NovelToon NovelToon

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar)

Mengenang Tia

Setelah kepergian sang istri, TIANA KARTIKA, Lambok memutuskan untuk tidak menikah lagi. Dia ingin fokus mengurus anak-anaknya hasil pernikahannya dengan Tia.

Twins baru berusia 3 tahun. Atala berusia 8 tahun.

Lambok masih saja termenung mengingat mendiang istrinya. Kisah cintanya dengan Tia yang penuh dengan konflik dan airmata berbuah kebahagiaan.

Walau kini Tia tak ada lagi disisinya. Lambok berjanji akan menjaga buah hati mereka.

______________

Dua Tahun Kemudian

"Papa..." Panggil Atala.

Atala yang baru pulang dari sekolah mendapati sang Papa yang sedang duduk termenung.

Lambok menoleh. "Sulung Papa sudah pulang." Lambok mencium puncak kepala Atala.

Sifat Atala sangat mirip dengan Tia. Walau Atala tidak terlahir dari rahim Tia, tapi kasih sayang Tia pada Atala membuat Atala tumbuh menjadi anak yang sholeh, baik hati, cerdas dan tidak sombong tapi Atala sangat perasa.

Atala selalu mengalah pada Adik-adiknya. Lalita dan Lovita. Dua adik perempuan Atala yang kembar.

"Dimana Auntie?" Tanya Atala pada Lambok.

"Auntie sedang di klinik. Sedang Ada pasien." Kata Lambok.

"Ya sudah, Atala mau ganti baju dulu ya Pa, Atala nanti mau nyusul Auntie ke klinik." Kata Atala.

"Iya Sayang. Kamu jangan lupa makan ya. Oh ya... Adik-adik kamu mana? Apa Mami Emily menjemput Kalian?" Tanya Lambok.

"Ya Pa, Mami ada dibawah bersama Lita dan Vita." Kata Atala.

Lambok mengangguk.

Atala menoleh. "Pa... Jangan meratapi Mama terus. Kasihan Mama." Pinta Atala yang mengusap airmatanya.

Lambok mengangguk. "Papa rindu sama Mama Kamu." Kata Lambok.

Atala kembali menghampiri Papa nya. "Atala juga rindu sama Mama, tapi Atala selalu berdoa buat Mama, supaya Mama tenang disana. Papa sudah shalat Dzuhur belum?" Tanya Atala.

"Sudah Nak. Kata Lambok.

Atala menghela nafas. Atala tahu Papa nya hari ini pasti ke Makam Mama nya lagi. Atala tak bisa melarang Papa nya lagi untuk ke makam Mama nya. Hampir setiap hari Lambok pergi ke makam Tia.

Sudah dua tahun Mama nya meninggalkan mereka karena kecelakaan pesawat yang akan membawanya berobat ke Negara J karena penyakit kanker otak yang sudah stadium akhir.

Dan selama itu Lambok tak pernah melupakan Tia. Padahal banyak diluar sana yang mau menjadi Ibu sambung bagi Atala, Lita dan Vita, tapi Lambok tak juga mau membuka hatinya.

Dokter Emily pun masih tak juga gentar untuk mendapatkan cinta Lambok.

________________

"Assalamu alaikum Auntie." Sapa Atala yang masuk kedalam ruangan praktek Nindi.

"Wa alaikumussalam." Jawab Nindi. "Kamu sudah pulang, Sayang. Dimana adik-adikmu?" Tanya Nindi.

"Mereka sedang sama Papa ngobrol sama Mami Emily." Kata Atala.

Nindi menghela nafas. Nindi tahu Emily sedang mencoba mendekati Kakaknya. "Kamu sudah makan?" Tanya Nindi.

Atala mengangguk. "Sudah... Masakan Auntie gak jauh beda dengan masakan Mama, selalu enak." Puji Atala.

Nindi memeluk Atala. "Kamu kangen Mama ya?" Tanya Nindi yang matanya sudah berkaca-kaca.

Atala mengangguk. "Atala kasihan sama Mama, Papa masih saja mengingat Mama."

"Papa kamu sangat mencintai Mama Kamu, Sayang. Bagi Papa, Mama adalah Cinta pertama dan terakhir untuk Papa." Nindi mencoba menghibur Atala.

Ada desiran aneh dalam hati Nindi jika mengingat Kakak iparnya. Tapi Nindi tak menghiraukannya. Nindi memang menyukai Lambok karena ketulusan Lambok pada Tia dan kebaikan Lambok yang selalu membantu keluarga Tia.

Nindi masih menunggu Marcel. Tapi Nindi juga tak mau memaksakan kehendaknya pada Marcel.

Nindi berharap suatu hari nanti menemukan pria yang sebaik Lambok.

"Kok Auntie melamun sih?" Atala membuyarkan lamunan Nindi.

"Haah... Tidak Sayang. Auntie tidak melamun. Kamu sudah makan?" Tanya Nindi lagi.

"Tuh kan, Auntie lupa lagi. Barusan Auntie bertanya Aku sudah makan apa belum dan Aku sudah menjawabnya. Sekarang Auntie bertanya lagi." Atala bersedekap.

Nindi terkekeh. "Maafkan Auntie ya Sayang. Kalau begitu sekarang Kamu istirahat. Nanti sore Auntie mau ajak Kamu dan Twins jalan-jalan." Janji Nindi.

"Asyiik... Kemana Auntie?" Atala penasaran.

"Ada deh." Kata Nindi.

"Atala tidur siang disini saja ya. Kalau di rumah, twins pasti ganggu Aku, belum lagi anaknya Mami Emily." Atala menepuk jidadnya sendiri.

"Hahaha... Kamu ini. Ya sudah, Kamu boleh tidur di ruangan Auntie. Nanti Auntie bangunin kalau sudah Ashar." Kata Nindi.

Atala mengecup bibir Nindi. Nindi sedikit terkejut. Tapi Nindi hanya menggeleng.

Nindi kembali melayani pasien lain. Tak berapa lama, Nindi sudah selesai memeriksa semua pasiennya. Nindi juga sudah menutup jam prakteknya. Karena sore ini akan mengajak keponakannya jalan-jalan.

"Assalamu alaikum... Sibuk ya?" Salam Lambok yang tiba-tiba sudah berada di klinik bersama Twins.

"Wa alaikumussalam. Loh kok twins gak bobo siang?" Nindi merengut yang membuat twins tertawa melihat wajah Nindi.

"Auntie kalau cembelut lutu deh." Kata Vita. Vita memang belum bisa bicara dengan lancar.

Vita dan Lita kini berusia 5 tahun. Tahun depan mereka masuk elementary school.

Vita dan Lita memang kembar tapi tak identik. Wajah Vita yang cenderung mengambil wajah Tia tapi dengan hidung seperti Lambok, mancung. Warna kulit Vita seperti Tia. Hitam manis.

Wajah Lita cenderung seperti Lambok tapi senyuman Lita seperti Tia, manis. Kulit Lita seperti Lambok, kuning langsat.

Lambok sangat mencintai putra dan putri-putrinya.

"Sudah gak ada pasien?" Tanya Lambok.

"Iya kak, Aku tutup cepat. Aku akan mengajak Atala jalan-jalan." Kata Nindi.

"Iihhh Auntie...! Kok Kak Atala caja yang diajak? Aku ndak?! Vita-Lita berbarengan dan mengerucutkan bibirnya.

"Hahahaha... Karena Kalian tak menurut seperti Kakak kalian." Nindi mensejajarkan tubuhnya dengan Twins.

"Aku janji deh, ndak bantah Auntie ladi." Kata Twins.

"Ya sudah, sekarang kalian bobo siang ya?" Kata Nindi yang mengusap kepala Twins.

"Kita bobo dicini caja ya?" Kata Twins.

"Boleh....Tapi janji gak ganggu Kak Atala." Pinta Nindi.

Twins mengangguk. Nindi membawa Twins ke ruangannya dan menidurkan twins di kasur yang satu lagi.

Memang di klinik Nindi ada ruangan khusus untuk Nindi, kadang Nindi istirahat disana. Nindi menaruh 2 kasur, karena Atala yang sering menginap. Atala memang lebih dekat dengan Nindi daripada dengan Lambok.

Twins sudah terlelap. Nindi bergegas keluar dari ruangannya.

"Kak Lambok sudah makan?" Tanya Nindi.

Lambok mengangguk.

"Apa Dokter Emily masih disana?" Tanya Nindi.

Lambok mengangguk.

"Loh kok ditinggal Kak? Kasihan dong Dokter Emily." Kata Nindi.

"Biarkan saja. Kalau gak ditinggal, dia tak akan pulang. Kakak gak mungkin mengusirnya kan?" Lambok terlihat kesal.

Nindi menghela nafas. Nindi tak melarang Kakaknya untuk menikah lagi. Nindi kasihan pada Atala dan Twins yang merindukan sosok seorang Mama.

"Kak, kalau memang Kak Lambok mau menikah lagi, Nindi gak keberatan. Kasihan Atala dan Twins, mereka butuh kasih sayang seorang Mama." Pinta Nindi.

Lambok menggeleng. "Tidak Nindi, Kakak gak akan pernah menghianati Kakak Kamu."

"Tapi Kakak gak menghianati Kak Tia. Kak Tia sudah tenang disana. Deritanya sudah berakhir." Kata Nindi.

Lambok menggeleng. "Tak ada satu wanita pun yang bisa menggantikan Kakakmu." Kata Lambok.

"Lagi pula Emily berbeda dengan Kita. Seandainya Kakak menerimanya, dia tak akan mungkin mau mengikuti kepercayaan Kita. Dia sangat taat." Jelas Lambok.

"Kakak gak mau, akan berimbas pada Atala dan Twins." Kata Lambok.

Nindi mengelus lengan Lambok. "Aku hanya ingin Kakak bahagia."

Lambok menangkup pipi Nindi. "Kakak sudah bahagia memiliki Kalian." Lambok mengecup kening Nindi.

Nindi memeluk tubuh Lambok. Nindi sangat merindukan Tia. Terkadang Nindi merasa bersalah, kalau saja orang itu tak menabraknya, mungkin Kakaknya masih ada bersama mereka.

Nindi terisak. Lambok melerai pelukannya. "Apa Kamu menyalahkan dirimu lagi?" Tanya Lambok.

Nindi mengangguk. "Huk... huk... huk..." Nindi kembali menangis.

Lambok memeluk Nindi. "Itu bukan salahmu, Sayang. Semua memang sudah kehendak Allah. Kakak janji gak akan sedih lagi."

Kehilangan

Adzan ashar berkumandang. Nindi bergegas membangunkan Atala dan Twins.

"Ayooo bangun.... Mandi... Abis itu shalat ashar. Papa sudah menunggu Kalian." Kata Nindi yang segera mencium kening ketiga keponakannya.

Nindi menggandeng mereka membawa masuk ke rumah inti. Sebelumnya Nindi mengunci kliniknya.

Nindi segera memandikan Twins. Atala tak mau dimandikan Nindi, malu katanya. Terkadang Lambok yang akan memandikan Atala kalau Atala mandi asal-asalan.

Mereka pun melaksanakan shalat ashar berjamaah. Lambok yang mengimami.

Setengah jam kemudian, Mereka sudah bersiap di depan pintu rumah. Twins yang merengek agar Papa nya ikut jalan-jalan sore bersama mereka, tak dapat membuat Lambok menolak.

"Lagian ngapain Kakak sendirian di rumah? Kakak mau melamun lagi?" Canda Nindi.

Lambok tersenyum mendengar kata-kata Nindi.

"Ya deh....Papa ikut." Akhirnya Lambok meluluskan permintaan buah hatinya.

________________

Seorang wanita sedang duduk melamun. Dia terlihat sangat depresi. Dia baru saja kehilangan buah hatinya karena sakit.

Airmatanya terus mengalir manakala mengingat perkataan suaminya yang menusuk hatinya.

"Ibu macam apa Kamu?! Susah payah Kita mendapatkannya, sekarang Dia meninggalkan kita untuk selamanya! Kamu memang tak pantas disebut Ibu!!"

"Sayaang....." Panggil seorang Ibu paruh baya pada Putrinya.

Tapi yang dipanggil tak menoleh seakan Dia tak mendengar suara itu.

"Jahaaaat....!!"" Tiba-tiba wanita itu histeris dan menyapu semua barang yang ada dihadapannya. Dia meraung sejadi-jadinya. "Huk..huk...huk.. Pergi Kaliaaann...!!!"

Wanita paruh baya itu terlihat takut dengan amukan putrinya. "Ya Allah... Ada apa dengan Putriku... Hik...hik...hik..." Dia menangis.

Suaminya baru saja tiba di rumah. "Ada apa Ma?" Tanya Hendra ( Masih ingatkan dengan Om Hendra dan Tante Dewi? Om dan Tante Lambok, Tante Dewi, Kakak dari Mama Lambok).

"Andra... Pa. Andra mengamuk." Kata Tante Dewi.

Om Hendra langsung ke atas ke kamar Putri mereka.

Di Kamar. Andra mengingat kembali bagaimana Suaminya yang pergi meninggalkannya. Semenjak kepergian Putra semata wayang mereka, Suami Andra sangat murka dan lebih memilih hidup dengan selingkuhannya.

FLASHBACK ON

Setelah pernikahan Diandra saat Lambok dan Tia masih SMA. Diandra sangat bahagia karena Teguh begitu mencintainya.

Tapi setelah sekian lama mereka berumah tangga, Diandra tak juga kunjung hamil.

Teguh mulai main Api diluar, hingga Andra mengetahuinya. Andra sakit hati pada teguh dan memutuskan kembali ke rumah orangtuanya.

Teguh yang masih sangat mencintai Andra akhirnya rujuk dengan Andra dengan catatan mereka tinggal bersama orangtua Andra.

7 tahun setelah pernikahan, Andra akhirnya hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki. Kebahagiaan Andra dan Teguh terasa lengkap.

Mereka menamakan putranya: RASYA ADITYA

Rasya hidup dengan cinta dan kasih sayang kedua orangtuanya hingga di usianya yang ke-8 tahun, Rasya mengalami sakit.

Diandra dan Teguh membawa Rasya ke rumah sakit. Dokter memvonis Rasya mengalami kelainan jantung. Hingga 2 tahun kemudian Rasya meninggal dunia.

FLASHBACK OFF

Diandra masih menangis. Mengingat rumah tangganya yang hampir hancur karena belum hadirnya buah hati mereka, dan saat Diandra diberikan amanah oleh Allah, Putranya kembali diambil Yang Maha Pencipta, dan suaminya meninggalkannya.

"Saayaaang..." Panggil Om Hendra pada putrinya. Tante Dewi masih terisak.

Diandra mendadak terdiam. Matanya menatap tajam pada Papanya.

Om Hendra mendekat. Dan memeluk Diandra.

"Papa..." Diandra menangis. "Diandra mau mati saja..."

"Sssttt... Kamu gak boleh ngomong seperti itu Sayang. Kamu masih muda, jalan hidupmu masih sangat panjang." Kata Om Hendra yang mengelus rambut Andra.

Beberapa hari kemudian.

"Sayaaang..." Tante Dewi masuk ke kamar Diandra untuk mengantarkan sarapan. Tante Dewi meletakkan sarapan untuk Diandra diatas Nakas.

Tante Dewi membuka Tirai kamar Diandra. Betapa terkejutnya Tante Dewi mendapati tubuh Andra yang sudah bersimbah darah.

"Papaaaa....!!!" Tante Dewi teriak memanggil suaminya.

"Andra... Bangun Nak, Ya Allah kenapa Kamu melakukan ini. Huk.. huk.. huk.." Tante Dewi masih histeris.

Om Hendra yang mendengar jeritan istrinya langsung berlari.

"Astaghfirullaah..!" Om Hendra mengecek nadi dileher Andra dan bergegas menggendong tubuh putrinya.

"Ma.. Ambilkan kunci mobil cepat..!!" Om Hendra berlari sebisa mungkin sambil menggendong tubuh Andra yang terlihat sangat kurus.

Tante Dewi berlari mengambil kunci mobil dan bergegas membuka pintu mobil.

Security rumah Mereka langsung membuka pintu gerbang melihat kepanikan majikannya.

______________

Diandra sudah ditangani Dokter. Keadaan Diandra sangat lemah karena kehilangan banyak darah.

Diandra mencoba mengiris urat nadinya, tapi setelah melihat darah keluar dari tangannya, Diandra pingsan.

Nyawa Diandra terselamatkan. Kata Dokter luka sayatannya tidak terlalu dalam dan Om Hendra yang dengan sigap membawa putrinya Ke rumah sakit.

"Putri Kalian mengalami depresi. Saya takut, dia kembali akan mencelakai dirinya kalau tidak dalam pengawasan." Kata Dokter yang telah mendengar penjelasan dari Orangtua Diandra.

Tante Dewi menolak kalau Diandra dimasukan ke rumah sakit jiwa. Tante Dewi memutuskan berhenti kerja dan lebih memperhatikan kesehatan Putrinya.

________________

Nindi telah bersiap. Hari ini Nindi bertugas di Rumah Sakit V tempat Marcel bertugas.

Semenjak kepergian Tia, Nindi tak pernah lagi bertemu dengan Marcel. Nindi memutuskan ingin mengurus keponakannya. Apalagi Nindi tahu, Marcel masih belum bisa memberi keputusan.

Berpuluh-puluh kali telpon Marcel tak kunjung diangkat Nindi, karena Nindi lelah dengan perdebatannya dengan Marcel. Jadi Nindi memilih menghindar.

Tapi hari ini, Nindi ditugaskan di Rumah Sakit V. Nindi memantabkan langkahnya.

Lambok yang tahu kerisauan hati Nindi, memberinya nasehat. "Jangan Kamu perdebatkan kembali. Berarti Marcel belum benar-benar mencintaimu. Biarkan waktu yang akan menjawabnya." Kata Lambok.

"Kalau Kamu memang masih mau menunggunya, Kakak gak bisa melarang Kamu. Kebahagiaan milik Kamu, Sayaang." Lambok mengelus rambut Nindi.

"Iya Kak. Aku akan dengar kata-kata Kakak. Nindi pamit ya." Nindi mencium punggung telapak tangan Lambok.

Nindi mengantar Atala dan Twins sebelum berangkat ke Rumah Sakit.

"Assalamu alaikum..." Salam Nindi dan anak-anak Lambok. "Dada Papa...!"

"Waalaikumussalam..." Kata Lambok yang membalas lambaian tangan anak-anaknya.

Lambok bergegas ke perusahaannya. Siang nanti Dia yang akan menjemput Twins dan Atala. Lambok gak mau Emily terus mengganggu hidup mereka.

_________________

Lambok sudah berada di parkiran sekolah Atala dan Twins. Lambok bergegas ke ruang tunggu orangtua.

"Lambok..." Panggil seseorang.

Lambok memutar matanya jengah. "Ya Allah..."

"Tumben jemput anak-anakmu? Kan biasanya Aku yang jemput." Kata Emily.

"Tidak, terima kasih Emily. Untuk hari ini dan seterusnya Aku yang akan menjemput anak-anakku." Kata Lambok.

"Kenapa? Aku tak pernah keberatan. Aku sangat senang melakukannya. Lagi pula anak-anak Kita satu sekolah. Jadi tak membuatku repot juga." Kata Emily.

Lambok hanya diam. Dia akan kehabisan kata-kata bila sudah berhadapan dengan Emily.

"Aku merasa Kamu menghindariku." Emily menunduk.

Lambok menghela nafas. "Emily... Sudah ku katakan berapa kali, Aku tidak akan menikah lagi." Akhirnya Lambok mengeluarkan uneg-unegnya.

"Tapi kenapa? Istrimu sudah meninggal dunia 2 tahun yang lalu." Kata Emily.

"Lalu apakah Kamu mau pindah keyakinanmu mengikutiku?" Tanya Lambok.

"Kenapa harus begitu? Lambok istrimu sudah tak ada jadi Kamu bisa kembali ke ajaranmu dulu!" Emily masih berkeras.

"Apa?!" Lambok tak menyangka akan mendapatkan kata-kata seperti itu.

"Papa.....!" Tiba-tiba Twins dan Atala memanggil dan menghampiri Lambok.

"Assalamu alaikum Sayang..." Sapa Lambok pada putra putrinya.

"Waalaikumussalaam Papa...." Jawab ketiganya.

"Papa ayo kita pulang." Lita yang melihat ada Emily langsung menarik tangan Lambok.

"Iya Sayang." Tanpa berpamitan Lambok langsung membawa anak-anaknya naik ke mobil.

Marcel Kembali

Di Perjalanan.

Lambok melihat wajah Lita yang dari tadi ditekuk. Tangannya bersedekap. Atala dan Vita diam saja. Mereka takut Papanya marah.

"Ada apa Lita? Kok dari tadi wajahnya ditekuk begitu?" Lambok melihat dari kaca spion.

"Papa ngapain sih bicala sama Mami Emily?" Ketus Lita.

"Loh memang nya kenapa, Sayang?" Tanya Lambok pelan. Lambok tetap fokus menyetir.

"Lita gak suka. Mami Emily jahat." Kata Lita yang mengrucutkan bibirnya.

Lambok meminggirkan mobilnya. Lambok memutar tubuhnya melihat kearah Lita yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Mami Emily jahat kenapa, Sayang?" Lambok mengulurkan tangannya pada Lita.

Lita berdiri dan memeluk Lambok. Lita menangis. "Ssstttt... Jangan nangis ya, kan ada Papa disini. Kamu boleh cerita apa saja sama Papa."

Lita menggeleng. mengusap airmatanya dengan kedua tangannya.

"Ada apa Kak Atala?" Tanya Lambok yang membahasakan Kakak untuk Lita dan Vita.

"Itu Pa...." Atala nampak ragu. Dia takut Papa nya marah.

"Katakan Nak, Papa gak akan marah. Papa akan melindungi Kalian. katakan sejujur ya sama Papa." Pinta Lambok lembut.

"Tadi waktu Aku dan Twins makan di Kantin, Mami menghampiri Kita. Terus Lita baca doa makan seperti Mama mengajari Atala dulu. Kata Mami Emily, baca doa Kita salah. Mama mengajari Kita yang tidak benar." Atala mengusap matanya yang berkaca-kaca.

Lambok menghela nafas. "Bener begitu Sayang?" Tanya Lambok pada Lita.

Lita mengangguk. "Hu uuhh..." Lita masih terisak.

Lambok mengusap rambut Lita yang tergerai panjang. "Kalian gak usah dengerin apa yang Mami Emily bilang ya." Kata Lambok lembut.

"Mama kalian gak akan mengajari Kalian hal yang tidak benar." Kata Lambok.

"Mama Kalian Hamba Allah yang sangat baik dan taat pada Allah. Jadi Mama kalian tidak mungkin mengatakan yang tidak benar pada kalian." Jelas Lambok.

Atala dan Twins mengangguk.

Lambok mengecup kening Lita. "Sekarang Sayang duduk lagi, ya. Papa sudah lapar ini. Bagaimana kalau Kita makan di Mall?" Ajak Lambok.

"Asyiiik...." Kata Twins dan Atala. "Papa baik sekali." Kata mereka bertiga.

"Ok kalau begitu, Berangkat...!!" Canda Lambok yang segera menghidupkan kembali mesin mobilnya. "Bismillaah..."

Tak lama mereka sudah tiba di parkiran Mall yang dituju Lambok. Adzan dzuhur berkumandang.

"Alhamdulillaah... Kita shalat dulu ya." Ajak Lambok.

"Siap Papa. Kata Atala dan Twins.

Lambok mengambilkan peralatan shalat untuk anak-anaknya di dalam mobil dan bergegas ke Musholah parkiran.

Tak lama mereka sudah selesai melaksanakan shalat. Lambok memasukan kembali peralatan shalat mereka ke dalam mobil. Tas sekolah Twins dan Atala pun ditinggal didalam mobil.

Atala, Lita dan Vita sangat senang jalan-jalan dengan Sang Papa. Lambok mengajak mereka ke foodcourt.

Lambok memesan beberapa menu kesukaan mereka. Pesananpun datang.

"Ayo jangan lupa baca doa." Kata Lambok. Atala memimpin doa makan. Adik-adiknya mengikuti. "Aamiin..." Serempak mereka ucapkan dan mengusap wajah mereka.

________________

Nindi masih asik menyantab makan siangnya di kantin Rumah Sakit.

Sebuah tangan kekar melingkar ke lehernya dan mengecup pucuk kepala Nindi.

Nindi hanya tersenyum. Dan menepis tangan itu pelan. Marcel langsung duduk disebelah Nindi.

"Kenapa Kamu tak menjawab semua telponku? Kenapa Kamu menghindariku? Apa Kamu tak mencintaiku lagi?" Marcel mencecar Nindi dengan banyak pertanyaan.

Nindi tersenyum. Nindi tak menjawab pertanyaan Marcel. Nindi malah menyuapkan makanan pada Marcel. Marcel menerimanya dengan senang hati.

"Hhhmmm... Enak." Kata Marcel yang seakan lupa dengan protesnya tadi.

"Apa ini Kamu yang membuatnya? Tanya Marcel yang baru mencoba masakan itu.

Nindi mengangguk dan menyuapkan kembali hingga makanan di kotak nasi nya habis tak tersisa.

Nindi meminum airnya. Marcel pun demikian.

"Kenapa Kamu tak menjawab pertanyaanku?" Marcel kembali protes.

"Aku tak menghindarimu. Aku hanya lelah berdebat denganmu. Aku masih sangat mencintaimu. Dan Aku sangat merindukanmu. Kalau Aku menghindarimu, Aku tak akan mau menerima tugas di Rumah sakit ini." Nindi menghela nafas. Nindi tersengal-sengal karena menjawab pertanyaan Marcel dalam satu tarikan nafas.

"Puas?" Tanya Nindi.

"Lalu kapan kita menikah?" Tanya Marcel.

Nindi menghela nafas. "Apa Kamu sudah setuju dengan syaratku?" Kata Nindi.

Marcel diam tak menjawab. Nindi membereskan peralatan makannya dan bergegas meninggalkan Marcel yang masih terdiam.

Nindi segera ke ruangannya dan langsung mengambil air Wudhu. Tak lama Nindi melaksanakan Shalat dzuhur.

Marcel duduk memperhatikan gerakan shalat Nindi. Ternyata Marcel menyusul ke ruangan Nindi.

Nindi mengucap salam. Kemudian Nindi berdoa, Meminta pada Yang Maha Pencipta nya agar selalu dilindungi dirinya dan keluarganya dimana pun mereka berada.

Banyak permohonan yang Nindi minta Pada Allah SWT.

Nindi merapikan peralatan shalatnya dan bergegas kembali bekerja tapi langkahnya tertahan melihat Marcel ada di dalam ruangannya.

"Ada apa lagi?" Tanya Nindi.

"Aku merindukanmu." Marcel menghampiri Nindi dan memeluknya erat. Marcel mencium telinga Nindi dan itu membuat Nindi merinding.

Nindi tak membalas pelukan Marcel. Nindi takut akan terluka. Nindi tak mau menangis seperti yang Kakak-kakaknya lakukan.

"Maaf....Aku harus kembali bekerja." Kata Nindi yang melerai pelukan Marcel.

"Nanti sore Aku ke rumah Kakakmu." Kata Marcel sedikit teriak melihat Nindi yang berlalu.

Nindi hanya memberikan jempolnya sebagai tanda Nindi mengijinkannya.

__________________

Lambok sedang menemani anak-anaknya menonton Tivi.

Sesekali ada tawa dari ketiga anaknya karena acar tivi yang mereka tonton sangat lucu dan cocok untuk mereka tonton sesuai usia mereka.

"Assalamu alaikum...." Salam Nindi.

"Waalaikumussalaam... Auntie Nindi..." Atala, Vita dan Lita setengah berlari menghampiri Nindi.

"Eh ada Uncle Marcel." Kata Atala.

Lambok menoleh ketika mendengar Atala menyebut nama Marcel.

Lambok berdiri dan menghampiri Marcel dan Nindi. Lambok tersenyum.

"Selamat sore Kak...." Sapa Marcel pada Lambok.

Lambok mengangguk.

"Auntie bawa apa?" Tanya Lita.

"Oh ya. Ini tadi Uncle Marcel yang belikan. Sebentar, Auntie pindahin dulu ya ke piring." Kata Nindi.

Nindi meletakan kue-kue itu pada piring dan membawanya ke meja ruang tengah. Nindi juga membuat minuman untuk Kakaknya, Marcel dan keponakannya.

"Aku mau mandi dulu ya. Gak enak seharian di luar rumah." Kata Nindi.

Marcel mengangguk.

"Ayo diminum dulu. Kalian pasti sangat lelah." Kata Lambok.

"Terima kasih Kak." Marcel menyesap teh nya.

"Bagaimana kabar Kakak? Maaf Aku tak pernah lagi kesini sejak kejadian itu." Marcel menunduk.

"Alhamdulillaah... Kami baik-baik saja." Kata Lambok.

"Nindi tak jadi pulang ke Indonesia karena tak tega meninggalkan anak-anakku." Kata Lambok.

"Bagaimana rasanya Kak, selama pindah keyakinan?" Tiba-tiba Marcel menanyakan perihal Muallaf Lambok.

Lambok tersenyum. "Sangat tenang." Kata Lambok.

"Dulu Aku sering melihat Tia melakukan shalat dan mengaji di rumahku. Saat mendengarnya mengaji hatiku terasa tentram." Cerita Lambok.

"Dulu Aku sering sakit karena penyakit Kanker darah. Tapi setelah mengenal Tia, Sakitku tak terasa lagi. Makanya Aku memutuskan untuk belajar mengaji walau Aku tak paham maksudnya apa." Kata Lambok lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!