“ Berani nya dia berkhianat kepada ku.” Mata tajam menatap lurus ke depan dengan kaki di lipat sebelah. Rahang nya mengeras pertanda akan ada peristiwa yang membahayakan. Ia lah seorang pria yang bernama ..
Elvan Aristides Rafisqy Fathaan
Panggilan akrab adalah Fathan, sedangkan ia di kenal dalam bisnis tuan 'Elvan Fathaan'
Ia lah seorang pembisnis yang sudah seluruh negeri. Bisnis nya di kenal dengan kekejamannya, siapapun yang mengusik nya. Ia akan menjemput ajal nya dengan cepat.
Pria ini mengetahui sesuatu dari bawahannya, salah seorang pria mengatakan bahwa orang yang ia percayai selama ini berkhianat dengan mengambil seluruh harta nya.
Tanpa kenal rasa malu ia pun menghentakkan kakinya keluar dari ruangan gelap yang ia tempati. Ia melewati beberapa pelayan sebelum ia menginjakkan kaki ke dalam mobil. Menyalakan mobil dan menginjak rem keluar dari rumah besar dan megah di bawah pengawasannya.
Di sisi lain rumah pak Bonar
“ Assalamualaikum, pak Bonar??”
Tetangga tersebut mengetuk pintu dengan sopan sembari membawa tas hitam di tangannya. Seorang gadis dengan wajah cantik pun memegang handle pintu bersiap membuka.
“ Pak Sugeng, masuk pak. Bapak ada di dalam,” ucap nya dengan senyuman manis.
“ Iya neng cantik,”
Ia memasuki rumah sederhana tersebut dan duduk di sofa. Ia menatap wanita sederhana yang melewatinya bersiap membuatkan minuman. Tak lama kemudian sembari mengusap keringat nya pak Bonar datang dari belakang rumah nya.
“ Sugeng, ada apa?” tanya pak Bonar terkejut menatap temannya duduk di sofa.
“ Bonar duduk sini nar,” ucap pak Sugeng.
“ Iya, kamu bawa apa itu? ngapain kesini,” tanya pak Bonar masih dengan keterkejutannya terkejut.
“ Ini loh, aku dapat pinjaman dari seseorang. Kamu bawa ya, jumlah nya lumayan buat anak kamu kuliah.” ucap Pak Sugeng meletakkan tas yang ia bawa di atas meja.
“ Pinjaman buat apa? aku enggak butuh uang pinjaman Geng, kamu bawa ajah lah.” Pak Bonar merasakan tidak enak ketika uang itu di letakkan di meja nya.
“ Lah geng, kasihan anak kamu, Vania enggak bisa kuliah. Gimana mau kerja kalo gak ada pendidikan Nar?”
“ Iya sih, tapi aku masih mampu buat membayar pendidikan anak aku kok. Aku ada kerjaan di desa sebelah, ” ucap Bonar menyakinkan Sugeng agar membawa uang itu pergi dari rumah nya.
Wanita tadi pun datang dengan senyumannya, lalu meletakkan nampan di meja dan membagikan dua minuman yang ia bawa.
“ Minum ya pak, jauh jauh ke sini pasti capek kan?” ucap Viana dengan sopan.
“ Iya Vania, makasih. Oh ya gimana pendidikan kamu?” tanya Pak Sugeng.
Viana pun duduk di kursi yang kosong, matanya beralih ke bapak nya dan menatap ke teman ayahnya.
“ Pendidikan Viana masih normal kok pak, hanya saja Viana belum bayar uang tunjakan bulan ini.” ucap Viana tersenyum ramah. Walau di hati nya ada kegelisahan dan resah karena ia belum membayar uang kuliah semester 2 tersebut.
“ Nah bapak ada rejeki lebih Va. Buat kamu bayar kuliah ajah ya,” ucap Pak Sugeng mendorong tas yang ia bawa.
“ Ini apa pak? Viana nanti nyari kerja sampingan gak apa apa kok, gak perlu sampai pinjem.” ucap Viana.
“ Enggak papa Va, kamu ambil saja. Bapak masih ada urusan saya pamit dulu ya.” ucap pak Sugeng.
“ Sugeng tapi ini uang nya jangan taruh sini.” ucap pak Bonar
“ Gak papa ambil saja, aku pergi dulu ya. assalamualaikum..” Pak Sugeng pun keluar dengan cepat dan meninggalkan rumah tersebut.
“ Ini gimana cerita nya pak Sugeng bawa uang ke sini pak?” tanya Viana menatap ke arah Pak Bonar.
“ Enggak tau, Va. Sebaiknya jangan kamu ambil uang nya, perasaan bapak enggak enak. Kan kamu tau sendiri pak Sugeng gimana orang nya.” ucap pak Bonar.
“ Bapak ini ada ada saja sih, biar Viana buka tas nya sebentar.” ucap Viana memutar tas menjadi ke hadapannya.
“ Viana jangan Va, udah ah sebaiknya kamu bawa makanan ke ibuk mu di sawah sana.” ucap Pak Bonar
“ Oh iya ya pak, ya sudah Vania pergi ya pak.” ucap Viana menyalami tangan bapak nya.
“ Iya ati-ati!” ucap Pak Sugeng.
“ Tapi uang nya gimana pak..” ucap Viana khawatir.
“ Kamu ini! Bapak simpen uang nya kalo ada waktu bapak nanti kembalikan ke rumah nya pak Sugeng, sana.” usir bapak nya.
Viana mengangguk, ia pun mengeluarkan sepeda nya dan mengayuh menuju tempat kerja ibu nya di sawah. Sembari memikirkan uang di dalam tas itu berapa ya? apakah cukup untuk membayar uang kuliah nya?
Ekonomi Viana memang pas pas an, tapi tidak semudah itu menyerah dalam mencari pekerjaan. Ibu nya bekerja sebagai buruh tani, sedangkan bapak nya bekerja sebagai kuli bangunan.
Viana bahkan masih mencari pekerjaan 3× dalam seminggu. Desa dan kota jarak nya sedikit jauh, perlu waktu 3 jam untuk keluar dan masuk dari kota ke desa.
Vania berasal dari nama Jovanka Lovata, entah bagaimana gadis itu di panggil Viana oleh tetangga tetangga yang cukup akrab dengannya. Jika orang lain, biasa memanggil nama nya Jo.
Viana berhenti di bawah pohon rindang, ia menyenderkan sepeda nya di sana. Dari tempatnya ia bisa melihat ibu nya sedang berbincang dengan temannya di tempat peristirahatan. Viana tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekat ke ibunya.
“ Assalamualaikum ibu ibu.” ucap Viana sopan.
“ Waalaikumsalam, eh Jo. Sini duduk Jo.” ibu ibu menyambutnya dengan suka cita membuat Viana tersenyum.
“ Terima kasih, ini Bu Viana bawa makanan buat ibu.” ucap Viana
“ Terima kasih Viana,” ucap ibu Viana dengan tersenyum halus.
Viana mengangguk, ia agak bersender di bambu tanpa menganggu aktifitas ibu ibu yang sedang istirahat makan di tempatnya. Ketika ia enak enak beristirahat, bapak bapak datang dengan nafas yang tersengal-sengal.
“ Bu warni, Bu .. bi warni!! Itu.. bapak bu..”
Salah seorang ibu ibu di depan Viana mengerutkan kening. Yang di rasa nama nya adalah Bu warni.
“ Iya pak, ada apa? bapak kenapa, ngomong yang jelas pak! Ini minum dulu,” Wanita dengan rambut sebahu memberikan minum kepada bapak yang menghampirinya.
Setelah di rasa cukup lega, bapak tersebut menarik nafas dalam sebelum menceritakan kejadian.
FLASHBACK
Setelah pulang dari rumah temannya, Sugeng menarik nafas dalam dan menulis surat untuk istri nya. Ia menyembunyikannya di bawah karpet rumah nya, dan menaruh uang halal yang ia dapatkan ke sebuah amplop coklat dan ia taruh di atas lemari.
“ Sekarang balas dendam ku akan terwujudkan hahahaha. Bonar, kau akan mati setelah ku.” ucap Pak Sugeng dengan tawaan iblis.
Pak Sugeng memang memiliki dendam kepada Pak Bonar, peristiwa 18 tahun yang lalu sungguh membuat Pak Bonar di tuduh membunuh anak nya. Padahal itu semua tidak terjadi, pak Bonar berniat membantu Bu warni sebelum melahirkan.
Karena tak sampai ke bidan terdekat, akhirnya dengan bantuan istri nya yakni Bu Anita, Bu warni melahirkan satu anak perempuan. Namun naas, karena Bu warni yang terlalu lemah membuat anak yang di lahirkan nya meninggal di dalam perut sebelum sempat di lahirkan.
Hal itu tentu saja membuat Pak Sugeng emosi besar, namun tidak dengan Bu warni. Ia tak menyalahkan kedua orang tersebut, ia malah berhutang Budi karena telah menyelamatkan nyawa nya meskipun anak nya tidak terselamatkan.
Pak Sugeng menuduh gegara pak Bonar istri nya sudah tak dapat kembali melahirkan atau pun hamil. Karena itu, pak Sugeng memutuskan untuk balas dendam yang setimpal dengan perlakuan pak Bonar kepada anak nya.
Yakni memberikan uang korupsi yang ia ambil dari salah satu bos nya. Yang nyata nya adalah mafia.
Betapa terkejutnya Pak Sugeng menatap mata tuan Elva yang seperti iblis. Ia di bunuh dengan di cincang habis oleh tuan Elva. Sebelum tuan Elva membunuh Pak Sugeng, pak Sugeng sempat mengatakan. Uang itu telah di ambil oleh salah satu temannya, ia adalah Pak Bonar.
Dan.. dengan menarik satu pelatuk nya. Pak Sugeng pun langsung tewas di tempat. Karena itu lah warga histeris ketika mendengar suara tembakan dari rumah Pak Sugeng. Hingga warga yang mendengar melaporkannya kepada pak RT dan istri nya.
***
“ Inalilahi..” ucap ibu ibu yang mendengar cerita bapak bapak tersebut.
Sedangkan Bu warni langsung pingsan karena mengetahui suami nya di bunuh secara perlahan.
“ Bu, Viana pulang dulu ya. Mau lihat korban nya pak Sugeng,” ucap Viana mendadak gelisah ketika mendengar cerita dari salah satu warga tersebut.
“ Ibu ikut nak! tapi kamu pulang dulu ya, tunggu ibu. Ibu izin ke bos ibu dulu,” ucap Bu Anita ibunya
“ Iya Bu, hati hati di jalan. Viana pulang dulu,” ucap Viana menyalimi tangan ibu nya lalu langsung menuju rumah nya.
“ Pak Sugeng ini memiliki dendam apa sih sama bapak. Moga moga tadi uang nya yang di berikan pak Sugeng tidak kenapa Napa. Bapak juga.. Haduh pak Sugeng memang pantas kau mati kalo ada apa apa sama bapak pak!!” ucap Vania merutuki pak Sugeng di jalan.
20 menit kemudian, Viana langsung menyenderkan sepeda nya di bawah pohon rumah nya. Ketika ia hendak menuju pintu terdengar suara tembakan dari dalam. Hal itu tentu saja membuatnya terkejut bukan main.
“ Bapak!!!!” Teriak Viana ketika menatap bapak nya tersimbah darah di bawah kaki seorang pria bertubuh kekar.
Viana pun langsung berlari ke bapak nya dan menatap tidak percaya jika bapak nya hari ini tiada. Ia menatap ke arah bapak nya dan nafasnya tersengal-sengal.
“ Ini tidak mungkin kan.. bapak, bapak bangun pak.. Viana butuh bapak, jangan tinggalin Vania pak..” ucap Vania memeluk tubuh ayahnya.
Pria itu pun langsung pergi tanpa Viana tahu, yang nyata nya itu adalah tuan Elva. Satu hal yang menghindar dari Viana, ia tak memperhatikan orang di samping nya hingga membuat tuan Elva pergi tanpa sepengetahuan Viana.
“ Bapak..” Viana berhenti menangis ketika ia menyadari sesuatu. Ia pun meletakkan tubuh ayahnya yang ada di pelukannya di lantai kembali.
Ia pun menatap sekitar dan mencari keberadaan orang yang membunuh ayah nya. Tak lama kemudian ketika ia terpaku di depan rumah nya, terdapat satu mobil yang akan melintas di depan rumah nya. Tanpa ia sadari kaki nya menghadang mobil tersebut untuk melaju. Ia melamun dan memikirkan bapak nya.
Tin Tin!!
Viana terkejut bukan main ketika mobil sport biru memencet klakson berulang kali di depannya.
“ M-Maaf... maaf.. silahkan.” Viana menunduk meminta maaf kemudian ia hendak kembali masuk ke dalam rumah nya. Namun ia langsung berbalik badan ketika menyadari bahwa mobil tersebut adalah milik pelaku yang membunuh ayahnya.
” Sial! Pria brengsek, suatu saat nanti kau akan aku cincang dengan pisau dapur!” ucap Viana kesal dan menggertakkan giginya emosi.
Sedangkan di sisi Tuan Elva, ia tersenyum sembari menyetir.
“ wanita bodoh,” ucap tuan Elva sebelum pada akhirnya ia melajukan mobil nya meninggalkan desa.
Karena waktu pembunuhan waktu siang hari, pada sore hari nya sebelum maghrib kedua jenazah yang semasa hidup nya bermusuhan kini di makam kan secara bersama sama. Vania dengan Bu Anita masih setia mendampingi pemakaman Alm. pak Bonar.
Viana berusaha menguatkan ibunya yang masih setia menatap batu nisan ayah nya. Hingga suara petir menyambar membuat Viana takut dan mengajak ibunya untuk pulang.
“ Ibu yang sabar, ayo kita pulang. Tidak baik disini terlalu lama, Bu.” ucap Viana.
“ Va, ayah mu di bunuh dengan tragis sebab pak Sugeng, ini semua salahnya Va.” ucap Bu Anita.
“ Ibu yang tabah, ini semua bukan salah kita. Tapi karena suasana yang saling fitnah mem fitnah, membuat ayah menjadi seperti ini. Vania janji, akan membawa pelaku ayah ke hadapan ibu.” ucap Viana kepada ibunya.
“ Hiks hiks.. pak, ayo bangun pak jangan tinggalkan aku pak. Aku belum siap menjanda,” ucap Bu Anita kembali menangis.
“ Bu..” ucap Viana berkaca kaca ketika menatap ibunya yang masih setia di samping makam ayahnya.
Viana menatap ke sekitar ketika air hujan menetes di tangannya. Hingga hujan tersebut pun langsung turun dengan derasnya membuat Viana langsung menyadarkan ibunya dan berlari untuk berteduh.
“ Ibu tidak papa? sabar ya Bu, kalo hujannya sudah reda nanti kita pulang.” ucap Viana mengecek keadaan ibunya
“ Ibu tidak papa Va, ibu mau disini saja.” ucap Bu Anita berjongkok memandangi makam suaminya.
“ Bu, sampai kapan ibu akan begini?” tanya Viana lirih.
“ Sampai ayah mu kembali, ibu rindu dengan senyuman bapak mu Va.” ucap Bu Anita dengan datar memandangi makam suaminya.
Viana menutup mata ketika hati nya merasa perih, ia kembali mengingat peristiwa kejadian dimana ayah nya bersimbah darah di pelukannya. Hal itu pun membuat Vania mengigit bibir dalamnya dengan kuat.
Viana berjanji Bu, akan mencincang habis pria yang telah melukai ayah. Viana akan bekerja keras untuk mendapatkan bukti bahwa pria itu bersalah. Viana akan membalaskan dendam ayah kepada keluarga pak Sugeng dan pria itu. Batin Viana dengan mencengkram kuat kuat tangannya.
Di bawah pohon, di awasi oleh tuhan. Di bawah hujan dan tempat pemakaman, Nona Jovanka Lovata mengucapkan janji yang akan ia tepati untuk ibu nya. Ia menjadi tipe wanita yang dingin dan mulai bekerja keras untuk ibunya sendiri. Ia tidak lagi memperdulikan sekolah nya, ia memang sudah di keluarkan dari tempat ia kuliah sedari dulu. Jika dirinya tak memohon mohon hingga berlutut di bawah kaki kepala sekolah. Ia pasti sudah di usir dan tak lagi kuliah disana.
Viana bolak balik ke kota dan ke desa hanya menemui ibu nya seorang. bagaimana kehidupan ibunya selalu ia urus, semenjak ayah nya telah meninggal. Viana menjadi lebih tertutup, gadis yang dulu nya selalu tersenyum dan ramah. Kini lirikannya bagaikan pisau yang tajam dan perkataannya sungguh pedas. Bahkan keluarga pak Sugeng yang ingin meminta maaf kepada keluarganya saja ia usir dan ia dorong hingga tak lagi keluarga pak Sugeng berani menemuinya.
Viana masih ingat setiap saat, sepanjang masa janji suci yang ia ucapkan di dalam hati. akan ia tepati. Di sini lah Viana berada, sebagai anak di rumah. Dan sebagai nona muda di sebuah rumah megah, bertahun tahun lama nya Viana mengumpulkan uang atas hasil kerja keras nya. Ia telah mempunyai cabang dimana mana, seperti restoran, hotel, pabrik dan sebagainya. Kali ini Viana menjadi seorang wanita yang memiliki harta paling banyak di dunia. Mempunyai peringkat 2 dari 10 besar.
Viana telah merubah desa yang dulu nya penuh dengan lumpur, kini menjadi aspal dan banyak pepohonan rindang yang menemani warga desa nya. Viana mengendarai mobil merk terbaru di negaranya dan khusus untuk menjemput ibunya.
Banyak pasang mata yang memandang tak percaya ke arah Viana. Namun Viana tak peduli dan tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang kecil dan tak sebanding berapa dengan rumahnya di kota.
“ Ibu..” Viana tersenyum dan menatap ibunya sedang menonton televisi.
Bu Anita yang mendengar suara putri tercinta nya langsung menoleh. Betapa terkejutnya ia ketika menatap sosok gadis cantik yang memasuki rumah nya. Baju model musim panas sedang ia pakai, anting, dan gelang semuanya terbuat dari emas. Siapakah sosok Dewi ini?
Bu Anita tercengo dan mendekat ke arah Viana.
“ Viana.. ini.. kamu nak?” tanya Bu Anita tak percaya.
“ Iya Bu, ini Viana.” ucap Vania dengan senyuman khusus ibunya.
“ Viana.. kamu telah berhasil nak, kamu telah berhasil..” Bu Anita berkaca kaca menatap ke arah anak nya dan memeluknya.
Viana tersenyum dan membalas pelukan ibunya. “ Ini semua berkat ibu, jika ibu tidak merestui Viana pulang ke kota dan kembali lagi ke sini seminggu 3×. Kini Vania pasti tidak akan mencapai tingkat terkaya nomor 2 se Asia tenggara.” ucap Vania berbangga diri.
“ Viana, ibu bangga sama kamu nak. Ibu tidak tahu bagaimana perasaan ibu sekarang,” Ucap Bu Anita sedih.
“ Ibu jangan khawatir, Viana akan menjaga ibu. Tidak ada waktu lagi untuk menunggu, Bu. Maukah ibu tinggal bersama ku di sebuah rumah yang baru di kota?” tanya Viana.
Bu Anita pun menunduk dan terisak membuat Viana kembali memeluk ibunya dengan sayang.
Tinggal sebentar lagi Bu, setelah semuanya selesai Viana akan menjadi sosok Viana yang dulu. Ibu jangan khawatir, tunggu Viana Batin Viana dengan menutup matanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!