NovelToon NovelToon

My Contract Wife

MCW

"Bulan depan tagihan pajak ya bund?" tanya Rona sambil memegang tagihan yang harus mereka bayarkan.

"Iya, kalau kamu belum ada uangnya bisa pakai uang bunda saja." jawab bunda Mila.

"Aku ada kok, pakai punya ku saja."

Ronatasya, satu satunya putri dari bunda Mila yang dibesarkan dengan perjuangan serta harapan yang besar. Gadis cantik yang terlahir dalam keadaan kurang beruntung harus berjuang sendiri demi masa depan.

Beberapa waktu kemudian di luar sana ricuh pembahasan yang tidak keduanya mengerti, bunda turun lebih dulu karena merasa penasaran, sementara Rona sibuk menata kamarnya yang masih berantakan. Ternyata Kediaman keluarga Rona saat ini sedang riuh membicarakan perjodohan salah satu cucu Pranata dengan sepupu Rona yang bernama Fani. "Benarkah kabar yang kudengar tadi?" tanya Mila.

"Tentu saja benar! baru mendengarnya? kabar itu sudah menyebar kemana mana," ucap bibi Shanti sombong.

"Anakku akan menjadi menantu keluarga Pranata!" ucapnya lagi angkuh.

"Benarkah bibi? dengan siapa?" mendengar dari atas tangga, Rona menghampiri mereka.

"Yaa! dengan cucu tuan Pranata bernama Febian yang sangat tampan itu!" ucap Bibi Shanti dengan kesombongannya.

"Wahh benarkah?setampan apakah dia?" Tanya Rona sedikit mengejek, dia tahu bibinya ini suka melebih-lebihkan apa pun, apalagi ini menyangkut putrinya. Dia sudah hafal akan karakteristik keluarganya.

"Tentu saja tampan melebihi apapun!" sahut Fani yang sejak tadi diam saja mendengar ibunya bercerewet tanpa henti.

"Wahh sepupuku ini rupanya sudah terpesona dengan ketampanannya? memang ada yang menandingi ketampanan Zayn Malik? " Goda Rona membuat pipi Fani memerah.

Zayn Malik adalah pujaan sepupunya dari SMA, Fani tipe gadis yang bucin pada idol hingga mengoleksi berbagai poster gambar pria idamannya itu.

"Tentu saja Fani terpesona semua orang juga pasti terpesona olehnya," imbuh Ayah Fani.

"Benarkah? setampan apa dia? berarti paman juga terpesona? sing eling Om!" Rona memberikan candaan.

"Terpesona akan ketampanannya saja, Om mu ini masih normal ya!" balas Ayah Fani dan mereka tertawa sejenak.

"Kamu sih gak pernah nonton tv gak pernah liat berita, masa iya keluarga Pranata kamu nggak tau makanya jangan terlalu fokus kerja," ucap bunda Mila.

"Hehehe kan demi masa depan bun," dibalas cengengesan saja oleh Rona.

"Keluarga Pranata itu keluarga terkaya dan terpandang," jelas bibi Shinta.

"Lalu kenapa mereka memilih keluarga kita? bukankah keluarga kita tidak terlalu terpandang? biasanya mereka akan mencari yang setara," tanya Rona.

"HEYYY! Meskipun keluarga kita tidak terpandang tetapi nenek kita memiliki perjanjian perjodohan dengan cucu mereka! " jelas bibi Shinta emosi.

"Baiklah baiklah aku mengerti," ucap Rona sambil mengangguk beberapa kali.

"Bersiaplah, besok adalah hari di mana pertunangan itu dilakukan," ucap Kakek menengahi.

"Di mana?" tanya Rona.

"Di kediaman keluarga Pranata," balas Ayah Fani.

"Beristirahatlah kalian semua, besok adalah hari yang melelahkan!" ucap Ayah Fani.

Mereka semua pergi kekamar masing masing dan mulai beristirahat.Hingga pagi tiba mereka kembali riuh karna sibuk menghias wajah dan penampilan mereka. "Bagaimana penampilanku?" tanya bibi Shinta saat sudah berkumpul di ruang tamu.

"Bagus," balas Ayah Fani selalu suaminya sendiri.

"Sudah siap semua?" tanya Ayah Fani.

"Sudah! " jawab mereka serempak.

"Baiklah ayo kita berangkat! Anak-anak di mobil satu dan para orang tua di mobil dua," Ayah Fani menginstruksikan.

"Siap!" ucap Rona.

Mereka semua pergi bersama menuju kediaman keluarga Pranata hingga mungkin sekitar 42 menit, kemudian sampailah ditempat yang mereka tuju. "Wah! kediaman ini benar benar besar!" ucap bibi Shinta menatap kagum bangunan tinggi menjulang di hadapannya.

"Benar benar mewah," ucap Ayah Fani ikut terkagum-kagum.

"Yang pastinya enak hidup kaya raya," ucap Rona tersenyum.

'Pasti mereka memiliki uang yang banyak? nasib Fani sangat beruntung! andai aku yang di posisinya pasti aku tidak akan susah payah bekerja' batin Rona menggelora, namun sesaat kemudian ia tersadar. Mengutuk, menyesal dan bersikap iri tidak akan membawa hasil yang baik.

Mereka masuk kedalam kediaman besar nan mewah Keluarga Pranata yang sudah berhiaskan dekor simple namun terlihat elegan. Salah satu Keluarga Pranata menyambut kedatangan keluarga Rona dengan sangat baik

Ditempat itu banyak tamu pula yang datang entah itu tetangga, karyawan atau rekan bisnis. "Silahkan duduk di sana dan mana yang namanya Fani?" tanya seorang wanita paruh baya namun masih terlihat segar dan cantik meski ada sedikit bekas bekas luka memar di tubuhnya.

Terlihat begitu mencurigakan, sayangnya mereka tak ingin ikut campur. Bekas luka itu bisa saja didapat karena unsur ketidak sengajaan ketika bekerja atau memasak. "Ah iya, ini Fani anak saya," ucap bibi Shinta memperkenalkan putri tercintanya.

"Wahhh jadi ini calon menantuku?cantiknya," puji wanita paruh baya yang menyandang nama Sarah membuat pipi Fani merona.

Setelah perbincangan kecil mereka semua masuk lebih dalam menuju kediaman pranata yang ramai akan manusia. Mereka duduk di kursi bundar kecil yang berisi empat orang di sisi kanan keluarga Fani dan di sisi kiri Rona, bunda Mila dan Kakek.

Banyak orang berlalu lalang di depan mereka sementara Keluarga Pranata masih belum terlihat, hanya mama dari calon Fani saja yang nampak dan karna memang Keluarga Pranata adalah keluarga kaya raya dan pebisnis terkenal, di sana terdapat banyak wartawan dan kamera berjejer rapi di samping panggung. Sungguh ketimpangan yang terlihat jelas.

Bersambung.

MCW

Karena Rona terlalu banyak minum sehingga ia ingin buang air kecil, dia mengatakan pada Bunda Mila terlebih dahulu untuk mengabari keberadaannya nanti.

"Bund aku kebelet," bisik Rona

"Yaudah tinggal ke toilet aja!" ucap bunda Mila simple.

"Toiletnya kan gatau di mana bund," ucap Rona kesal.

"Bund udah gatahan," rengek Rona lagi.

"Bunda tanyain ke nyonya Sarah dulu," Ucap bunda Mila.

Bunda melihat kanan kiri mencari keberadaan nyonya Sarah yang ternyata berada tak jauh darinya. Ia berjalan kearah nyonya Sarah dan menanyakan letak toilet. "Nyonya Sarah," panggil bunda Mila.

"Eh?? iya, jangan panggil seperti itu, saya tak layak dipanggil begitu," ucap Bu Sarah.

"Ehh hah? boleh saya tanya?" tanya bunda Mila sedikit tak paham. Bukankah dia sebagai menantu keluarga Pranata jelas layak mendapatkan panggilan seperti itu?

"Iya?"

"Dimana letak toiletnya, anak saya ingin buang air kecil hehe?" tanya bunda Mila.

"Toiletnya nggak jauh kok, saya suruh pelayan buat nganterin gapapa kan bu? Saya masih harus menyapa tamu lain," ucap bu Sarah sedikit sungkan.

"Iyaa tidak masalah."

Bu Sarah menghentikan salah satu pelayan yang sedang membawa nampan dan menyuruhnya untuk mengantar Rona ketoilet, Pelayan itu mengikuti Bunda mila. "Rona itu kamu ikuti mbaknya," ucap Bunda Mila.

"Okey!" balas Rona sambil menunjukkan jempolnya yang lucu.

"Ayo mbak cepat!" ucap Rona sedikit berlari.

Pelayan itu mengantar Rona kearah toilet tak jauh dari situ, namun jalan yang berbelok sedikit rumit dan Rona cepat cepat masuk kedalam toilet lalu melakukan aktivitasnya yakni membuang air kecil. Saat keluar Rona sudah tidak melihat pelayan yang mengantarnya tadi. "Ehh aku ditinggal? jalannya kemana? aku lupa, mana rumahnya gede lagi," gumam Rona kebingungan.

Ia bingung jalan kembali dan mengambil arah sembarang mengikuti instingnya yang berbelok kiri lurus wae. Hingga tak terlihat keramaian sama sekali bahkan sepi, namun nampak satu kamar besar berpintukan bahan mahal, kualitasnya menunjukkan harga yang bisa membuatnya pingsan.

'Ini kemana lagi? mana tas aku titip ke bunda lagi, ga bawa hp juga!' batin Rona meruntuki kebodohannya.

'Apa kucoba aja masuk yah?' pikirnya.

Rona mulai memegang gagang pintu dan mendorong pintu itu, namun pintu terbuka bersamaan saat ia membuka pintu tersebut. Alhasil Rona hampir jatuh, beruntung dia masih bisa mengatur kestabilan dan jantungnya berdetak tak beraturan. Ia takut ada kerusakan pada pintu mahal tersebut.

'Haduh bisa hilang ginjalku, nutupi beli pintu aja mahalnya serasa ingin pingsan terus'

Namun tampak seorang laki laki tampan luar biasa benar benar luar biasa! Rona tidak pernah berbohong soal menilai ketampanan pria.

lelaki itu dengan rapi mengenakan jas mahal dan tampilan yang begitu elegan.

"Em maaf tuan," ucap Rona gugup, namun tak ada balasan dan hanya terdapat wajah tampan dengan raut muka datar menatapnya.

"Bisa tolong tunjukan saya jalan keruang di mana keramaian pertunangan berada? saya tersasar dari toilet," tanya Rona ragu.

"Hmm," hanya deheman saja yang terdengar di telinga Rona.

Laki laki itu berjalan pergi dan Rona mengikuti di belakangnya tanpa sepatah kata pun yang keluar diperjalanan

'Tampan sih, tapi nakutin!' batin Rona.

Hingga tiba dikeramaian, ia celingak celinguk mencari bund nya berada. "Terima kasih tuan," ucap Rona menunduk.

"ya," balas pria itu dan pergi meninggalkan Rona.

"Ngapain aja sih? kok lama nak?" tanya bunda Mila saat Rona sudah di sampingnya.

"Masa iya aku ditinggalin, tadi keluar eh mbaknya udah gaada alhasil aku kesasar bund mana jalannya belok belok lagi," ucap Rona diiringi kekesalan.

"Terus? kok bisa nemu jalan?" tanya bunda Mila.

"Tadi ketemu cowok tampan bund" ucap Rona.

"Siapa?" tanya bunda Mila penasaran.

"Gatau bund cakep pake bangett tapi sayang mukanya datar orangnya kek dingin gitu, takut aku jadinya. Berasa di samping dosen killerku," penjelasan putrinya membuat sang bunda tertawa kecil.

"Wahhh ada pangeran penolong rupanya," goda bunda Mila.

"Ya gitu deh, di mana princess berada pasti ada penolongnya."

"Hahaha!" keduanya tertawa lucu terhadap pembahasan kecil mereka.

**✿❀ ❀✿**

"Bunda, aku terpaksa."

"Hah?" beo Bunda Mila terkejut.

"Semua karenanya," ucap Rona.

Bersambung.

MCW

Tak lama kemudian Keluarga Pranata keluar semua dan Rona dapat melihat dan mengetahui bahwa lelaki yang membantunya tadi ada di salah satu rombongan Keluarga Pranata.

"Rupanya dia anggota keluarga ini," gumamnya namun bisa didengar oleh sang bunda.

Bunda Mila mengarahkan pandangannya pada orang yang dilihat putrinya lalu melimpahkan beberapa pertanyaan agar menjawab rasa keingintahuannya.

"Sayang itu cucu tuan Pranata, kau mengenalnya?" bisik bunda Mila.

"Hah? bunda mendengarku?" tentu saja dia terkejut, padahal sudah sebisa mungkin ia kecilkan suaranya tapi ternyata masih bisa terdengar oleh telinga tua ibunya.

"hehe, telinga bunda tajam jika mendengar sesuatu yang aneh."

"Dia itu memang terkenal kejam dan jahat sekali, orang bilang susah mendekatinya bahkan teman saja harus benar benar orang terpilih. ada rumor yang mengatakan jika dia itu masuk dalam komunitas Lgbt," penjelasan sang bunda jelas diiringi suara lirih saat berbisik.

"What! Lgbt? setampan itu penyuka sesama jenis?" pekik Rona terkejut. Bagaimana mungkin? aish sunguh! kenapa orang orang yang dilimpahi keberuntungan justru menyia-nyiakannya?

"Shut! jangan terlalu keras! itu masih rumor yang belum terbantahkan, jadi masih samar. Bisa saja benar dan bisa saja salah."

Rona langsung menutup mulutnya menggunakan tangan yang rapat ketika melirik kanan dan kiri berharap tidak ada yang mendengar perkataannya selain ibunya.

"Siapa namanya bund?" tanya Rona penasaran.

"Louis," jawab bunda Mila.

"Nama itu cocok dengannya, sayang jika rumornya benar." ucapan Rona diangguki oleh sang ibunda yang setuju dengan pemikirannya.

Acara berjalan dengan lancar Rona juga melihat calon dari sepupunya yang memang benar tampan, namun menurutnya masih lebih tampan pria tersandung rumor gay tadi.

Sebenarnya dia juga menjadi pusat perhatian karna kecantikannya yang mengundang minat kaum lelaki untuk mendekatinya, tapi tak ia tanggapi sedari tadi karena dirinya tak menyukai pria pria sudah beristri itu.

**✿❀ ❀✿**

Pagi harinya usai pulang dari acara pertunangan sepupunya, Rona dihubungi Bosnya untuk segera datang keruangannya karna memang pekerjaannya menjadi sekretaris yang harus cekatan. Dengan terburu buru ia berdandan dan tidak sempat sarapan karna tadi bangun kesiangan.

Ia mengendarai mobil miliknya dengan kecepatan tinggi yang membuat ia cepat sampai di tempatnya bekerja. Ia lari terbirit birit ke arah ruangan Bosnya yang berada di lantai paling atas. "Iya pak?" tanya Rona.

"Kamu ikut saya ke perusahaan Pranata," ucap Bosnya.

"Pranata?" tanya Rona.

"Ya."

'Waduh, keluarga itu?' batin Rona.

Mereka langsung pergi menuju perusahaan Pranata dengan kondisi Rona yang kelaparan namun ditahannya dengan sebaik mungkin demi kelancaran acara. Perjalanan yang lumayan lama karena macet membuat Rona dan bosnya melewati jam kesepakatan.

Mereka berdua masuk kedalam perusahaan besar Pranata dan menanyakan kepada resepsionis. "Dengan siapa? Dan ada keperluan apa?" tanya ramah resepsionis.

"Kita dari perusahaan BBB ada janji dengan tuan Louis," jawab Rona tak kalah sopan.

"Silahkan ke lantai enam, anda sudah ditunggu oleh tuan Louis," ucap resepsionis.

"Baik terima kasih," ucap Rona sambil tersenyum manis.

Rona dan Bossnya pergi ke lantai yang diucapkan sang resepsionis padanya, tiba dilantai 10 Rona menanyakan pada sekretaris Louis yang berada di depan ruangan direktur.

"Ini benar ruangan tuan Louis?" tanya Rona ramah.

"Hmmm!" balas sekretaris itu cuek dan masam, sungguh ingin rasanya Rona mengeluarkannya! niat kerja atau tidak? banyak diluaran sana yang menginginkan posisi itu tapi wanita itu justru menyia-nyiakannya. Sangat disayangkan, perusahaan besar seperti Pranata ini memiliki pekerja yang memalukan.

"Terima kasih!"

Boss Rona masuk terlebih dahulu lalu disusul Rona di belakang dan terlihat Louis sedang duduk di kursi kebesarannya dan ada seorang pria duduk di sofa ruangan itu berbincang dengan louis.

"Permisi," ucap Bos Rona.

"Ya," balas Louis singkat.

Mereka berdua duduk dan mulai melakukan perbincangan mengenai kerja sama yang akan dilakukan hingga pukul 11 sing barulah selesai.

Saat akan berjabatan tiba tiba Rona jatuh pingsan dan reflek Louis menangkap tubuh wanita itu kedalam pelukannya dikarenakan posisinya yang paling dekat.

"Heyy! bangunlah!" ucap Louis menepuk pipi Rona dan berusaha membangunkannya.

"Rona Rona Heyyy Rona!" panggil Bossnya.

"Em maaf, saya akan membawanya kembali saja tuan," ucap Boss Rona berniat mengambil alih gendongan karyawannya.

"Hubungi Felix!" ucap Louis datar pada seseorang yang tadi sedang duduk di sofa tanpa mengadahkan permintaan pria di sampingnya yang sibuk ingin membawa karyawannya pergi.

"Oke!" balas Kailo, satu satunya teman dekat Louis.

Louis menggendong Rona Lantas meletakkannya di sofa empuk hingga beberapa saat kemudian datanglah Dokter Felix yang juga seorang teman Louis di bidang kesehatan.

"Periksa dia!" perintah Louis.

"Ya."

Dokter Felix memeriksa keadaan Rona dengan teliti dan hati hati. "Maagnya kambuh, perutnya belum terisi apapun dan dia tak kuat menahan lapar serta ia kelelahan juga membutuhkan istirahat lebih," jelas Dokter Felix.

"Kau ini bagaimana jadi boss!! Jangan terlalu menekan karyawanmu bila tak ingin merugi!" ucap Louis tajam.

"Emm iya maaf dengan apa yang terjadi karena telah merepotkan anda," ucap Boss Rona tak enak hati.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!