NovelToon NovelToon

QUEEN MAFIA BERTAUBAT

1. chapter satu

Jangan lupa vote, vote, dan vote.

Komen, komen dan komen...

Jangan lupa taruh di daftar bacaan, agar kalian tidak ketinggalan dengan cerita berikut nya.

______________________

Happy reading...

Alifa Zea Amanda, seorang gadis berparas cantik, bulu mata lentik, senyuman bibir mempesona, dan sekujur kulit bersih bagaikan susu.

Ia lebih suka dipanggil dengan nama Alifa. Alifa sekolah di universitas terbaik di Korea Selatan dengan jurusan musik. Lebih tepatnya ia bersekolah sambil bekerja di gedung entertainment.

Ya, Alifa seorang idol K-Pop yang sedang naik daun. Ia sudah lama tinggal di Seoul, Korea Selatan selama hampir lima tahun lamanya. Selama tinggal di Seoul, ia menjalani lika-liku kehidupan yang tak mudah. Selain itu, ia memiliki keluarga yang sangat ia rindukan berada di negara Indonesia, tempat ia dibesarkan.

Alifa berencana untuk pulang ke kampung halaman nya besok. Ia sudah sangat-sangat merindukan keluarga. Apalagi kehangatan, kasih sayang, dan perhatian dari keluarga nya.

____________________

Dimulai pagi yang indah, sinar mentari mulai memancarkan cahayanya, dan kicauan indah burung-burung menyambut hari baru.

Bandara, di sinilah Alifa berada. Menunggu kapan jam penerbangan akan landas. Sebelum itu, ia meminta ijin cuti beberapa hari kepada atasannya. Tak lupa ia berpamitan kepada teman-teman nya.

Sempat, teman-teman Alifa merengek agar Alifa membatalkan penerbangan nya. Tetapi, dengan akal cerdik Alifa, ia berhasil membujuk teman-teman nya. Dan akhirnya, Alifa mendapatkan izin dari mereka.

Alifa tak henti-hentinya tersenyum sambil memandangi jendela pesawat. Pemandangan yang sungguh sangat indah dari bawah.

Sekitar 2 jam lamanya, Alifa sudah sampai di Indonesia. Tepat, ia berdiri di luar pintu bandara. Ia sengaja tidak mengabari keluarga, karena baginya ini adalah kejutan yang ia siapkan sendiri.

"Welcome Indonesia." Alifa melepaskan kacamata hitam yang ia pakai.

Alifa memesan taksi onlain untuk mengantarkan nya ke rumah. Ohh, maaf lebih tepatnya mansion. Alifa menurunkan kaca mobil sambil menghirup udara yang ia rindukan.

***

Mansion kediaman dayton.

Menampakan sosok kedua laki-laki yang mondar-mandir tak jelas. Jelas, terlihat raut wajah cemas di wajah mereka.

Disisi lain, wanita paruh baya meminta tolong kepada seorang gadis di sampingnya, untuk menelepon cucu kesayangan nya. Sudah beberapa kali mereka mencoba menelpon, tetapi hasilnya nihil. Menambah mereka khawatir keadaan Alifa.

Ya, mereka semua adalah keluarga Alifa yang berada di Indonesia. Alifa tinggal bersama nenek nana, Kevin, Kelvin, dan Kelly. Mereka semua jelas khawatir kepada Alifa setelah mendapatkan kabar bahwa adik kecilnya tak ada di negara Seol. Lalu kemana perginya?

Itulah yang membuat mereka khawatir. Mereka khawatir terjadi apa-apa pada Alifa. Terlebih lagi mengingat kejadian tiga tahun lalu yang dialami Alifa, Alifa sempat dinyatakan koma beberapa bulan di rumah sakit.

Mereka tidak ingin itu terjadi lagi pada Alifa. Sungguh, tidak mau!

Kevin sudah mulai geram. "Dimana Lo, Alifa?" Geram Kevin mencoba menelpon alifa.

Puk...

Kelvin, adik kembar Kevin menepuk pundak Kevin pelan. Kevin memutar badannya kearah Kelvin.

"Bang, apa Lo udah menemukan keberadaan Alifa?" Tanya Kelvin. Kevin menggelengkan kepalanya tanda ia tak tahu.

Selama berada di Seoul, Kevin sengaja mengirim orang suruhan untuk mengawasi setiap gerak-gerik yang dilakukan Alifa. Bukannya untuk memata-matain Alifa, melainkan ia tidak mau terjadi hal buruk pada Alifa.

Terutama dengan sikap Alifa yang mudah berubah-ubah setiap jam, menit, dan detik, sampai tak menentu.

Kelvin mengusap wajahnya kasar. Ia sungguh tak nyangka, Alifa bakal senekat ini.

Di sofa, ruang tamu nenek nana tak henti-hentinya menangis. Ia sungguh berharap agar cucu kesayangan nya baik-baik saja. Kelly mencoba menenangkan nenek nana agar beliau tak terlalu memikirkan ini. Sebab, kelly takut kondisi nenek nana akan droob kembali.

"Manda.... Ikihik.... Bagaimana kalo terjadi sesuatu pada Manda?" Isak tangisan nenek nana didalam dekapan Kelly.

Kelly tak menjawab, ia menatap kearah Kevin dan Kelvin.

"Nenek, tolong jangan menangis lagi yah. Kami akan mencari Alifa secepatnya." Bujuk Kevin menghapus butiran kristal nenek nana.

"Iya, nenek. Kami sudah menyebarkan anak buah The red Moonlight untuk mencari leader mereka. Pasti tak lama lagi Alifa akan ditemukan." Sambung Kelvin untuk menyakinkan nenek nana.

Nenek nana hanya menganggukkan kepalanya.

"I'm black, gyus!!!!" Teriakan keras dari seorang gadis.

Mereka merasa tak asing dengan suara ini. Dengan segera, mereka membalikan badan mereka. Terlihat sosok yang mereka cemaskan berdiri sambil tersenyum dihadapan mereka.

Kelvin, dan Kevin saling pandang satu sama lain. Bola mata mereka melirik dari atas sampai bawah tubuh Alifa. Alifa menyeritkan keningnya.

'apa mereka sudah lupa sama gue?' batin Alifa.

Kelvin menyenggol lengan Kevin. "Bang, apa ini benar-benar adik kita?" Tanya Kevin. Ia benar-benar syok. Tak menyangka adik kecilnya sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik.

"Seperti nya bukan deh." Jawab Kevin.

's**ungguh, jika ini mimpi gue mohon jangan bangunin gue.' batin Kevin.

Bug...

Satu lemparan tas tepat terkena Kevin dan Kelvin. Kevin dan Kelvin tak dapat mengelak Serengan tiba-tiba, hingga mereka terjatuh kelantai.

Kepala Kevin dan Kelvin berkunang-kunang ada gambaran paha ayam.

"Aduhhh...." Ringis Kelvin.

"Ini memang betul Alifa." Ringis Kevin.

Kelly dan nenek yang sedari tadi diam saja, geleng-geleng kepala. Sungguh, sikap kejahilan mereka masih sama kayak dulu. Tak berubah sedikit pun.

"Kenapa kalian matain-matain gue, ha?!" Raut wajah Alifa mendadak menjadi singa kelaparan.

Glek...

Nyali Kevin dan Kelvin menciut tiba-tiba. Mereka kesulitan menelan Saliva nya sendiri.

"Jawab!"

"Anu.... Anu, Alifa..." Gugup Kevin. Kelvin berusaha mencari ide untuk menghindari amukan singa marah dihadapan mereka.

Kelly mendekati kearah Alifa. "Ayo duduk dulu. Pasti kamu lelah kan." Alifa menganggukkan kepalanya.

Kevin dan Kelvin mengelus dadanya. 'selamat, selamat, selamat.' batin mereka berdua lega.

Nenek nana mengelus kepala Alifa dengan penuh kasih sayang. "Nak, kenapa kamu tidak mengabari kami dulu?" Tanya nenek nana.

"Lo membuat kami khawatir, Alifa!" Sambung Kelly sambil membawa minuman untuk mereka.

"Aku kan mau beri kalian kejutan." Alifa memancungkan bibirnya.

"Iya, iya kejutan yah kejutan. Jangan buat kami takut, ha!" Ketus Kevin menyerup segelas kopi.

"Lah, suka-suka gue dunk." Alifa mengangkat kedua tangan. "Bwee..." Alifa menjulurkan lidahnya, mengejek mereka.

"Awas Lo!" Gertak Kevin dan Kelvin bersamaan.

Sedangkan, Alifa sudah lebih dulu lari dari serangan kedua mister galak. Mereka bertiga menjadi kejar-kejaran satu sama lain. Kelly dan nenek nana yang menyangsikannya, hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ya, ampun...." Kelly

2. chapter dua

Jangan lupa vote, vote, dan vote.

Komen, komen dan komen...

Jangan lupa taruh di daftar bacaan, agar kalian tidak ketinggalan dengan cerita berikut nya.

______________________

Happy reading...

"Ya, ampun...." Kelly menepuk keningnya sendiri.

***

Alifa merebahkan tubuhnya di kasur kingze nya. Hari ini, hari yang sangat melelahkan untuk Alifa. Alifa melirik kearah nakas, ia mengambil sebuah bingkai foto dari atas nakas.

Tangan Alifa meraba kaca bingkai foto tersebut. "Gue kangen Lo, Reza." Isak Alifa menangis. Alifa memeluk bingkai foto erat-erat.

"Kenapa Lo ninggalin gue, Reza!"

"Kata Lo, Lo ngak akan ninggalin gue kan?"

"Kemana janji Lo, Reza..."

"Ini sudah tiga tahun loh Lo ninggalin gue sendirian."

"Gue mohon kembalilah Reza."

"Gue berjanji tidak akan nakal dan jahil lagi."

"Gue akan jadi anak baik."

"Itukan yang Lo mau?"

Ada rasa sesak dan sakit di hati Alifa. Butiran-butiran kenangan indahnya bersama Reza membuatnya sangat merindukan sosok Reza.

Reza adalah sahabat baik Alifa. Alifa sendiri sudah menganggap Reza sebagai kakak kandung nya sendiri. Setiap kali Alifa ada masalah, Reza selalu membantu Alifa untuk menemukan solusi. Reza sendiri juga sangat menyayangi Alifa sebagai adiknya sendiri.

Mereka berdua sudah berteman 2 tahun lamanya. Entah kenapa saja, Reza menghilang secara tiba-tiba tanpa mengabari Alifa. Itulah yang membuat Alifa membenci Reza. Walaupun ia benci, masih ada rasa rindu didalam hati Alifa.

Dibalik pintu, Kelly yang berniat untuk menghampiri Alifa mendadak mengurungkan niatnya. Ada rasa bersalah dalam hatinya. Ia seperti merasakan kesedihan Alifa. Walaupun Alifa sendiri tidak mengatakan pada keluarga sendiri.

"Ada apa?" Tanya Kelvin entah datang dari arah mana.

Kelly menghapus air matanya yang masih tersisa. "Gue kasihan lihat Alifa." Isak tangisan Kelly.

Kelvin menarik Alifa dalam dekapan pelukan nya. Ia membiarkan Kelly menangis didalam dekapannya.

"Gue tahu itu. Gue tahu itu." Lirih iba Kelvin.

"Biarkan dulu Alifa. Ayo kita kemeja makan. Pasti mereka sudah menunggu kita." Kata Kelvin mencairkan suasana sedih dalam hati Kelly.

"Tapi, Alifa..." Jari telunjuk Kelvin menghentikan ucapan Kelly.

"Nanti gue sendiri yang akan membawakan makanan untuk Alifa."

Kelly mengangguk sebagai jawabannya. Kelvin dan Kelly melangkah menuju ruang makan dengan wajah kusut.

Kevin dan nenek nana saling melirik satu sama lain. Kemudian, sama-sama menatap kearah Kelvin dan Kelly.

Kelly dan Kelvin duduk di kursi tanpa serela makan.

"Apa ini tentang Alifa lagi?" Tanya Kelvin the points.

Sudah tentu saja itu ya. Tidak ada yang bisa membuat Kelvin secemas ini kecuali Alifa. Dan benar saja, dengan bukti anggukan sekali kepala Kelvin.

"Nenek juga bisa merasakan kesedihan Alifa. Nenek mulai khawatir kalo Alifa berbuat nekat." Lirih sedih nenek nana.

"Lalu apa yang harus kita lakukan nenek?" Tanya Kevin mulai gelisah bercampur aduk dengan rasa takut.

"Kita tidak bisa menyembunyikan ini terus. Pasti cepat atau lambat pasti akan terbongkar." Sambung Kelly.

Makan malam ini menjadikan satu keluarga tak berselera untuk makan malam. Satu persatu mulai meninggalkan meja makan. Mereka semua memilih untuk pergi ke kamar masing-masing.

***

Tok... Tok... Tok...

"Masuk." Alifa masih fokus dengan layar laptopnya, tanpa memperhatikan siapa yang masuk.

Kelvin masuk kedalam Alifa. Ditangannya sudah ada sepiring makanan dan minuman kesukaan Alifa. Kelvin meletakan makanan dan minuman itu diatas nakas.

"Alifa, makan dulu gihhh." Bujuk Kelvin.

"Nanti saja kak."

"Tidak ada nanti-nantian." Kelvin membereskan barang-barang disamping Alifa.

'uggh'

Alifa mendengus kesal. Ia memperbaiki posisi duduknya sambil bersandar dikasurnya.

Kelvin menyodorkan satu roti bakar di mulut Alifa, tetapi Alifa malah menggeleng-geleng kepalanya.

"Ayo makan. Walaupun dikit."

"Tidak bang. Gue tidak makan." Lesu Alifa.

Kelvin menghembuskan napas kasar. Sudah pasti mood Alifa mulai drob.

"Jika bukan untuk Lo, makanlah sedikit demi nenek. Nenek pasti akan sedih jika Lo ngak makan." Ujar Kelvin menyakinkan Alifa.

Alifa Diam sejenak, mencerna setiap ucapan Kelvin. Ia mengambil roti dari tangan Kelvin dan mulai memakannya. Tak lupa ia menghabiskan susu nya dalam sekali teguk.

"Bagus." Kelvin mencium kening adiknya sebelum meninggalkan kamar Alifa.

***

Hari ini adalah hari kesebelas Alifa berada di Indonesia. Pagi hari sudah mulai tiba, kicau-kicauan merdu menyambut pagi yang indah ini, dan sinar mentari mulai nakal menembus tirai jendela membangunkan Alifa.

Alifa mengerjap kan kedua matanya menyesuaikan penglihatan nya. Alifa mulai bersiap-siap untuk menyiapkan dirinya. Ia berencana akan pergi untuk latihan penembak, memanah, dan shoping seharian.

***

Di meja makan, semua keluarga sudah mulai berkumpul dalam satu meja makan. Tinggal Alifa saja yang belum datang.

"Apa adikmu masih belum bangun, kelvin?" Tanya nenek nana.

"Seperti nya belum nenek." Jawab Kelvin

Nenek nana menghela napas kasar. Seharusnya ini momen yang membahagiakan bisa makan bersama setelah sekian tahun, tetapi Malah hasilnya sebaliknya.

"Kelly, bangunkan Manda." Titah Kevin. Kelly mengangguk sebagai jawaban nya.

Sebelum beranjak pergi, orang yang mereka cari sudah sampai terlebih dahulu di meja makan. Terlihat ia sangat rapi sekali.

"Morning semua nya." Alifa lalu duduk di kursi.

"Morning too." Jawab mereka serempak.

Lalu semua keluarga memakan makanan mereka. Suasana nya menjadi hening. Hanya ada deringan sendok, garpu, dan pisau mengisi keheningan.

Sesekali Kevin melirik kearah Alifa sedang makan. Ia tersenyum tipis melihat adiknya makan dengan lahap.

Tak berapa lama, nenek nana sudah selesai makan. Wajahnya tiba-tiba berubah menjadi serius. "Manda, apa kamu mau berjanji pada nenek?" Tanyanya the points.

"Tentu saja nenek. Alifa tidak akan pernah menolak permintaan nenek." Jawab Alifa sambil meminum segelas susu putih nya.

Nenek nana menghembuskan napas kasar sebelum melanjutkan ucapannya. "Nenek mau kamu berubah."

Hening....

Alifa menghentikan makannya begitu pula yang lain. Alifa menyeritkan alisnya. Sedangkan, lainnya hanya diam menyimak.

'mungkin ini yang terbaik untuk alifa.' batin mereka.

"Maksud nenek?" Tanya Alifa. Walaupun dirinya memang tahu keinginan neneknya.

"Nenek ingin kamu berubah." Ulang nenek nana kembali.

"Alifa kan sudah berubah nek. Nenek sendirikan yang memintaku keseoul untuk belajar mandiri."

"Bukan itu, Manda." Nenek nana lesu. Ia bingung sendiri harus berbicara apa? Apa Alifa akan menerimanya ataukah langsung malah kecewa pada dirinya? Batin nenek nana sedu.

"Nenek mau kamu ke pondok pesantren."

Brak...

Alifa beranjak dari meja makannya dengan kasar. Lagi dan lagi ia harus terjebak dengan ucapan neneknya. Kali ini, kakak-kakak nya seperti mendukung keputusan nenek nana. Mereka lebih memilih diam sambil menyimak.

Tanpa pikir panjang Alifa beranjak meninggalkan keluarga nya di meja makan.

3. chapter tiga

Jangan lupa vote, vote, dan vote.

Komen, komen dan komen...

Jangan lupa taruh di daftar bacaan, agar kalian tidak ketinggalan dengan cerita berikut nya.

______________________

Happy reading...

Tanpa pikir panjang Alifa beranjak meninggalkan keluarga nya di meja makan. Nenek nana menatap kepergian Alifa dengan tatapan sulit diartikan, sedangkan yang lain melihat nenek nana untuk meminta penjelasan.

"Nenek, apa nenek yakin dengan tadi?" Tanya Kelvin.

Nenek nana terdiam.

"Nenek, lebih baik jangan masukan Alifa pondok pesantren." Sambung Kelly untuk menyakinkan nenek nana.

Nenek nana menghela napas kasar. "Nenek, hanya ingin terbaik untuk kalian, apalagi Alifa." Nenek nana menjeda ucapannya untuk mengambil oksigen. "Kalian jangan khawatir pondok pesantren yang nenek pilih untuk Alifa sudah nenek siapkan dengan matang." Lanjut nenek nana. Mereka menjawabnya dengan mengangguk kepalanya.

***

Alifa menahan air matanya agar tidak keluar dari kelopak matanya, kedua tangan nya menggenggam stir mobil dengan erat, dan kakinya terus menambah kecepatan gas mobil.

Ia terus melaju menggunakan mobil Lamborghini Aventador hitam miliknya sendiri. Ia tak memperdulikan keadaan sekitar nya. Mobil Lamborghini Aventador hitam melaju diatas kecepatan tinggi menyulusuri jalanan sepi. Jalanan yang dilalui Alifa nampak seram, dikarenakan itu berada ditengah hutan.

Alifa mengerem mobilnya setelah sampai ditempat yang ia tuju. Banyak bodyguard sudah berbaris rapi menyambut Alifa. Alifa turun dari mobilnya sambil memakai kacamata hitam.

Bodyguard membungkukkan badannya sebagai tanda penghormatan. "Welcome queen." Sambut bodyguard bersamaan.

Alifa membalas nya dengan anggukan kepalanya. Alifa berjalan memasuki sebuah goa besar. Goa besar itu adalah markas mafia The red Moonlight.

Ya, selain seorang artis, Alifa juga seorang mafia yang berhasil menduduki tingkat satu terkuat didunia. Jati diri mafia The red Moonlight terkenal sangat misterius. Sangat sulit untuk melacak keberadaan mafia ini. Setiap menjalankan tugasnya, mafia ini selalu memakai topeng untuk menutupi identitas wajah mereka.

Selain itu, mafia The red Moonlight tidak tanggung-tanggung untuk menghukum siapapun yang mencoba berhianat pada nya, terutama QUEEN mafia.

Tujuan Alifa membangun organisasi ini adalah untuk membalaskan dendam nya dimasa lalu, selain itu para anggotanya banyak dari orang-orang jalanan yang diangkat oleh Alifa. Seperti Arnold, Arnold adalah orang kepercayaan Alifa dan tangan kanan nya dalam urusan mafia. Semenjak ia berada di Seoul, ia memberikan tanggung jawabnya pada Arnold, Kevin dan Kelvin.

Arnold memeluk erat Alifa. Ia menumpahkan rasa merindukan amat mendalam pada Alifa. Alifa membalas pelukan Arnold dengan suka hati. Alifa merasakan kehangatan dalam dekapan pelukan Arnold.

"Gue kangen Lo, Lady." Arnold melepaskan pelukan nya.

"Gue juga kangen sama Lo."

"Udah lama juga tidak bertemu." Ujar Alifa cengengesan.

Arnold yang melihat tawa Alifa pertama kali sangat senang sekali. Ini seperti momen langka baginya. Sebab, selama bertugas Alifa dikenal sangat dingin, jutek, dan wajah datar, ia dikenal sebagai Queen Antartika.

Arnold juga ikut tertawa bersama Alifa. Ia mengelus kepala Alifa dengan penuh kasih sayang. "Gue berharap Lo selalu ceria Lady. Lo terlihat cantik jika tersenyum begitu."

Mendadak raut wajah Alifa menjadi datar, sangat datar seperti jalanan baru diaspal. Entah kenapa ada yang mengganjal di hati Alifa.

Arnold yang merasakan ada raut sedih dari Alifa sangat tak tega. Pasti sudah menduga ini akan terjadi lagi.

"Ada apa?" Tanya Arnold.

"Apa Lo bertengkar lagi sama abang twins Lo?" Tanyanya lagi.

Alifa menggeleng kepalanya.

"Terus?"

"Gue..." Belum sempat Alifa menjawabnya, Arnold menarik tangan Alifa hingga terjatuh dalam pelukan Arnold.

"Shhht...."

Tampa Lo berkata, gue udah ngerti."

"Ikihik... Ikihik...."

"Cup cup cup, jangan nangis lagi gih." Arnold menenangkan Alifa entah bagaimanapun caranya. Baginya, kebahagiaan Alifa jauh lebih penting sekarang.

***

*Dor...

Dor...

Dor*...

Suara peluru melesat tepat mengenai sasaran. Angin segar dan sejuk menemani Alifa sedang latihan menembak.

Alifa terlihat sangat fokus mengenai sasarannya, tak pernah meleset sedikit pun. Arnold masih setia berdiri menemani Alifa berlatih.

Ia nampak sangat kagum dengan keahlian yang dimiliki Alifa. Sangat beruntung bisa bertemu dengan Alifa dua tahun yang lalu.

Flashback on

Tepat dua tahun lalu berada di busan, Alifa tidak sengaja melihat ada seorang laki-laki yang dikejar-kejar oleh warga.

Laki-laki itu sepertinya telah mencuri sesuatu dari pemilik toko roti. Ia berusaha menghindar dari amukan para warga, tapi naas dirinya ditemukan terlebih dahulu oleh warga.

"Ini dia pencurinya."

"Dasar kamu pencuri."

"Sudah sudah, biarkan dia."

"Ayo, bawa dia ke kantor polisi."

Seperti itulah caci maki dari para warga. Warga hendak mau memukul laki-laki tersebut, tetapi mereka merenungkan nya mendapatkan teriakan dari arah belakang. Para warga secara bersamaan berbalik badan.

"Berapa harga roti yang ia ambil?" Tanya Alifa. Ia berjalan untuk melindungi pria dibelakang nya.

"Dua juta." Ujar pemilik toko angkuh.

Alifa melirik kebelakang. Ia tersenyum sinis setelah mengetahui roti itu sudah basi. "Apa anda yakin?" Tanya Alifa memancing ucapannya.

"Ya."

"Untuk roti basi anda menjual nya dengan harga dua juta?" Alifa menaikan satu alisnya.

Sakmat...

Pemilik toko roti itu terjebak dengan ucapannya sendiri. Alifa malah tertawa sinis membuat para pendengarnya bergidik ngeri.

"K---kenapa an---nda tertawa?" Tanya gugup pemilik toko.

"Saya tidak menyangka loh, paman akan memenjarakan orang ini hanya untuk makanan basi?"

"Sa---saya."

"Saya bisa loh laporin papan. Apalagi saya tahu kebusukan paman selama berjualan."

Glek...

Pemilik toko roti menelan saliva nya kesusahan. Para warga mulai menatap kearah ke pemilik toko roti. Pemilik toko roti bercucuran keringat basah dan dingin.

"Jadi, dia dalangnya."

"Heh, tak tahu malu melampiaskan pada orang lain."

"Sudah para warga, ayo bawa dia."

Begitulah sorak-sorak warga. Pemilik toko itu mundur kebelakang. Lalu lari untuk menghindari amukan warga.

Sebagian lagi meminta maaf pada pria itu, karena telah salah paham.

Alifa berjongkok menyesuaikan ukuran tubuhnya dengan pria yang ada dihadapannya. Pria itu nampak ketakutan dan tubuhnya bergetar.

"Jangan takut." Ujar Alifa menyakinkan.

"Hmmm, roti itu udah basi." Alifa hentak membuang roti itu, tetapi pria itu mencengkal tangannya untuk tidak membuang roti itu.

"Buang saja. Mari ikut aku, aku akan ajak kamu makan." Alifa mencoba menyakinkan pria tadi.

Hingga, akhirnya pria itu setuju mengikuti Alifa.

***

Alifa membawa pria itu di lestoran terkenal di Busan. Awalnya banyak yang mencari maki Alifa. Ehhh bukan mencacimaki nya melainkan pria yang ada di belakang nya.

"Panggil pemilik toko ini!!!" Teriakan geram Alifa.

Para art yang berkerja disana mulai pada panik sendiri tak jelas.

"Anu... itu..." Jawab gugup art.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!