NovelToon NovelToon

Cinta Biru: Runtuh Hati Jin Bersayap

Benteng luka

Peperangan dua kerajaan yang tidak pernah damai sepanjang sejarah dunia ghaib. Di dalam sudut genangan hujan darah para prajurit yang gugur menjadi saksi akan kemustahilan darah bangsawan untuk bersatu. Pangeran Permadi tidak pernah menyerah meraih gelas kaca kelopak putik cinta putri Arska di sela pertempuran dan hujan badai. Banyak gerai sedu sedan perjuangan tanpa letih, hanya cahaya sinar rembulan yang menuntun pangeran Permadi untuk mengetahui keberadaan putri Arska. Hanyut dalam angan pemersatu birunya cinta, dia mengepakkan sayap sampai akhirnya sekarat ketika terakhir kali berjumpa dengan sang putri.

...----------------...

The kingdom of Arska, a magical love story

Dalam sejarah panjang di sebuah lembah hijau nan subur di hamparan bawah sungai terdapat sebuah kehidupan dunia ghaib. Mereka menempati urutan lapisan bumi ketiga, mendirikan beberapa kerajaan secara meluas. Ujung tombak kisah dua kerajaan ghaib sebenarnya dimodifikasi dari dongeng keturunan bangsawan yang disebut tragedi berdarah di bawah sinar rembulan yang terjadi di dalam cangkang lembah bersemayam dua kerajaan jin yang saling berperang.

Kisah tragedi yang sesak rasa pilu melewati beberapa purnama, putri Raja Prawasa yang mirip dengan sang Ratu dari kerajaan jati Yaksa di masa kecil. Menemukan cinta sejati di tengah pertengkaran dua kubu yang tidak pernah usai. Diam-diam pangeran Permadi seorang pewaris putra mahkota yang sedang ikut berperang dengan kerajaan lain berusaha mencuri hati putri Arska. Pangeran Permadi memiliki kekuatan ghaib dengan bisa merubah diri sebagai wujud segala jenis makhluk menemui putri Arska di tepi sungai jin. Dua kubu kerajaan saling berperang memperebutkan wilayah.

Ini tentang revolusi masa krisis yang sedang berganti musim semi di dalam dunia ghaib penuh kegelapan. Pada lintang garis masehi berselang dunia renkarnasi, telah terjadi sebuah rahasia cinta biru yang penuh dengan gerai bendungan air yang pecah. Perubahan yang berulang dari lalu tanpa di sadari telah membuka kunci peradaban dunia makhluk halus.

Malam melintang terang dari pancaran rembulan membawa udara panas sekitar lembah sungai jin. Susunan rencana di dalam pertempuran besar melawan musuh, tebasan dan saling menikam memperebutkan wilayah kekuasaan. Dua kerajaan yang sama-sama memiliki pengaruh besar membawa kemenangan melawan kerajaan lain. Sementara disisi lain tuan putri Arska sedang bergegas menyiapkan baju perang untuk menyusul Raja di dalam kamar permadani. Dia melibatkan dayang nanjam untuk membantu kabur dari istana.

“Nanjam ingatlah pesanku, jika ibunda ratu mencariku..” ucap tuan putri Arska menaiki gangga terbang ke atas langit.

Gangga adalah sebuah burung rajawali raksasa yang begitu setia kepada tuan putri Arska. Dia seekor hewan pemarah yang bisa melahap siapa saja di hadapannya. Paru yang besar dan sayap pencakar langit yang kokoh. Gangga terbang membawa putri arska memasuki medan perang. Tanah sudah berlapis darah dan mayat-mayat terbujur dengan keadaan yang begitu tragis. Dari kejauhan tuan putri Arska melihat Raja akan di panah oleh salah satu prajurit, dia melepaskan anak panah tepat mengenai pundak sang Raja.

“Arrghhh..”

“Ayah!” jerit putri Arska mengendalikan gangga mencengkram musuh mencabik-cabik sampai tidak tersisa.

Putri Arska meraih tubuh sang Raja yang sudah sekarat menaiki gangga kemudian memberikan sinyal mundur kepada para pasukan tempur.

Di pertengahan jalan dari arah belakang tampak seekor burung yang mirip dengan gangga mengejar mereka. Dia mengamati sang putri dan terbang sejajar seakan mengiringi jalan. Putri Arska tertegun karena dia sempat berpikir bahwa hewan tersebut akan menyerang.

Sepanjang jalan di balik sayap kepakan kedua hewan tersebut terlihat seolah mengamati kecantikan putri Arska. Sang putri yang memiliki kelopak mata besar berwarna hitam kecoklatan, rambut panjang tergerai indah di atas udara, kulit putih dengan pipi yang merona. Namun air muka yang datar menatap kembaran gangga membuat dia tanpa sadar hampir sampai di depan pintu istana. Hewan itu memberikan suara sejenis sinyal kepergian, dia berbalik arah dan meninggalkan Arska yang sudah mendarat di depan pintu gerbang kerajaan.

“Cepat selamatkan Raja!”

...----------------...

Surat misteri kepada para pembaca yang budiman : Author sedang berkolaborasi dalam cerita horor romansa fantasi misteri. Banyak bagian pemotongan kata penghubung kegelisahan tinta merah. Terimakasih sampai saat ini masih bersabar mendapati segala kekurangan author 🙏 jangan lupa saling mendukung dan menebar kebaikan 🙏

Ghaib dan biru

Raja sedang terkulai lemas di atas atas ranjang permadani dengan raut kesakitan dan terkulai tidak berdaya. Wajah sangat pucat mencari keberadaan sosok sang Ratu, tangan Raja kearah sang Ratu berusaha menggapai. Gerakan Ratu mempercepat langkahnya menuju Raja dengan menggenggam erat tangan lalu mengecup keningnya.

“Apapun untuk kesembuhan mu akan aku berikan, aku akan memberikan salah satu bola murni kehidupanku untuk mu wahai sang Raja yang Agung.” Ucap Ratu memeluk sang Raja yang tampak semakin sekarat.

Raja menggeleng kepala tanda tidak setuju dengan yang di katakan oleh sang Ratu. Panah yang di hunus oleh prajurit musuh adalah panah mata tajam beracun yang mematikan. Beberapa tabib istana sudah berjuang sekuat tenaga untuk mencari ramuan melawan racun yang dengan cepat menyerang organ dalam tubuh dan melumpuhkan separuh anggota badan. Sudut genangan membanjiri tangisan sang Ratu sedang Raja benar-benar sudah tidak berdaya. Siapa yang akan mendampingi panglima perang? Besok tanah kerajaan akan mengalami kekalahan jika kekuatan sang Raja begitu lemah.

“Arska..” lirih ucapan suara Raja mencari putri kerajaan yang sangat dia sayangi.

Arska yang sudah lihai memainkan pedang, memanah dan berkuda tidak walau bagaimanapun tenaga sosok jin wanita tidak sebanding dengan kekuatan kaum lelaki. Arska tidak ada di istana, dia sedang berada di hutan dekat lembah sungai jin mencari sisik ular penunggu gua untuk menjadi obat penawar sang Raja.

“Maaf baginda Raja, tuan putri Arska sedang tidak berada di kamar permadani.” Ucap dayang Nanjam menunduk ketakutan dan bersimpuh.

“Pengawal, cepat cari putri Arska!” seru sang Ratu berdiri menghentakkan tubuh.

...----------------...

Misi Arska kabur dengan melakukan tipuan baju pengawal istana dapat menembus gerbang kerajaan. Angin telah menampakkan bercak jingga berhias bagai anai-anai kelopak bunga sakura yang tertiup oleh angin kencang dari arah utara. Musim dingin menghunus kulit halus dengan membawa kabut putih menambah kesan mencekam.

Dia adalah seorang putri dari kerajaan jin yang tidak kenal rasa takut ketika sendirian. Sekalipun sedang berada di keadaan terdesak, peluit yang berada di kalung akan siap sedia dia tiup jika untuk mencari bantuan kepada Gangga. Dia mencari titik tujuan ke sebuah gua siluman dataran tinggi yang di apit oleh lembah sungai Seekor ular piton berwarna hitam penunggu ganas yang selalu memangsa bangsa jin sewaktu-waktu.

Suara desis ular yang terdengar oleh Arska begitu keras di tengah pergantian malam. Arska menemukan sarang ular piton hitam tersebut lalu memasuki gua kedap udara. Dari balik kegelapan tampak sepasang mata merah melata bentuk ular piton hitam berbau anyir mendekati Arska.

SSszztt. (Suara desis ular yang semakin mendekat menempelkan ekor yang begitu licin dan berlendir ke kaki Arska).

Arska tidak bergerak sedikitpun, dia sedang membaca pikiran siluman penunggu gua. Jika dia bergerak mundur maka akan terlihat kalau Arska begtu ketakutan berdiri di hadapannya. Hal itu akan memacu siluman ular untuk langsung memangsa Arska di tempat.

“Katakan padaku, apa yang kau inginkan?” tanya ular siluman sesekali menjulurkan lidah panjang yang berukuran satu meter dengan tetesan air liur yang mengental.

“Apakah kau siluman ular yang terkenal hebat itu? Kau bahkan begitu kelaparan melihat sepotong daging di hadapan mu” ucap Arska menarik sudut bibirnya.

“Akulah siluman ular hitam yang tidak terkalahkan!” gema suara ular piton mengibaskan ekor ke arah dinding gua.

Reruntuhan demi reruntuhan batu berjatuhan, salah satunya hancur saat akan menimpa kepala Arska.

“Aku anak dari satu raja jin yang terkuat, bahkan dagingku tidak akan masuk di sekujur badan mu”

Mendengar ucapan Arska membuat ular siluman menjadi sangat marah, dia memasukkan lidah panjang dan berdiri tegak mendekati Arska. Semakin tegak dan sangat tinggi.

“Aku akan memangsa mu..”

Rencana Arska untuk membuat ular tersebut marah sepertinya berhasil, semakin siluman penunggu marah maka dia akan bergerak menjauh dari gua sumber kekuatan untuk mengejar Arska. Dia sangat beringas dan penuh hawa nafsu yang membara agar segera melahap Arska. Angin dan hujan petir menjadi saksi pertempuran mereka di lembah sungai. Putri jin terkena tebasan ekor siluman piton karena menghindari bisa racun yang berkali-kali dia semburkan.

Dia terjatuh dari atas tebing di tangkap oleh kembaran gangga menjauh dari lembah. Arska melompat berbalik menuju lembah sungai, misinya dengan siluman ular belum selesai.

Pangeran permadi yang menyamar sebagai kembaran gangga berubah wujud menjadi ular putih raksasa dan membantu Arska melawan siluman ular dengan kekuatan ghaib. Dia terbang menuju Arska dan di sambut oleh tebasan pedang Arska.Nyaris saja leher sang pangeran putus dengan tamparan mata yang tajam dari sang putri jin.

“Ijinkanlah aku membantu mu wahai putri jati jajar!” seru ular putih bergerak melawan ular piton.

Siapa dia? Gumam Arska menekan pundaknya yang cedera ikut memasuki pertempuran sengit.

Suara kesakitan dari siluman ular menandakan kemenangan untuk putri Arska, siluman ular piton hitam sekarat mengalirkan darah di tepi sungai ghaib yang airnya berubah menjadi aliran air darah dari tubuhnya.

Ular putih merubah wujud asli, sosok pangeran Permadi yang berdiri tepat di hadapan putri Arska. Tubuh putri bergetar melihat musuh medan perang dua kerajaan yang tidak pernah damai, salah satunya sedang tegak berdiri membantu lawan. Arska berjalan mundur melihat berpikir apakah itu hanyalah tipuan dari sekutu. Pangeran mengarahkan pedang raksasa arah sang putri, lemparan manik netra seakan menghunus sekujur bayangan Arska.

“Hentikan! Jangan bergerak.” Ucap Arska bersiap memanah sang pangeran.

“Putri, cepat raih pedangku dan bunuh lah siluman ini” kata pangeran meraih tangan sang putri.

Mata kerlingan jin yang tidak biasanya berubah menjadi menyipit seakan melempar tebaran aneh kepada putri Arska.

“Jaga pandangan Mu, kau tetaplah musuh yang menghunus anak panah ke Raja!” tegas sang putri mengalihkan raut ke siluman.

“Cukup kita harus cepat bergerak sebelum kekuatan siluman utuh kembali” sang pangeran mengangkat pedang yang siap memenggal kepala ular piton hitam.

Gerakan tangannya terhenti tepat di ujung leher ular tersebut, Putri Arska telah menghalangi dengan menekan rasa iba berbelas kasih kepada makhluk hidup.

“Tidak dengan pembunuhan, aku hanya membutuhkan sisik nya saja” ucap putri Arska mengukir sisik ular dengan pedang milik pangeran.

Dia meletakkan di dalam kain putih dan membebaskan siluman ular dari kematian. Sang pangeran mengacuhkan dan mengamati setiap arti kata yang di sampaikan melalui isyarat putri Arska. Dia tidak sedatang air muka yang selalu putri putar ketika manik netra ingin beradu. Putri Arska meniup peluit memanggil gangga.

“Tunggu..” panggilan pangeran yang sudah tidak lagi terdengar terbawa keras kepakan sayap Gangga mengudara.

Anak panah musuh

Arska memasuki gerbang istana di sambut oleh para pengawal. Masih menjadi suatu hal yang tabu jika seorang putri mahkota keluar dari kerajaan tanpa pemberitahuan para dayang membuat seisi istana mencarinya. Arska di interogasi di Aula kerajaan, seakan dia telah melakukan kesalahan yang teramat besar.

“Aku sedang tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang kalian lontarkan, ijinkan aku pergi untuk mengantar obat untuk Raja.” Ucap putri Arska memohon sepuluh jari.

“Baiklah Tuan putri, namun urusan ini akan berlanjut dengan surat kerajaan.” kata salah satu aparat kerajaan.

Setelah mendapat persetujuan, Arska berlari mencari pintu kamar Raja. Di dalam sana sudah penuh para anggota kerajaan yang sedang melihat keadaan Raja. Setelah Arska memasuki ruangan, sang Permaisuri langsung menarik Arska untuk mendekati tepi ranjang.

“Ananda, kemarilah ayah akan mengalihkan tahta kerajaan sebagai pengganti kepemimpinan, uhukk..uhuk” ringkih suara sang Raja menatap sendu Arska yang tampak mengalirkan genangan hujan di sudut netra.

“Tidak ayahanda, Arska telah membawa obat yang paling mujarab untuk kesembuhan mu."

Arska membuka dan menyodorkan sisik ular piton hitam yang semula dia bungkus, melihat sisik yang di tunjukkan oleh Arska membuat semua orang riuh saling berbisik dan melemparkan perkataan. Bahkan mustahil bila sesosok jin sekalipun bisa mengalahkan kehebatan ular penguasa dekat lembah sungai jin. Lalu mereka menyorot mata tertuju melihat Arska. Salah satu punggawa istana mendekati putri jati jajar itu dan mengamati sisik ular yang masih tercium amis dan berlendir.

“Benar sekali, ini sisik ular yang kita maksud” sang punggawa mengambil salah satu sisik ular tersebut.

“Wahai ananda, kami ucapkan terimakasih engkau sungguh putri kami yang pemberani, tapi ayahanda dan ibunda sangat menghawatirkan mu."

“Maafkanlah daku wahai ayah dan ibunda.”

“Baiklah para tabib, cepat segera racik ramuan obat Raja” perintah Ratu sambil menggenggam erat tangan Raja.

Bahkan bila harus pergi, maka jauh di dalam hati sang Ratu ingin ikut menyusul baginda Raja. Mereka bagai sepasang merpati yang tidak bisa terpisahkan. Lalu bagaimana dengan nasib tuan putri Arska?

Kerajaan jati jajar bagaikan sebutir telur yang berada di ujung tanduk.

Tiba-tiba terdengar suara pukulan tabuh gong tanda perang, musuh telah menuju perbatasan wilayah dengan beribu pasukan yang menyerang. Panglima perang dan para pasukan berlari memakai baju besi dan membawa senjata . Sinyal darurat yang di layangkan musuh, Arska meminta ijin kepada Raja dan Ratu untuk ikut berperang.

“Wahai Ratu, ijinkanlah ananda memasuki medan tempur.” Arska membungkuk meminta dengan sangat lembut, sementara sang Raja sudah kembali tertidur begitu lemas tidak berdaya.

“Engkau adalah putri mahkota yang menjadi harapan kerajaan, ibunda tidak akan membiarkan mu terluka sebelum Raja kembali pulih.” Ujar Ratu menekan nada gusar.

Busur-busur anak panah dan pertempuran kali ini membuat salah satu sayap pelindung kerajaan kembali terluka. Komandan perang penjaga perbatasan telah mati di bunuh oleh musuh, kabar keretakan istana terdengar oleh Arska, dayang nanjam membisikkan pelan agar tidak ada yang mendengarkan. Arska memberi sinyal untuk melancarkan aksinya, dia meminta kepada Ratu agar dayang nanjam pergi bersamanya menuju kamar permadani untuk membantunya membersihkan diri.

“Wahai ibunda Ratu, sudikah bila ananda menuju aula putri” ucap Arska menatap Ratu.

“Tentu saja, engkau baru pulang melawan ular hitam. Beristirahatlah sejenak” ucap Ratu mengelus pipi Arska.

Tuan putri Arska dan dayang Nanjam berjalan keluar bersama menuju bilik putri namun langkah mereka berlawanan arah saat kedipan mata Arska menuju nanjam. Dia mengangguk dan memberikan sebuah kunci kamar rahasia tempat persiapan mengganti baju perang. Bahu nya belum di obat dari hantaman melawan ular piton, tapi perjuangan Arska mempertahankan pada hari ini tidak memandang rasa sakit.

Dia mengendap-endap keluar dari istana dan melompat melewati atap-atap istana.

Di belakang halaman kerajaan, Arska meniup panggilan gangga. Mereka menuju peperangan memasuki wilayah pertempuran yang sengit. Arska melompat dari tubuh gangga menebas kepala musuh dengan pedang tajamnya. Dari balik tentara sekutu, tampak pangeran Permadi yang melihat Arska akan di tusuk salah satu prajuritnya. Dengan terpaksa pangeran Permadi melemparkan tombak ke arah Arska. Amarah tuan putri jati jajar memanas melihat tingkah Permadi yang ingin membunuhnya, Arska mengelak ke arah bawah. Tepat di belakangnya tentara yang hampir menyerang Arska tertusuk tombak runcing menembus tulang rusuk.

Dasar kau bagaikan air di daun talas! Gumam Arska menjerit di dalam hati melihat Pangeran Permadi.

Hal ini adalah sebuah kesalahpahaman pahaman, lantas Arska langsung mengayunkan anak panah menuju sang pangeran dan mengejarnya.

“Serang..!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!