NovelToon NovelToon

pindah dimensi)

aku gadis tak sempurna

namaku Anna, mungkin tahun ini usiaku memasuki umur 20 tahun, gadis cantik nan ceria.

Namun seumur hidupku aku tak bisa melihat dunia, bukan karna aku buta , hanya saja nasib tak berpihak padaku. aku bagaikan seorang gadis yang terkurung sangkar besi, gadis yang tak mampu terbang dan melakukan hal yang biasa dilakukan orang banyak.

aku ini bukan gadis normal pada umumnya, aku ini gadis cacat, seumur hidupku aku bertopang pada kursi roda.

karna keterbatasan, orang-orang sering menganggapku rendah, aku sering bertanya-tanya, apakah menjadi gadis cacat itu adalah sebuah kesalahan?. cacian dan hinaan sering mereka lontarkan padaku, apakah aku ini sampah tak berguna?.

namun kini aku menyadari, menjadi gadis cacat bukanlah sebuah kekurangan, tapi aku ini anak istimewa, anak yang dititipkan tuhan untuk menyadarkan orang lain bahwa orang cacat itu orang yang kuat, lihat aku sekarang, aku tak pernah terjatuh, aku tak perna merasakan pegal dikakiku.

hingga suatu hari ibuku membawakan Dosen baru untuku, aku mengira dengan hadirnya Dosen baru aku tidak akan merasa bosan, namun sepertinya aku salah, Dosen baru itu bukan ide yang benar.

kalian ingin tahu kenapa aku dan Dosen baruku tidak bisa dipisahkan?.

kalau kalian penasaran, simak ceritaku baik-baik.

padi hari yang cerah, gadis cantik itu masih terdiam sambil merenung sepi, tanganya bergerak melukis imajinasi yang mengingatkanya akan dunia luar yang indah.

mungkin hanya itu yang bisa ia lakukan, walaupun tubuhnya ingin pergi namun hatinya terus menolak, hati ini masihlah sangat rapuh, setelah penghinaan terhadapnya hari itu, hatinya masih tersayat luka.

Anna menggambar sesuatu diatas kertas, air matanya perlahan menetes, hidupnya memang berkecukupan, tapi hatinya tidak merasakan bahagia, orang tua yang selalu keluar rumah setiap hari, membuatnya hidup dalam sebuah sunyi.

Anna menggerakan kursi rodanya kearah pagar, tanganya terangkat meraih pagar besi menjulang tinggi yang terus mengungkungnya setiap saat, memisahkannya dengan dunia luar.

kalau saja dia adalah gadis normal, mungkin pagar ini bukanlah sebuah hambatan, rasanya dunia ini tidak adil, sampai kapan dia duduk membeku seperti ini?, kapan ia akan bisa keluar dari sebuah lubang dalam ini?.

tiba-tiba tangan lembut itu mengusap kepalanya sayang, Anna mendongakan wajahnya keatas, menatap sang ibu yang tersenyum manis kearahnya.

Anna memeluk ibunya erat, rasanya hidup ini sudah berakhir, tapi mengapa jantung ini masih berdetak?, keluh Anna, dalam setiap lantunan do'a, setiap air mata, Anna hanya bisa berharap hidupnya normal seperti orang lain.

"jangan berkecil hati, terus coba" ujar Sinta pada putri kesayanganya, semangat itu yang membuat Anna bisa bangkit dari segala keterpurukan, walaupun terkadang Anna seing terjatuh dari sebuah mimpi. namun dengan semangat, mimpinya pasti bisa diraih.

"sebentar lagi Dosen baru Anna akan sampai, semangat terus ya, semoga dengan datangnya Dosen baru ini, Anna bisa lebih semangat" suara lembut itu mengalir sempurna, mengalirkan sebuah sayang yang tulus.

Anna mengangguk semangat, hidupnya belum berakhir sampai disini, masih ada masa depan yang cerah menantinya didepan sana,

mungkin tuhan sedang mengujinya, untuk menyiapkan kado terindah dimasa yang akan datang.

semangat Anna perlahan bangkit, kepercayaanya terhadap keberuntungan sudah terukir jelas, hanya tinggal mencari sebuah jalan untuknya bisa meraih mimpi itu.

tak ada yang mustahil di dunia ini, walaupun dirasa tidak memungkinkan, tapi yakinlah hidup itu sebuah pilihan yang pasti. hanya tinggal mencari bagaimana usaha kita untuk menggapainya.

guruku

gadis cantik itu masih fokus pada pembelajaranya, walaupun tidak berkuliah seperti orang lain, tapi Anna bersyukur, dirinya masih bisa melanjutkan pendidikan.

Anna tergolong anak yang cerdas, mudah untuknya mengetahui segala sesuatu yang sulit dipelajari gadis seusianya, namun sayang, Anna masih kurang percaya diri, mungkin keterbatasan yang ia miliki membuatnya merasa menjadi orang paling rendah.

ketukan pintu mengganggu aktivitasnya, karna di rumah sudah tidak ada orang, Anna membuka pintu itu sendirian, walaupun dirinya takut bila harus berpapasan dengan orang lain, tapi Anna meneguhkan dalam hatinya, orang yang mengetuk pintu adalah orang yang baik.

perlahan Anna memutar kursi rodanya menuju pintu, memutar kunci itu perlahan lalu membukanya. dilihatnya seorang pria tinggi berdiri membelakangi Anna dengan pakaian rapihnya.

"siapa?" tanya Anna memastikan orang yang ada didepannya.

pria itu berbalik, menatap wajah Anna intens. "benar ini rumahnya buk sinta?" tanyanya lembut.

Anna terpaku menatap wajah tampan itu, mungkin karna dirinya jarang sekali keluar rumah, pemandangan itu bagaikan penomena langka yang tidak datang setiap saat.

"nona?" ujar pria itu sambil melambai-lambaikan tangganya didepan Anna, seketika Anna tersadar, semburat merah menghiasi wajahnya.

"i- iya, ini rumahnya buk Sinta" jawab Anna gugup, entah mengapa jantungnya terasa berdegup sangat kencang.

"oh perkenalkan namasaya Zidan, saya disini sebagai Dosen yang di kirim untuk saudari Anna, apakah itu anda" sapa Zidan dengan penuh kelembutan.

Anna mengangguk sambil wajahnya menunduk menatap tanganya yang dilipat diatas paha, Anna mencoba menyembunyikan wajah yang sudah merah padam karna malu dan gugup.

"apa kita bisa memulai pembelajaran-nya sekarang?, ataukah anda ingin mengundur jadwalnya?" tanya Zidan, memastikan.

Anna memberanikan diri menatap wajah Zidan, manik matanya menatap wajah teduh itu dengan tatapan yang sayu, perlahan Anna memundurkan kursi rodanya, memberi jalan untuk Zidan masuk.

ini adalah pengalaman pertama Anna, selama ini dosen-nya itu selalu saja orang yang sudah berumur, ataupun seorang wanita cantik, tapi kali ini berbeda, Zidan nampaknya masih pejaka, mungkin kalau ditaksir dari kerutan diwajahnya, usia zidan masih kurang dari angka tiga puluh tahun.

pembelajaran hari ini dimulai dari perkenalan, penyampaian materi, dan cara mengaplikasikan-nya dalam kehidupan sehari-hari.

Anna cukup terhibur, cara Zidan menyampaikan materinya sangat mudah untuk dipahami, ditambah praktek yang langsung dilakukan setelah penyampaian materi selesai, membuat Anna nyaman.

walaupun tadi jantungnya sempat berdegup tak karuan, tapi kini Anna merasa tenang, rasa aman yang Zidan berikan membuatnya sedikit merasa lebih baik.

Anna membuka buku harianya, menuliskan beberapa kesan untuk Dosen barunya itu setelah waktu pembelajaran berakhir.

perlahan Anna mencuri pandangan-nya pada Zidan, entahlah ini rasa nyaman ataukah apa, yang kini Anna rasakan adalah sebuah perasaan mengagumi yang berlebih.

Anna menatap wajah Zidan intens, matanya tak bisa berkedip, apakah Zidan merasakan hal yang sama sepeti halnya Anna?, rasa yang ada namun sulit diungkapkan dengan kata-kata. entahlah, Anna tak peduli, yang saat ini ada dalam pikiranya hanyalah Zidan dan wajah tampan-nya.

"untuk hari ini dicukupkan sekian, besok kita akan lanjut pembelajaranya lagi" pamit Zidan pada Anna, kenapa waktu ini bergerak begitu cepat?, tanya Anna dalam hati, Anna ingin waktunya bersama Zidan tak disia-siakan dengan hanya membahas materi dari buku, Anna ingin mengenal Zidan lebih dekat, bahkan sangat dekat hingga mereka tak bisa dipisahkan.

pergi melihat dunia

tak terasa waktu berjalan begitu cepat, sudah hampir tiga minggu Anna belajar bersama Zidan, mereka kini semakin dekat, Anna sudah tak sungkan untuk berbicara, ataupun menanyakan sesuatu pada Zidan.

Anna kini sedang duduk dihalaman, matanya menatap langit yang cerah nan indah, sudah berapa tahun lalu sejak terakhir Anna pergi melihat dunia, menatap langit indah itu dari dekat, rasanya rindu, kalau saja dirinya bisa mengulang waktu, Anna ingin sekali kembali pada masa dimana dirinya disayangi banyak orang.

namun mimpi itu seperti harapan yang tak dapat terwujud, waktu terus berputar tanpa ada jeda, sudahlah, lebih baik Anna menyerah pada keadaan, keadaan dimana dirinya hanyalah sebatas gadis lumpuh.

gadis yang selalu dikucilkan orang, dicela bagaikan sebuah kotoran yang tak berguna.

tiba-tiba tangan itu menyekal pundaknya, membuat Anna meoleh, melihat tangan siapa yang ada disana. dilihatnya Zidan, dengan senyuman manis yang mereka, Zidan menatap Anna dengan penuh kelembutan.

"maaf, bolehkah hari ini saya izin setengah hari, saya punya keperluan mendesak yang tidak bisa diwakilkan" ujar Zidan penuh penyesalan.

Anna hanya tersenyum, lalu mengangguk setuju, karna hubungan guru dan murid ini hanyalah sebuah pormalitas, namun dalam pandangan Anna yang sebenarnya, Zidan bukanlah orang asing, bahkan sudah dianggap seperti kakaknya sendiri, mana mungkin Anna bisa melarang.

"em..., apa anda ingin ikut, kalau anda berkenan, dengan senang hati saya akan mengajak anda" ajak Zidan.

"eh..., tak apa, saya akan tinggal dirumah saja" sambil tersenyum canggung, Anna menolak dengan lembut, melihat dunia luar?, apakah luka dihatinya sudah kering sempurna?. batin Anna bertanya.

"kalau anda tidak mau ikut dengan ajakan guru, saya akan mengajak anda sebagai saudara" ujar Zidan, agak memaksa namun itu demi kebaikan Anna, potensi Anna sangatlah tinggi, kalau Anna tidak cepat mengembalikan kepercayaan dirinya, mungkin Anna akan menjadi kutu buku yang hanya bisa diam di dalam kandang.

Anna terlihat berpikir keras, Zidan mengajaknya sebagai seorang saudara, haruskah ia tolak?, kata saudara yang tadi dilontarkan Zidan membuat Anna dalam dilema besar, hati dan pikiranya bertolak belakang. pikiran-nya ingin sekali menolak, Anna takut rasa sakit dihatinya kembali, sedangkan hatinya menyuruh Anna pergi.

"ayolah, saya memaksa" ujar Zidan semakin mendesak, Anna menghela nafas panjang, "baiklah" ujar Anna pasrah, mungkin inilah saatnya dia harus bertemu dengan dunia.

"apakah anda ingin bersiap, atau mungkin mengganti pakaian?" tanya Zidan.

Anna melihat baju yang sedang ia kenakan, apakah pantas pergi keluar rumah dengan hanya menggunakan kaos dan celana trening?.

"bolehkah saya menggantinya terlebih dahulu?" tanya Anna sedikit canggung.

"tentu" jawab Zidan singkat.

dalam mengurus dirinya sendiri, Anna melakukan-nya tanpa bantuan orang lain, walaupun dalam keterbatasan, Anna akan tetap berusaha seperti gadis pada umumnya.

perlahan Anna membuka pintu, dilihatnya Zidan sudah berdiri di depan ruangan, matanya tak berkedip kala melihat penampilan Anna, dengan dress warna merah darah, Anna tampak mempesona.

"apakah sudah selesai?, mari kita berangkat" ujar Zidan akan mendorong kursi Anna.

"tunggu" ujar Anna agak canggung, Zidan memperhatiknya, menunggu apa yang akan Anna katakan. "apakah anda bisa membantu saya berdiri?" tanya Anna malu, mau bagaimana lagi, dress yang Anna gunakan tidak menjuntai sempurna.

terakhir kali Anna memakai dress adalah saat pernikahan keluarganya, memakainyapun dibantu oleh ibunya.

Zidan tersenyum, Zidan paham apa yang dimaksud Anna, tangan kekarnya mengangkat Anna berdiri, dengan segera Anna mengeratkan pelukan-nya agar tidak terjatuh.

tangan lembut Zidan membantu menurunkan dress Anna, dirasa telah rapih, Zidan menududukan Anna kembali.

"terima kasih" ujar Anna pelan, jantungnya serasa berdegup sangat kencang, tadi dirinya dan Zidan sangatlah dekat, tubuh Zidan seperti sebuah aliran listrik yang membuat Anna bergetar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!