saat aku pulang dan menyapa mommy mu, aku hanya mendapatkan satu ciuman di tangan."

Gabriel melirik papanya. "Come on, dad. Kau masih saja cemburu jika mommy menciumiku lebih banyak darimu."

Jeronimo mendekati istri dan putranya. Ia sungguh menyayangi semua anggota keluarganya.

"Bagaimana perusahaan mu? Kapan kau akan gabung dengan perusahaan daddy?" Tanya Jero saat Giani meninggalkan suami dan putranya untuk membuatkan mereka kopi.

"Dad, usiaku kan baru 22 tahun, aku ingin merintis karirku sendiri. Lagian, daddy kan masih kuat mengolah perusahaan tanpa bantuan ku."

"Daddy kadang merasa sedih. Gabrian masih sibuk dengan bisnisnya di London, kamu masih sibuk dengan bisnismu di Jakarta, kapan daddy akan istirahat dan akhirnya bisa bulan madu lagi bersama mommy kalian."

"Kita kan sudah biasa liburan bersama, dad"

"Daddy ingin hanya daddy berdua dengan mommy mu."

Giani yang datang membawa kopi untuk suami dan putranya tersenyum. "Nantilah sayang. Kita pasti akan punya waktu untuk pergi berdua. Yang sekarang harus kita lakukan adalah, bagaimana caranya membuat Ian pulang. Dia kayaknya sudah sangat betah tinggal di sana."

"Iel, kemarin saat kamu berkunjung ke London, apa yang saudaramu katakan?" tanya Jero.

Gabriel menyesap kopinya. "Kakakku itu sudah ambil program studi S3 nya. Jadi sambil kuliah, ia menjadi dosen sekaligus menjalankan perusahaan bersama paman Beryl di sana. Mungkin juga karena ia sedang dekat dengan Figia."

"Sanche Figia? Ponakannya si Fidel?" Giani terkejut.

"Iya. Yang aku lihat sih begitu. Mereka dekat namun Ian tak mengatakan apapun."

Giani nampak tak suka. Perempuan itu adalah anak dari Veronika, mantan Jeronimo yang sempat menjadi gila karena Jeronimo memutuskannya.

"Jangan-jangan dia sama gilanya dengan pamannya Fidel." Cicit Jero tampak tak suka juga.

"Fidel yang sampai sekarang masih tergila-gila pada mommy kan?" Gabriel menahan senyumnya. Ia tahu daddy-nya pasti akan cemburu.

"Iya. Pada hal usianya sudah 50an. Ia juga sudah punya istri. Namun masih saja sering mengirimi mommy mu dengan bunga mawar nya." Jero nampak kesal.

Giani tersenyum. "Biarkanlah ia mengirimi aku seribu mawar setiap hari. Namun hatiku hanya untukmu, sayang."

Gabriel tersenyum. Inilah yang paling ia suka pada orang tuanya. Kemesraan mereka tak pernah lekang oleh waktu. Ia begitu ingin menjadi seperti mereka dengan pasangannya. Saling mencintai dan selalu romantis saat menikmati waktu bersama.

Wajah Eilaria tiba-tiba saja melintas di kepalanya. Bagaimana gadis itu menolaknya tadi. Jantung Gabriel berdetak dengan sangat cepat saat ia membayangkan gadis itu. Apakah aku sudah jatuh cinta padanya?

"Mommy, mengapa seorang gadis menolak kita pada hal sudah jelas terlihat kalau dia menyukai kita?" tanya Gabriel.

"Seorang Dawson ditolak perempuan? Sungguh memalukan." Jero menatap putranya sambil geleng-geleng kepala.

Giani menatap suaminya tajam. "Memangnya aku tak pernah menolakmu dulu?"

"Sayang, jangan ingatkan masa lalu."

Gabrian terkekeh. "Dad, jangan ganggu diskusi ku dengan mommy."

"Ok. Aku mau melihat kedua putriku dulu. Apakah mereka sedang belajar atau malahan main game." Jeronimo mengangkat gelas kopinya dan berjalan ke ruang kerjanya yang sering dipakai oleh Joselin dan Stevany untuk belajar.

Giani menatap putranya. "Jika seorang gadis menolak kita, pada hal kita yakin kalau dia menyukai kita, kemungkinannya ada dua. Pertama, ia sudah memiliki pacar dan hanya terpesona padamu, dan kedua, dia belum percaya padamu."

"Belum percaya?"

"Ya. Rasa suka kadang datang bisa saja di pertemuan pertama. Namun rasa percaya pada seseorang akan datang dengan seringnya kita bersama. Buatlah dia percaya padamu barulah dia akan menerimamu menjadi bagian dalam hidupnya."

"Thanks, mommy."

"Siapa dia?"

"Gadis blesteran Indonesia-London. Tapi dia kuliah di sini."

"Kapan dikenalkan pada mommy?"

"Jika dia sudah menerima lamaran ku."

"Lamaran?"

"Ya. Mommy lupa kalau aku ingin menikah muda? Kali ini aku menemukan gadis yang tepat. Mommy doakan saja ya?"

Giani hanya bisa mengangguk. Brian dan Briel bisa saja kembar. Namun semakin mereka dewasa semakin nampak ada yang berbeda. Yang satu ingin menikah muda, yang lain ingin menikah jika sudah berusia 30 tahun. Yang satu suka sekali makan nasi, yang satu lebih suka sayur dan daging. Yang satu suka bola basket dan yang satu suka sepak bola.

*********

Eilaria terkejut saat melihat kalau Gabriel berdiri di depan mobilnya yang ada di halaman parkir kampus.

2 hari berlalu semenjak Eilaria menolak untuk diantar pulang oleh Gabriel. Kini cowok tampan yang punya sejuta pesona itu muncul lagi di hadapannya.

"Sudah selesai kuliah?" tanya Gabriel.

Eilaria mengangguk. Suaranya seakan tersekat di tenggorokan dan tak mampu bicara. Ia sungguh kehilangan seluruh akal sehatnya jika menatap mata Gabriel.

"Punya waktu untuk bicara denganku hari ini?"

"Bicara apa?" Eilaria akhirnya bisa mengeluarkan suaranya.

"Tentang diriku dan juga tentang dirimu."

Dahi Eilaria berkerut.

"Aku menyukaimu, Eil. Aku juga tahu kalau kamu menyukaiku. Aku ingin kita saling mengenal supaya kamu tahu siapa aku dan aku tahu siapa kamu. Aku ingin kau percaya bahwa aku orang baik dan bahwa apa yang kurasakan padamu bukanlah sesuatu yang main-main."

Perkataan Gabriel membuat jantung Eilaria berdetak sangat cepat. Lelaki itu mengutarakan isi hatinya. Eilaria memang memikirkannya beberapa hari ini. Ia bahkan tak bisa tidur dengan nyenyak karena wajah cowok itu seperti menghantuinya.

"Baiklah. Di mana kau ingin kita bicara, kak?"

Senyum di wajah Gabriel mengembang. "Kemana saja yang membuatmu merasa aman."

"Bagaimana kalau ke apartemenku."

"Apa?"

"Eh, jangan salah mengerti, kak. Kebetulan tadi aku meminta bibi untuk menyiapkan ayam sambal balado kesukaanku. Aku bahkan menahan lapar karena ingin menikmatinya di apartemen. Bukankah sebaiknya kita pergi makan dulu sebelum berbagi cerita? Berbicara dengan perut yang kosong rasanya akan kurang konsentrasi."

Gabriel menatap wajah cantik di depannya dengan gemas. Ingin rasanya ia mencubit pipi mulus itu yang nampak cantik walaupun tanpa lapisan riasan wajah.

"Baiklah."

"Kita naik mobilku saja?"

Gabriel mengangguk. Ia pun memberi kode pada Gerry untuk mendekat.

"Gerry, kau pergilah makan siang nanti aku telepon lagi untuk menjemput ku."

Gerry mengangguk. "Baik, tuan!" lalu ia segera pergi meninggalkan halaman kampus. Gabriel pun masuk ke dalam mobil Eilaria dimana gadis itu sudah menunggunya dengan duduk di balik stir mobil. Perlahan mobil itu berjalan meninggalkan kampus.

Jarak dari kampus ke apartemen Eilaria ternyata memakan waktu sampai 20 menit. Apartemen Eil adalah salah satu apartemen mewah yang ada di Jakarta dan merupakan apartemen yang dibangun oleh perusahaan daddy Jeronimo. Namun Gabriel menahan diri untuk tidak menceritakan hal itu pada Eil. Termasuk juga unit apartemen Gabriel yang berada di gedung yang berseberangan dengan gedung apartemen Eil.

"Ayo masuk!" ajak Eilaria ramah. Seorang wanita berusia sekitar 50an menyambut mereka dengan senyum ramahnya. Ini memang bukan pertama kali Eil membawa teman kampus pria ke apartemen.

"Satu kampus ya?" tanya bi Uli sambil berbisik. Keduanya sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang.

"Bukan bi. Dia cowok yang aku ceritakan waktu itu."

"Yang empunya novel?"

Eil mengangguk malu-malu.

"Ya ampun, non. Pantas saja non jatuh cinta padanya. Dia tampan dan kelihatannya sopan."

"Dia memang tampan." Eilaria merasakan jantungnya kembali berdetak sangat cepat. Ia sesekali melirik ke arah Gabriel yang sedang berdiri di balkon ruang tamu sambil menelepon seseorang. Cowok itu kelihatan modis tanpa jas kerjanya.

Akhirnya mereka pun makan berdua. Bi Uli sengaja meninggalkan mereka berdua dan memilih untuk ada di kamarnya.

"Kakak suka makanan pedas juga?" tanya Eil

"Iya. Mamaku juga suka masak makanan yang pedas. Namun di rumah hanya aku dan mama yang suka memakannya."

"Aku juga suka makanan pedas. Walaupun awalnya waktu pindah ke sini agak susah namun lama-kelamaan jadi terbiasa juga."

"Katanya sejak SMA kamu sudah sekolah di sini ya?"

"Iya. Sejak kecil aku suka Indonesia. Aku suka daerah beriklim tropis. Sebenarnya aku punya alergi dingin. Jika di London Sedang musim salju, aku harus memakai pakaian tebal berlapis-lapis dan tak pernah melepaskan kaos kaki dan kaos tanganku. Kulitku akan menjadi merah jika udara terlalu dingin dan aku akan cepat batuk. Makanya, Oma dan Opa akan selalu mengajakku liburan ke daerah-daerah tropis jika musim salju tiba. Akhirnya aku harus menjalani homeschooling sampai SMP. Makanya saat akan masuk SMA, aku tinggal di Indonesia."

Gabriel menatap Eil dengan bangga. "Kau sangat mandiri. Apakah hanya tinggal berdua dengan pengasuhmu?"

"Sebenarnya kami tinggal bertiga dengan anak bi Uli. Namun sejak 6 bulan yang lalu, ia sudah menikah dan ikut suaminya tinggal di Malang."

Selesai makan siang dengan berbagi cerita bersama, mereka pun berpindah ke ruang tamu sambil menikmati puding yang dibuat Eilaria kemarin. Gabriel ternyata sangat menyukai puding coklat buatan Eil.

"Ternyata kita memiliki banyak kesamaan ya? Suka membaca novel, suka makanan pedas dan suka puding coklat." Ujar Eil.

"Dan karena itulah aku yakin kalau kita akan memiliki kecocokan sebagai pasangan kekasih."

Eil terkejut mendengar perkataan Gabriel. Pasangan kekasih? Bukankah ini terlalu cepat?

"Tapi, kita baru saja kenal dan ...."

"Kita harus menjadi pasangan kekasih supaya bisa saling mengenal." Gabriel yang tadinya duduk berhadapan dengan Eil, kini berpindah di samping gadis itu. Di raihnya tangan Eil dan digenggamnya dengan lembut. "Maukah kau menjadi kekasih ku?"

Eilaria mendongak dan pandangannya langsung bertemu dengan manik hitam Gabriel. Walaupun ia selama ini belum pernah pacaran, namun dia dapat melihat kesungguhan di mata itu.

"Bagaiman, Eil?" tanya Gabriel dengan sangat gugup. Ia takut ditolak lagi oleh Eilaria.

"Aku mau." Jawab Eilaria sambil tertunduk malu.

Gabriel mencium kedua tangan Eilaria yang ada dalam genggamannya secara bergantian. Ia sungguh bersyukur karena gadis itu menerimanya. Ada perasaan bahagia sekaligus bangga di dalam hatinya. Walaupun jauh dikedalaman hatinya, ada bayangan wajah Ian yang melintas. Ian pasti mengerti.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!