Selamat membaca dan semoga suka dears, banyak kisah rumah tangga yang terjadi kamu suka memandang dari sisi mana? Tapi cobalah lihat dari kedua sisi hingga ketemu titik dimana sebenarnya letak salahnya.
Kebahagiaan menurutku adalah kesederhanaan, sederhana dalam memiliki hingga tiada yang berlebih untuk di dibuang.
Hidup bersamanya selalu memberikan aku kejutan cinta walau dalam konteks biasa perempuan yang cerewet tapi disini suamikulah yang paling cerewet apalagi masalah kebersihan debu berterbangan bisa terlihat dengan matanya. ditambah dengan 2 putri kecil kami yang sangat memberikan lebih banyak warna indah disetiap sudut perjalanan rumah tangga kami.
Aku gak pernah nuntut apapun selagi dia selalu ada disampingku dan melengkapi kurangku dan hanya akulah yang selalu ada dihati tiada yang lain...
Dan dengan melayaninya dengan sepenuh cinta berharap surga tergapai bersama. Genggamlah terus tanganku walau apapun yang terjadi dan berjanjilah kau tidak akan pernah melepaskannya suamiku.
jika ada dua pilihan, pilihlah yang kedua tinggalkanlah yang pertama dengan ikhlas karena jika kau mencintainya dengan utuh maka tidak ada pilihan diantara cinta, saat sudah ada pilihan pertanyakanlah dengan hatimu masihkah ia ada disana?
Itu defenisi kesetiaan cinta bagiku. menurutmu bagaimana? apakah rela disaat pasangan memiliki yang lain dengan mengatas namakan tetap mencintaimu sedangkan sudah ada seseorang disampingnya selain dirimu kini?
Semoga aku selalu bersamanya tanpa ada kata pisah yang memilukan hati. Karena memilikinya sudah sebuah anugrah yang sangat aku syukurin.
Love you honey...
Zia Zahra
¥¥¥
¥¥¥
¥¥¥
Pernahkah dengar kehidupan keluarga yang monoton dan terkesan terabaikan?
Mungkin itulah kehidupan keluargaku. menikah dengannya sudah 3 tahun, kami diberi putri kecil yang sangat manis yang sudah berumur 2 tahun. Aku sempat berkhayal dengan melahirkan seorang anak hati seorang Ibu akan terbangun untuk lebih mementingkan keluarganya tapi itu hanya sebatas angin yang berlalu pergi.
Sebagai lelaki aku sebenarnya ingin dilayani seperti fitrahnya. Pulang kerumah disambut istri dan anak, Makan masakan istri setiap hari, Bersenda gurau diwaktu family time. Tapi janjiku tidak mengikatnya untuk selalu dirumah dan bisa menggapai impiannya membuatku memendamnya. biarlah asal kami bisa bersama dan si kecil tetap memiliki papi dan maminya. Bukankah tiada kesempurnaan di dunia ini?
Untuk mengisi kekosongan itupun aku menyibukkan diriku dengan bekerja dan bekerja. workholic? Sebenarnya tidak tapi melihat rumah yang kosong kahangatan membuatku lebih baik berlama - lama dengan setumpuk kertas.
Bolehkah aku berandai lagi? Andai kekayaan bisa membeli kebahagiaan maka Akan aku berikan semuanya demi membelinya.
Janji adalah suatu yang harus dipenuhi begitu juga dengan ikatan pernikahan jika janji sudah terlontar maka genggamlah jangan lepaskan karena itu butuh pertanggung jawaban.
Abi Zidan
€€€€
Kalau curahatan hati sendiri, hidup berumah tangga itu menyatukan dua isi kepala yang berbeda. bagaimana menyatukannya kalau tidak ada yang saling mengalah? Disaat amarah melanda salah satu harus menjadi air agar api tidak terus berkobar. Saling terbuka dan merenung selesaikan saat hati sudah adem itu lebih baik dari pada saat sedang dalam amarah.
Cobaan hidup abi dan zia bakal dimulai, bagaimana mereka akan menjalankannya? apalagi dengan pendirian prinsip masing - masing. Apakah prinsip masih bisa dipegang teguh atau akan hanya menjadi seonggok ucapan kosong dikala sebuah masalah menghadang kehidupan rumah tangga mereka?
Mempertahankan atau mengabaikan?
"Ma, Ayah pergi dulu kerja dulu ya, biar si kakak dan adek sama Ayah aja perginya sekalian jalan." panggil Mas Farhan.
"Iya sayang, hati - hati dijalan ya. " Sahut Zia.
Hati selalu merasa makin bertambah akan sebuah rasa disaat sebuah perhatian kecil tak luput di semaikan. Begitulah Mas Farhan, dibalik sikap cerewetnya, ia selalu memperhatikan anak dan istrinya dengan baik tidak ingin membiarkannya terluka.
"Iya sayang" Tanpa diduga begitu banyak kecupan penuh di wajah Zia hingga wajahnya merona dan seketika malu karena dilihat anak - anaknya.
"Ish, Ayah ni. Ada kakak dan adek disini main cium-cium aja." Bukannya berhenti tapi makin bertambah sebuah kecupan satu menit di bibir istrinya.
" Aku hanya mau merasakan manisnya bibirmu terakhir sayang." Sahut Farhan sambil membelai pipi istrinya. Dahi Ziapun berkerut merasa janggal dengan kata-kata suaminya tapi dia tidak mau berfikir jauh.
"Awas ayah yah ntar malam." Bisik Zia ditelinga suaminya.
"Mama yang awas, jangan tar malah bilang udah-udah" Balas Farhan sambil berbisik dan terkekeh melihat istrinya yang gak bisa dipancing sedikit saja untuk sesuatu itu.
"Aih, Mama.. Ayah mau berangkat jam berapa lagi nie. Kakak gak mau terlambat dan dapat duduk paling belakang lagi." Mulai ngambek si kakak dengan bibirnya yang maju 5 cm melihat kemesraan ayah dan mamanya.
"Siapa yang paling pinter?" Tanya Farhan
"Kakak Saf dong" Sahut kakak dengan semangat.
"Pinternya anak ayah Safiya Arshi Farhan" Sahut Farhan sambil memeluk dan mencium pipik Saf.
"Siapa yang paling Cantik?" Tanya Farhan lagi.
"Adek Aif"
" Uluh-uluh cantik kali anak ayah Alisha Ismi Farhan" Memeluk Aif dan menciumnya juga.
"Kami pergi dulu ya sayang. Lets go..!." Farhan dan anak-anakpun berangkat dengan senyum dan hati bahagia.
Begitulah aktifitas pagi yang dimulai dengan sentuhan sayang agar selalu semangat dan penuh senyuman.
"Ya Allah jauhkanlah suamiku dari marah bahaya,deraskanlah rezekinya sederas air mengalir serta ridhoilah setiap langkah kakinya." Doa Zia dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu tidak terasa berputar matahari kian menunjukan penantangannya, begitu juga dengan Zia dia dengan semangatnya ingin segera menjemur pakaian yang telah ia cuci melihat matahari yang mendukungnya untuk segera mengeringkan kain yang dia cuci.
Samar-samar terdengar nada dering panggilan dari handphone berbunyi. Ziapun dengan segera berjalan cepat tidak berani berlari karena kakinya masih licin terkena sabun.
"Hallo Assalamualaikum, dengan siapa ya?" Terlihat nomor asing menghubunginya.
"Waalaikumsalam, kami dari kantor polisi Buk, baru ini terjadi kecelakaan di jalan Raya Yakub. kalau boleh tahu ini dengan Ibu siapa? Apakah benar Ibu istri dari pak Farhan?" Pertanyaan beruntunpun di tanyakan sama polisi tersebut.
" Sa.. Saya Zia pak. Be.. benar saya Is..istri pak Farhan, a..ada apa dengan suami saya pak?" Zia mulai tergagap menjawab dan bertanya dengan polisi itu. pikirannya sudah mulai menerka-nerka kejadian tidak baik terjadi dengan suaminya.
"Maaf bu, Kami harap Ibu tenang jangan panik semua sudah diatur oleh Allah. Pak Farhan tadi kecelakaan dan meninggal di tempat. Jasadnya dirumah sakit Mitra Medica. Harap Ibu segera kesini untuk melihatnya."
Bibir Zia sudah keluh, handphonenya pun terjatuh dari tangannya bersamaan dengan tubuhnya yang luruh ke lantai. Dia ingin menjerit tapi suaranya seakan menghilang dan tertahan, yang ada air mata nya mengalir deras diiringi sesugukan yang kian memeras hati.
...************...
happy reading
slow update dears..
like coment and vote biar makin semangat
Setelah Zia berusaha menguatkan hati dan tubuhnya dia berusaha berdiri sekuat tenaga. Tujuannya sekarang adalah sekolah anaknya. Menjemput anaknya untuk membawa mereka ke rumah sakit.
Segera Zia memakai hijabnya dengan terburu-buru membawa tas dan pergi ke tujuannya dengan derai air mata yang tiada henti.
" Zia kenapa nak?" Tanya Ibu Camat yang tinggal disebelah rumah Zia. Ibu Camat bingung melihat Zia menangis dan tergesa-gesa keluar dari rumahnya saat dia sedang menata dedaunan mahal koleksinya termasuk janda bolong yang di sayangnya,kalau janda pelakor sudah ditendang jauh pastinya.
"B..Bu, Zia mau kesekolah anak-anak Bu. Zia bingung Bu. Ta..tadi.." Gugu Zia
"Pelan-pelan bicaranya sayang." Iba Bu Camat
"Zia gak sanggup bi...bicara lagi Bu.. Po..polisi telpon Zia kalau m...mas Farhan ke...kecelakaan d..dan meninggal ditempat Buuu." Isak Zia dengan paraunya menahan sesak didada yang sudah tidak tahan membendung sakit yang membelati dihatinya.
"Innalilahi wa innailahi rojiun, Ya Allah Zia, yang sabar nak. Ayo ibu temenin sama Bapak juga lagi dirumah, kondisimu seperti ini gak baik sendiri kesana." Ibu Camatpun bergegas memanggil Pak Camat untuk segera membantu Zia menjemput anaknya dan kerumah sakit menaiki mobil Avanza, mobil sejuta umat.
Sesampai di Rumah sakit dengan terburu-buru Zia membuka pintu untuk segera sampai ke tempat suaminya berada.
"Ma! Tunggu kami Ma.!" Teriak Saf tapi Zia tidak memperdulikan teriakan anaknya yang sebenarnya masih bingung kenapa mereka dijemput disekolah padahal jam sekolah belum usai dan kenapa Mamanya lari tanpa menunggu mereka dan ada apa di rumah sakit ini? begitu banyak pertanyaan di kepala Saf yang masih di usia 7 tahun itu.
Zia terus berlari di lorong rumah sakit walau kakinya sudah terasa tidak berpijak lagi dibumi seakan mealayang dan ingin jatuh tersungkur tapi sekuat tenaga dia berusaha berlari untuk sampai ke bagian informasi.
"Maaf mba, sa... saya mau tanya dimana ruang korban kecelakaan tadi dijalan Yakub?" Zia merasakan berat untuk berbicara tapi dia harus tahu dimana suaminya berada walau harus dengan tergagap.
"Ibu bisa lurus aja, ntar dipertigaan ada lorong tanda ruang mayat. korban ada disana dan polisi juga masih disana menunggu keluarga korban datang."
"Makasih." Ziapun hendak berlari lagi, jantungnya yang berdetak hebat dengan tubuh yang sudah lunglai bagai tidak ada penyanggahnya lagi hampir membuatnya jatuh tersungkur. Isakan tangisnya makin terdengar pilu saat orang mendengarnya.
Rasanya waktu berjalan sangat lamban Zia merutuki kakinya yang baginya sangat lambat dalam melangkah agar cepat sampai ke ruang yang ditujunya. hingga sapuan matanya tertuju dipertigaan lorong yang sudah berdiri 2 orang polisi dan 1 orang lelaki dengan balutan perban dikepalanya sedang duduk di samping sebuah ruangan ya g tersendiri tapi Zia tidak memperdulikan itu dia harus mempercepat langkahnya agar bisa melihat suaminya.
" P..Pak !! Di .. dimana suami saya dimana?!" Jerit Zia dengan nafas yang sudah terengah-engah dan bicaranya yang tidak lagi terlihat jelas di dengar.
"Tarik nafas Ibu dulu. Ibu harus tenang biar kami kasih tahu dan jelaskan semua kejadian yang terjadi." Sahut Polisi yang berbadan gemuk dengan perut agak membuncit sambil berdiri melihat kedatangan Zia.
Karena fokus ingin melihat keadaan suaminya Zia sampai lupa akan kejadian apa yang bisa membuat suaminya kecelakaan. Ziapun beristghfar dalam hati agar ia tidak dikuasai akan ketidakberdayaannya meminta kekuatan hati yang penuh kepada Allah.
" Tadi Pak Farhan mengendarai motornya bersama temannya, mungkin menuju lokasi kerja karena melihat apa saja yang dibawa Pak Farhan. Tapi saat lampu hijau di perempat jalan ada 1 mobil menerobos lampu merah diseberangnya dengan kencang dan naasnya yang terkena adalah Pak Farhan, ia sampai terpental jauh bersama temannya dan mereka berdua tidak bisa diselamatkan."
Zia merasa nyawanya seperti tercabut dengan kasar membayangkan derita suaminya yang tertabrak mobil yang tidak ada displinnya itu.
" Sayang,, ke..kenapa kau bawa separuh jiwaku pergi bersamamu..ke..kenapa tidak semuanyaaaa... bagaimana aku tanpamu..." Tangis Zia dengn racaunya yang tidak jelas tapi yang melihat pasti merasakan gimana sakit yang Zia rasakan. seketika tubuh Ziapun sudah tidak bisa menahan beban deritanya lagi sesaat dia terduduk di lantai menangkupkan wajahnya dibalik tangannya dan tidak berapa lama tubuhnya terjatuh dan Ziapun pingsan.
Bersamaan dengan sepasang mata lelaki yang duduk menatap Zia dengan sebuah penyesalan sambil memaki dirinya sendiri melihat betapa hancurnya hati yang telah terluka akan sebabnya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!