NovelToon NovelToon

Istri Pilihan Ibu

Bab 1

Riana Zulaika gadis 23 tahun yang sangat sederhana. Dia tumbuh besar dikeluarga yang bisa dibilang broken home. Ayahnya menjadi seorang pemabuk, sejak ditinggal oleh istrinya sembilan tahun yang lalu. Dan dia mempunyai seorang kakak perempuan bernama Desi, yang kini usianya 27 tahun.

Desi adalah seorang janda dan mempunyai anak perempuan berusia dua tahun, bernama Salsabila. Gadis kecil yang sering dipanggil Salsa itu, sejak lahir diasuh oleh Riana, karena semenjak Desi melahirkannya, dia tidak mau mengurus dan menganggap anaknya ada. Rasa sakit hatinya pada mantan suaminya yang meninggalkannya saat dia masih mengandung Salsa, membuat dia enggan mengurus dan mengakui anaknya sendiri.

Sejak melahirkan Salsa, Desi pergi dari rumah dan entah sekarang di mana keberadaanya. Ada yang bilang kalau Desi sudah menikah lagi dan tinggal bersama suaminya yang baru. Tapi, Riana sebagai adik kandungnya tidak mengetahui tentang pernikahan kakaknya. Oleh karena itu, Riana menjadi orang tua tunggal untuk Salsa dan itu membuat dia mendapat julukan seorang janda, karena dirinya yang selalu membawa salsa kemanapun dia pergi. Selain itu, Riana pun menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi ayah dan Salsa yang sudah dia anggap anaknya sendiri.

Riana bekerja disalah satu minimarket yang ada di komplek elit tidak jauh dari rumahnya. Setiap hari Riana membawa Salsa saat dirinya bekerja. Untungnya pemilik minimarket itu sangat baik hati dan mengizinkan dirinya bekerja sambil membawa anaknya.

Walaupun ayahnya yang seorang pemabuk, tapi Riana sangat terkenal ramah dan baik hati. Banyak kasih sayang yang diberikan oleh teman dan tetangganya, juga para pelanggannya di minimarket. Gelar janda yang disandangnya tidak membuatnya terganggu sama sekali. Dia memilih mengakuinya dengan alasan untuk menjaga perasaan Salsa, karena memang gadis kecil itu mengetahui kalau dirinya adalah ibu kandungnya.

Riana hidup di lingkungan yang sebenarnya jauh dari kata layak, karena lingkungannya yang tidak sehat. Memang banyak sekali pemabuk seperti ayahnya disana, tapi mereka sama sekali tidak ada yang berani menganggu dirinya. Walaupun kebanyakan teman Raina adalah seorang pemabuk atau wanita malam, mereka tetap care dan selalu berkelakuan baik apabila di depan dirinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi itu Riana sudah bersiap untuk berangkat kerja bersama Salsa yang sudah cantik dengan dress pink yang membuat gadis kecil itu terlihat sangat lucu dan manis. Mereka pun berjalan menyusuri gang untuk sampai di jalan raya. Semua orang yang dilewatinya menyapa Riana dengan senyuman dan dengan manisnya Riana membalas sapaan mereka.

“Ria!” Teriak Cakra, pria yang sejak dulu mengejar cinta Riana. Tapi, dia sama sekali tidak pernah menerima cintanya. Riana berhenti dan menoleh ke belakang.

“Hai! pagi Cakra,” Sapanya.

“Dianter sama gue yuk! Sekalian gue berangkat kerja,” ajaknya. Cakra adalah orang kedua yang bisa dikatakan waras di lingkungan kampung itu setelah Riana.

“Kita 'kan beda arah, ga apa-apa aku sama Salsa naik umum aja. Cuma deket ini kok, maaf ya!”

“Ya udah, tapi lain kali mau 'kan sama gue dianter?” Riana hanya mengangguk tersenyum. Cakra pun pamit melajukan motor bebek yang dibawanya.

Setelah sampai di pinggir jalan, Riana berdiri menunggu angkutan umum yang lewat. Mobil Alpard hitam tiba-tiba berenti di depan keduanya. Pintunya pun terbuka, wanita tua cantik yang ada di dalamnya langsung melemparkan senyuman pada Riana.

“Pagi, Ibu Ratih,” Sapa Riana, Dia adalah pelanggan setia Riana di mini market tempatnya bekerja.

“Pagi, Riana. Ayo masuk!”

“Tapi, Bu ....”

“Udah ayo masuk! Jalanan macet kalau kamu kebanyakan mikir,” ucapnya dan dengan terpaksa Riana menerima tawaran Ratih naik ke dalam mobilnya.

“Halo, cantiknya Oma,” tegur Ratih pada pada Salsa dan gadis kecil itu hanya melemparkan senyuman dan menyembunyikan wajahnya di lengan Riana karena merasa malu.

“Kalian sudah sarapan? Kalau belum, bagaimana kalau kita sarapan terlebih dahulu?”

“Sudah Bu, tadi sebelum berangkat kami sudah sarapan di rumah. Terimakasih untuk tawarannya, Bu,” Jawabnya.

Hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai di minimarket tempat bekerjanya. Riana pun turun pamit pada Ratih, tidak lupa dia juga mengucapkan terimasih padanya.

Ratih sangat bangga pada Riana, walaupun dia seorang orang tua tunggal tidak membuat Riana bersedih dan tetap semangat. Memang Ratih belum mengetahui status Riana sebenarnya, yang dia tahu Riana hanya pelayan toko yang mempunyai anak satu dan suaminya entah pergi kemana, karena memang seperti itu gosip yang tersebar untuk dirinya.

Sedikit cerita tentang Ratih seorang ibu yang kini berusia 52 tahun. Istri dari suami yang bernama Prabu Wicaksono, seorang pengusaha dari daerah Jawa yang merantau di Jakarta. Dia dikaruniai dua orang anak yang pertama seorang anak laki-laki berumur 27 tahun bernama Davin Rendra Wicaksono, yang biasa dipanggil oleh keluarganya Rendra. Rendra sendiri sudah bekerja di salah satu perusahaan milik ayahnya. Dan anak yang kedua seorang putri berumur 20 tahun bernama Sonia Wicaksono, yang masih kuliah tingkat tiga disalah satu universitas negeri, di kota Jakarta.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi itu kedua anak Ratih sudah bersiap di meja makan menyantap makanan yang sudah tersedia, sebelum Ratih berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan kebutuhan rumah tangga.

“Pagi, ibu cantik,” Sapa kedua anaknya sambil mengecup kedua pipi Ratih.

“Pagi sayang, lanjutkan sarapan kalian! Ayah mana?” Tanyanya. Karena, tidak melihat sosok suaminya di meja makan.

“Ayah belum keluar, Bu,” Jawab Sonia.

“Siapa pagi-pagi udah nanyain ayah? Kangen ya?” Canda Prabu yang baru bergabung di meja makan dan langsung mencium kening istrinya. Suansana meja makan hening seketika saat mereka sedang menyantap makanan.

“Mas, kapan kamu mau menikah? Ibu sama ayah udah tua loh mas dan ibu ingin segera mengendong seorang cucu,” Ucap Ratih saat mereka selesai sarapan.

“Iya, Mas selalu bersedia kapanpun, Bu.”

“Tapi, Ibu ga mau sama perempuan yang ga tahu sopan santun itu, siapa sih namanya?”

“Indri, Bu,” Jawab Sonia.

“Ah iya Indri, Ibu ga setuju sama dia Mas, ceweknya itu loh pakaiannya selalu kurang bahan. Terus cara ngomongnya sama orang tua ga ada sopan santunnya.” Prabu dan Sonia tertawa mendengar apa yang Ratih katakan, tapi tidak dengan Rendra dia hanya tertunduk diam.

“Indri sebenarnya orangnya baik kok, Bu,” ucapnya pelan.

“Pokoknya Ibu ga suka! Kalau dalam satu bulan ini kamu tidak bisa menemukan calon istri yang baik-baik, Ibu sendiri yang akan mencarikan istri untukmu.” Rendra hanya diam tanpa perlawanan. Karena, memang dia anak yang sangat patuh pada orang tua, terutama pada ibunya. Apapun keputusan sang ibu dia selalu patuh dan melaksanakannya.

“Ya udah, terserah Ibu aja.  Ibu, Ayah! Rendra berangkat kerja dulu ya,” Pamitnya mencium kedua tangan orang tuanya.

“De, mau bareng ga?” Tanyanya pada adik semata wayangnya.

“Ga deh Mas, Ade bawa mobil sendiri aja.”

“Ya udah, Mas pergi duluan ya.” Sonia pun mencium punggung tangan Rendra.

.

.

.

.

.

~Bersambung~

Bagaimana masih penasaran ga sama kelanjutannya???

Terus ikuti kisah Rendra dan Riana yaaa...

Jangan lupa like, komen dan vote sebanyak-banyaknya ya....

Bab 2

“Bu, apa kamu ga terlalu kelewatan sama Mas Rendra? Biarkanlah dia mencari pasangannya sendiri,” ucap Prabu pada istrinya setelah kedua anaknya pergi.

“Yah, Indri pacarnya Mas Rendra bukan wanita baik-baik, Ibu bisa menilai dari caranya berpakaian dan juga itu loh, Yah. Saat pertama bertemu dengan Ibu, dia sama sekali tidak menunjukan sikap sopan santunnya di depan Ibu, dan Ibu juga sudah bisa menilai dia dengan caranya memperlakukan orang tua yang baru pertama kali ditemuinya,” Jelas Ratih panjang lebar dan Prabu hanya mengangguk mendengarkannya.

“… Ayah dengerin Ibu bicara ga sih?” lanjutnya sedikit emosi, karena tidak ada respon sedikit pun dari sang suami.

“Dengerin, Sayang! Ayah selalu setuju apapun keputusanmu. Dan Ayah akan mendukung karena, Ayah yakin pilihan Ibu pasti yang terbaik buat Mas Rendra,” Ratih tersenyum dan langsung memeluk tubuh suaminya yang duduk di sebelahnya.

“Ya udah, Ayah berangkat kerja dulu ya, Ibu hari ini mau ada acara kemana?” Tanyanya sambil mereka berjalan keluar

“Ibu nanti siang ada arisan sama ibu-ibu komplek yah, Ayah hati-hati dijalan ya kabari Ibu kalau Ayah sudah sampai kantor.” Prabu pun masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Rendra baru saja sampai dikantornya dan langsung menuju ke lantai tiga ruangannya. Sapaan selamat pagi dari setiap kariawannya saat Rendra melangkah masuk ke dalam dan dia hanya membalas dengan senyuman dan angukan.

“Pagi, Pak,” Sapa Mila sekertarisnya.

“Pagi.”

“Pak, maaf ada ibu Indri di dalam, tadi Saya sudah berusaha menyuruhnya agar tunggu di ruang tamu tapi ibu Indri ingin menunggu Bapak di dalam,” Jelas sekertarisnya sedikit takut karena, memang Rendra terbilang atasan yang lumayan tegas dan galak.

“Ya sudah tidak apa-apa, kamu lanjutan pekerjaanmu!” Ucapnya dan langsung memasuki ruangannya.

Indri yang melihat kedatangan kekasihnya langsung tersenyum dan memeluk tubuh kekasihnya. Tapi, itu membuat Rendra sangat tidak nyaman dan dengan cepat dia melepas pelukannya.

“Sayang, kamu ga kangen sama aku?”

“Ini kantor sayang. Oia, bagaimana dengan liburanmu?” Tanya Rendra. Memang Indri baru saja pulang dari liburannya ke Korea. Jangan di Tanya dari siapa biayanya, jelas dari kekasihnya. Indri pacaran dengan Rendra selain karena cinta, dia pun ingin mendapatkan uang yang lebih untuk dirinya shoping dan juga liburan.

“Sangat menyenangkan sayang, di sana aku bertemu dengan artis-artis Korea idola aku, dan aku juga banyak belanja barang-barang bagus disana. Oia ... sayang aku membelikanmu ini.” Indri mengambil paper bag kecil yang berisikan parfum yang kata dia parfum itu sangat mahal harganya.

“Terimakasih sayang. Sayang, hari ini aku sangat sibuk dan aku tidak bisa menemanimu lebih lama, nanti setelah pulang kerja aku akan ke apartemen kamu ya!” Indri memajukan bibirnya mengangguk.

“Ya udah, awas aja kalau kamu ga datang!” Katanya pamit sambil mengecup bibir Rendra.

“Oia sayang, lain kali kamu jangan langsung masuk ke ruangan, kamu bisa tunggu aku di ruang tamu, aku tidak mau karyawanku berpikiran macam-macam tentang kita.”

“Iya bawel banget sih, ya udah aku mau ke mall dulu aku ada janji sama Nara,” Ucapnya sambil melangkah keluar ruangan.

Rendra menyenderkan tubuhnya di bangku sambil mencubit keningnya. Dia mengingat omongan sang ibu tadi saat sarapan. Dalam satu bulan ini dia harus mencari calon istri, sedangkan ibunya tidak menyukai kekasih yang sudah tiga tahun ini menjalin kasih dengannya.

“Apa yang harus aku katakan pada Indri?” ucapnya sambil menarik nafas dalam.

Sebenarnya Rendra tidak mencintai Indri sama sekali, dia hanya teranjur menyayanginya sebagai teman. Karena takut mengecewakan Indri yang tiga tahun yang lalu menyatakan perasaannya padanya. Rendra memang tipikal orang yang sangat pantang untuk menyakiti hati perempuan terlebih Indri temannya sejak semasa SMA.

“Cepat atau lambat Aku harus membicarakan ini pada Indri,” Ucapnya lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Sayang, kamu duduk manis disini sama bear --boneka beruang kesayangan Salsa-- ya! Bunda mau beres-beres barang dulu,” kata Riana pada Salsa. Walaupun dia masih berusia dua setengah tahun, Salsa sangat penurut dan mengukuti semua perintah dari tante sekaligus ibu angkatnya itu.

Riana menyusun mie instan dari berbagai macam merk di rak, sambil sesekali dia melirik pada anaknya. Dia bangga pada Salsa yang selalu menuruti apapun perintahnya.

Sayang, izinkan Bunda merawatmu hingga kamu dewasa nak, ucapnya dalam hati tersenyum sambil melihat kearah Salsa. Dia pun melanjutkan pekerjaanya menata barang-barang yang kosong di tiap Rak.

Tring …. 'Suara Bel pintu terbuka yang menandakan ada pelangan masuk ke dalam toko'

“Selamat Siang, Selamat Datang,” teriak Riana yang masih berada di balik rak. Dia pun segera berjalan ke arah meja kasir.

“Siang Riana dan cucu oma,” Sapa Ratih.

“Ibu Ratih! ada yang bisa saya bantu?” Ratih menyodorkan paper bag yang berisikan beberapa kotak makanan. Memang Ratih selalu memberikan kotak makanan untuk makan siang dirinya dan Salsa.

“Bu Ratih, Saya jadi tidak enak anda selalu memberikan kami makanan,” Ucap Riana malu.

“Ibu tidak keberatan kok, lagi pula memang ibu sengaja masak lebih untuk cucu cantik oma,” Ucapnya sambil mencubit kecil pipi tembem Salsa.

“Terimakasih Bu, nanti tempatnya saya akan kembalikan, Salsa bilang terimakasih sama oma,” titah Riana pada anaknya.

“Acih oma,” Ucapnya yang memang belum lancar berbicara.

“Sama-sama sayang, ya udah kalau gitu ibu pamit ya, mau arisan di komplek, jangan lupa di makan ya!”

“Sekali lagi terimakasih, Bu Ratih.” Ratih tersenyum dan keluar meninggalkan mereka.

Riana benar-benar sangat bersyukur karena banyak orang yang menyayangi Salsa seperti dia menyayangi gadis kecil malang ini. Walaupun Salsa tidak pernah mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya Salsa tetap merasa bahagia karena banyak orang yang sangat menyayanginya.

“Salsa, kita makan yuk!” Dia tersenyum mengangguk karena mereka memang sudah sangat lapar. Riana membuka empat kotak makan yang diberikan oleh Ratih. Dia sangat terharu dengan semua makanan yang diberikan padanya.

“Masih aja ada orang baik seperti bu Ratih,” Ucapnya. Matanya berkaca-kaca mengingat kebaikan Ratih yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri. Bagaimana tidak? Ratih memberikan makanan yang kalau dipikir-pikir tidak sanggup untuk dibelinya.

Keduanya pun menikmati makanan tersebut. Tidak lupa Riana menyisihkan makanannya untuk ayahnya di rumah, karena dia tidak ingin merasakan kenikmatan sendiri, dia ingin ayahnya juga merasakan makanan yang menurutnya sangat mewah. Walaupun ayahnya seorang pemabuk, tapi Riana sangat menyayangi ayahnya dan selalu menuruti keinginan orang tua satu-satunya itu.

.

.

.

.

~Bersambung~

Masih lanjuuuuuuut????

Tunggu yaaaa update novel ini....😘😘😘😘

Terimakasih atas dukungannya kalian membaca novel ini

jangan lupa like dan komen ya......

Bab 3

Setelah mengantarkan makan siang untuk Riana, Ratih langsung menuju kerumah Herni pemilik toko tempat Riana bekerja, karena arisan kali ini diadakan dirumahnya. Setelah memakirkan mobilnya Ratih langsung ke dalam rumah yang tidak kalah besar seperti rumahnya.

Saat masuk kedalam rumah yang sudah dipenuhi ibu-ibu komplek yang dandannya terbilang sangat heboh. Kalau bisa dibilang arisan ini adalah ajang pamer untuk memperlihat perhiasan yang mereka miliki atau sakin membanggakan harta kekayaan. Tapi tidak dengan Ratih, walaupun dia mempunyai segalanya, tapi Ratih tidak pernah sama sekali menyombongkan apa yang dia miliki.

“Hai jeng Ratih, apa kabar?” Sapa salah satu tetangganya.

“Baik! Bagaimana kabarmu, jeng?”

“Kamu liat sendiri saya sangat baik,” jawabnya sambil memperlihatkan gelang dan cincin berlian yang dipakainya. Ratih hanya tersenyum melihatnya, menurutnya itu sangat biasa, karena dia mempunyai yang lebih bagus dari mereka.

“Jeng Ratih, apa kabar? Ya ampun kita jarang banget bertemu ya,” Sapa Herni menghampirinya dan langsung mencium kedua pipinya, bisa dibilang dia adalah tetangga yang paling dekat denganya.

“Baik, Jeng,” Jawabnya.

Arisan ibu-ibu sosialita itu pun dimulai. Arisan ini bisa dibilang arisan yang cukup mewah, karena hanya orang-orang yang berduit yang bisa mengikutinya. Sekali kocokan keluar pemenangnya tidak tanggung-tanggung, akan mendapatkan uang sebesar 50 juta. Angka itu untuk mereka kalangan atas hanya sekedar hiburan. Setelah kocokan dikeluarkan dan mendapatkan pemenang, para ibu-ibu menikmati makanan yang sudah tersedia. Masing-masing mereka sibuk dengan obrolan dan juga ada yang sibuk memperdagangan barang-barang mereka seperti tas, perhiasan atau jam tangan dan jangan di Tanya masalah harga yang jelas harga selangit. Uang arisan yang mereka dapat pun tidak cukup untuk membeli barang-barang tersebut.

Ratih menghampiri Herni yang sedang sibuk menawarkan makanan pada ibu-ibu yang sedang asik mengobrol.

“Jeng, bisa bicara sebenta?” Herni pun menhampirinya dan mengajak Ratih untuk bicara di halaman belakang depan kolam renang.

“Ada apa, Jeng? Sepertinya ada yang sangat penting.”

“Aku mau Tanya tentang pegawaimu yang perempuan.”

“Maksudnya? Riana?”

“Iya Riana, apa dia sudah memiliki suami lagi atau sudah memiliki pacar?” Herni tertawa dengan pertanyaan teman baiknya itu, Ratih yang melihatnya mengkerutkan dahinya heran.

“Kamu bercanda ya? Riana masih perawan dia belum pernah menikah,” Ratih yang mendengar perkataan Herni kaget tidak percaya.

“Kamu, lagi ga bercanda 'kan, jeng? Terus Salsa?”

“Ngapain saya bercanda, jeng? Salsa itu anak dari kakak perempuannya, saya itu sangat kasian sama dia yang harus menjadi tulang punggung keluarganya, dia benar-benar wanita berhati malaikat.”

“Maksudnya?”

“Jadi gini loh, Jeng. Kakaknya, Ratih ditinggalkan oleh suaminya saat sedang mengandung Salsa. Nah, pada saat anak itu lahir kakaknya kabur entah kemana. Dan Riana harus merawat bayi mungil itu seorang diri. Dia rela menyandang status seorang janda demi perasaan Salsa dan lagi Jeng, dia harus merawat ayahnya yang seorang pemabuk. Saya kalau jadi dia mending saya tinggalin deh orang kaya gitu dan menikmati hidup,” Jelas Herni. Ratih yang mendengar perkatan Herni tersenyum. Dan Akhirnya dia bisa mendapatkan istri yang baik untuk anaknya.

“Ngomong-ngomong ada apa Jeng kok tiba-tiba nanya tentang Riana?”

“Ga, saya hanya mau tahu aja, dia gadis yang baik dan saya sangat menyukainya.”

“Saya juga Jeng. Coba saja saya punya anak laki-laki akan saya nikahkan anak saya dengannya, sayangnya anak saya perempuan semua. Oia, bagaimana dengan anak sulungmu? Kapan akan menikah?”

“Mungkin sebentar lagi jeng, doakan ya.”

“Pastilah saya akan doakan yang terbaik untuk kamu,” Ucapnya dan Ratih hanya tersenyum

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Seperti janji Rendra sepulang dirinya kerja dia langsung pergi ke apartemen Indri. Sampai disana Rendra langsung naik ke lantai delapan tempat pacarnya tinggal. Dia tidak perlu mengetok pintu karena dia mengetahui pin untuk membuka kuncinya. Saat masuk kedalam apartemen dalam keadaan gelap sudah di pastikan kalau kekasihnya itu belum pulang.

Setelah menyalakan semua lampu Rendra memilih duduk di sofa sambil menunggu Indri pulang. Lelahnya seharian berkerja membuat dia terlelap tidur disana. Sudah pukul 23.00 dan Indri pun tak kunjung datang. Rendra yang baru saja bangun dari tidurnya kaget melihat jam tangannya yang sudah larut. Dia pun berniat untuk menelpon Indri karena merasa khawatir.

“Halo ... Indri kamu dimana?”

“Halo, ini siapa?” Suara laki-laki berat yang ada di sebrang sana membuat Rendra kaget.

“Anda siapa?!” Suara Rendra meninggi, karena emosi.

“Emmm ... Sayang, siapa?” Kini suara yang tidak asing di dengar dan itu sudah bisa dipastikan kalau dia adalah Indri. Saat pria itu menyebut nama Rendra, Indri langsung merebut ponselnya.

“Kamu dimana?!!” Suara Rendra mendadak menjadi serius, emosi yang tidak bisa dia menahannya. Walaupun tidak ada rasa cinta untuk Indri, tapi Rendra sangat tidak menyukai suatu penghianatan.

“Aku di rumah Nara, kamu dimana sayang?” BOHONG!! Ucapnya dalam hati.

“Aku tunggu di apartemen sekarang! Kalau dalam waktu 20 menit kamu tidak datang, hubungan kita putus,” Ucapnya emosi dan langsung mematikan telpon sepihak.

Sudah 20 menit berlalu dan kini sudah tidak ada alasan lagi untuk dirinya berdiam diri di sana, Rendra pun meninggalkan ruangan itu. Saat lift terbuka sosok yang dia tunggu sejak tadi berada di sana dengan nafas yang ngos-ngosan.

“Sayang maafkan aku! Aku benar-benar lupa kalau hari ini kamu akan datang kesini.” Rendra tidak memperdulikannya masuk ke dalam lift memencet tombol G.

“Sayang, kenapa kamu tidak mau mendengarkanku? Aku 'kan sudah minta maaf padamu,” Katanya sambil menyetuh tangannya, tapi dengan cepat Rendra menepis tangan Indri.

“Kamu sudah tidak ada hak untuk menyentuh saya dan mulai saat ini kita sudah tidak mempunyai hubungan apa-apa,” jelasnya. Saat lift terbuka Rendra langsung melangkah dengan cepat menuju parkiran. Indri dengan cepat mengikuti langkahnya dan langsung memeluk tubuh Rendra dari belakang. Beruntung suasana saat itu sudah sangat sepi, karena memang jam sudah menunjukan tengah malam.

“Ren, maafin aku please!” Kini indri mengeluarkan senjata pamungkasnya, air mata yang entah air mata itu sungguhan atau hanya dramanya saja. Karena, dia tahu jelas kalau Rendra tidak bisa melihatnya menangis. Tapi, kali ini pikian Indri salah, Rendra sudah tidak peduli lagi dengan air mata buayanya. Dia melepaskan pelukan Indri dan terus melangkah menuju mobilnya. Setelah berhasil masuk ke dalam mobil Rendra langsung menancapkan gasnya meninggalkan Indri yang berdiri mematung masih dalam tangisannya.

“Shit berengsek!!” Teriak Indri dan kemudian dia masuk ke dalam apartemen dalam keadaan emosi.

.

.

.

.

~Bersambung~

Gimana mau lanjuuuuut???

terus ikuti kisahnya yaa...

jangan lupa komen dan like

terimakasih...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!