"Selesai!"
"Aahhh!!!"
Gadis dua puluh tiga tahun itu sedang meregangkan otot-ototnya setelah menyelesaikan desain baju pengantin untuk kliennya.
Pretty Laura Angeline nama yang sangat cantik persis seperti orangnya, gadis yang menjalankan keseharian sebagai seorang desain pakaian selama kurang lebih satu tahun ini.
Prestasi yang ia dapatkan tidak main main, ada banyak model yang telah mengenakan pakaiannya dan Laura pernah membuat ajang fashion show busana pribadi dan hal tersebut membuat butik yang ia jalankan semakin berkembang pesat.
"Nona sudah selesai? Ayo pulang," ucap Karin yang merupakan seorang karyawan di butiknya.
"Hmm sepertinya aku harus diam di butik karena ada banyak pesanan."
"Begadang lagi nona?"
Laura membalas dengan senyum tipis, gadis itu malas menginjakkan kaki dirumahnya sendiri karena banyak sindiran pedas jika pulang larut seperti saat ini.
"Baiklah aku akan menemanimu nona."
"Tidak perlu Karin, pulanglah adik adikmu pasti menunggu dirumah," tolak Laura dengan halus.
"Tapi nona..."
"Ayolah justru kau mengganggu ku jika berada ditempat ini, aku tidak akan fokus."
"Baiklah aku akan pulang tapi nona tidak perlu bekerja hingga pagi nanti sakitnya kambuh."
"Iya baiklah baiklah terimakasih dan hati hati dijalan," Laura mengusir karyawannya karena Karin tidak akan berhenti memberi nasihat.
Huuhhh
Butik yang berdiri megah tersebut akhirnya sepi, para karyawan sudah pulang sejak 3 jam yang lalu. Laura menatap rancangan yang ia buat disisi ruangan, bahkan sebuah manekin terlihat indah mengenakan gaun tersebut.
Brakkk!!
Laura terkejut mendengar suara kaca yang pecah akibat lemparan batu dari luar, gadis itu bersembunyi di belakang meja karena takut itu adalah perampok.
"Geledah tempat ini!!" Titah seseorang yang menggunakan kain penutup.
Laura semakin gemetar karena pria pria mengerikan itu mengobrak abrik meja kerja nya.
"A-apa yang mereka inginkan, apa mereka ingin mencuri?" Gumam Laura.
"Aku menemukannya!!"
"Bagus! Segera tinggalkan tempat ini!!"
Mereka mengangguk dengan serempak lalu keluar meninggalkan butik tanpa mengambil sehelai kain pun, Laura bersandar dibawah meja dan segera mengambil tasnya untuk bergegas pulang.
"Apa yang mereka inginkan kenapa datang tiba tiba seperti itu."
Laura menancap gas pulang kerumahnya, tidak peduli dengan banyaknya fitnah yang akan ia dengar dirumah setidaknya keluarga Laura tidak akan berbuat seperti pencuri dibutik tadi.
Tok..tok..tok
Laura berharap yang membuka pintu adalah pelayan karena mereka akan menyambut dengan senyum manis tapi dugaan itu salah karena mamanya yang membuka pintu.
Prok...prok...prok
"Wahh sudah pulang anak gadis mama," sapa nyonya Natali.
"Ma."
"Astaga ma bisa bisanya seorang gadis pulang hingga larut malam, kira kira dia bekerja sebagai apa ya," saut Celine.
"Sayang jangan begitu palingan kakakmu pergi ke butik tapi kita tidak tahu mana yang benar,"
"Ma Laura pergi ke butik tapi karena pencuri masuk kedalam jadi Laura memutuskan untuk kembali," ucap Laura membela dirinya.
"Ma dia pintar sekali berbohong," kata Celine.
"Sayang tidak ada gunanya berbicara omong kosong disini, sebaiknya kita laporkan saja pada papamu," ujar nyonya Natali.
"Setuju, ayo ma."
Keduanya pergi ke kamar tuan Luis untuk memberitahu kabar tentang putrinya yang satu itu.
Hahh!!!
Jalan satu satunya bagi Laura hanya menghela nafas karena besok pagi pasti akan mendapat hukuman akibat berita yang papanya makan mentah mentah..
Disisi lain seorang pria sedang duduk menunggu rampasan yang ia ambil malam ini, hitungan menit sudah dimulai dan jika terlambat sedikit saja semua orang tau akibatnya bagaimana.
Ceklek!!
"Tuan kami mendapatkannya," ucap seorang pria.
"Bagus! Rain bacakan!!"
"Baik tuan muda."
Ray mengambil berkas berkas diambil oleh anak buahnya dan mulai membacakan isi berkas tersebut.
"Pretty Laura Angeline kelahiran 1997, usia 23 tahun, lulusan terbaik seangkatannya disalah satu universitas negeri, profesi seorang desainer, tinggi badan 170 cm, berat badan 45 kilogram, tidak ada catatan kelumpuhan bekas luka ditubuhnya namun memiliki penyakit yang sewaktu waktu bisa kambuh."
"Pretty Laura Angeline berasal dari keluarga terhormat di kota ini namun...."
"Aku tidak menyuruhmu berhenti!"
"Namun nona muda Laura tidak mendapat satu persen pun harta warisan dari keluarganya," ucap Rain.
"Dua hari lagi kau harus membawanya dihadapan ku!"
"Baik tuan muda,"
Ceklek
"Sayang!!" Panggil seorang gadis dari ujung pintu.
Alva menatap wajah cantik dan mempesona gadis itu. Leonardo Alva Dicaprio seorang pria yang sangat mencintai kekasihnya sejak 5 tahun ini dan Tania adalah gadis beruntung itu.
"Apa kau merindukanku?" Tanya Tania sembari mencium bibir Alva.
"Kemana saja mm? Aku menunggumu dirumah," jawab Alva sembari melingkarkan tangannya di pinggang Tania.
Rain mengerti, dia menyuruh para pengawal untuk pergi termasuk dirinya sendiri karena tidak ingin mengganggu waktu Alva bersama Tania.
"Apa kau sudah mendapat pengganti?" Tanya Tania antusias.
"Segera sayang sabar ya."
Tania mengangguk lalu kembali mencium Alva, keduanya merupakan pasangan yang terlihat sangat mesra. Alva membawa Tania kedalam kamar untuk berhubungan seperti biasa yang mereka lakukan.
Rencana pernikahan pun sudah dekat jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan apalagi Tania selalu meminum obat penunda kehamilan setelah melakukan hubungan tersebut.
***
Keesokan harinya
Laura bersiap siap menuju butik untuk memperbaiki beberapa kaca yang pecah akibat ulah perampok tadi malam.
"Selamat pagi ratu kami," sapa nyonya Natali.
"Selamat pagi kak," sapa Celine juga.
"Laura tadi malam papa mendengar kau pulang larut malam, apa benar?" Tanya tuan Luis.
"Benar pa tapi..."
"Kau tau peraturan rumah ini apa? Kenapa kau selalu melanggarnya!"
"Tapi pa tadi malam..."
"Mobilmu papa sita, berikan kuncinya pada Celine karena dia lebih membutuhkan," ucap tuan Luis.
Laura tersenyum sinis menatap nyonya Natali beserta Celine karena gadis itu menginginkan apa yang Laura miliki, dia selalu mengambil seluruh milik Laura termasuk kamar utama yang seharusnya milik putri pertama.
"Pa Laura juga butuh mobilnya untuk pergi ke butik," ucap Laura sembari menundukkan kepala.
"Berikan mobilnya atau papa lepas seluruh fasilitas yang masih kau pegang!"
Laura menggigit bibir bawahnya agar tidak menjatuhkan air mata, kejadian ini sudah berlangsung banyak kali dan sekarang kembali terjadi.
"Baik pa," Laura memberikan kunci mobilnya pada Celine yang sedang tersenyum manis menerima mainan baru.
Laura duduk di kursi meja makan namun tak ada seorang pun pelayan yang mendekati nya, tentu saja mereka sudah diancam oleh nyonya Natali.
"Sepertinya ada pedagang yang menjual sarapan dipinggir jalan," ucap Celine.
Laura menatap tuan Luis dan pria paruh baya itu acuh saja sembari memakan sarapannya. Laura mengambil tasnya dan kembali berdiri, bahkan untuk sarapan saja terasa sulit dikeluarga itu namun Laura sudah terbiasa.
"Baiklah terimakasih atas informasinya," Laura keluar dengan celana jeans dan kemeja putih yang ia masukkan kedalam celana.
Tubuh tinggi dan sepatu dengan atas beberapa cm sudah membuat Laura seperti wanita paling cantik disana, mungkin itu sebabnya Celine merasa iri dan mengambil apa saja yang membuat Laura terlihat cantik.
"Nona tunggu!!"
Laura melihat kebelakang dan seorang pelayan sedang berjalan menghampirinya.
"Kenapa bi Sina?"
"Nona anda harus sarapan walau hanya sedikit,"
Bi Sina merupakan satu pelayan yang sangat peduli dengan Laura, hanya bi Sina yang memberikan perhatian layaknya seorang anak. Wanita paruh baya tersebut memberikan roti yang ia sembunyikan sebagai bekal.
"Terimakasih bibi, Laura titip rumah ya,"
Bi Sina mengangguk dan bergegas masuk kedalam sebelum dua penyihir itu keluar untuk memberi teguran.
Beberapa menit kemudian Laura sampai dengan menggunakan taksi, mobilnya sudah disita jadi Laura tidak bisa menggunakan mobil pribadi lagi, bisa saja dia membeli mobil dari hasil dibutik namun seluruh gaji dan pendapatan Laura sudah masuk kedalam rekening keluarganya.
Laura hanya mendapat uang dari bonus yang diberikan klien dan untungnya para klien puas sehingga memberikan bonus yang cukup untuk makan sehari-hari Laura.
"Nona kenapa butik hancur seperti ini? Apa sesuatu terjadi tadi malam?" Tanya Karin..
"Tadi malam seseorang datang dan melempar batu dari luar, beritahu karyawan untuk libur hari ini sementara butik direnovasi," ucap Laura.
"Baiklah aku akan memberitahu mereka."
Karin berlalu memberikan informasi pada karyawan lain sedangkan Laura mempersilahkan petugas renovasi untuk memperbaiki kaca yang pecah.
"Haah apa motif pria itu mengambil sebuah kertas, apa mereka tidak ada kerjaan lain, pekerjaan ku tergganggu akibat ulah mereka," gumam Laura sembari menyandarkan kepala di kursi luar.
"Nona muda Laura?"
"Iya benar," jawab Laura sembari menegakkan kepala.
"Bisa ikut kami sebentar? Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda nona,"
"Denganku?" Tanya Laura sembari mengerutkan kening.
"Benar,"
"Baiklah sebentar ya,"
Laura masuk kedalam dan menyerahkan butik untuk sementara pada Karin.
"Ayo,"
"Silahkan nona," para pengawal membukakan pintu untuk Laura.
"Maaf sebelumnya, apa kalian akan membawaku ke rumah?" Tanya Laura karena dia mengira pengawal ini merupakan kiriman dari papanya.
"Kami akan membawa anda menuju kantor nona,"
"Ah ya baiklah," Laura duduk santai di kursi penumpang hingga mobil tersebut berhenti disalah satu gedung.
"Mm maaf tapi ini bukan kantor papaku," ucap Laura.
"Memang bukan nona, kami hanya ditugaskan membawa anda untuk bertemu dengan seseorang," saut Rain yang menyambut Laura diluar.
Pria itu membukakan pintu dan deskripsi yang ia baca kemarin tidak ada yang salah satu katapun karena gadis ini terlihat sangat sempurna.
"Maaf apa kau yang ingin bertemu denganku?" Tanya Laura dengan sopan.
"Bukan nona ada seseorang yang sedang menunggu anda didalam, silahkan."
"Baiklah terimakasih."
Rain saja cukup kagum melihat kesopanan seorang Laura, mungkin karena dia berasal dari keluarga yang tidak biasa jadi tutur kata dan bahasanya tertata rapi.
"Ruangannya disini nona, aku mengantar hanya sampai disini," ucap Rain.
"Baiklah terimakasih."
Ceklek!
Laura mengurungkan langkahnya ketika melihat seorang pria dan wanita sedang memadu kasih, Tania berada di atas pangkuan Alva yang sedang menikmati leher jenjangnya.
"Maaf tuan," Laura berniat menutup pintu kembali namun Tania berdiri terlebih dahulu.
"Apa dia orangnya sayang?" Tanya Tania.
Alva menatap Laura dari ujung kaki hingga ujung terakhir rambutnya.
"Mungkin,"
"Baiklah kau bicara dengannya dan kita lanjutkan nanti malam," ciuman terakhir diberikan oleh Tania lalu pergi setelah menatap Laura dari ujung hingga ujung.
"Masuklah."
"Baik tuan," Laura menutup pintu setelah masuk kedalam.
Gadis itu duduk tepat di kursi depan yang menghadap langsung kearah Alva.
"Anda ingin membuat kejutan untuk calon istri anda tuan? Wanita itu sangat beruntung," ucap Laura sembari tersenyum tipis mengeluarkan polpen serta buku catatan untuk menulis pesanan gaun pengantin.
"Aku tidak memesan gaun pengantin, aku hanya ingin membuat kesepakatan denganmu," kata Alva mulai serius.
"Kesepakatan?" Laura kembali meletakkan polpen serta buku catatan nya di atas meja.
"Aku ingin kau mengandung anakku."
"Apa?" Laura merasa telinganya kurang berfungsi dengan baik.
"Aku ingin kau mengandung anakku Pretty Laura Angeline," ucap Alva mempertegas kalimatnya.
"Tidak mungkin tuan tugas saya hanya merancang bukan mengandung anak," ucap Laura masih dengan senyum khasnya.
"Aku tidak sedang bercanda Laura,"
"Apa kalian sedang bertengkar? Bicaralah baik baik agar wanita itu tidak kecewa," ujar Laura.
"Dia Tania kekasihku, kami akan menikah sebentar lagi namun Tania tidak ingin memiliki anak karena takut tubuhnya rusak gara gara mengandung."
"Lalu apa hubungannya dengan saya tuan, saya hanya seorang desainer."
"Aku akan membayar berapapun yang kau inginkan."
Laura menggelengkan kepala dengan pelan sembari memasukkan polpen dan buku catatannya kedalam tas.
"Maaf tuan saya tidak bisa melakukan itu," ucap Laura lalu menundukkan kepala dan keluar dari ruangan Alva.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!