NovelToon NovelToon

Step Sis

(1) Sekelas

_______________________

CATATAN :

Kisah ini tidak plagiat, saya karang sendiri selama enam bulan. Bagi siapa saja yang menemukan novel ini, di akun yang berbeda, dengan alur/judul yang sama, harap hubungi saya, terimakasih...

Happy reading guys, jangan lupa VOTE and LIKES ya, saya juga minta dukungannya, Thankyou so much!

________________________

Flashback on

"Awwhhhhh, stop Farrel, sakit hiks..." Noel mendengar suara desahan wanita dari dalam lab Ipa. Saat itu ia masih duduk di kelas sembilan SMP.

Semakin Noel mendekat ke arah lab IPA, semakin jelas suara wanita itu. Noel mengerutkan keningnya bingung. Dia kenal betul dengan pemilik suara ini. 

'kayak suara Hanna.' monolog pria itu dalam hati. Ia menggelengkan kepalanya, supaya berpikir positif. "Engga mungkin Hanna," gumamnya. 

"Farrel stop astaga...awwhh," ucap seorang wanita dari dalam lab IPA. Noel tidak ingin mengintip, namun suara itu sangat tidak asing di telinganya. Cowok itu membulatkan kedua matanya ketika melihat sang kekasih sedang bermesraan dengan pria lain.

"Astagfirullah, Hanna? Cewek gue? Ga nyangka gue," Noel mengepalkan tangannya. Rahang cowok itu mengeras. Wajah memerah karena amarah. Keringat langsung meluncur begitu saja di sekujur tubuh indah cowok itu.

BRAAAAAAKKKKK...................

Seketika Farrel dan Hanna terkejut melihat keberadaan Noel yang sudah berada di ambang pintu. Wajah kedua manusia itu terkejut kepalang bukan main.

"NGAPAIN LO BERDUA," ucap Noel dengan oktaf naik. Hanna dan Farrel langsung merapikan bajunya yang berantakan. Farrel mengancing seluruh kancing bajunya, supaya menutupi roti sobek miliknya.

Hanna mengancing bagian atas yang terbuka, kemudian merapikan rambutnya*.

"*No...Noel, aku bisa jelasin-- Farrel yang maksa aku No--- sumpah."

Ucap Hanna gugup, air matanya mengalir begitu saja. Wajahnya sangat panik* dan pucat pasi.

Sedangkan Farrel tersenyum miring pada Noel. Hanna langsung berlari kecil ke arah Noel dan berusaha mememeluk tubuh cowok itu, tetapi sang empu malah menepisnya dengan kencang hingga membuat Hanna terhempas hampir terjatuh. 

Noel berjalan ke arah Farrel, yang sedari tadi mengeluarkan senyuman miringnya. Cowok itu seperti menantang Noel untuk bertengkar. Terakhir Noel menonjok orang, waktu kelas tujuh. Sejak saat itu tidak pernah lagi.

"*LO---"

Noel sambil menarik kerah Farrel. Kedua manik cowok itu bertemu. Deru nafas semakin terasa, sepertinya akan ada pertarungan disini*.

"APA!---" Balas Farrel menantan**g.

"Brengsek. Gue sama sekali ga pernah nyentuh Hanna. Sedangkan lo? GILA," Tangan cowok itu mengepal, siap untuk melemparkan bogeman.

Bug

Bug

Bug

*Tangan Noel yang sudah mengepal sedari tadi sukses mendarat di wajah Farrel. Cowok itu langsung jatuh tersungkur lemah karena tak kuat menahan pukulan Noel yang menggebu-gebu.

"Dasar lo brengsek," ucap Noel pada Farrel yang sudah tersungkur lemah. Sedangkan Hanna hanya menatapnya dari belakang Noel*.

Cewek itu mengeluarkan air matanya. Ia akan menjelaskan semuanya pada sang kekasih, ini semua tidak seperti yang Noel lihat. Hanya kesalah pahaman, serius deh.

Noel membalikan tubuhnya kebelakang. Ia berjalan ke arah Hanna dengan wajah yang masih marah. "No...Noel, aku bisa jelasin," gumam Hanna dengan kepala tertunduk. Wanita itu menyeka air matanya.

"Jelasin pala lo, sorry udah ga percaya lagi gue sama lo, nggak usah deket gue lagi lo, mulai hari ini gue ga punya hubungan apa-apa sama lo Hanna. Jalang, " Noel melangkahkan kaki ke luar lab IPA meninggalkan Hanna dan Farrel berdua. Sedangkan Hanna langsung menangis saat itu juga karena Noel tak ingin mendengar kejadian seluruhnya.

Flashback off

Hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur kenaikan kelas yang bisa dibilang lumayan panjang. Noel duduk di kelas sebelas IPA . Tepatnya di SMA Phoenix.

"WOYYY dugong, bengong-bengong *baek* lo mikirin apa lo?"

Sapa Alenta, sahabat Noel dari SMP kelas delapan. Dahulu mereka berdoa agar masuk SMA yang sama, dan doa mereka terkabul. Mungkin sudah di takdirkan bersama.

Sekarang mereka masuk ke SMA yang sama tetapi tidak sekelas saat kelas *sepuluh*, tapi karena kelasnya di acak saat kenaikan kelas *sebelas*, jadi mereka bersatu kembali. Sungguh indah permainan Tuhan.

"Ck, apaan sih lo, ganggu aja," gumam Noel. "Eh bentar, lo sekelas sama gue nyet?" Noel sambil menatap wajah Alenta. Cowok itu mengerutkan keningnya bingung sekaligus terkejut.

"Iya, gue duduk sama lo yaa,"

Alenta langsung menarik kursi kosong yang ada di samping Noel tanpa persetujuannya. "Okee diem aja berarti '*iya*', makasih ya bebeb gue yang ganteng--- muaah," lanjut alenta sambil memeluk Noel dari samping.

Alenta sudah biasa melakukan itu ke Noel, bahkan dia suka mencium pipi Noel ketika sedang sangat bergembira, karena persahabatan memang begitu, sangatlah indah walau tak jarang bertengkar karena hal kecil. Mereka tidak peduli jika dibilang *gay* oleh orang-orang, karena kenyataannya tidak seperti itu.

"Najis," Noel begidik ngeri dengan nada dingin. Cowok itu mengeluarkan buku novel, hendak membaca. Ya ini adalah aktivitas paginya.

"Ahh jangan gitu dong, nanti aku marah nih," goda Alenta penuh drama. Noel begidik jijik mendengar hal itu, walaupun sudah terbiasa, tetap saja menggelikan baginya.

"Gue *smackdown* lo Len bener-bener," balas Noel seraya mengangkat Tas nya, bersiap menghantam wajah tampan milik Alenta.

"Jangan om, aku masih muda om, aku ga suka cowo om," balas Alenta lebay sambil memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya.

"Ck, alay,"

Kepribadian Alenta berbanding terbalik pada Noel.

Noel yang pintar, cuek, dingin, tidak nakal mau menjalin tali persahabatan dengan Alenta yang suka pergi ke diskotik, merokok, bodoh, playboy tapi wajahnya tak kalah tampan dari Noel.

Alenta memiliki banyak mantan kekasih sedangkan Noel hanya memiliki satu mantan kekasih. Hanna.

Noel dan Alenta ibarat surga dan neraka. Tapi, Noel tidak pernah terpengaruh hal buruk yang dibawa  Alenta. Semenjak Alenta bergaul dengan Noel, cowok itu mulai sedikit lebih baik dari sebelumnya.

Bahkan para guru sering memperingatkan Noel agar tak berteman dengan Alenta, tapi Noel tak memperdulikannya, hanya Alenta yang benar-benar membuat Noel nyaman berteman atau bersahabat.

Noel dan Alenta sering belajar bersama, tetapi hanya Noel yang tekun belajar, sedangkan Alenta hanya memainkan ponselnya jika bertemu.

Alenta sering menyalin pekerjaan Noel semnjak SMP bahkan sampai sekarang. Walau kelas waktu kelas *sepuluh* mereka tidak sekelas, Alenta selalu meminta bantuan Noel untuk mengerjakan PR nya. Persahabatan mereka berawal dari pertengkaran waktu duduk di bangku kelas delapan SMP.

\*\*\*

**Flashback on**

*DUGGG*

*Noel menabrak seseorang sehingga membuat pria itu jatuh tersungkur*.

"*Kalo jalan liat-liat dong," ucap pria itu pada Noel yang tak lain adalah Alenta. Cowok itu menatap tajam manik Noel*.

"*Sorry gue ga liat*."

"*Makannya jangan nunduk mulu cupu," Alenta tersenyum miring*.

"*Lo bilang apa tadi?," balas Noel sambil mengangkat kepalanya agar sejajar dengan Alenta. Cowok itu membalas tatapan Alenta tak kalah tajam*.

\**Perlu gue eja hah? C-U-P-U, goblok," jawab Alenta sambil mengeja kalinmatnya. Koridor sekolah mulai ramai siswa sambil mengelilingi kedua pria itu yang sedang bertengkar*. 

"*Jangan katain gue lagi," balas Noel dingin berusaha menahan amarahnya seraya membalikan badannya dan berusaha keluar dari kerumunan. Rahang cowok itu sudah mengeras. Tangannya terkepal menahan amarah*.

"*Halahh CUPU lo," Alenta menantang Noel, membuat cowok itu semakin mengepal tangannya yang  berada didalam kantung celana*.

"*Cupu," lanjut Alenta dan membuat Noel di tertawakan oleh semua orang*.

*BUGH*---

*Noel menghantam keras wajah tampan milik Alenta hingga membuat darah segar mengalir di tepi mulut Alenta*.

"*Kurang ngajar lo bangsat," Alenta hendak membalas pukulan Noel. Dengan sigap Noel langsung menahan tangannya dan langsung menendang perut Alenta sehingga membuat pria itu tersungkur lemah. Keadaan semakin ramai. Semua orang tak menyangka Noel yang pendiam, dingin dan tertutup bisa seagresif itu*.

"*Berhenti !" terdengar suara teriakan dari guru laki-laki berusia sekitar lima puluh tahunan*.

"*Noel, kamu murid teladan kenapa bisa berkelahi gini hah*?."

"*Saya yang cari masalah duluan pak," ucap Alenta sambil bangkit dari lantai. Cowok itu mengangkat tangannya*.

"*Kalian ikut bapak ke ruang BK*."

"Sorry ya udah mukul lo," ucap Noel pada Alenta, sambil berjalan keluar ruangan setelah mendapat ceramah dari guru BK. Tentu saja masuk kedalam buku catatan harian. Alenta biasa menyebutnya dead note. Semua permasalahan siswa-siswi, ada disana.

"Gue juga minta maaf tadi udah ngatain lo cupu, ternyata tenaga lo kuat juga ya," sahut Alenta pada Noel lalu kedua tangan mereka saling salaman ala pria.

"Gue sering liat lo duduk sendirian di kelas, lo ga kesepian apa? Sejak kelas tujuh lo jarang berbaur," sambung Alenta sambil menaikan sebelah alisnya.

"Ngga papa, gue suka aja" jawab Noel singkat.

"Yaudah gue duduk sama lo ya, kasian gue liat lo kayak kambing conge, sendirian mulu, jadi temen gue ya," balas Alenta membuat Noel menatapnya. Cowok itu menaik turunkan kedua alisnya.

Noel memang tertutup dengan semua orang, semenjak awal masuk sekolah sebenarnya banyak yang ingin menjadi teman dia, tapi mereka semua hanya memanfaatkan Noel dan datang pada Noel pada saat ada butuh nya saja. Jadi Noel enggan untuk berbaur.

"Kenapa lo mau jadi temen gue? Kan awalnya lo ngatain gue, emangnya mau temenan sama orang cupu kayak gue?," balas Noel membuat Alenta bungkam, menahan ketawanya.

"Gue tadi kesulut emosi, gausa di pikirin, gue temanan sama lo bukan karena lo jenius atau kaya, gue tertarik aja temenan sama lo, sebenernya udah lama gue pegen nyapa, tapi muka lo datar banget kayak tembok, gue jadi ngerih," ucap Alenta sambil tersenyum pada Noel.

"Iya-iya, duduk sama gue? Tapi nanti gimana temen sebangku lo?," Noel mengerutkan keningnya bingung.

"Dia kan pindah sekolah hari ini, jadi lo duduk samping gue aja, lo juga selama ini duduk sendiri kan," balas Alenta.

"Hm," Noel hanya berdehem membalas pertanyaan Alenta.

"Okee ayo ke kelas," sambung Alenta seraya menarik tangan Noel kasar.

"Pelan-pelan anjir, astagfirullah, gue bisa jalan sendiri," ucap Noel, lalu Alenta melepaskan tangan Noel sambil tertawa.

"Iya-iya, ini namanya definisi musuh jadi temen," Alenta meringis tertawa. Noel hanya bisa menarik nafasnya dan berjalan mendahului Alenta.

"Eoyy tunggu."

Flashback off

***

"Untung gue sekelas sama lo lagi No, jadi ga susah deh gue nyontek," Alenta sambil menempatkan kepalanya di atas meja. "Kira-kira ada cewe cantik ga ya di sini," sambungnya sambil memejamkan kedua matanya, berharap ada gadis manis dikelas ini.

Noel menoleh ke arah Alenta, kemudian menjitak kepala sahabatnya itu. "Cewe mulu lo, pikirin dulu nilai lo yang anjlok."

"Sakitt dugong," gumam Alenta seraya mengusap kepalanya. "Itu mah elo, pikirannya nilai terus," sambungnya melempar tatapan mematikan. Noel hanya bisa menepuk jidatnya sambil tertawa mendengar penuturan Alenta.

"Lo pacaran apa No," ucap Alenta menatap Noel. "Gue tau lo masih trauma sama hubungan masa lalu, tapi banyak banget cewe yang ngantri sama lo No" sambungnya.

"GA," hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Noel.

"Selamat pagi SMA Phoenix, haloo teman baru---"

Teriak seorang wanita cantik dan imut yang berada di ambang pintu. Tasya. Gadis itu membawa aura positif yang sangat besar. Keceriaanya bagaikan matahari yang terbit dari timur.

Dibelakang gadis itu, ada tiga sahabatnya. Christin, Davina, dan Ardia. Kelas masih kosong, karena sekarang masih pagi. Suara wanita itu sangat menggelegar sehingga membuat Alenta dan Noel menengok ke arahnya.

"Haii cantik, kamu anak kelas ini ya?," sapa Alenta sambil tersenyum manis di kursinya. Dia mulai mengeluarkan jurus buaya nya.

"Oh my god, kitaa sekelas sama Alenta gaesss, ada Noel jugaa Ahhhhk gilaa cogan semua," kata gadis itu sambil teriak melengking sehingga membuat Alenta tertawa, sedangkan Noel tak memperdulikannya, dia masih fokus dengan novelnya.

Christin, Ardia dan Davina hanya bisa menggeleng dan menepuk jidatnya. Mereka bertiga sudah biasa dengan tingkah konyol dan memalukan dari Tasya. "

Ayoo lah cari kursi," Christin sambil menarik tas mungil milik Tasya.

Tasya mendudukan bokongnya di kursi kosong tepat di depan Noel. Di samping Noel ada Alenta yang sedari tadi tersenyum menyambut kedatangan Tasya dengan ramah.

Sedangkan Noel tak mengacuhkan nya. Noel sibuk membaca novel miliknya. Di kedua telinganya, terdapat earphone bertengger dengan manis.

"Kamu siapa namanya?" tanya Alenta pada Tasya. Sang empu langsung membalikan tubuhnya menghadap ke Alenta. Tasya duduk sebangku dengan Davina sedangkan Christin dengan Ardia.

"Oh iyaa Tasya kan ga famous, kenalin aku Tasya," gadis itu menjulurkan tangannya pada Alenta. "Ini Davina, itu Christin, dan itu Ardia, sebenernya ada dua lagi, tapi ga sekelas, yang dua lagi namanya Angel sama Aska," sambungnya panjang lebar. Itu membuat Alenta sangat gemas bahkan ingin rasanya mencubit pipi Tasya. Baru kali ini dia melihat gadis seceria Tasya.

"Aku Alenta, dan ini sahabat gue yang ganteng dan dingin. Noel," Alenta menunjuk Noel yang sedang fokus membaca sembari mendengar lantunan musik.

"Iyaa Tasya udah tau kok, kan kalian populer di sini," jawab Tasya sambil menampilkan senyuman manisnya.

"Haloo gaesss" ucap seorang wanita yang tidak lain adalah sahabatnya Tasya juga tapi tidak sekelas. Aska.

"Tasyaa, aah, kita ga sekelas," Aska berlari ke arah Tasya dan memeluk Tasya yang sedang terduduk di kursinya. Di belakang Aska terdapat Angel yang berjalan dengan santai, kedua tangan cewek itu menyilang di dada, wajahnya datar.

"Haloo gaess," sapa Ardia pada kedua wanita yang tengah berkunjung di kelasnya. "Walaupun kita ga sekelas, tetap ke kantin bareng ya," sambung Christin.

"Oh my god. Kalian sekelas sama Alenta and Noel, ahh aku iri," ucap Aska lebay. Alenta hanya tertawa melihat tingkah laku Tasya dan Aska, tingkah laku mereka berdua sama-sama pecicilan dan lebay.

Sedangkan Noel tak peduli sama sekali. Tasya sedari tadi mencuri pandang ke Noel.

Oh my god kenapa jantung Tasya deg-degan pas liat Noel, ah gilaa dia emang ganteng banget anjrit, gaada obat. Tasya

"Tas kok kau bengong," Aska mengguncangkan tubuh Tasya. Itu membuat sang empu langsung tersadar dari lamunannya. Ia mengerjabkan matanya, menoleh pada Aska lalu menampilkan senyumannya.

"Yu ah ke kantin," ucap Angel datar. Cewek itu memang terkesan sangatlah dingin pada semua orang, apa lagi yang namanya pria. Mereka semua langsung beranjak dari duduknya, menuju kantin sekolah.

"Dadah Noel, Alenta," ucap Tasya seraya melambaikan tangannya dan mendapat respon lambaian dari Alenta tetapi tidak mendapat balasan apapun dari Noel.

'Wanita aneh'. Batin Noel. Cowok itu melihat punggung Tasya yang sudah menghilang dari pandangannya.

"*Gue nggak mungkin jatuh cinta sama lo Tasya. Lo bukan tipe gue." Noel tersenyum smirk pada saat melihat wajah Tasya pucat pasi. Kepala gadis itu tertunduk*.

"*Lo tuh cewek tolol, bodoh, dekil pula, nggak deh," sambungnya membuat Tasya semakin kecut. Perkataan cowok itu sangatlah kejam*.

"Hai teman-teman, perkenalkan saya penulis cerita 'Married with Step Brother. Terimakasih karena sudah mampir, semoga kalian suka ya. ><"

Jangan lupa jempol dan vote ya, TERIMAKASIH.

---TBC---

(2) Teman baru

“Samlekom mamang,” ucap dua pria tampan yang ada di daun  pintu kelas. Kedua pria itu memakai dasi tapi tak beraturan, baju sekoalahnya di keluarkan. Penampilan kedua pria itu seperti Alenta. Brandal.

“Woeee Alvin, Zain, kita sekelas wahhhh asik,” teriak Alenta pada kedua pria yang ada di ambang pintu. Itu adalah Alvino yang biasa di panggil Alvin, dan juga Zain.

Mereka berteman dengan Alenta semenjak awal masuk SMA. “Kitaa duduk dibelakang yaa,” ucap kedua pria tersebut sambil berjalan ke arah kursi paling pojok.

Noel dan Alenta duduk di kursi tengah-tengah urutan tiga dari depan. Sedangkan Tasya dan Davina di tengah-tengah urutan dua dari depan. Christin dan Ardia duduk di barisan kedua samping kiri Tasya.

“Assalamualaikum,” ucap seorang pria tampan dengan pakaian rapi dan teratur yang sedang berdiri di ambang pintu, di samping kanannya juga ada seorang.

“Waalaikumsalam,” jawab Noel melihat pada pria itu.

“Kita sekelas lagi No," ujar kedua pria tersebut bersamaan sambil berjalan ke arah Noel. Mereka berdua adalah Ridwan dan Xavier. Teman kelas sepuluhnya Noel, bisa di bilang Noel selalu bersama mereka jika ada kerja kelompok.

“Iya sekelas lagi, kalian berdua mau duduk dimana?,” tanya Noel, kedua pria tersebut langsung mencari tempat kosong.

“Kita duduk di samping meja lo aja deh, itu dua kan masih kosong,” Xavier menunjuk ke arah kursi kosong yang berada tepat di barisan pjok dekat tembok. Kedua manusia itu langsung mendudukan bokongnya disana.

“Len, kenalin, mereka teman sekesal gue waktu kelas sepuluh,” ucap Noel pada Alenta. Alenta langsung menghampiri kedua pria tersebut untuk bersalaman seraya melemparkan senyuman yang manis.

“Gue Alenta, sahabatnya Noel dari SMP, dan yang di belakang lo temen-temen gue, Alvino, Zain,” ujar Alenta sambil menunjuk ke arah dua temannya. Ridwan dan Xavier  membalikan tubuhnya dan berkenalan dengan mereka berdua.

“Okee kita semua udah kenalan, sekarang kita semua satu geng, gue ketuanya,” ucap Alenta sambil menunjuk ke dirinya sendiri. Semua yang ada disana mengerutkan keningnya bingung.

“Geng apaan?” tanya Noel sambil mengerutkan keningnya.

“Geng-geng ngan dah AHAHAHAAH,” balas Alenta terkekeh. Xavier dan Ridwan saling memandang, mereka tak tau harus melakukan apa sekarang. Berteman dengan tiga brandal sekolah, adalah hal tergila yang pernah mereka alami.

“Ehh sumpahh, gue sekelas sama Noel aahhh, mau nangis rasanya,” ucap Tasya lebay, Tasya dan kawan-kawan (DKK) sedang duduk di kursi kantin sekolah.

“Najis, alay lo,” balas Angel dengan wajah dinginnya. Cewek itu memutar kedua bola matanya malas.

“Diaa tuh seneng, Ngel sekelas sama orang yang udah di sukain dari kelas sepuluh, udah setahun lho Tasya suka sama Noel, lo ga bahagia apa?,” tanya Ardia pada Angel yang sedang menyeruput segelas minuman jeruk.

“Biasa aja,” balas Angel dan kembali menyeruput es nya. Mendengar jawabannya, semua yang ada disana hanya bisa menggelengkan kepala, pasalnya, sifat Angel memanglah seperti itu.

“Ahh lo mah dari dulu dingin Ngel, asli dah, mantan pacar aja ga punyaa lo, cowo pada mikir dua kali buat deketin lo, kalo sikap lo kayak es batu,” sambung Christin seraya menempatkan kedua lengannya di dada, ia menantap tajam Angel.

“Bodo amat,” balas Angel acuh.

Semuanya hanya memutar kedua bola mata-nya malas. Sikap Angel memang dingin dan sekali nya ngomong pedas. Semua sudah terbiasa dengan sikap dinginnya. Namun, dia tidak terlalu dingin jika berada di sekitar sahabatnya.

Hanya orang yang baru kenal menganggap Angel jutek, aslinya dia sangat baik dan rendah hati, tapi dia hanya tak memperlihatkan kebaikan dari lubuk hatinya.

“Udah yu ke kelas,” sahut Angel yang telah selesai minun es jeruknya.

“Bentar *ish* Angel, Tasya lagi makan tau,” balas Tasya sambil menyuap bakso ke dalam mulutnya. Gadis itu mengunyah bakso nya dengan penuh perasaan sampai semua nya lelah menunggu dia makan.

“Cepetan Tasyaa astaga, kita kan mau ke kekelas,” kata Aska dengan wajah bosannya, gadis itu engetuk-ngetuk meja dengan kuku lentiknya.

“Yaudah, Aska duluan aja sama Angel, kan Aska sekelas sama Angel,” balas Tasya dan mendapat anggukan dari Aska. Cewek itu menuruti perkataann Tasya. Dia langsung mengajak Angel pergi ke kelasnya.

“Ayo Ngel,” ucap Aska sambil menarik lengan Angel menuju kelas.

Angel hanya bisa pasrah. Dengan malas, cewek itu menuruti perkataannya Aska. Mereka meninggalkan kawan-kawannya di kantin.

“Cepet Tas makannya, gue juga mau ke kelas,” ucap Ardia. Dengan cepat kilat, Tasya melahap tiga buah bakso terakhirnya sekaligus. “busedd dah, perut karung” sahut Christin yang sedari tadi memperhatikan Tasya makan.

Setelah selesai makan, Tasya DKK langsung kembali ke kelas. Pelajaran jam pertama, akan segera di mulai.

\*‘oh god, itu Xavier, gue sekelas sama Xavier? Oh my god,’ \* monolog Christin dalam hati.

Mereka semua telah memasuki ruang kelas yang telah ramai. Disana terdapat enam orang cowok tampan yang sedang bergurau.

Noel, Alenta, Xavier, Ridwan, Alvino, Zain.

“Selamat pagi anak-anak,” ucap wali kelas sambil masuk ke dalam kelas XI-IPA 5. Semua siswa langsung duduk ke tempatnya masing masing karena guru telah berada di ruang kelas. Yang awalnya kelas ramai, langsung menjadi hening seketika.

*TRRRRRRRRRING........TRRRRRRING...........TRRRRING*....

Bel istirahat pertama telah terdengar, itu sama saja seperti lantunan musik yang syaduh bagi siswa-siswi.

Semua orang langsung berbondong-bondong keluar kelas.

Mereka sangat bosan dengan pelajaran matematika. Tasya membalikan tubuhnya ke belakang agar bisa melihat wajah Noel. “Haii Noel, tadi pusing gaa pelajaran MTK?,” tanya Tasya dengan wajah riang.

“Nggak usah so akrab deh lo sama gue,” balas Noel dingin sembari menutup buku matematikanya.

“Yhaa makannya Tasya ngomong sama Noel, biar jadi semakin akrab,” ucap Tasya sambil tersenyum. Noel menatap datar gadis yang ada dihadapannya.

“Jangan kaku-kaku apa lo No, Tasya noh mau kenalan sama lo,” Alenta menepuk pipi mulus Noel. Kedua manik mereka bertemu. Alenta menaik turunkan kedua alis matanya.

“Tadi kan udah kenalan,” balas Noel datar. Alenta memutar kedua bola matanya malas, cowok itu langsung menidurkan kepalanya di atas meja, dengan kedua lengan sebagai bantalan.

“Noel laper ga, Mau Tasya beliin makanan di kantin?,” tanya gadis periang itu.

Noel mengalihkan pandangannya menjadi menatap Tasya. "Nggak usah sok akrab sama gue,” ucap Noel kemudian beranjak dari duduknya menuju kantin di ikuti Alenta, Xavier, Alvino, Zain, Ridwan.

“Jangan sedih ya. Noel emang begitu sikapnya,” Alenta tersenyum sambil mengelus kepala Tasya. Cewek itu sama sekali tidak *baper* pada saat di usap kepalanya oleh cowok tampan seperti Alenta.

Tetapi para sahabatnya yang *baper* karena kepala Tasya di suap oleh pemain basket famous SMA Phoenix.

‘*aaaannjirr guee juga mau kayak Tasya*’ batin Christin. Cewek itu tersenyum-senyum sendiri layaknya orang gila.

(3) Gabung

“Noel mau kemana?” teriak Tasya pada cowok yang sudah berada di ambang pintu kelas. Cowok itu hendak pergi menuju kantin.

“Bukan urusan lo,” balas Noel dari ujung sana.

“Ayoo lah kantin, ke kelas Aska sama Angel dulu tapi, jemput mereka,” ucap Davina. Mereka semua langsung menuruti kata-kata Davina. Pertama ke kelas Angel dan Aska. Kelas mereka ada di XI-IPA 7. Hanya beda beberapa meter dari kelas Tasya.

"Angel ayo," Tasya melambaikan tangannya pada cewek yang masih duduk di kursi.

"Bentar," balas Angel, kemudian merapikan buku.

"Jangan lama-lama atuh," sahut Davina, membuat Angel mempercepat gerakannya.

"Yuk, Ngel," Aska menarik lengan Angel menuju keluar kelas.

Para gadis itu telah berkumpul semua. Mereka berjalan menelusuri koridor yang ramai. Angel berada di barisan paling depan, tepatnya di tengah-tengah. Di samping kanan dan kiri nya terdapat Aska dan Tasya.

Di belakang cewek itu terdapat tiga cewek lainnya. Davina, Christin, dan Ardia. Sepanjang koridor, mereka selalu mendapat perhatian dari para pria. Angel menyilangkan kedua tangannya di dada, pandangan menghadap kedepan. Sedangkan Tasya hanya bisa melemparkan senyuman, sisanya biasa saja, tidak menanggapi.

“Waduh meja udah penuh semua, gimana nih gaes?” tanya Angel sambil melihat ke sekeliling kantin yang mejanya dan kursinya sudah full.

Pandangan Angel langsung tertuju pada Alenta yang sedang melambaikan tangannya ke arahnya. “Tasya, duduk sini aja, bawa temen-temennya,” teriak Alenta membuat mata Tasya menoleh ke arahnya.

“Yuk, ke samping Alenta aja, nggak ada tempat lagi,” ucap Tasya menatap manik Angel.

“Ayoo Tas, ada Xavier di sana, bisa tebar pesona,” ucap Christin sambil melepas ikat rambutnya.

“Ada Noel juga, ganteng banget lagi, bused dah, damage nya ga ngotak,” sambung Tasya lebay.

Angel hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu menepuk jidatnya. “Alay lo berdua.”

“Udahh ayoo ah, cape nih berdiri terus, mangkok gue takut tumpah” sahut Ardia dari belakang Angel. Dia sedang membawa semangkuk mie ayam yang masih panas.

“Ayo-ayo,” ajak Davina. Tasya dan Angel langsung mengangguk dan berjalan ke arah meja yang sudah di siapkan oleh Alenta agar Tasya DKK makan di situ.

“Noel, Tasya duduk di sini ya,” ucap Tasya meminta izin, kemudian mendudukan bokongnya di hadapan Noel yang sedang memakan mie ayam. Ada dua dua belas orang yang duduk di meja itu. Enam wanita dan enam pria.

“Hm,” balas Noel singkat, jelas, padat.

“Hai Xavier,” sapa Christin sambil melambaikan tangan pada Xavier.

“Hm, hai,” jawab Xavier singkat. Sikap Xavier memang dingin pada wanita. Tak berbeda jauh dengan Noel. Christin duduk berhadap-hadapan dengan Xavier. Ia memperhatikan setiap lekuk wajah tampan milik Xavier.

“I swear to god, kalau Xavier ganteng banget oh my god,” celetuk Christin di dalam hati.

“Kenapa lo ngeliatin gue?” tanya Xavier sambil mengaduk-ngaduk kuah bakso. Matanya tak menatap wajah wanita yng tengah duduk di depannya. Namun dia dapat melihat bahwa Christin tengah memandanginya dari tadi. "Gue emang ganteng," sabungnya pe-de.

"Dih," Christin mengerutkan keningnya. "Cenanyang?"

"Nggak," balas Xavier

“Ehh anu, nggak usah ge-er dah lo,” balas Christin sambil mengalihkan pandangannya.

‘aduh mampuss gue ke gep, mati guee, maluu banget.’

“Hai,” sapa Alenta pada gadis yang tengah duduk di hadapannya yang tak lain adalah Angel. Cewek itu melirik sekilas wajah Alenta lalu kembali fokus menyeruput minumannya. “Woy gue nyapa lo, dingin banget sih jadi cewe,” celetuk Alenta sambil memukul meja pelan. Baru kali ini ada cewek yang cuek dengannya.

“Angel mah emang gitu, dia sikapnya dingin, jarang ngomong lagi, kalo sama stranger,” sahut Davina yang tak jauh dari kursi Alenta.

Davina duduk berhadapan dengan Zain, Ardia dengan Ridwan, dan Aska dengan Alvino. Mereka semua saling berkenalan satu sama lain.

“Oh ya?” tanya Alenta sambil melirik Davina. Kemudian Davina mengangguk.

“iyaa.”

“Kamu udah pernah pacaran belom?” tanya Alenta pada Angel. Alenta mulai mengeluarkan jurus ampuh playboynya.

Tapi Angel sama sekali tak tergoda. “Nggak usah pake aku-kamu deh, jijik gue denger lo ngomong gitu,” balas Angel. Pandangannya masih fokus ke gelas yang ada di hadapannya sambil di aduk-aduk.

‘anjir ga mempan pake aku-kamu, baru kali ini gue nemuin cewe kaya es batu’ Alenta membatin.

“lo udah pernah pacaran?” tanya Alenta lagi.

“Belom,” balas Angel singkat. Dia tak tertarik sama sekali dengan topik pembicaraan Alenta.

“Udah gue duga,” jawab Alenta.

Angel mengerutkan keningnya, “Maksud lo?” sahut cewek itu melirik tajam Alenta.

“Yhaaa, cowo minder deketin lo, soalnya sikap lo dingin, untung cantik,” ujar Alenta seraya menampilkan senyuman lebarnya.

“Bodo amat,” Angel memutar kedua matanya malas. Sebenarnya dia tak ingin menyahuti perkatataan buaya darat yang ada di depannya saat ini.

"Jangan nilai gue, dari parasnya. Kenapa sih good looking selalu di bela atau di prioritasin? Heran gue," Angel memutar kedua bola matanya malas.

"Gue juga suka ngerasa gitu, padahal gue bodoh, badboy, cuma karena gue ganteng, banyak cewek yang suka sama gue, orang-orang selalu open. Tapi gue nggak suka, pada saat mereka sinis sama orang yang parasnya biasa aja, gue ga suka," ujar Alenta panjang lebar, "nggak adil buat mereka."

Angel menatap cowok di hadapannya, ia tidak menyangka jika Alenta sebijak ini. Seantero SMA Phoenix tahu, jika Alenta bukanlah murid yang baik, namun banyak fans nya.

“Gaessss, pulang sekolah nge-mall yuk,” ajak Aska dengan antusias. Jika sudah mall tak usah di tanya lagi, wanita mana sih yang menolak. Bisa dibilang Aska adalah ratunya nge mall. Dia sangat pintar dalam mencari barang-barang diskon.

“Aaaaaaahhk, Tasya mau ikut yaa,” teriak Tasya dari ujung meja. Noel melirik sebentar Tasya.

‘suaranya kek toa masjid’ batin Noel.

“Iyaaa, kitaa semua ikutt yeyyy,” balas Aska sambil mengangkat kedua lengannya. Kedua gadis itu menjadi pusat perhatian kantin.

“Ngapa lo pada ngeliatin aku? Nge-fans hah?” sambung Aska memarahi semua orang yang memperhatikannya. Bukannya takut, melainkan tertawa karena melihat Aska mengomel. “Ishh demi yaa, ngeselin banget sih, bukannya takut malah pada ketawa,” gerutu Aska sambil mengecutkan bibirnya.

“Yhaa masaa marah begitu,” sahut Zain sambil tertawa.

“Lah emang gimana lagi? Aku kan kalo marah begitu,” balas Aska sambil menyentuh-nyentuhkan kedua jari telunjuknya. Cewek itu mengeluarkan puppy eyesnya.

“Ah emang gabisa marah lo,” ucap Zain.  Mereka berdua sudah kaling kenal. Bisa di bilang teman SMP.

“Isshh Zain mah dari dulu gangguin aku mulu, rasain nih,” ucap Aska sambil mencubit tangan kanan Zain. Bukannya kesakitan, Zain malah tertawa geli karena kelakuan imut Aska.

“Alvin, keren banget lo temenan sama Xavier, Ridwan, Noel. Mereka kan anak pinter dan berprestasi, ga brandalan kayak lo. Lo mah cuma muka doang ganteng, sikap lo ga ganteng” tutur Ardia. Alvino dan Ardia adalah sepupu.

Papahnya Ardia adalah kakak mamahnya Alvino. Jadi, kedua manusia itu sudah tumbuh bersama sejak kecil. Ardia tahu betul jika Alvino bukanlah anak baik-baik. Hoby main wanita, suka dugem, dan lain-lain.

“Bisaa dong, guee gitu lho,” balas Alvin sambil menaik turunkan kedua alis tebalnya.

“Lo temanan sama mereka cuma mau manfaatin kan? Ngaku dah,” ucap Ardia sambil berbisik agar tidak kedengaran yang lainnya.

“Guee ga gitu Ar, kalo mau temenan sama gue ayo, kalo ga mau juga it’s okay,” balas Alvino dengan wajah datar.

“Canda bang,” sambung Ardia sambil tertawa, lalu memukul pelan tangan Alvino.

"Sakit astagfirullah. Kenapa sih cewek kalo ketawa, pasti mukul," ujar cowok itu seraya mengusap lengannya.

Ardia menggeleng sambil tertawa. "Reflek gue, hahahaha."

---TBC---

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!