NovelToon NovelToon

SIAPA YANG MENGHAMILIKU?

Nelam Dewi Permata

...Happy reading ♥...

jangan lupa buat follow ya.. :)

Mohon maaf kalau ada typo atau penyusunan kata yang belum benar.

Harap dikritik ya

...---...

Apakah penderitaan selama ini akan habis begitu saja, ataukah tidak akan pernah habis sampai mata tak bisa lagi meneteskan air mata.

Tak seharusnya kepercayaan menjadi penghianatan.

Tuhan selalu baik pada hambanya. Dibalik peristiwa itu, akan ada seribu kebaikan.

Kamu hanya perlu percaya dan menjalani kehidupan dengan penuh kesabaran dan kebaikan. Tuhan akan memberikan yang terbaik...

Manusia hidup di bumi bukan sekadar untuk mendapat oksigen. Tapi mencari cara agar mereka tetap hidup dari jutaan manusia lainnya yang mencoba bertahan hidup.

°°°

...Ikhlas itu bohong, yang benar pura-pura kuat, terpaksa, hingga terbiasa. - Nelam...

°°°

Mata sayu itu terlihat kelam dan sembab. Endapan air terlihat di sekitar bola mata hitam yang bening hingga turun menetes ke kulit pipinya yang mulus. Selalu begitu hingga mendapat kenyamanan dalam hatinya, namun Nelam belum menemukannya. Tertawa adalah hal yang tabu dalam hidupnya. Dan dalam situasi seperti itu, Nelam dalam kesedihan. Akan tetapi, Nelam harus bertahan dan menemukan celah yang terang, dimana dia bisa keluar dari ruang kehampaan yang gelap.

Kesedihan ini telah Nelam alami semenjak dirinya kehilangan figur ayah. Nelam kebingungan saat ini mengingat beban hidupnya. Kehidupannya seperti labirin, yang berliku-liku. Pundaknya memanggul masa depan sang adik dan biaya berobat ibunya. Terasa berat untuk menanjak seakan menentang gravitasi.

Hal yang harus Nelam lakukan saat ini hanya satu, mencari pekerjaan. Paruh waktu lebih baik, daripada dia harus putus sekolah.

Tubuhnya terbalut oleh seragam berwarna putih abu-abu yang dilapisi oleh almamater biru toska. Berkat Ibu dan Ayah, Nelam masih bisa bertahan. Untuk kedepannya bagaimana? Nelam akan berjuang sendiri. Nelam harus menjadi kandidat berprestasi agar mendapat beasiswa universitas. Nelam akan belajar dengan giat, demi cita-citanya.

Setelah menelusuri beberapa kelas, dan akan melewati koridor, ada sebuah gesekan singkat di bahu kirinya. Lamunannya membuyar seketika, mata hitam beningnya menatap wajah tampan di sisi kirinya. Wajah ketus itu masih mengikat Nelam, entah apa yang mendominasi, tak perduli apapun, lelaki itu tampak marah terhadap Nelam.

"Yang bener dong kalau jalan, gak tau gue lagi buru-buru, apa!" ucapnya dengan nada tinggi sedikit membentak.

Nelam tersentak, bahkan Nelam tidak fokus berjalan. Seakan tubuhnya bergerak sendiri tanpa impulsif. Nelam harus menyadari fakta bahwa beban hidupnya mendera pikirannya.

"Maaf, aku gak sengaja," balasnya dengan parau sedikit gugup. Jantungnya berdegup kencang terasa akan terbang keluar.

"Gak sengaja?!" segaknya dengan suara tinggi menenggelamkan suara degupan jantung yang menggemuruh.

Kakinya mulai dia langkahkan sedikit ketakutan karena tatapan tajam namun juga memesona dalam waktu yang bersamaan. Baru saja melangkah dua kali, tangan kanannya di tahan oleh lelaki tadi. Entah siapa lelaki itu, dengan jelas Nelam belum pernah bertemu dengannya. Dia akan memarahi Nelam, kurasa.

Lelaki itu berdiri di depan Nelam. Badannya tinggi besar. Terlihat tampan walaupun bergaya seperti seorang bad boy. Kalian bisa lihat, dia memakai kalung di bawahnya berbentuk persegi panjang ke atas, dan anak rambutnya mencuat di sana sini.

"Kantor kepsek dimana?" tanyanya masih terlihat datar.

Nelam yang ketakutan akhirnya menghembuskan napasnya lega. Kiranya dia akan terus membuncah, Nelam mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah ruangan di sebelah kiri yang jaraknya tidak jauh dari mading. Lelaki itu melepaskan tangan kiri Nelam. Anggukannya menandakan dia harus segera ke sana, mungkin ada keperluan yang sangat penting. Lelaki itu menaikan tali bahu tasnya berniat melangkah namun terhenti dan malah memutar balik badannya.

"Nama lo siapa?" tanyanya secara tiba-tiba.

Nelam tidak berkutik, masih tidak fokus dengan pertanyaan seseorang. Lelaki itu mengarahkan matanya pada dada kiri Nelam. Sesuatu di dapatnya, dia tersenyum senang. Nelam dalam keambiguan, tangannya malah menampar pipi mulus lelaki itu. Lelaki itu mendesis merasakan perih, pipinya memerah.

PLAKK..

"Shh..., aw..., sakit tau!" erangnya.

"Kamu liatin apa, eoh??!" bentak Nelam karena kesalahpahaman.

"Gue liat nama lo doang. Galak banget!"

Nelam sudah mengepalkan tangannya bersiap bermain tinju. Kekesalan membuat Nelam hanya mendecak lalu menghentakkan tangannya. Nelam meninggalkan lelaki itu dengan wajah ketus dan masam. Lelaki itu menatap punggung Nelam, dia menampilkan senyum manisnya.

"Dasar cewek aneh."

***

Tangan berkulit putih itu menyeka air matanya dengan cepat. Matanya berkedip dan tangannya menggibas-gibasi wajahnya. Seperti biasa, sudut bibirnya dia tarik membentuk lengkungan bibir sempurna. Senyumnya begitu manis, itulah Nelam Dewi Permata. Dibalik sikapnya yang ceria, menyimpan banyak pilu dan kegelisahan. Mengalokasikan kesedihananya cukup di dalam hati, itu lebih baik, daripada terlihat menyedihkan di hadapan banyak orang. Nelam tidak butuh belas kasihan orang lain, karena mereka tidak akan membantunya. Nelam yakin. Dia pernah merasakannya.

Dengan tarikan napas pelan, Nelam melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Bola mata Nelam melebar ke segala arah hingga tertuju ke bangku kosong barisan ketiga. Nelam tersenyum ramah pada wanita yang terlebih dahulu menempati kursi di sampingnya. "Permisi, " ucap Nelam sopan membuat wanita itu membalas senyumannya Dan meletakkan beberapa buku di atas meja. Mencoba adaptif, Nelam memberanikan diri, "Apa ada orang yang mau duduk di sini?" tanyanya sedikit canggung.

"Eh ..., gak ada, kok. Duduk aja," balasnya membuat Nelam menaruh tas gendongnya lalu tanpa ragu menduduki kursi tersebut.

Nelam melirik ke samping kiri tempat duduknya, dia mengulurkan tangannya pada wanita tadi, "Kenalin, aku Nelam." Nelam tersenyum ramah sangat akseptabel.

Gadis berambut ikal itu menjabat uluran tangannya, "Iya salam kenal juga, namaku Vera."

Setelah mereka berjabat tangan, tiba-tiba sebuah tangan yang mempunyai warna coklat agak sedikit gelap dengan urat-urat yang menonjol seperti akar berada di depan Nelam. Nelam tengadah dan terkesiap saat melihat pemiliknya. Ternyata seorang pria tampan, berkulit eksotik, berhidung mancung, dengan rahang yang tegas dan yang paling menarik yaitu alis matanya tebal membingkai di atas matanya. Pria sempurna seperti dia pasti disukai banyak gadis.

Nelam menepis uluran tangan itu. Kali ini tatapannya berubah masam, ada sesuatu yang Nelam benci dari sosok ini. Entah problem dalam percintaan atau masalah lain. Yang jelas Nelam terlihat pucat dan tidak bersemangat.

Danu Ibrahim, namanya. Berpacaran dengan Nelam kurang lebih dua tahun, namun Nelam selalu saja merasa disakiti akan kelakuan pacarnya. Selalu saja dia bermain dibelakangnya dan selalu saja membohonginya. Kalau Nelam sudah tidak mencintainya, mungkin dia sudah mengakhiri kisah cinta yang penuh pengkhianat ini.

"Pembohong." Kata Nelam

Dia meraup pipi Nelam menggerakkannya ke kiri dan ke kanan. Nelam menepis tangannya menatap Danu tajam.

Vera hanya menggeleng melihat sepasang kekasih itu.

Danu duduk di atas meja tepatnya di hadapan Nelam. Perempuan itu menepuk lengan atasnya. "Jangan duduk di meja!" Nelam menasehati, namun Danu masih mengabaikannya.

"Kamu masih marah sama aku? Kamu harusnya percaya sama aku. Yang chat itu bukan selingkuhan ku. Aku gak mungkin selingkuhin cewek secantik kamu."

Kalimat persuasif itu tidak pernah terbayangkan oleh Nelam. Bagaimana mungkin Nelam setuju dan memaafkan dia kembali. Rasanya seperti ada tumbukan di hatinya. Tidak mungkin Nelam membiarkan hatinya terus terluka dan disakiti. Untuk saat ini Nelam memilih bungkam dan mengunci mulutnya rapat-rapat hingga ada waktu yang bisa Nelam pilih untuk mengakhiri hubungan tanpa keseriusan ini.

"Bu Tati datang ... Bu Tati datang." Ricuh suara pemberitahuan dari teman-temannya membuat Danu panik lalu berdiri dan berjalan menuju tempat duduknya.

Bu Tati masuk diikuti seorang pria dengan penampilan layaknya seorang bad boy. Dia memakai seragam dengan baju kemeja bagian belakang yang keluar dari dalam celana, mengaitkan tali bahu tas sebelah kiri pada bahu kirinya, tak lupa aksesoris gelang berwarna hitam di pergelangan tangannya membuat siapa saja menilai bahwa lelaki ini seorang bad boy.

"Kenalkan, dia anak baru di sini namanya Milan. Dia keluaran ponpes Darussalam," kata Bu Tati membuat anak-anak menahan tawanya. Bagaimana tidak, cowok dengan penampilan urak-urakan itu ternyata keluaran pesantren.

Ternyata cowok yang Nelam temui di dekat mading adalah: Milan. Ya, memang sangat kebetulan sekali. Pertemuan singkat itu membuat siapa saja mengira bahwa Milan adalah tokoh utama dalam cerita fiksi. Bertemu tidak sengaja sampai berpacaran romantis dan menikah.

Kembali kepada Milan. Tadinya Milan bersekolah di SMA swasta namun akibat salah bergaul, orang tuanya memilih untuk memasukan Milan ke pondok pesantren. Kebetulan orang tuanya selaku pengurus pesantren tersebut. Keputusan orang tua Milan untuk menyekolahkan di ponpes tidak membuat Milan berubah. Milan semakin menjadi-jadi apalagi sering kabur-kaburan.

"Milan kamu duduk di pojok sebelah kiri. Kamu duduk sama Danu." Kata bu Tati, Milan yang mempunyai wajah rupawan itu berjalan ke belakang namun para wanita di kelas itu menatap Milan kagum terkecuali Nelam. Dia tampak biasa-biasa saja.

...•••...

VOTE DAN KOMEN YA, SETIDAKNYA CUKUP MENGHARGAI KARYA KU ❣️

Aku update setiap minggu ya.. ✔️

Ini karakternya ya, supaya lebih jelas.

...Nelam Dewi Permata...

...Milan...

...Aksa Dalvi Mahendra...

...Debi Dalvi Mahendra...

PEMBULLYAN

Kantin mulai sepi karena satu persatu siswa meninggalkan tepat keramaian yang baru terjadi beberapa menit yang lalu. Bel sudah berbunyi dan para siswa mulai memasuki ruangan kelasnya.

Saat Milan melewati toilet wanita, tiba-tiba langkahnya terhenti. Telinganya cukup sehat mendengar suara-suara kecil yang bersifat mengancam. Dan Milan paling benci hal itu. Apakah ada pem-bully-an di ruangan toilet wanita? Dan untuk kesekian kalinya, Milan menjadi hero yang menyelamatkan seorang wanita. 

"Aw!"

"Ampun Sar.. Aku sama sekali gak rebut Danu.."

"Aku udah putus sama Danu..."

"BACOT LO ******!"

Suara rintihan itu membuat Milan menghentikan langkahnya di depan ruangan. Tepatnya di luar toilet wanita. Nampaknya, Milan mengenal suara itu. Cukup memekakkan telinga, Milan akan segera menolongnya tanpa pikir panjang.

Setelah menelusup masuk ke daerah lawan, ia tidak memikirkan risiko yang akan didapatinya. Yang jelas, tugas utamanya yaitu: menolong.

Matanya membelalak kaget saat melihat Nelam di-bully oleh tiga orang wanita. Mereka menyiksa, mengulurkan tangannya ke arah rambut, menjambaknya tanpa henti menyisakan rintihan-rintihan yang bersifat menyiksa batin. Rambut Indah terurai berubah berantakan dan rambutnya berjatuhan karena para wanita itu menggunting rambut Nelam, untung saja belum terlalu pendek. Milan tidak bisa melihatnya, ingin sekali menutup mata karena ketidak sanggupan, tapi itu bukan jalan terbaik.

Matanya memerah, hatinya bergetar, kepalan tangannya cukup kuat bila dia menghajar tiga perempuan tadi. Tidak, Milan tidak boleh melakukan kekerasan. Mereka wanita, dia lelaki, walaupun mereka bertiga, dan Milan sendiri, tetap saja tidak imbang. Milan memilih melerai dengan menjauhkan tangan-tangan jahil, tapi tubuh kekarnya menutupi tubuh Nelam.

"Wey! Beraninya keroyokan! Kalo kalian bukan cewek, gue udah congkel mata kalian!" ancaman sarkastis itu membuat mereka terkesiap.

Mereka adalah Sarah CS. Yang mempunyai dua anggota diantaranya;  Rere dan Amel. Mereka bertiga terkenal sebagai geng pem-bully. Tidak etis sekali zaman sekarang suka melakukan kekerasan, Sarah CS tidak perduli. Mereka hanya ingin membuat orang-orang takut dan bertekuk lutut. Asal kalian tahu, kebencian Sarah terhadap Nelam dikarena hal sepele. Sarah merasa tidak ikhlas karena Nelam pacaran dengan Danu. Sarah sudah lama menyukai Danu, namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Itulah penyebabnya.

"Inget, ya, Nelam. Hidup lo gak akan tenang!" ancam Sarah sambil menunjuk Nelam.

"Pergi gak!" Katanya dengan suara keras dan suara besarnya bergelombang di ruangan sempek itu.

"Ayo cabut," kata Sarah yang sudah memutar balik badannya namun matanya masih mengikat Nelam.

Setelah punggung tiga wanita itu sudah tidak terlihat, Milan memegang pergelangan tangan kiri Nelam. Seperti pertemuan pertamanya, Milan menatap mata hitam bening yang selalu ada di pikirannya. Selalu saja terlintas saat dia dimanapun. Selalu saja memikirkan Nelam, dan tidak dipungkiri, Milan sudah mulai menyukainya, kurasa.

Milan membawa Nelam keluar ruangan toilet wanita. Mereka berdiri di dekat bandan pintu, namun Milan masih menggenggam tangan itu. Tidak ingin melepaskannya, mata bening melihat wajah tampan yang memesona dalam waktu yang bersamaan. Baiklah, itu begitu memanah. Nelam terkesima melihat wajah tampan yang semula biasa saja semakin Nelam memandang hatinya semakin menggebu.

Milan menempelkan punggungnya pada tembok di dekat badan pintu. Posisi Nelam di depan tubuhnya, tak kuasa menahan gelombang di matanya. Yang semula baik-baik saja, kini menggenang dan semakin bening. Hati Milan teriris.

"Aku gak ngerti lagi, makin lama, mereka makin bully aku. Tiap malam aku ketakutan, tiap hari aku tertekan. Kalo aja aku anak orang kaya, mereka pasti gak bakal berani sama aku. hiks.. hiks.. " Nelam berbicara sembari menyeka air matanya, kemudian menggibasi wajahnya.

Baru pertama kali Milan merasa sedekat ini dengan seorang wanita. Tapi Milan ingin sekali memeluk wanita yang baru dia kenal ini. Menurutnya, dia wanita yang kuat, mandiri dan baik hati. Dia tipe wanitanya.

Milan memegang kedua bahu Nelam berbicara di hadapan wajahnya, "Kamu jangan takut. Ada aku yang bakal lindungi kamu. Kamu terlalu lemah buat ngelawan mereka," kata Milan lalu mengusap pipi Nelam.

Nelam melihat mata Milan lalu pria itu menempatkan tangannya di belakang karena dia rasa tangannya sudah lancang memegang pipi wanita itu. Milan mengacak rambut belakangnya lalu tersenyum canggung. "BTW, kita belum kenalan, kan. Aku Milan, bukannya kita sekelas?" tanyanya sembari melipat tangan, dan tatapannya lurus.

"Aku Nelam. Kita memang sekelas, kamu anak pesantren itu, kan. Tapi gaya kamu aneh tau," kata Nelam jujur membuat Milan hanya tersenyum sedikit.

"Aku kabur, aku gak betah."

Ungkapan Milan membuat Nelam tertawa. Bibirnya melengkung sambil terkekeh namun tiba-tiba berhenti dan tangannya menyeka air matanya lagi. Percuma saja, dia tertawa, ujung-ujungnya menangis juga. Milan memperhatikan tawa Nelam yang manis tiba-tiba berubah jadi sendu. Setidaknya, gelombang bening di mata hitam itu tidak terlalu menyakitkan.

"Bukannya lo pacarnya Si Danu?" tanya Milan lalu Nelam mengangguk.

"Iya, kita udah dua tahun pacaran," kata Nelam jujur membuat Milan menghembuskan napasnya pelan.

"Putusin aja," katanya sambil tersenyum manis membuat Nelam membulatkan kedua matanya, Milan menginginkan sepihak.

"Aku udah putusin dia, tapi dia gak mau."

"Hm..., boleh gak gue minta nomer hp lo," Milan memberanikan diri.

Nelam mengangguk, Milan melirik ke sebelah kiri, "Nanti gue curi nomer lo di grup kelas, ya. Ada Danu," katanya membuat Nelam melirik dengan cepat.

Danu berjalan cepat lalu menarik kerah kemeja Milan. "Jangan deketin Nelam lagi!" ancam Danu. "PUNYA KUPING GAK LO BANGSAT!"

"DENGER GAK LO ANJING!"

Tidak ada rasa takut sedikit pun bagi seorang Milan, pria itu hanya menampilkan smirk mematikan. Nelam berusaha melerainya hingga Danu melepaskan pegangan tangannya. "DANU!"

"AWAS LO ANJING!" Teriak Danu, lalu mendorong Nelam hingga membuatnya terjatuh.

Milan mendorong Danu. "BAJINGAN!" Teriak Milan kemudian membantu Nelam berdiri.

"Gak punya adab, kasar sama cewek, lo pikir lo keren?" ucap Milan menantang mendekati Danu lalu mengusik bahunya sembari didorong agak kuat. Danu mundur perlahan.

"Kita Cuma temenan, kamu jangan posesif kayak gitu, Dan!" Bentak Nelam membuat Danu mencoba menenangkan dirinya. Dia menarik tangan Nelam cepat dan kasar meninggalkan Milan.

Nelam mulai melewati Milan namun matanya tidak rela meninggalkan sosok penolong yang begitu tulus. Tidak lagi ada empati untuk Danu. Apakah Nelam akan bertahan dengan Danu yang kasar?

Alasan Danu marah terhadap Milan hanya karena tidak ingin kehilangan Nelam. Dia posesif, walaupun dia sudah dijodohkan dengan orang yang mem-bully Nelam.

****************************

Thanks ya...

See you 😍

Menyatakan perasaan.

...Membuka hati gak semudah membalikkan telapak tangan. -Nelam...

Nelam memasukkan obat-obatan yang sudah dia beli di apotik. Langkahnya terhenti saat melihat sebuah tangan berwarna kecoklatan dengan urat-urat yang menonjol menahan tangannya yang kecil. Tangan coklat itu memang sangat kasar dan kaku. Nelam terperanjat kaget melihat seorang lelaki berumuran kurang lebih 28 tahunan. Nelam tidak bisa lagi kabur, lelaki itu sangat kuat genggamannya.

"Kamu mau kabur kemana lagi, cantik. Bentar lagi kita mau nikah," ucap pria itu lalu mencolek dagu Nelam.

"Lepasin, Kak. Aku gak mau dimadu, aku juga gak cinta sama Kakak Guntur." Kejujuran Nelam membuat lelaki itu semakin menampilkan tatapan tajam. Pria itu tidak ingin penolakan. Dia menarik Nelam bagaikan seekor kambing. "Kak! Nelam masih SMA!"

"Ayo, ikut!"

"Gak mau! Tolong! Eum--"

Dia menutup mulut Nelam dengan tangannya yang besar. Berniat membawa Nelam ke suatu tempat. Pria ini benar-benar membuat jantung Nelam berdegup ketakutan. Yang jelas Nelam tidak mau dinikahi pria ini. Kemanakah dia akan membawa Nelam?!

***

Milan menggunakan motor ninja berwarna merah. Berniat ke warung kopi yang menjadi tempat tongkrongannya. Dalam beberapa menit, dia menghentikan motornya. Ada sesuatu yang membuatnya men-standart-kan motornya dan membuka helm full face-nya dengan cepat. 

"Woy!" teriaknya.

"Woy lepasin!"

Milan sudah di dekat pria berbadan kekar itu. Tangannya sudah dikepalkan, mereka saling menatap kebencian. Pria bernama Guntur itu melepaskan tautan lengannya lalu beralih menyiapkan ancang-ancang untuk melumpuhkan Milan.

"LEPASIN NELAM!"

"JANGAN IKUT CAMPUR!"

Bughhh..

Dia menonjok pipi Milan, remaja itu tidak ingin kalah. Milan membalas dengan satu pukulan kencang di rahanganya. Dia meraih kerah kemeja Milan, lalu lututnya berhasil menumbuk keras perut Milan. Kaki Milan ditendang kuat membuatnya terjatuh. Dia tersenyum miring, kakinya akan segera mendarat di dada Milan, namun tubuh Milan menggelinding ke kiri meraih sebuah kayu.

Brukk.. 

Brukk.. 

Perkelahian besar ini memang menimbulkan bekas luka yang sangat banyak di tubuh keduanya.

Masih dalam perkelahian. Guntur berhasil merebut kayu itu. Kini giliran Milan. Guntur menggebuk punggung Milan dua kali, di bagian kepala belakang satu kali membuat kepalanya pening. Matanya melihat keadaan namun terlihat buram. Dia tidaklah lemah, walaupun begitu, perkelahian harus tetap berjalan. Ini adalah hobinya. Asal kalian tahu, Milan suka bermain tinju dan berkelahi adalah kesenangannya. 

Milan berlari mengelilingi tubuh Guntur. Dari belakang, tangan kirinya menahan leher Guntur. Berhasil melepaskan diri, Guntur kembali menyerang Milan.  Karena kecerdasannya, Milan berlari ke arah pohon dan bergelantungan. Dia menaikan dirinya ke atas pohon sangat tinggi. Guntur menyusuli dengan menaiki pohon mangga besar itu. 

"Nyerah aja bangsat!" teriak Milan di atas.

Guntur sudah menaiki pohon mangga  dan menarik kaki Milan. Kaki Milan yang menggunakan sneakers itu berhasil menumbuk wajah Guntur. Milan meraih ranting besar di kanannya. Dia berdiri dan berjalan di atas ranting. Guntur sudah kehilangan energi melihat keaktipan Milan. Guntur tidak menyerah, dia masih mengejar Milan. Dia berjalan mengatur keseimbangan di ranting besar itu. Tangannya meraih ranting di sebelah kiri menuruni pohon dan mengambil sebuah benda.

Milan berdiri menunggu kedatangan Guntur. Setelah pria itu turun, Milan menampilkan puppy-eyes-nya.

"Gue nyerah, Bang. Tapi gue punya hadiah buat lo. Nih!"

Milan melemparkan sarang lebah. Milan kabur, pria itu panik dan menggibasi kaosnya yang diserang komplotan lebah. Kecerdikannya, Milan menarik tangan Nelam dan segera membawanya menaiki motornya.

Mereka tertawa melihat kepanikan Guntur yang diserang banyak lebah.

***

Milan mengarahkan kaca spion ke wajah cantik Nelam. Senyumnya mengembang, dia tersenyum senang.

"Kenapa dia mau nyulik lo?"

Nelam menghela napas berat. "Kak Doni mau jual aku ke orang itu, padahal dia udah punya istri."

"Parah banget sih Kakak lo."

Nelam melihat kaca spion, Milan malah tersenyum memperhatikannya. "Emang kamu bisa liat jalan kalo kaca spionnya malah dimarahin ke aku?"

"Aku kan punya mata batin," balas Milan, membuat Nelam terkekeh kecil.

Milan memberhentikan motornya di sebuah taman bermain. Dia melirik Nelam. "Kita duduk dulu yuk."

"Mau ngapain?"

"Aku cuma mau ngobrol sama kamu Nel."

Keduanya menuruni motor, berjalan ke sebuah kursi kayu. Milan duduk di sebelah Nelam. Gadis itu melirik Milan. Sudut bibir Milan mengeluarkan darah, Nelam menceluk saku celananya lalu mengeluarkan selembar tisu. Nelam menopang pipi kanan Milan, lalu menempelkan tisu pada ujung bibirnya yang berdarah. Milan terus menatap wajah Nelam, hal yang tidak pernah Milan dapatkan dari seorang wanita adalah perhatian, namun kini Milan mendapatkannya. Rahasia terbesar Milan adalah, dia belum pernah pacaran karena dilarang oleh Abi dan Umi.

"Aku keren gak, kayak aktor laga, ya," kata Milan.

"Kamu malah bikin bonyok!"

"Aku penasaran sama kamu Nel. Coba kamu ceritain apa aja yang kepengin kamu ceritain."

Nelam sangat ingin mencurahkan seluruh isi hatinya pada seseorang, namun selama ini tidak ada yang ingin mendengarkannya. Bagi orang lain, omongan Nelam hanyalah sampah dan hanya akan buang waktu jika mendengarkan dia curhat.

"Kamu beneran pengen denger cerita aku?" Tanya Nelam membuat Milan mengangguk cepat lalu memegang jemari Nelam.

"Kamu boleh cerita sesuka hatimu. Kalo perlu kamu boleh pinjam telinga aku setiap saat." Sahut Milan yang membuat Nelam terkekeh kecil. Di sela tertawanya, Nelam meneteskan air mata. Milan menghapus air yang terjun dari mata Nelam.

"Kak Doni punya hutang yang banyak akibat berjudi dan kalo dia gak bisa lunasin hutangnya, dalam sepuluh bulan, aku harus mau dimadu Kak Guntur," Katanya sambil menangis membuat hati Milan teriris dia mengusap pipi Nelam.

"Aku bakal cari kerjaan. Aku mau bantu kamu lunasi hutang kakak kamu yang bangsat itu." Katanya membuat Nelam terdiam dan menggelengkan kepalanya cepat tidak enak karena Milan selalu membantunya.

"Nggak usah, aku bakal cari kerja sendiri, Mil."

Milan menatap mata hitam bening itu lagi. Tanpa dia sadari, Milan terhanyut dan tenggelam akan pesonanya.

"Aku belum pernah jatuh cinta tapi aku rasa akan sedang mengalaminya," kata Milan. Tak ada jawaban dari Nelam, Milan memegang tangan Nelam.

"Aku kagum sama kamu Nel tapi ...," ucap Milan menggantung.

"Aku suka kamu sejak pandangan pertama. Aku cinta kamu, Nel."

Dengan mudah Milan mengatakan itu. Tidak bisa terbayang oleh Nelam. Tidak mengira bahwa pria yang menjadi penolong di hidupnya ini, ternyata mencintainya. 

Nelam tersenyum tulus, "Maaf Mil, aku gak bisa nerima kamu. Aku belum bisa buka hati aku buat orang lain," ujarnya. "Oh iya Mil, aku pulang sekarang, ya.",

Nelam sudah bangkit dari duduknya, Milan menahan tangan kiri Nelam. Meskipun agak kecewa dengan penolakan yang Nelam lontarkan, Milan harus mengantar Nelam sampai rumah. Takut Guntur akan menculik Nelam. 

"Aku antar, ya."

*****************

Thanks ya...

Buat yang suka dan penasaran... diharapkan vote dan komen supaya aku bisa lanjutin nulis di wattpadnya

See you 😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!