NovelToon NovelToon

7 Life Crystals Book I

Chapter 01 : Kedatangan Putri Woerlt

Crymane.

Di mana sebagian besar manusia memiliki kekuatan spesial yang disebut magica.

Dasarnya magica yang dimiliki manusia terbagi atas dua, ilmu magica dan kekuatan magica. Ilmu magica dihasilkan oleh hasil pemikiran dan dapat dipelajari oleh siapa saja yang memiliki magica. Sedangkan kekuatan magica ialah kekuatan murni yang diturunkan langsung pada anak yang lahir sesuai dengan elemen yang dimiliki orang tuanya. Setiap manusia memiliki ilmu magica, tapi belum tentu memiliki elemen dasar magica pada dirinya.

Sejarahnya, Crymane merupakan dunia yang penuh dengan perperangan. Manusia selalu saja membanggakan magica yang dimiliki. Di mana-mana adanya pertempuran untuk menjadi penguasa, perebutan wilayah, menindas yang lemah, merampas harta-benda. Tidak ada perlindungan, tidak ada satu pun tempat yang aman. Hanya ada kesedihan, kesengsaraan. Tangisan bayi maupun tangisan orang dewasa terdengar hampir sama akibat rasa sakit karena kehilangan orang yang dicintai.

Suatu hari, tujuh pemuda yang berasal dari suku dan daerah yang berbeda menyatakan perdamaian ke seluruh penjuru Crymane. Mereka dijuluki sebagai Seven Knights. Mereka menjadi pemimpin di daerah mereka masing-masing, menciptakan hukum, menyediakan tempat perlindungan bagi kaum yang lemah, memberi sangsi kepada penindas, dan membuat perjanjian saling membantu antar daerah kekuasaan.

Persatuan perdamaian yang dibuat dijadikan satu kendali atas nama Kerajaan Woerlt. Orang-orang yang menerima perdamaian mulai memasuki wilayah Kerajaan tersebut. Perlahan tatanan kehidupan manusia berangsur membaik.

Namun masih ada beberapa kelompok yang tidak ingin berada di bawah kendali. Mereka merupakan manusia yang berkeinginan menguasai dunia dalam genggamannya. Peperangan pun terjadi antara pihak perdamaian dengan pihak kehancuran. Meski begitu pihak kebenaranlah yang memenangkan peperangan.

Demi menjaga perdamaian Crymane, ketujuh kesatria yang tidak tertandingi itu menyegel kekuatan mereka ke dalam tujuh kristal. Masing-masingnya memiliki warna yang melambangkan magica mereka. Kristal tersebut dimaksudkan sebagai kekuatan pendukung keturunan mereka sebagai penjaga kedamaian. Satu per satu para pahlawan itu meninggal, setiap kristal dengan sendirinya menyatu dengan Crymane.

Agar tidak terjadi pertikaian perebutan kekuatan, Kerajaan Woerlt yang sebagai pusat kekuasaan Crymane pun mengadakan sebuah tradisi. Setiap lima puluh tahun mereka akan mengirim seorang keturunan pemegang kekuatan murni untuk mencari kristal-kristal tersebut. Dikumpulkan untuk ritual kedamaian Crymane dan penghormatan kepada pada ketujuh kesatria masa lalu.

Mulai dari sinilah pencarian kristal pun dimulai. Raja Woerlt mentitahkan seorang anaknya sebagai perwakilan kerajaan memulai perjalan mencari tujuh kristal beserta para pengendalinya.

.

.

.

.

.

.

.

Hari ini aku memulai perjalanan dalam pencarian mengumpulkan ketujuh kristal legenda. Tidak ada bantuan dari kerajaan, hanya beberapa bekal, berbagai persiapan dalam perjalanan dan kekuatan magica yang kumiliki. Perjalanan tanpa kereta kuda mewah dari kerajaan, hanya berjalan kaki dan sesekali menumpang pada kereta pedagang yang memiliki arah jalan yang sama. Itu semua demi mengumpulkan kekuatan dan pengalaman. Semua ini kulakukan sebagai Putri Kerajaan Woerlt. Akulah sang terpilih. Dan kini, aku sedang menuju kerajaan selanjutnya, untuk menjemput seorang teman dalam perjalanan ke Kerajaan Hearthose.

^^^––Lacus Wallt^^^

.

.

.

.

.

.

.

Kerajaan Hearthose merupakan salah satu dari tiga kerajaan terbesar di Crymane. Dipimpin oleh seorang raja bernama Ruzhi Athhra. Ia merupakan seorang raja yang tegas dan menjunjung tinggi keadilan. Raja Rhuzi didampingi oleh seorang ratu yang terkenal ramah dan bijaksana, ialah Ratu Amaria. Raja dan Ratu Hearthose memiliki sepasang anak yang sangat mereka dambakan.

Ialah Putra Kerajaan, pewaris tahta bernama Pangeran Shin. Seorang kesatria nomor satu di Kerajaan Hearthose yang sangat terkenal, didukung dengan parasnya yang menawan dan kecerdasan otak.

Sementara Putri Kerajaan tidak seperti kakaknya yang terkenal. Masyarakat Hearthose tidak mengenal bagaimana Sang Putri tersebut, baik sifat mau pun parasnya. Karena itulah kenyataan Sang Putri yang merahasiakan identitas. Hanya mereka yang bekerja di istana, para dayang dan pengawal khusus kerajaan yang mengetahui seperti apa Putri Hearthose yang sesungguhnya.

Meski banyak gosip buruk yang beredar tentang Sang Putri, Raja, Ratu, para dayang dan pengawal memutuskan untuk tidak mengungkit tentang Sang Putri yang tidak ingin dikenal sebagai Putri Kerajaan.

Coba tebak, di mana sekarang Sang Putri tersebut? Ia ada di sebuah lapangan terbuka yang terletak di balik pasar. Di sana ada delapan anak bermain bersama.

“Yula! Tangkap bolanya!” teriak Anko. Gadis berambut hitam sebahu itu dengan sekuat tenaga melempar bola agar sampai pada teman satu timnya. Setelah bola dilempar, ia membenarkan letak kacamatanya yang miring ke kiri.

“Hati-hati Yula, Tamaki di belakang!” seru Yoru memperingati.

“Hup!” Bola berhasil ditangkap oleh anak bernama Yula. Ia segera membawanya ke ring lawan. Tapi, pemain hanya boleh empat langkah saat membawa bola dan harus di lempar ke kawan.

Hanya Tania yang nggak dijaga! Aku menggantungkan harapan padanya, gumam Yula dalam hati. “Tania, ambil!” Ia melempar bola ke Tania. “Cepat, lempar ke ring!”

Wajah gadis berwajah bulat itu langsung pucat. “Aku tak bisa!”

“Lakukan saja! Percayalah!” seru Yula percaya sepenuhnya pada teman satu timnya.

Dengan keraguan Tania melempar bola ke ring karena sudah terdesak dengan kehadiran Mana dari tim lawan. Bola pun dilempar, tapi hanya mencapai bibir ring. Tamaki, kapten lawan segera berlari untuk menangkap bola. Tanpa disadari anak laki-laki itu, Yula terlebih dulu menangkap, memasukkannya ke ring.

Bola masuk ke ring. Poin bertambah untuk tim Yula. Mereka bersorak dan saling bertosan.

“Masuk!” sorak tiga anak satu tim.

“Jangan senang dulu! Pertandingan baru saja dimulai!” tantang Tamaki.

“Benar! Ayo kita lanjutkan!” balas Yula semangat.

Permainan pun kembali berlanjut. Tim yang diketuai oleh Yula, dengan anggotanya Anko, Yoru dan Tania melawan tim Tamaki sebagai ketua, dengan anggotanya Roku, Mana dan Mika. Kedelapan anak itu saling berebutan bola. Saking asiknya bermain, ada yang lupa melempar bola pada teman satu tim, terus menggiring bola ke ring sendirian dan bersorak sendirian. Tentu saja, yang lain bersorak kesal.

“Yoru!”

Yoru yang bermain sendiri itu terkekeh melihat wajah kesal teman-temannya.

Mereka kembali bermain dengan serius. Tiba-tiba lonceng besar di tengah kota berbunyi riuh hingga terdengar ke seluruh penjuru kerajaan. Semua rakyat Hearthose menghentikan aktifitas. Pandangan mereka tertuju pada lonceng yang berbunyi tersebut, termasuk Yula dan teman-temannya. Bahkan Yoru melupakan bola yang dilemparnya itu tidak sengaja mengenai wajah Tania. Gadis bertubuh kecil itu meringis seorang diri.

“Ada apa itu?” tanya Yoru heran. Ia tidak sadar Tania menangis karena lemparannya.

“Huwaaa.... Yoru jahaaat!” Tania berhasil memecah keheningan hingga semua sadar apa yang terjadi padanya.

Mereka langsung menghampiri Tania, menghibur agar tidak menangis. Yula geram menatap Yoru yang tidak terlihat merasa bersalah. Ia segera menarik kerah baju Yoru dan menyeretnya untuk minta maaf. “Minta maaf, sana!”

“Aku tak sangka lemparanku terlalu keras.”

“Ma-af-nya ma-na YO-RU?” Yula semakin geram. Ia tidak suka jika ada orang yang membuat temannya sedih. Terlebih ia tidak suka dengan orang yang tidak mau mengakui kesalahan.

Yoru merinding ditatap tajam. Terlebih ia takut diterbangkan ke langit dengan magica gadis berambut pirang itu. Dengan cepat ia menundukkan kepala. “Maaf.”

“Apa itu dari lubuk hati terdalam?” Roku, kembarannya, memanasi keadaan.

Yoru mengikuti candaan, dengan suara lemah gemulai menjawab, “Dari lubuk hati terdalam, Tania tersayang~.”

Walau hanya candaan, wajah Tania memerah mendengarnya.

Yula langsung memukul kepala Yoru. “Jangan bercanda!”

Yoru mengaduh dan mengelus kepala. “Sakit tahu, Ketua Yula, jangan seenaknya memukul, dong!”

“Kau berhak mendapatkannya!” Yula melipat kedua tangan ke dada, berdiri dengan tegap tanpa ragu.

Yang lain tertawa geli akan penderitaan Yoru, dan kemarahan Yula yang terlihat lucu. Bahkan Tania sendiri turut tertawa. Beginilah setiap hari, mereka berdelapan menghabiskan waktu bersama. Meski tidak diakui oleh ucapan, mereka setuju kalau Yula lah sang pemimpin kelompok.

Dibalik tindakan yang semaunya, Yula peduli dan selalu melindungi mereka. Berkat kehadiran gadis itu juga, ketujuh anak yang kesehariannya saling menyendiri di akademi dipersatukan. Mereka menghabiskan waktu dengan belajar dan bermain bersama.

Melihat banyak orang yang berjalan tergesa-gesa ke suatu tempat membuat kedelapan anak itu bingung. Mereka berdelapan saling memandang, dan saling mengedikkan bahu.

“Apa ada yang datang?” terka Anko ragu. Yang lain hanya menggeleng tidak tahu.

Yula terdiam sesaat. Ia berpikir kenapa lonceng alun-alun berbunyi? Tentunya lonceng itu berbunyi karena ada suatu hal. Ia teringat ucapan Anko barusan.

Ada yang datang? Yang datang..., orang penting ... datang? Datang?

Yula terperanjat. “AH! Kenapa aku lupa!?”

“Ada apa, Yula?” Anko keheranan pada Yula tiba-tiba berteriak.

Yula menepuk tangan di depan wajah. “Maaf, teman-teman. Aku main sampai di sini, ya!” Ia pun berlari dengan cepat.

Teman-teman yang ditinggalkan menggelengkan kepala.

“Ayo kita ikuti! Mungkin ada suatu hal yang menarik!” saran Tamaki. Yang lain mengangguk setuju.

.

.

.

Alun-alun kota sudah ramai oleh rakyat Hearthose dengan sorak riuh menyambut kedatangan seseorang. Tak lain mereka menyambut kedatangan Sang Putri Woerlt yang jauh-jauh datang ke kerajaan mereka. Sang Putri diiringi oleh para pengawal Kerajaan Hearthose yang sudah menantinya di gerbang Kerajaan. Di atas kereta kuda Sang Putri melambaikan tangan pada seluruh rakyat yang menyambutnya dengan senyumannya yang sangat menawan.

“Wah, bukankah dia Putri Kerajaan Woerlt! Putri Lacus Wallt!” kagum Mana dengan suara lengkingnya.

“Cantiknya!” tambah Roku.

“Anggun!” tambah Yoru tak mau kalah. “Tipeku banget!”

“Yee! Mimpi!” timpal semua.

“Ih, biasa aja kali!” kesal Yoru.

“Yah, memang Putri Woerlt bisa dibilang wanita yang sempurna dan paling diincar nomor satu saat ini. Banyak yang melamarnya namun semuanya ditolak,” jelas Tamaki.

“Kau sok tahu, Hourle!” timpal Yoru.

“Berita itu udah tersebar luas, kok. Semua orang di kerajaan juga tahu,” tambah Tamaki membela diri.

“Ya, ya, yang mainnya di istana terus,” cibir Yoru. “Sombong banget sih, mentang-mentang udah jadi murid kesatria!” tambah Yoru dengan pandangan yang buruk ke Tamaki.

Mendengar hal itu, Tamaki kesal dan menarik kerah baju Yoru. “Apa maksudmu!”

“Hei, hei, hei, sudah!” lerai Anko. “Kalian jangan bertengkar di sini! Nanti dilihat orang lain, apalagi pengawal. Kalau mereka melihat kita bertengkar di tengah keramaian menyambut Putri Woerlt, kita bakal dipanggil ke kerajaan sebagai perusuh!”

Tamaki melepaskan Yoru. Mereka saling membuang muka satu sama lain.

“Terlebih lagi, Yula mana, ya?” tanya Mana mengalihkan suasana.

“Iya, ya?” kata Tania dan Mika bersamaan. “Kupikir ia akan ke sini. Ia ‘kan suka hal keramaian?” bingung Tania.

“Mungkin Yula sudah ada di istana. ‘Kan dia juru bicaranya Putri Kerajaan,” pikir Mana.

“Ah, iya. Benar juga! Kenapa gak kepikiran ke sana, ya?” kata Anko.

“Pantas aja, dia lari sambil bilang, ‘ah, kenapa aku lupa!’, gitu,” tambah Roku meniru gaya Yula.

“Ya, sudah, kalau gitu kita pulang saja,” saran Mana.

“Hmm, iya. Aku juga harus pulang,” pamit Mika. “Ibu pasti sudah menunggu sambil beracak pinggang!”

“Kalau gitu, aku akan ke istana. Mencari informasi,” kata Tamaki ke yang lain.

Chapter 02 : Keluarga Kerajaan Hearthose

Sang Putri Kerajaan Woerlt tiba di dalam istana Hearthose. Para pengawal dan dayang terpilih menyambut kehadirannya begitu tiba di balkon istana. Dengan senyuman menawannya menyapa sekedar mengucapkan selamat siang pada mereka yang menyambut hangat kedatangannya terkesima akan keramahan Sang Tuan Putri Woerlt.

Salah seorang pengawal hadir di hadapannya, memberikan salam hormat padanya dan memberitahu bahwa Raja Hearthose telah menunggu kehadirannya di ruang tamu istana. Dengan sekali anggukan lembut dan senyuman Sang Putri membalas agar ia segera diantar menghadap Raja Hearthose.

Dayang tertua berjalan berdampingan dengan Sang Putri Woerlt sebagai penunjuk jalan menuju ruang tamu. Meski sebenarnya Sang Putri Woerlt masih ingat dengan seluk-beluk istana ini tanpa dituntun. Begitu tiba di depan pintu ruang tamu, dua pengawal langsung membukakan pintu. Sang Putri Woerlt kembali tersenyum sebagai rasa terima kasih yang diberikan pada dua pengawal tersebut—hingga membuat dua pengawal itu salah tingkah.

Sang Putri Woerlt pun melewati pintu dan masuk ke ruang tamu. Di sana ia telah melihat Raja Rhuzi Athhra yang duduk bersama Ratu Amaria di singgahsana. Melihat kedatangannya mereka berdiri untuk menyambut. Sang Putri Woerlt pun langsung memberi salam hormat pada raja dan ratu Hearthose.

Raja Rhuzi memberi perintah kepada para pengawal dan dayang untuk menunggu mereka di luar ruangan. Mereka melaksanakannya langsung dengan patuh, tak lupa menunduk hormat mereka pada Sang Raja yang mereka hormati sebelum keluar.

Hanya mereka bertiga yang ada di ruang tamu tersebut. Tak ada lagi rasa canggung dan keformalan, Sang Ratu langsung memeluk Putri Woerlt layaknya bertemu anak yang sudah bertahun-tahun tak bertemu. Raja membiarkan hal itu, membiarkan mereka melepas rindu.

“Apa kabarmu, Lacus?” tanya Ratu setelah melepaskan pelukannya.

Lacus Wallt, Sang Putri tersenyum dan menjawab, “Tentu saja baik, Yang Mulia Ratu.”

“Sudah tak ada lagi pengawal maupun dayang, panggil saja ibunda seperti biasa, sayang,” ucap Sang Ratu mengingatkan. Lacus hanya mengangguk tetap dengan senyum yang menghiasi wajahnya. “Lalu Vivia, ibundamu?” tanya Sang Ratu kembali menanyakan kabar ibundanya Lacus.

“Sehat seperti biasa.”

“Aah, terkadang aku iri dengannya. Enaknya punya magica awet muda seperti ibundamu. Kamu pasti juga memilikinya! Keturunan dari Sang Legenda Tranquillity Aqua pasti memilikinya. Andai bunda juga memilikinya.”

“Meski Ibunda Ratu tak memiliki magica tersebut menurutku bunda tampak awet muda! Tak ada yang berubah sejak terakhir kali kita bertemu,” Lacus mencoba memuji.

Pujiannya membuat Sang Ratu tersipu dengan wajah memerah yang ia pegang dengan kedua telapak tangannya. Raja mendeham. Bukan merasa iri akan suasana reuni antara ratunya dengan Sang Putri, hanya saja ia berdeham untuk mengingatkan kehadirannya. Ratu dan Putri Lacus tersenyum geli, mereka melepaskan pegangan tangan masing-masing.

“Duduklah, Tuan Putri. Setelah perjalanan jauh dari Kerajaan Woerlt menuju Hearthose pastinya sangat lelah,” saran Raja kemudian.

Lacus mengangguk.

Raja, Ratu kemudian Putri Woerlt pun duduk di satu meja yang ada di ruang tamu istana. Dan Raja pun memulai pembicaraan serius terhadap Sang Putri.

“Kerajaan kami merasa terhormat bisa menjadi salah satu kerajaan yang dapat membantu dan menemani Anda dalam perjalanan ini, Tuan Putri,” ucap Raja membuka percakapan. “Setelah mendapat kabar, saya langsung memilih siapa yang pantas untuk menemani Anda dalam perjalanan ini.”

Lacus mengangguk dengan anggun, “Saya merasa tersanjung atas keputusan Yang Mulia langsung memilih seseorang sebagai perwakilan untuk menjadi Pengendali Batu Kristal sekaligus teman dalam perjalanan saya.”

“Ya. Tak ada pilihan, hanya ada satu orang dan tentunya Tuan Putri sendiri tahu siapa orangnya,” ucap Raja ringan. “Saya harap Pangeran Shin bisa menjadi perwakilan Hearthose dan berguna dalam perjalanan Anda.”

“Menurut saya, Pangeran Shin pastinya sangat membantu dalam perjalanan saya,” balas Lacus. Namun ada jeda beberapa saat akan menyebut nama Pangeran Shin. Bukan perasaan tidak suka, ada nada ucapan yang terdengar kecewa. Meski begitu Raja Rhuzi tak menyadarinya, hanya Ratu Amaria yang mengetahuinya.

“Maaf, Yang Mulia Raja, sebaiknya Putri Lacus beristirahat dulu setelah perjalanannya yang melelahkan.” Ratu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. Raja mengangguk setuju. “Bagaimana kalau percakapan ini kita bicarakan setelah makan malam? Di mana kedua anak kita telah berada di rumah dan percakapan ini bisa kita bicarakan bersama,” tambah Ratu.

Raja mengangguk. “Ya, apa yang kamu ucapkan ada benarnya, Ratuku. Baiklah percakapan ini kita tunda hingga malam.”

Setelah Raja Rhuzi memutuskan percakapan mereka, Ratu mengedipkan mata pada Lacus sebagai tanda padanya agar tidak cemas akan perwakilan Hearthose. Karena ini perjalanan pertamanya keluar dari Kerajaan Woerlt tanpa pengawal, dan berharap teman perjalanan pertamanya ialah benar-benar orang yang membuat dirinya merasa nyaman.

Lacus ingin sekali beristirahat, tapi ia ingin berbincang-bincang dengan Ratu Amaria untuk melepas kerinduan. Karena keluarga Kerajaan Hearthose memiliki hubungan keluarga dekat dengan keluarga Kerajaan Woerlt, dari kecil Lacus beberapa kali suka mengunjungi kerajaan ini untuk bermain dengan anak-anaknya Raja Hearthose.

“Maaf, kalau saya boleh bertanya, ada di mana anak-anak Anda, Ibunda Ratu?”

Sama halnya dengan Lacus, Ratu masih ingin banyak bicara dengannya. Ia pun melayani percakapan dengan harapan anak bungsunya cepat kembali ke istana.

“Seperti biasa, sayang. Hari ini Shin berlatih memanah dengan kuda kesayangannya,” jawab Ratu Amaria. “Tapi mungkin sebentar lagi ia akan datang—”

“Saya telah hadir jika Anda mencari, Yang Mulia Putri.”

Tiba-tiba seorang pemuda tampan berjalan masuk ke dalam ruang tamu istana. Lacus menoleh ke arah pemuda itu, kemudian tersenyum. Tak ada yang berubah, komentarnya dalam hati akan pemuda yang berjalan menghampiri di mana ia dan Ratu duduk bersama. Pemuda itu tak lain ialah Pangeran Shin. Dengan penuh hormat, membungkukkan sedikit badannya untuk menyapa Sang Putri.

“Setelah lima tahun berlalu, Anda banyak berubah, Pangeran Shin,” puji Lacus bertolak belakang dengan apa yang barusan ia ucapkan dalam hati. Tak lain ialah untuk memberi pujian pada teman masa kecilnya itu.

Shin berjalan ke tempat duduk yang berhadapan dengan Lacus. “Benarkah? Dalam hal apa?” tanyanya penasaran.

“Anda bertambah tinggi, sopan, cerdas dan tampan. Pasti sudah punya seorang gadis!” canda Lacus mendadak, “Apa Anda telah memperkenalkannya kepada Ayahanda dan Ibunda?”

Shin tersenyum gugup. “Tuan Putri memang pandai memuji. Saya belum punya seorang gadis. Jika itu ada, pasti telah saya kenalkan kepada kedua orang tua saya,” elak Shin.

“Yah, itu benar. Jika ia memperkenalkan seorang gadis sebagai calon pendampingnya, berarti ia telah siap untuk naik tahta,” ujar Raja seolah mengingatkan hal itu pada satu-satunya anak laki-lakinya.

“Maaf, Ayahanda. Bukannya bermaksud lancang, tapi saya memang belum siap untuk naik tahta. Saya harus lebih banyak belajar lagi untuk menjadi seorang pemimpin. Di samping itu, saya masih ingin membimbing adik saya satu-satunya, karena ia tidak pernah terlihat serius belajar akan perdata kerajaan. Ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dengan teman-temannya di luar sana.”

Raja hanya menggangguk setuju sambil memegang dagunya yang tak berjenggot. Tak bisa berkomentar akan anak bungsunya yang sangat keras kepala dan tak bisa diatur sama sekali.

“Sebuah prinsip yang bijak,” puji Lacus kembali. “Berarti, sekarang ini adik Anda sedang bermain di luar, benar?”

“Yah, begitulah,” jawab Shin agak kesal.

Yang dibicarakan pun masuk ke dalam ruang tamu, mendorong pintu dengan kasar hingga membuat mereka terkejut, lalu berlari menuju Lacus dengan riangnya.

Shin mendesah kesal. “Pengacau tiba,” komentarnya.

“Kak Lacuuusss!”

Yula berlari menghampiri Lacus bermaksud ingin memeluknya namun Lacus menolaknya dengan tangan kirinya diluruskan kehadapan Yula datang. Gadis kecil itu cemberut dengan bibir kecilnya yang dikerutkan ke depan.

Ratu memegang pergelangan tangan kanan Yula dengan lembut, mengusap rambut Yula yang agak berantakan yang kemungkinan karena ia habis berlari. “Sayang, mandi dulu, ya. Nanti kita ada pertemuan,” bujuk Ratu.

“Oh, iya! Pertemuan!” pekik Yula. Ia langsung teringat hal itu karena telah diberitahu oleh ibunda sebelumnya. “Kalau gitu, Yula pergi mandi dulu, ya, kak. Jangan ke mana-mana, ya! Pertemuannya jangan dimulai tanpa Yula!”

“Siapa yang kamu beri perintah, bocah!” kesal Raja.

Yula terpekik kecil dalam hatinya, ia tak menyangka gurauannya akan membuat Raja, ayahandanya, kesal. “Maaf, saya tidak bermaksud seperti itu,” sesal Yula.

“Ingat tekanan darah tinggi, Yang Mulia,” ucap Ratu mengingatkan, yang sebenarnya ia ingin menegur suaminya untuk tidak mengharik anaknya sendiri. Tapi respon Raja hanya helaan napas tak peduli, karena hal seperti ini sering terjadi dan anak bungsunya itu tak pernah kapok akan sifatnya yang terlalu santai akan hal apapun.

“Lacus, hingga makan malam tiba sebaiknya kamu istirahat dulu di kamar. Bunda telah meminta para dayang menyiapkan kamar untukmu,” saran Ratu pada Lacus. Lalu ia beralih pada Yula. “Ayo sayang, mandi dan segera bersiap-siap. Dan..., jangan menganggu waktu istirahatnya Putri Lacus. Mengerti?”

Yula kembali manyun. Padahal ia ingin sekali bermain dengan Lacus, setidaknya berbincang-bincang banyak hal. Setelah melihat wajah letih Lacus, ia pun setuju dan mengangguk.

Ratu mengajak Lacus untuk pergi ke luar ruangan bersamanya. Ia juga mengajak Yula agar anak itu mematuhi perkataannya, tidak berbelok jalan untuk kembali bermain ataupun menganggu waktu istirahat Lacus. Sebelum meninggalkan ruang tamu, Lacus pamit pada Raja dan Shin. Baik Raja maupun Shin sama-sama mengangguk sebagai balasannya.

Yula mengikuti apa yang dilakukan oleh Lacus, menunduk sedikit ke arah Raja dan Shin dan mengembangkan rok bajunya. Ia bermaksud hal itu sebagai candaan agar Lacus tertawa melihatnya. Lacus memang tertawa, tapi anak perempuan itu kena tatapan tajam oleh ayahanda dan kakaknya. Yula senang melihat ekspresi wajah dua laki-laki itu dan berlari kecil mengejar ibundanya dan Lacus keluar ruangan.

Chapter 03 : Pemilihan Rekan Pertama

Makan malam kali ini, bagi Raja dan Shin, terdengar lebih berisik. Meski berkali-kali Raja menasihati Yula agar tidak bicara saat makan, anak itu selalu mencari celah bicara dengan Lacus setelah ia menelan makanan di dalam mulutnya.

Lacus hanya mengangguk, tersenyum dan tertawa kecil untuk merespon apa saja yang diucapkan oleh gadis kecil itu. Sedangkan Ratu tak mempermasalahkannya, ia senang melihat keakraban Yula dengan Lacus. Mengingatkannya akan seseorang yang sudah bertahun-tahun tak ada di rumah, membuatnya merindukan sosok itu.

Setelah makan malam selesai, Raja menyarankan agar pembicaraan dilaksanakan di ruang utama pertemuan khusus yang hanya boleh dihadiri oleh keluarga kerajaan. Dan mereka pun bersama pergi ke ruangan tersebut. Raja duduk paling depan menghadap yang lain sebagai pemimpin di kerajaan. Di samping kirinya ada Ratu, dan selanjutnya ada Yula. Di seberang Shin duduk menghadap Yula. Dan Lacus duduk berhadapan dengan Raja.

“Sebelumnya, saya akan memberitahu tentang pertemuan kali ini,” Raja membuka pertemuan saat semua telah duduk. “Mungkin kalian...,” Raja menatap Shin dan Yula bergantian, “sudah tahu tentang legenda tujuh kristal penompang kehidupan dunia kita, Batu Kristal Kehidupan. Dan setiap seabad, ketujuh kristal ini harus dikumpulkan di satu tempat, yang kita tahu tempat itu berada di bawah kekuasaan Kerajaan Woerlt langsung.

Untuk menyatukan kristal-kristal tersebut, Raja Woerlt akan memilih perwakilannya untuk mencari ketujuh batu kristal tersebut, yang kita sudah tahu bahwa kali ini Putri Lacus yang terpilih. Sebagai perwakilan Kerajaan Woerlt, Putri Lacus berhak menentukan “rekan”, teman perjalanannya dalam menjalankan tugas. Tak hanya menjadi teman perjalanan, sang perwakilan akan menjadi pengendali batu kristal dari salah satu kristal tersebut.

Meski begitu, Tuan Putri pasti sudah tahu bahwa hanya ada satu kandidat dari Hearthose yang akan menjadi rekan Anda. Tak lain ialah Pangeran Shin seorang. Tak hanya magicier berelemen angin, kekuatan magica dan tindakannya sangat matang. Tak ada yang diragukan lagi padanya.”

Raja langsung mengumumkan pilihannya pada Lacus.

“Saya mewakili Kerajaan Woerlt, merasa tersanjung dan sangat menghormati keputusan Anda, Yang Mulia Raja,” jawab Lacus penuh dengan kesopanan. “Namun, bagaimana dengan Pangeran Shin sendiri? Apa Anda sanggup menerima tawaran ini?” tanya Lacus pada Shin.

Shin mengangguk mantap, meletakkan telapak tangannya di dada sebagai rasa hormat. “Saya merasa sangat terhormat bisa membantu Anda dalam perjalanan, Yang Mulia Putri,” jawab Shin mantap.

Bibir Lacus membentuk seulas senyuman. Dalam hatinya sama sekali tidak keberatan dengan pilihan Raja Rhuzi, meski begitu sebagian dirinya merasa kecewa. Bukan karena pilihan jatuh pada Shin, pilihan tunggal Raja Hearthose, tak ada alasan untuk tidak menyukai kehadiran Shin sebagai teman perjalanannya.

Lacus mengalihkan mata pada Yula. Sudah bisa ditebak, anak itu memajukan bibir, membulatkan pipi dan melipat kedua tangannya ke depan, tanda ia merasa kesal. Perut Lacus tergelitik melihat pipi merah Yula, sangat imut.

Lacus sadar betul Yula masih anak-anak, terlalu kecil harapan untuk mengajaknya dalam tugas berat seperti ini. Tapi kenapa matanya tak bisa lepas dari Yula? Ya. Ia masih berharap ‘seandainya’ Yula bisa ia pilih sebagai rekan pertamanya. Namun jika itu yang ia sarankan, apa tidak egois?

“Maaf, Yang Mulia, hamba tidak setuju jika Shin harus pergi dari kerajaan,” tiba-tiba Ratu bicara dan mengungkapkan sanggahannya.

“Kenapa?” bingung Raja.

“Kondisi Anda, Yang Mulia. Apa Anda melupakan kondisi kesehatan Anda? Saya takut akan suatu saat nanti di mana tak ada Shin di kerajaan....” Ratu bicara dengan rasa takut akan menyinggung perasaan Raja.

“Kamu menghawatirkan kesehatanku, Ratuku? Yah, aku sudah memikirkan hal itu. Tapi jangan pernah meragukan seorang raja, aku akan tetap sehat sampai kapan pun. Jika bukan Shin, lalu siapa lagi yang harus mewakili kerajaan kita menemani Putri Lacus?”

Saat itu, Yula ingin sekali mengacungkan tangan sembari memberikan senyuman dan tatapan penuh harapan. Namun walau hal itu dilakukan, Raja tak akan mau mendengarkannya, apalagi memberikannya izin. Jangankan izin akan ia yang dipilih, izin untuk bicara pun tidak diperbolehkan. Raja masih menganggapnya anak kecil.

Ratu menatap Yula, lalu menatap Raja dengan senyuman berisyarat ‘Bagaimana dengan Yula?’. Raja dapat membaca pikiran ratunya, ia menggeleng, menyibakkan tangan kanannya. Meski begitu Ratu tetap bersikeras dengan pilihannya.

“Walau kecil, saya sangat yakin dengan kemampuan Yula. Ia dapat melindungi dirinya dan Putri Lacus tentunya. Bahkan, tanpa sepengetahuan kita semua, gurunya sekalipun tak tahu bahwa Yula diam-diam belajar magica angin kuno–”

“Apa?! Magica kuno?” cengang Raja langsung.

Yula pun kaget mendengar apa yang dikatakan ibundanya. Hal itu memang benar, namun ia tak tahu bagaimana menjelaskannya pada ayahandanya. Karena di manapun kerajaannya, magica kuno dalam bentuk apapun sangat langka dalam pembelajarannya dan tak sembarang orang yang bisa mengajarkannya maupun belajar tentang magica tersebut.

Raja menatap Yula tajam, “Yula! Magica apa yang kamu pelajari?”

Yula langsung gelagapan. “I..itu... wi…wi…”

“Winter Wind!?” tebak Raja kaget.

Yula menggeleng. “Wi…wi…wi…wi…”

“Yang jelas, Yula!” kesal Raja.

Yula terdiam, ia menarik napas untuk menenangkan pikirannya. “Wink wind...”

“Wink wind?” kaget Raja dan Shin bersamaan.

Bagi keluarga kerajaan Hearthose tahu pasti magica itu. Wink wind berarti kedipan angin! Shin tak tahan menahan tawanya. Karena itu adalah magica angin kuno terkonyol yang pernah ada. Sangat jauh dari perkiraan mereka yang berpikir Yula akan belajar winter wind, magica angin kuno terkuat yang pernah ada.

Lacus bingung dengan nama magica tersebut. Shin langsung menjelaskan tentang magica wink wind padanya. Lagi-lagi Yula cemberut, ia tak mau berkomentar tentang magica yang ia kuasai. Dijelaskan pun wink wind miliknya, ayahanda maupun kakaknya tak akan percaya dengan magica-nya.

Awas nanti, ya! Suatu saat nanti magica-ku ini akan lebih hebat dari ayahanda maupun Kak Shin! gerutunya dalam hati. Namun Ratu tidaklah tertawa, ia tersenyum bangga dengan putrinya.

“Selain itu, dari penampilan luarnya saja yang santai dan suka bermain, tapi Yula sangat gemar membaca, terutama sastra magica kuno. Hamba yakin, ilmu pengetahuan Yula sangat besar, tanpa kita ketahui. Bahkan, mungkin, melebihi pengetahuan Shin,” Ratu membela Yula penuh.

Shin tersinggung. “Maksud Ibunda bagaimana?” Ia tak mengerti mengapa ibundanya lebih membela dan memuji Yula ketimbang dirinya. Raja pun mengangguk setuju dengan Shin. Ia tak dapat mengizinkan Yula untuk ikut dalam perjalanan.

“Shin, anakku tersayang, satu-satunya harapan kerajaan, pemimpin cahaya Hearthose masa depan yang diandalkan, pangeran yang sangat berprestasi karena kemampuan bukan karena ia seorang anak kerajaan. Ibunda sangat bangga denganmu. Tak ada perbedaan kasih sayang antara kamu dengan adikmu. Hanya saja ibunda menginginkan kamu agar tetap di kerajaan.

“Kamu masih ingat dengan permasalahan di Desa Timur? Permasalahan itu masih kamu yang menanganinya kan, sayang? Tak mungkin dipindahkan tangan ke orang lain. Itu pun kamu yang memintanya. Seandainya kamu pergi, akan dipindah tangankan kepada siapa? Yula? Ia masih kecil untuk mengambil sebuah keputusan,” jelas Ratu.

“Tapi sama saja jika Yula yang harus pergi! Ia masih anak-anak. Walau magica-nya melebihi level anak seumurannya, tapi perjalanan ini tidak mungkin diberikan padanya,” timpal Shin tak mau menerima pemahaman ibundanya.

“Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putri Lacus atas perdebatan keluarga ini,” sesal Ratu yang bermaksud melencengkan pembicaraan.

“Ah, tak apa—maksud saya tidak masalah,” Lacus langsung mengoreksi cara bicaranya agar terdengar sopan. “Ini semua agar kita dapat memutuskan jalan yang terbaik. Saya tak keberatan,” jawabnya. Dalam hati sebenarnya ia sangat setuju dengan Ratu. Ia ingin memilih Yula.

“Walau begitu…,” Ratu kembali bicara, “Baginda Raja tampak dari luar saja terlihat sehat. Saya sangat khawatir dengan kondisi Anda, Yang Mulia. Sebelumnya saya telah berpikir akan kondisi Anda jauh hari, saya ingin Yang Mulia lebih banyak beristirahat, dan segala hal lainnya akan ditanggung oleh Shin di bawah kekuasaan Anda.”

“Ratuku, aku tahu kamu mengkhawatirkan kondisiku. Tapi, aku lebih mengkhawatirkan Yula yang pergi keluar dari kerajaan. Perjalanan ini bukanlah rekreasi,” sanggah Raja tegas.

“Dan benar, sengketa di Desa Timur juga karena aku...,” lirih Shin. Kesesalan dalam dirinya karena mengingat suatu hal tentangnya dan Desa Timur. “…belum terselesaikan.” Meski ia bicara begitu, desa tersebut telah berangsur baik dalam permasalahan sengketa kepemilikan tanah dan ladang. Namun ia merasa kalau permasalahan tersebut masih belum selesai, ada beberapa hal yang mengganjal pikirannya.

Semua terdiam.

Mengambil kesimpulan dalam memilih siapa yang akan pergi dalam perjalanan Putri Woerlt memang sukar bagi keluarga kerajaan ini. Raja dan Ratu memiliki dua anak, Pangeran Shin dan Putri Yula.

Jika seandainya Shin yang terpilih, bagaimana dengan kerajaan jika Raja jatuh sakit dan tak dapat memberi titah seperti prediksi Ratu? Aturan Kerajaan Hearthose, ratu tak berhak memberikan titah maupun hak kekuasaan. Tugasnya mendampingi raja, dan akan melakukan suatu hal dengan seizin langsung dari raja.

Namun jika raja tak dapat membuat keputusan, maka hak kekuasaan akan diberikan pada anak laki-laki yang paling tua, dalam kasus ini tentunya yang berhak ialah Shin. Kondisi kesehatan Raja memang sangat mengkhawatirkan.

Benar apa yang dikatakan Ratu, tampak dari luar saja Raja terlihat sehat dan lagi di depan rakyatnya, ia tak akan memperlihatkan sisi lemahnya. Umurnya yang sudah lebih dari setengah abad, tak dapat lagi menipu mata.

Yang dipikirkan oleh Raja dan Shin ialah Yula. Penampilan kekanak-kanakan dan tak ingin direpotkan, tapi ia anak yang tangkas dan memiliki pengetahuan yang sangat luas. Kekuatannya tak dapat diperkirakan. Namun bukan berarti ia dapat diizinkan dengan mudah melakukan perjalanan yang berat. Terutama dengan Putri Woerlt.

Perjalanan Putri Woerlt bukanlah sebuah rekreasi semata, akan memakan waktu yang cukup lama serta kesabaran menghadapi berbagai rintangan. Tidak hanya itu, berbagai macam kejahatan di luar sana, bahkan binatang buas dan monster yang berkeliaran bebas akan menanti mereka.

Semua memperhatikan Putri Lacus. Hal itu membuatnya canggung. Sorotan mata mereka seolah berkata, “Siapa yang akan Anda pilih, Tuan Putri?”

Lacus mencoba berbicara. “Jika keputusanku membuat sebuah kesimpulan dari jalan yang berliku ini, apa saya bisa mengeluarkan pendapat saya akan hal ini?”

Semua mengangguk.

Keluarga yang sangat lucu? Walau tampak formal, tapi mereka taklah kaku, sangat akrab dan berkeluargaan. Karena inilah yang membuatku senang berada di kerajaan ini, ucap Lacus dalam hati senang.

Lacus pun melanjutkan perkataannya. “Dalam perjalanan ini, saya rasa lebih nyaman jika rekan pertama saya adalah perempuan. Jujur, ada perasaan canggung jika teman seperjalanan pertama saya seorang laki-laki hingga mendapatkan rekan berikutnya.”

“Jika saya dalam situasi Anda, Tuan Putri, mungkin saya akan berpikir hal yang sama,” bela Ratu langsung.

Lacus sependapat dengan Ratu, ia ingin membawa Yula berkelana bersamanya.

“Bukan berarti saya tak suka akan keberadaan Pangeran Shin di dekat saya. Meski Anda adalah sepupu saya, hanya saja Anda tahu bahwa saya akan merasakan hal seperti itu. Saya harap Anda bisa mengerti.” Lacus mencoba meyakinkan Shin agar tak tersinggung.

Shin terdiam, tak berniat untuk protes karena apa yang dikatakan Lacus ada benarnya.

Raja menggaruk kepalanya, keningnya berkerut. Berpikir keras dan menentukan pilihan.

“Ini bukan perjalanan yang mudah. Tanggung jawabnya sangatlah besar. Kerajaan tak dapat membantu dalam perjalanan kecuali hanya mengirimkan utusannya untuk menemani Sang Perwakilan Kerajaan dalam pencarian tersebut. Yula, apa kamu mengerti? Bukan sebagai anak kecil berumur dua belas tahun, tapi sebagai seorang Putri Kerajaan,” ungkap Raja tegas di tengah suaranya yang agak parau.

Akhirnya wajah Yula kembali ceria. Bibirnya mengukir senyuman senang.

“Tentu saja, Yang Mulia. Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Tuan Putri. Tentu pula, saya tak akan menyusahkan Tuan Putri Lacus dalam perjalanannya,” ungkapnya dengan penuh kesantunan pada setiap perkataannya.

“Tapi, Ayahanda!” sanggah Shin. Tampak ia tidak terima dengan keputusan Raja. Bukan iri karena adiknya yang dipilih, sebaliknya ia sangat khawatir.

“Aku tahu, Shin. Sudahlah, sudah kuputuskan!”

Shin terdiam.

Raja bangkit dari tempat duduknya, hendak meninggalkan ruangan. “Tak ada pertolongan di luar sana, kau tahu itu?” kata Raja saat melewati Yula.

“Sangat,” jawab Yula semangat.

Raja meninggalkan ruangan. Shin pun mengikuti dari belakang. Ia tak mengejar ayahandanya ataupun meminta beliau untuk menarik perkataannya kembali karena hal itu percuma. Lagi pula Putri Lacus juga sangat setuju dan tak akan ada yang menyanggahnya.

Yula sangat senang dan melompat kegirangan setelah Raja dan Shin keluar ruangan. Tanpa basa-basi memeluk Putri Lacus dengan manja layaknya adik kandung. Putri Lacus pun tak keberatan karena Yula telah ia anggap sebagai adik yang sangat ia sayangi.

Tiba-tiba saja Yula terdiam, ia memandang ibundanya. “Ibunda, apa Kak Shin marah?”

Ratu tersenyum, “Ibunda rasa tidak. Ia hanya khawatir. Kau tahu, bukan?”

Yula mengangguk. “Padahal aku sudah bukan anak kecil lagi,” ungkapnya cemberut.

“Apa kamu mau menemui kakakmu?” saran Ratu pada Yula.

Ia pun mengangguk dan pergi keluar mencari Shin. “Kak Lacus tunggu, ya!” pamitnya sembari berlari kecil keluar.

Tinggallah Ratu Amaria dan Lacus dalam ruangan, hal itu mereka manfaatkan untuk berbincang dengan berbagai hal topik. Tapi tak lama, Ratu tahu Putri Lacus kelelahan karena perjalanannya, ia pun meminta Lacus untuk beristirahat di kamarnya. Lacus pun pamit pada Ratu, ia pergi diiringi dua dayang di belakangnya.

.

.

.

Yula yang berlari dari lorong ke lorong istana kebingungan mencari kakaknya. Bahkan ia sempat ke kamarnya Shin, namun kamarnya kosong.

“Duh, aku lupa kalau istana ini besar sekali! Mau cari di mana Kak Shin?” katanya sambil menoleh kiri-kanan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!