Visual karakter ada di dalam ya, Guys! Jelajahi aja dulu 🤗🤗
Sekilas, laki-laki yang masih duduk sendiri dengan segelas bir di tangannya, terlihat sempurna. Ia tampan, pekerja keras, tidak ketinggalan kekayaannya. Sayangnya, tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengannya ….
Galak Dirga Anggara, satu-satunya anak yang masih tersisa dalam tahanan keluarga Anggara. Ia mengawali karirnya dengan mendirikan sebuah agensi di bawah naungan ARC Group. Kini, ia telah mencapai kesuksesan besar sehingga membawa langkahnya menaiki tahta di bawah singgasana neneknya. Sudah tiga tahun sejak dia menduduki kursi wakil pimpinan ARC Group.
Usia Galak sudah menginjak angka 35. Namun, ia tak memiliki ketertarikan sedikit pun pada pernikahan ….
… Karena Galak hanya tertarik pada perempuan.
Nenek Galak yang sudah tua, tetapi masih bersahaja, tidak terlalu merindukan cicitnya. Ia membiarkan cucunya berbuat apa saja. Asal Galak bahagia, ia turut bahagia. “Inilah cinta,” katanya.
Kehidupan Galak hanya berisi dua hal: pekerjaan atau perempuan. Kalau ia tidak bekerja, maka ia akan mendatangi perempuan. Itulah kenapa waktu 24 jamnya hanya berisi kesibukan.
Ting! Serpihan gelas Galak semburat di atas lantai. Seorang perempuan tiba-tiba jatuh dalam pelukannya.
Tidak-tidak. Perempuan itu bukan bidadari yang jatuh dari langit. Dia hanya perempuan mabuk yang langkahnya sudah sempoyongan, malah tersenggol orang-orang.
Perempuan itu memang mabuk, tetapi tatapannya memikat dengan erat. Ia setengah sadar. Makanya ia tak menyadari apa yang berada di bawahnya, malah menyisihkan rambut pirang yang menutupi wajahnya, ke belakang, sehingga memerkan leher jenjang berhiaskan kalung berwarna putih.
Bohong jika Galak hanya menatap dan diam saja. Seolah laki-laki bodoh yang takut berkata-kata. Membiarkan perempuan asing berada di atasnya begitu saja?
Tentu saja tidak. Hanya dalam dua detik, bibir Galak sudah mendarat di atas kedua bingkai mulut perempuan itu. Dalam keadaan setengah sadar pun, perempuan itu mampu menyeimbangi ciuman Galak.
Ah, sial! Bukannya menyerah, perempuan itu semakin menuntut saja. Tidak bisa. Galak tidak bisa menahan hasratnya lebih lama lagi. Ia menggendong perempuan itu menuju hotel yang berada di samping klub. Hotel itu masih berada dalam naungan ARC Group sehingga ia memiliki akses cepat ke sana.
Sesampainya di kamar, Galak langsung melemparkan perempuan itu ke atas ranjang. Ia terburu-buru membuka kancing kemejanya. Kemudian menunduk dan melanjutkan ciumannya yang terhenti.
Tiba-tiba ciuman itu terlepas. Usai mendorong Galak, perempuan itu bangun. Ia menyisihkan rambut-rambut yang menutupi wajahnya.
“Payah! Kurang agresif kamu!” ejek perempuan itu. Kemudian ia pergi begitu saja tanpa meninggalkan pamit.
Galak terperangah mendengar ejekan itu.
“Pa-payah? Kurang agresif?” Galak tidak percaya bisa mendengar ejekan seperti itu tentang ciumannya: ciuman yang berhasil meluluhkan ratusan perempuan di atas ranjangnya.
Galak tidak menerima ejekan itu. Ia bangkit untuk mengejar perempuan tadi. Namun, perempuan itu sudah menghilang. Ia tidak bisa meminta bawahannya untuk mencari tahu. Mereka sudah melihat ia membawa perempuan itu masuk ke dalam kamar. Kalau mereka tahu perempuan itu kabur, apa yang akan mereka pikirkan?
Ah, sial! Gara-gara perempuan itu, Galak berubah seperti kesempurnaan dirinya.
Galak Dirga Anggara, laki-laki nyaris sempurna yang hanya memilih tiga kekurangan: mengingat wajah perempuan karena saking banyaknya yang ia temui, statusnya sebagai anak simpanan, dan namanya.
Tidak-tidak. Galak hanya namanya saja. Sebenarnya ia adalah orang yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja, apalagi perempuan. Sampai ia bertemu dengan perempuan itu ….
-oOo-
Usai menebalkan lipstik merah muda di bibirnya, perempuan di depan cermin itu bergantian menyisir rambut pirangnya. Kedua sudut bibirnya tersungging ke atas. Begitu mengagumi kesempurnaan yang Tuhan berikan.
Ah, tidak-tidak. Tuhan akan cemburu kalau ada manusia yang seperti itu. Perempuan itu memang cantik, menarik, dan berprestasi; tetapi Tuhan menciptakan tiga lubang dalam kesempurnaan itu: kurangnya rasa malu, kakak perempuannya, dan otak gila yang menguasai kepalanya.
“Seharusnya kamu tidak secantik ini, Meta. Apa kamu tidak lihat berapa banyak orang yang menatap iri padamu?” gumam perempuan itu pada pantulan dirinya sendiri di cermin.
Meta Felicia, perempuan berusia 22 tahun yang berhasil menaiki popularitas tinggi di dunia hiburan Indonesia. Baru-baru ini nama baiknya sedikit tercemar karena ulah kakak perempuannya yang kabur begitu saja meninggalkan kerugian besar pada agensinya. Meta tahu benar kalau kerugian itu akan ditimpakan padanya. Namun, Meta tak terlalu memikirkannya. Karena prioritas hidupnya adalah bahagia. Kalau Meta tidak bahagia, Meta takkan membiarkan hidupnya sengsara. Makanya Meta selalu bahagia. Karena orang yang sengsara tidak akan bisa bahagia. Intinya, bahagia bukan sengsara.
Terdengar pintu ruang rias terbuka. Meta menoleh. Seorang laki-laki berkemeja panjang biru masuk ke sana. Meta menghentikan gerakan menyisirnya. Ia bangun. “Gana,” katanya menyebut nama laki-laki itu.
“Ada apa Gana kemari? Padahal Meta mau keluar sebentar lagi,” sambut Meta.
Gana tak menjawab. Tiba-tiba ia memegangi rahang Meta dan melayangkan ciumannya. Tentu saja Meta bukan pemula soal ini. Ia menyeimbangi ciuman itu dengan baik. Tiba-tiba tangan Gana malah bergerak menurun. Dengan lancangnya masuk ke dalam pakaian Meta. Namun, Meta lebih kesit menghentikannya. Ciuman itu pun terlepas.
“Gana mau ngapain?” tanya Meta. Ia mengeluarkan tangan Gana dari pakaiannya.
“Melakukannya. Lagian enggak ada orang di sini,” jawab Gana.
Gana hendak menyentuh Meta, tetapi Meta melangkahkan kakinya menjauh dua kali. Membuat Gana terperangah karena penolakan itu.
“Enggak, Gana. Kita enggak bisa ngelakuin itu,” tolak Meta.
“Tapi kenapa? Kita, kan, udah saling cinta?” Gana keheranan.
“Kalau Meta hamil, bagaimana?”
“Ya, kita bisa menikah.”
“Tapi Meta enggak mau nikah sama Gana sebelum Gana bisa ngalahin Reza Rahardian,” tolak Meta.
“Aku emang enggak bisa ngalahin Reza Rahardian, tapi aku kan udah pernah main satu film bareng dia,” bela Gana.
“Main film apaan, orang cuma jadi tanah kuburan,” timpal Meta.
“Itu enggak cuma tanah kuburan, Sayang. Aku tuh jadi bintang tamu di sana. Ceritanya si Reza kan kangen sama temennya. Sayangnya temennya udah mati. Jadi aku yang dikubur di sana,” bela Gana.
“Apa Gana pikir itu kebanggaan?” sindir Meta. Membuat Gana menunduk malu.
“Kayak aku, dong, bisa jadi istri Kak Reza di film,” Meta menambahi.
“Jadi kamu mau aku jadi istrinya si Reza juga di film?” tanya Gana.
“Enggak tahu!” seru Meta. Ia mulai melangkah untuk keluar dari ruangan itu.
“Bilang yang jelas, dong. Biar aku buruan bujukin mbak Bunga Citra Lestari buat nolak film selanjutnya,” paksa Gana. Namun, Meta mengabaikan. Perempuan itu sudah keluar dari tempat itu. Bahkan pintu sudah menutup kembali.
“Ah, sial! Padahal perempuan itu terlihat mudah, tapi kenapa sulit sekali?” umpat Gana sembari meninju udara di sekitarnya.
-oOo-
Kutunggu tawamu 😉😉
“Apa-apaan, sih, Gana itu. Pacaran baru juga tiga hari, udah mau nyosor aja,” gerutu Meta.
Meta memang pandai menarik, tetapi tidak mau jatuh bersama-sama. Makanya banyak laki-laki yang tergila-gila dengannya, tetapi tidak dengan Meta. Laki-laki tampan, cerdas, dan kaya memang banyak di dunia ini. Namun, laki-laki yang terbaik dari yang terbaik hanya ada satu. Itulah jodoh Meta. Entah kapan ia bisa bertemu ….
Meta membenahi lipstiknya yang belepotan sejenak. Kemudian bergabung ke area syuting film. Terlihat para kru dan beberapa aktor-aktris berkumpul. Rupanya mereka sama-sama menunggu dirinya.
“Pak Reno, maaf, ya, Meta terlambat lagi,” kata Meta merasa tidak enak hati kepada sang sutradara.
Meta adalah artis besar di usianya yang masih muda. Tentu saja Reno memakluminya begitu saja. Bisa bekerja sama dengan Meta saja sungguh keberuntungan besar baginya. Jangan sampai aktris langkah ini terluka hatinya ….
Reno pun mengeluarkan beberapa candaannya untuk mencairkan ketegangan di antara bawahannya. Tentu saja keterlambatan Meta terasa menyebalkan bagi yang lain. Mau bagaimana lagi, artis papan atas mah, bisa bebas. Sedangkan yang berada di bawah hanya bisa menyumpahi, “Awas kalau karir kamu anjlok.”
Dari kejauhan, seorang perempuan tua yang tingkatannya jauh lebih tinggi di atas mereka, menyaksikan dengan saksama. Vera Victoria Anggara, ketua pimpinan ARC Group yang menginvestasikan banyak uangnya untuk pembuatan film itu.
Benar uang Vera yang dikeluarkan untuk pembuatan film itu. Namun, cucunya lah yang mengurus setiap proposal yang ia terima. Makanya ia tidak mengerti tentang bagaimana film ini akan dibuat. Ia hanya keheranan melihat perempuan semuda itu menjadi bintang di antara orang-orang lain yang terlihat lebih tua.
Vera menoleh ke arah Pama, mantan sekretarisnya yang ia wariskan kepada cucunya. Kini, ia hanya meminjamnya untuk membantunya menentukan masa depan cucunya. “Apa yang terjadi?” tanyanya.
“Bukankah mereka sedang syuting, Nyonya?” sahut Pama.
“Maksudku, apa yang terjadi dengan perempuan itu? Bukankah dia terlambat? Kenapa sutradaranya tidak menegur? Siapa memangnya dia?” cecar Vera.
“Oh ….” Pama manggut-manggut. Kini ia mengerti.
“Dia Meta Felicia, Nyonya. Aktris film yang sedang naik daun. Adiknya aktris Alma Benita,” jawab Pama.
“Alma Benita?” Vera menaikkan alis kanannya. Tiba-tiba ia menjadi semakin penasaran kepada Meta.
“Iya, Nyonya. Aktris yang kabur dan menyebabkan banyak kerugian di ARC Entertainment,” timpal Pama.
“Lalu bagaimana dengan kerugian itu? Apa ditimpakan kepada Meta?” tanya Vera.
“Benar, Nyonya. Tapi belum ada konfirmasi dari pihak Meta Felicia,” jawab Pama.
“Jadi begitu ….” Vera manggut-manggut. “Kalau begitu berikan aku informasi soal Meta nanti sore.”
Usai mengeluarkan titahnya, Vera beralih langkah. Ia pergi meninggalkan area syuting itu untuk kembali ke kantor.
-oOo-
“Namanya Meta Felicia. Umur 22 tahun. Kewargaan Indonesia. Dulunya tinggal di sebuah apartemen bersama kakaknya, sebelum kakaknya kabur begitu saja. Dia memulai debutnya empat tahun lalu melalui sebuah sinteron dan puncak karirnya dalam setahun ini atas keberhasilannya memainkan dua film bersama aktor senior lainnya. Kedua film ini berhasil menerobos box office Indonesia,” jelas Pama membacakan biodata yang berada di tangannya.
Vera memerhatikan biodata lainnya dengan teliti. Jangan sampai ada yang terlewat.
“Lalu bagaimana kabar kakaknya, Alma Benita?” akhirnya Vera mengangkat pandangannya. Beralih dari biodata itu ke arah sekretarisnya.
“Sampai sekarang belum ada kabar. Dia lenyap begitu saja seolah tertelan bumi,” jawab Pama.
“Seolah tertelan Bumi?” Vera mengulangi perkataan Pama. Ia menarik sudut bibir kirinya. “Semua menjadi semakin menarik.”
.
.
.
.
Tunggu update-an selanjutnya .... 2-4 bab per hari 😉 asal enggak ditolak cowok lagi 😥
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!