NovelToon NovelToon

Revenge And Love

R&L bab 1

Menjadi seorang model ternama dengan bayaran selangit, seharusnya menjadi hal yang mudah bagi seorang Felicia Maheswari untuk mendapatkan seorang kekasih.

Namun nyatanya, di usianya yang sudah mencapai angka tiga puluh tiga tahun, ia masih melajang dan bahkan tanpa satupun laki-laki yang berniat meminangnya.

Bukan tanpa alasan, banyak laki-laki yang menginginkan sosok Felicia untuk menjadi pasangan hidup mereka, namun standar yang Felicia tawarkan justru terlalu tinggi, hingga membuat para lelaki yang ingin mendekat memilih mundur teratur.

Keluarga Maheswari, sangat menginginkan Felicia membawa menantu di keluarga ini. Anak gadisnya yang sudah tidak lagi bisa di katakan muda di usianya yang berkepala tiga, membuat Antonie berfikir keras untuk membantu Felicia mencari pasangan hidup.

"Sampai kapan anak kita akan melajang, Pa? mau jadi perawan tua?" keluh Nerissa pada sang suami.

Tidak hanya Antonie, Nerissa pun di buat pusing tujuh keliling dengan sikap putri mereka yang tak kunjung berkeinginan menikah. Karirnya sudah cemerlang, kemampuan berbisnisnya tidak di ragukan lagi, Felicia sosok wanita sempurna yang sangat diidolakan banyak kaum lelaki, namun nyatanya, sampai detik ini, tak satupun dari mereka yang berniat meminang Felicia.

Di usia senjanya, Antonie dan Nerissa tetap harus bekerja membantu Felicia mengurus berbagai macam perusahaan milik keluarga, dari bidang properti, industri, hingga pariwisata termasuk perhotelan.

Tidak ada yang bisa mereka andalkan karena hanya Felicia satu-satunya pewaris keluarga ini, mereka berharap, Felicia segera mendapatkan pasangan hidup agar mereka bisa beristirahat dan menikmati hari tua dengan bersantai di rumah.

Suatu malam, Felicia di haruskan datang ke salah satu hotel milik keluarganya yang sedang mengadakan perayaan hari jadi hotel ke sepuluh. Felicia hadir mewakili papanya yang sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis mendadak.

Seperti yang sudah ia setujui sebelumnya, Felicia bersedia menjadi penerus keluarganya untuk terjun di dunia bisnis jika mereka membatalkan perjodohan dengan salah seorang lelaki yang pernah menjadi suami dari sepupunya, Alexavier Bancroft. Untuk tiga tahun terakhir, ia mulai menetap di Amerika untuk melanjutkan kerja keras Alex yang membantunya mengokohkan bisnis properti di negara ini.

"Kak, akan ada banyak tamu penting di sana, kakak mau memakai gaya rambut seperti ini?" tanya Freya, orang kepercayaan Felicia yang bisa di sebut sahabat dan saudara.

"Kenapa? apa ini kurang bagus?" tanya Felicia, ia berdiri di depan cermin besar yang menampakkan tubuhnya yang ramping dengan gaun seksi, rambut yang biasa ia gerai lurus kini di rombak menjadi keriting.

"Ah, sudahlah. Terserah kamu sajalah, Kak." Freya mengalah.

Semakin bertambahnya umur Felicia, semakin percaya diri pula wanita itu mengubah penampilannya menjadi sangat fenomenal. Dari bergonta-ganti warna rambut, gaya, hingga memakai gaun-gaun yang sangat menantang. Gaya hidup dan tuntutan pekerjaanlah yang membuatnya terobsesi dengan kecantikan paripurna di usianya yang tidak lagi muda.

"Kak, paman Antonie menelpon," ujar Freya.

"Bilang pada papa, kita akan segera sampai di hotel. Jangan membuatnya resah dengan mengatakan aku sibuk berdandan."

"Baik."

Setelah merasa penampilannya sudah sempurna menurut versi dirinya, Felicia dan Freya bergegas menuju hotel tempat acara di selenggarakan.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara pesta ini di hadiri oleh banyak sekali pebisnis dan investor dari berbagai negara yang bekerjasama dengan keluarga Maheswari.

Mereka yang memiliki anak laki-laki dewasa, hampir semuanya berkeinginan menjadikan Felicia sebagai seorang menantu. Seperti dari keluarga Jarvis, mereka benar-benar mengagumi sosok Felicia. Malam ini, mereka bahkan membawa putra semata wayang mereka untuk mendekati Felicia, Evans Jarvis.

"Hallo, Nona Felicia. Sungguh cantik, bahkan tidak ada satu katapun yang bisa mewakilinya," sapa Evans mengulurkan tangan di depan Felicia.

"Oh, Hai." Felicia menyapa ramah, ia tidak pernah melihat Evans sebelumnya. "Apa kita pernah bertemu?"

Evans tersenyum, ia sungguh tidak menyangka jika Felicia lebih cantik dari foto-foto yang beredar luas di berbagai majalah.

"Perkenalkan, Evans Jarvis, kamu tentu tau siapa papaku," jawab Evans bangga. Tidak ada yang tidak mengenal keluarga Jarvis yang menjadi salah satu daftar orang terkaya di negara ini.

"Wow, nggak nyangka. Aku bisa berkenalan langsung dengan pewaris tunggal Jarvis group," decak kagum Felicia. Freya yang berdiri di samping Felicia, hanya tersenyum kecut mendengar ungkapan Felicia yang dirasa berlebihan, padahal, mereka berdua tau siapa Evans Jarvis. Laki-laki yang suka mengandalkan kekayaan untuk bermain-main dengan banyak wanita malam itu, sudah terkenal akan kegilaannya dalam merayu.

"Kak, acaranya akan segera di mulai," bisik Freya saat melihat pembawa acara melambaikan tangan pada mereka.

"Oh, baik, Evans. Kita akan berbincang lain kali, aku harus pergi," pamit Felicia.

"Ah, tentu saja."

Wajah ramah dan senyum merekah Felicia seketika berubah saat ia meninggalkan Evans, ia terpaksa berpura-pura baik pada Evans demi menjaga image dirinya.

"Lain kali nggak usah di ladenin deh, Kak," keluh Freya. "Buang-buang waktu."

"Seharusnya sih gitu. Gimana lagi, banyak orang yang akan menyorot kita hari ini, aku harus ramah pada siapa saja," jawab Felicia.

"Semoga kamu bukan korban selanjutnya, Kak," ucap Freya sambil tersenyum jahil.

Mereka berdua sama-sama tau arah pembicaraan ini, beberapa waktu lalu, keluarga Jarvis memang pernah secara langsung membicarakan niat mereka untuk menikahkan Evans dengan Felicia, namun Felicia beralasan belum siap karena ia memang tidak tertarik dengan Evans, selain karena karakternya yang buruk, Evans juga terkenal sebagai pemabuk kelas kakap.

Sambutan demi sambutan berlangsung meriah, semua orang hadir memeriahkan pesta. Berbagai suguhan mewah hingga hadiah kejutan di bagikan secara cuma-cuma pada mereka yang memenangkan kuis dadakan, Felicia sangat bangga, tiga tahun terakhir, ia adalah orang yang paling berjasa membuat hotel ini kembali bersinar setelah sempat mengalami kemunduran.

"Kak, para sahabat paman rupanya sedang mencalonkan anak-anak mereka untuk jadi menantu Maheswari. Mana yang menurutmu tampan?" tanya Freya, mereka berdua sedang duduk di depan panggung menyaksikan pertunjukan seni, sedangkan para laki-laki gagah pewaris keluarga mereka juga duduk dengan penuh wibawa mengitari panggung di sisi kiri dan kanan Felicia.

"Kamu mirip mamaku, jangan bahas hal yang nggak penting, Freya!"

"Kak, mereka semua keren-keren, andai saja Ronald setampan yang di sebelah sana, aku pasti akan semakin gila," decak kagum Freya. Ronald adalah laki-laki yang sudah bertunangan dengannya setahun lalu, dan mereka akan menikah sesegera mungkin.

"Syukuri saja apa yang kamu punya. Di atas langit masih ada langit, kalaupun Ronald setampan dia, pasti ada saja yang bisa menandinginya," jawab Felicia. Wanita itu tidak pernah berubah, semakin dewasa, pemikirannya semakin bijak.

Ponsel yang berada di dalam tas mini berwarna gold milik Felicia bergetar, menandakan ada pesan yang masuk melalui aplikasinya.

Freya melirik Felicia yang mulai tersenyum sendiri sambil menatap layar ponselnya. Sudah dua bulan terakhir, Felicia benar-benar menggilai sebuah situs kencan online yang membuatnya resah setiap malam.

🖤🖤🖤

R&L bab 2

Felicia mulai mengabaikan beberapa hiburan yang di tampilkan di atas panggung megah di hadapannya, ia tidak lagi peduli dengan para anak pejabat yang mulai bermain mata. Felicia fokus pada ponsel di tangannya.

"Kak, kamu mengabaikan banyak orang!" tegur Freya.

"Hah, ada apa?" tanya Felicia, ia mendongak, menyadari acara malam ini akan segera di akhiri.

Freya hanya melengos, sejak Felicia mengenal situs kencan online, wanita itu mulai sedikit gila, ia suka berlama-lama memegang ponsel dan bertukar pesan dengan lelaki yang tidak ia kenal, terkadang, Felicia bahkan tertawa dan sedih tanpa ada yang tau apa penyebabnya.

Usai acara selesai, Freya dan Felicia menerima banyak jabatan tangan dari para tamu undangan yang akan undur diri. Termasuk Evans, ia bahkan secara terang-terangan mencium punggung tangan Felicia saat akan pulang, membuat wanita itu semakin risih dengan sikap Evans yang kurang sopan.

Setelah semua para tamu undangan meninggalkan acara, Freya dan Felicia memilih duduk untuk bernafas sejenak sebelum meninggalkan tempat ini.

"Usahakan semuanya beres sebelum pagi, Fre. Ini akan mengganggu tamu hotel yang akan masuk," perintah Felicia.

Freya mengiyakan apa yang Felicia minta, ia bergegas menghampiri penanagung jawab acara agar membereskan semua properti dan dekorasi yang tidak perlu sebelum pagi.

"Kak Feli akan cek semuanya besok pagi," tegas Freya.

Semua yang bertugas menyanggupi perintah atasan mereka. Tidak ada yang tidak mengenali Freya, orang kepercayaan sekaligus gadis yang di anggap anak sendiri oleh keluarga Maheswari.

"Fre, lapar nggak?" tanya Felicia. "Aku lapar."

"Oh, ya. Kebetulan hari ini hotel kita merekrut koki baru, Kak. Ada satu koki yang kita dapatkan atas rekomendasi beberapa kenalan. Kita bisa coba masakannya," jelas Freya.

Felicia setuju, ia melarang Freya pergi ke dapur hotel sendiri, ia memilih ikut agar bisa bertemu langsung dengan koki yang Freya bicarakan.

Seorang laki-laki yang memakai seragam koki dengan perpaduan putih dan ungu sedang duduk bersantai di sofa. Rupanya, koki tersebut baru saja mengambil jam istirahatnya setelah mempersiapkan berbagai hidangan pesta untuk malam ini.

Freya menghampiri koki tersebut dan menyapa ramah.

"Hai," sapa Freya, wanita itu memang selalu ramah pada siapa saja.

"Oh, ya. Nona Freya?" tanya si koki.

"Kamu mengenalku?" Freya tersipu malu. Rupanya, koki yang kini berdiri di hadapannya memiliki wajah cukup rupawan.

"Tentu saja, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya si koki.

"Kita lapar, tolong buatkan makanan untuk kami. Kak Feli nggak suka makanan berlemak, dia vegetarian tapi masih mau mencicipi daging sebagai pelengkap. Porsinya sedikit saja," ujar Freya. Ia bahkan tau lebih detail apa saja yang menjadi kebiasaan Felicia.

Koki yang berdiri berhadapan dengan Freya mulai memperhatikan Felicia yang berada di belakang Freya. Wanita cantik dengan tubuh tinggi semampai itu sibuk tersenyum pada layar ponselnya.

"Tolong cepat, ya!" pinta Freya, membuyarkan lamunan si koki.

Freya mengajak Felicia duduk sambil menunggu makanan mereka datang.

"Kak, dia koki baru. Lumayan juga ternyata," decak Freya.

"Lumayan apanya?" tanya Felicia, ia bahkan belum melihat batang hidung koki yang Freya maksud, ia terlalu sibuk dengan ponselnya.

"Ih, kakak! itu, si koki, tampan, loh!"

"Kamu itu berlebihan, Freya. Semua laki-laki kamu anggap tampan, itu tampan, ini tampan. Lama-lama nanti kamu poliandri deh!"

Freya cemberut, lagi-lagi Felicia suka sekali membuyarkan imajinasi di kepala Freya.

"Ih, kok nggak di balas sih!" gumam Felicia sendiri, ia melemparkan ponselnya ke ujung sofa.

"Ada apa? kamu kok suka sih kak, chatting sama laki-laki yang bentuknya aja nggak tau."

"Bikin penasaran, tau! lagipula, aku kan cuma iseng," jawab Felicia.

Dua bulan terakhir, Felicia mulai mengikuti situs kencan online yang menampilkan banyak sekali akun laki-laki yang sedang mencari teman kencan, teman ngobrol dan kekasih.

Entah dari mana mulanya, Felicia mulai menyukai situs tersebut. Ia tidak menampilkan foto dirinya dalam profilnya, namun, banyak sekali laki-laki yang mulai iseng mengajaknya berkenalan.

Alih-alih mengisi waktu luang, Felicia kini malah semakin kecanduan. Beruntung, Freya masih sigap terus mengingatkan Felicia untuk fokus mengurus banyaknya pekerjaan dan jadwal pemotretan yang tidak pernah ada habisnya.

Dan dalam dua minggu terakhir, Felicia di buat penasaran dengan salah satu sosok laki-laki yang mulai mengajaknya chatting dalam situs tersebut. Laki-laki itu selalu berkata manis, romantis, meskipun Felicia tidak tau bagaimana rupa dan bentuknya, ia cukup di buat tergila-gila untuk bertukar pesan dengan lelaki tersebut setiap waktu.

"Kamu itu aneh, Kak. Banyak laki-laki yang sudah jelas-jelas kita kenal, kakak nggak tertarik. Tapi, malah suka sama yang misterius seperti laki-laki yang suka kakak ceritakan," gerutu Freya.

Entah sudah berapa kali Freya mengenalkan Felicia pada seorang laki-laki, wanita sama sekali tidak tertarik.

"Dia itu lucu, Fre. Lihat, dia suka kirim-kirim emoticon lucu," ucap Felicia sambil menunjukkan layar ponselnya.

"Gitu aja apanya sih yang lucu, Kak. Tukang gombal sih itu menurutku."

"Ah, Freya, nggak asik!"

"Apa sih nama akunnya?" tanya Freya penasaran.

"Dia cuma pakai inisial, huruf K dan A. Jangan-jangan, nama aslinya Kevin Aprillio," ujar Felicia dengan mimik wajah penasaran.

Belum sempat Freya menjawab, koki yang sudah selesai memasak itu kini datang mengantarkan hidangannya.

"Silahkan, Nona," ucap koki tersebut.

"Oh, mas koki, siapa namamu?" tanya Freya sesaat sebelum koki tersebut beranjak pergi.

"Nama saya Kendrict, panggil saja Ken."

"Emm, oke, Ken!" Freya mengedipkan sebelah mata pada Kendrict, Felicia memukul bahu wanita itu.

"Jangan genit, Ah! ingat sama yang lagi kerja!" ucap Felicia, pasalnya, Freya memang suka sekali menggoda laki-laki tampan, dan itu seperti sudah menjadi kebiasaannya.

Mereka berdua akhirnya makan dengan tenang, setelah seharian ini banyak sekali pekerjaan dan pertemuan yang harus mereka hadiri, akhirnya ini adalah waktu yang cocok untuk bersantai dan beristirahat.

Setelah menghabiskan makanan mereka, Felicia mengajak Freya untuk segera pulang. Karena Antonie dan Nerissa sedang tidak ada di rumah, maka Felicia memilih pulang ke apartemen miliknya, ia tidak terlalu suka tinggal di rumah saat orang tuanya sedang sibuk di luar kota.

"Kak, paman mengirim pesan, menanyakan pendapat kakak tentang Evans, dari keluarga Jarvis," ujar Freya saat mereka sampai di apartemen.

"Kamu tau dia laki-laki seperti apa, mana mungkin aku mau dengannya, Freya."

"Aku tau, tapi kali ini keluarga Jarvis berjanji pada paman untuk berusaha merubah kebiasaan Evans."

"Aku nggak yakin laki-laki seperti Evans bisa berubah, lagipula, masih banyak laki-laki baik di luaran sana, kenapa harus susah-susah memperbaiki sesuatu yang terlanjur rusak," decak kesal Felicia.

"Kamu ingat Alex, Kak?" tanya Freya. "Kamu tau dulu dia seperti apa, tapi nyatanya, sekarang dia sudah jadi lelaki setia, hot daddy pula," jelas Freya mengingatkan.

Felicia berlalu meninggalkan Freya yang duduk di ruang tamu, ia sudah bosan mendengar ceramah semua orang yang memintanya untuk seger mencari pasangan hidup.

🖤🖤🖤

R&L bab 3

Kendrict, laki-laki bertubuh tinggi kekar dengan rambut gondrong sebahu itu bekerja sebagai koki baru di hotel milik keluarga Maheswari, ia terbilang lihai dalam bidang kuliner, sudah puluhan resto ternama dari berbagai negara yang pernah mempekerjakan dirinya. Namun, ia memilih hotel ini untuk petualangan selanjutnya.

Baginya, menjadi koki adalah sebuah petualangan. Ia akan tau selera setiap orang dari berbagai kalangan, tidak hanya di restoran mewah, ia juga pernah mempraktekkan keahliannya di rumah makan sederhana.

Kendrict, laki-laki berusia dua puluh sembilan tahun itu berasal dari keluarga kurang mampu, namun ia bisa meraih kesuksesan atas kerja kerasnya mewujudkan mimpi kedua orang tuanya. Kini, ia seorang yatim piatu yang tinggal seorang diri di sebuah apartemen yang terletak tidak jauh dari tempatnya bekerja.

Ada satu tujuan terselubung kenapa dirinya begitu tertarik ingin masuk ke dalam area kekuasaan Maheswari family. Baik atau buruknya tujuan, Ken masih berusaha untuk meluruskan niatnya yang sesungguhnya.

Nyatanya, malam ini merupakan malam yang tidak akan pernah ia lupakan, pasalnya, secara tatap muka ia bisa menjumpai Felicia, seseorang yang sudah ada dalam kepalanya selama bertahun-tahun. Wanita sukses dengan karir cemerlang seperti Felicia, memang sangat sulit di temui oleh orang dari kalangan menengah. Apalagi, Felicia selalu menjaga diri dari orang-orang yang tidak ia kenal.

🖤🖤🖤

Beberapa hari setelah pesta malam itu, Felicia menyerahkan tugas kantor pada sekretaris Antonie. Hari ini ia ada pemotretan salah satu majalah dewasa yang tidak bisa ia tolak. Bukan soal bayaran, melainkan produk yang akan ia pakai adalah produk yang sangat menarik. Perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran pakaian wanita telah memilih Felicia sebagai modelnya.

Bentuk tubuh Felicia yang ramping dan seksi, tidak bisa lagi di pungkiri meski usianya sudah kepala tiga. Ia selalu pantas memakai apapun jenis dan bentuk pakaian, membuatnya semakin cemerlang meniti karir.

"Fre, apa papa belum menelpon?" tanya Felicia, entah kenapa sejak pagi perasaannya sangat tidak enak.

"Belum, Kak. Semalam paman sudah bilang kalau akan sampai rumah agak malam. Mau mampir ke rumah teman lama katanya," jelas Freya.

Di sela-sela kesibukan dan berbagai pekerjaannya, Felicia selalu mengirim kabar dan menanyakan kabar kedua orang tuanya. Karena ia adalah satu-satunya anak di keluarga ini, ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga Antonie dan Nerissa di masa tua mereka.

Setelah pemotretan siang ini, Felicia di undang langsung oleh keluarga Jarvis untuk menghadiri acara makan malam di rumah mereka. Perasaan tidak enak untuk menolak muncul, dan pada akhirnya, Freya mendorong Felicia untuk hadir ketimbang harus memakai seribu alasan tidak jelas.

Seperti biasa, wanita itu tidak pernah luput dari gaun seksi nan mewah. Ia masuk ke dalam rumah keluarga Jarvis di sambut bak seorang putri raja.

"Halo, Felicia. Senang sekali kamu bisa datang," ujar Harry, sang tuan rumah.

"Saya pun senang bisa mendapatkan kehormatan ikut dalam acara makan malam bersama keluarga ini, Mr. Harry," ucap Felicia sopan.

Freya duduk di samping Felicia, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru arah, rumah besar dengan interior khas Eropa ini sungguh megah.

Dari salah satu pintu yang entah ruangan apa, Evans keluar dengan nas berwarna biru elektrik, laki-laki itu selalu berpenampilan mencolok untuk menarik perhatian.

"Hai, Felicia. Aku kira kamu lupa," sapa Evans.

"Agak terlambat memang, macet," jawab Felicia beralasan, padahal, ia datang sedikit terlambat karena malas.

Makan malam pun nampak khidmat, semua orang hanya fokus pada makanan yang di hidangkan semeja penuh.

Saat semuanya usai, istri dari Harry Jarvis meminta Freya membantunya memilih oleh-oleh kesukaan Felicia untuk di bawa pulang, ia meminta Freya meninggalkan Felicia dan Evans agar lebih leluasa mengobrol.

"Ayo, aku tunjukkan kamu sesuatu," ajak Evans, tanpa pamit, ia menggandeng lengan Felicia keluar menuju balkon di lantai dua rumahnya.

Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba saja Evans melamar Felicia secara mendadak. Ia berlutut di depan Felicia sambil memamerkan cincin berlian dalam kotak berwarna gold.

"Felicia, maukah kamu menikah denganku?" tanya Evans.

Tidak ada respon sama sekali, terkejut sekaligus bingung, Felicia tidak tau jika akan terjadi sesuatu yang tiba-tiba seperti ini.

"Evans, apa-apaan ini, kenapa tiba-tiba sekali?" tanya Felicia setelah sadar bahwa apa yang ada di hadapannya adalah nyata.

"Aku tau ini mendadak. Tapi, bukankah wanita dan pria dewasa seusia kita udah nggak pantas lagi ngomongin soal cinta. Ini tentang keseriusan," jelas Evans dengan percaya diri.

"Bukan seperti ini caranya, Evans. Kita bahkan belum lama kenal."

"Gampang, kita akan saling memahami sambil menjalin hubungan."

"Tolong, jangan seperti ini," ucap Felicia, ia hendak meninggalkan Evans namun tangan laki-laki itu buru-buru menahannya.

"Aku tau, kamu nggak mau menerimaku karena perilakuku yang buruk. Aku janji akan berubah, aku janji akan meninggalkan semua kebiasaan burukku, demi kamu," ujar Evans memohon.

"Felicia, Please, beri aku kesempatan."

Felicia menggeleng lemah, sepertinya ia terjebak dengan situasi yang cukup sulit. Menolak secara terang-terangan, tentu akan membuat Evans sakit hati, namun memberi kesempatan? Felicia tidak yakin Evans bisa berubah.

Belum sempat memberi jawaban, ponsel dalam tas Felicia berdering, ia segera mengambil ponselnya untuk mengalihkan perhatian Evans.

"Halo, dengan keluarga Antonie Maheswari dan Nerissa Maheswari?" tanya seorang laki-laki dari sebrang telepon.

Felicia menjauhkan ponsel dari telinganya, kembali melihat nomor yang yang sedang menghubunginya.

"Ya, saya putrinya," jawab Felicia.

"Kami dari pihak Mount Sinai Medical Center mengabarkan bahwa kedua orang tua anda mengalami kecelakaan tunggal dan sedang ada di rumah sakit kami. Kondisi nyonya Nerissa Maheswari sempat mengalami kritis."

Felicia hampir saja menjatuhkan ponselnya, ketakutan menjalar ke seluruh bagian tubuh wanita itu, takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada kedua orang tuanya. Ia meninggalkan Evans yang berdiri bengong dan berlari masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Freya.

"Freya, kita ke rumah sakit, sekarang!" ajak Felicia dengan wajah panik.

Harry dan istrinya terkejut karena Felicia pergi terburu-buru seperti sedang terjadi sesuatu, tidak satupun dari mereka yang berani bertanya saat Felicia terlihat panik dan gelisah.

Dalam perjalanan, Felicia terus melakukan panggilan ke nomor milik Antonie, puluhan panggilan ia layangkan namun tidak satupun terjawab.

"Kak, ada apa ini? aku nggak ngerti," tanya Freya bingung, Felicia tidak memberinya penjelasan apapun namun terus menyuruh sopir mereka agar mengemudi cepat.

"Siapa yang sakit? siapa yang ada di rumah sakit?" tanya Freya.

"Mama dan papaku, Freya. Mereka kecelakaan," ucap Felicia, ia meremas jemarinya gugup, ia takut dan khawatir.

Persendian Freya tiba-tiba melemas, baru beberapa jam lalu Antonie dan Nerissa mengabarkan jika mereka akan segera tiba di New York, namun kabar ini membuat Freya juga merasakan hal yang sama dengan Felicia.

🖤🖤🖤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!