NovelToon NovelToon

Aurora

Bab 1

Malam yang sunyi menyeruak di setiap pekat malam. Seorang wanita paruh baya berlari dengan tertatih - tatih sambil menggandeng seorang anak kecil berumur sekitar 7 tahun. Di tangan kanannya memikul tas pakean yang tidak terlalu besar. Langkahnya semakin cepat seakan berlomba dengan detak jantung mereka. Nampak segerombolan pria dengan jas hitam sedang berlari mengejarnya. Dengan sekuat tenaga ia berlari anak kecil yang di bawanya pun sudah mulai keletihan di tengok kiri dan kanannya jalanan yang sangat sepi tak ada siapapun yang lewat. Di percepat langkahnya hingga tiba di ujung jalan ia menemukan sebuah pick up sedang singgah membetulkan tenda di bagian baknya. wanita paruh baya itu pun mendekat

"Pak... bisa saya minta tolong pak"

"Ada apa bu?"

"Saya di kejar - kejar orang jahat yang akan menculik saya dan anak saya Pak. saya butuh tumpangan dan tempat persembunyian sebelum mereka tiba, Pak"

"Memangnya Ibu mau kemana?"

"Saya mau pulang ke desa saya pak di tasik"

"Ya sudah kebetulan saya akan melewati kampung ibu. Ayo cepat masuk di sini saja Bu, "

"Ya terima kasih,Pak." ujar wanita itu dan menaikkan gadia kecil itu yang wajahnya sudah memar karena menerima pukulan dan siksaan dari seseorang.

"Ayo cepat...Mereka sudah dekat" ujar bapak itu. Sopir itu pun masih mencoba menetralkan kegugupannya sambil memperbaiki tenda mobilnya. Selang beberapa waktu gerombolan pria berjas hitam pun lewat mereka berhenti sembari melihat ke kiri dan kanannya. Seorang pria dengan tubuh yang lebih besar dan kejar dari lainnya pun memerintahkan pria ber jas hitam lainnya ke arah kiri, kanan dan depan

"Cepat kalian cari wanita tua itu. Kalian harus dapatkan Nona kecil. Jangan sampai kalian mengecewakan Tuan Hendrawan" Titah lelaki kekar itu. Sopir pick up tadi pun masih menyelesaikan kegiatannya sesekali melirik namun ia berpura - pura buta dan tuli. Sedang wanita paruh baya itu pun berusaha tidak bersuara dan memberi gerakan sedikit pun sedang gadis kecil yang penuh luka pun kini tertidur karna kelelahan.

"Hey kau... kemari" ujar Pria kekar itu

"Anda memanggil saya tuan?"

"Ya sapa lagi... cepat kemari!"

"Ya tuan ada apa?"

"Apa kau melihat wanita paruh baya dan seorang anak kecil sekitar 7 tahun lewat sekitaran sini?"

"Agh...itu Tuan saya tadi melihatnya...dan ke arah sana,Tuan" ujar sopir itu ke arah kanannya

"Kau sedang tidak berbohong bukan"

"Ti... Tidak Tuan..." ujarnya gagap

Pria itu lalu pergi kearah yang di tujukan oleh sopir itu. Tanpa pikir lama sopir itu pun melajukan kendaraannya menyusuri gelap malam ibukota Jakarta. Wanita paruh baya itu menghembuskan nafasnya dengan lega. Ia menatap gadis kecil yang sedang terlelap di pangkuannya.

"Saya janji,Nyah....akan menjaga Non aliya dengan baik seperti pesan Nyonya." gumamnya pelan sambil menyeka air matanya yang memanas di kedua pipinya. Ingatannya masih sangat segar beberapa jam yang lalu ia menjadi saksi hidup dari seorang Nyonya Amalia sanjaya

Flasback On

Malam itu Nyonya Amalia sedang tergopoh - gopoh menggendong gadis kecilnya. Ia berlarian di koridor rumah sakit sampai di depan pintu ugd ia membaringkan gadia kecilnya itu di brankar. Sesaat kemudian dokter yang sedang berjaga pun datang memeriksa keadaan gadia kecil itu.

" Anak ibu harus segera di operasi ada perdarahan di bagian kepalanya. Dan untuk lebih jelasnya kita lakukan st scan dulu"

"Lakukan apapun itu dokter, dia satu - satunya hidup saya dokter...tolong dia...tolong dok" pinta Nyonya Amalia

"Baik. Bu kami akan mengusahakan yang terbaik untuk putri anda" ujar dokter itu dan berlalu. Wanita cantik itu tak bisa menyembunyikan kecemasannya. Ia takut jika anak satu - satunya itu akan pergi meninggalkannya sendirian. Siapa lagi yang akan menjadi teman? Suami? agh rasanya sudah tidak mungkin. Lelaki yang di sebut Suami itu sudah tidak layak di sebut Suami pasalnya beberapa bulan terakhir ini ia sangat berbeda, berubah seperti orang asing baginya. Bagaimana tidak ia tak segan - segan berlaku kasar pada dirinya dan anak semata wayang mereka. Ia pun bingung apa yang mendasari Suaminya bisa berubah seperti itu. Kadang jika ia telat pulang karna sedang mengurus keperluan perusahaan, Ia langsung menuduhnya berselingkuh dan kata - kata kasar yang membuat wanita itu merasa sangat sakit. Dalam diamnya ia berpikir akan bertahan atau kah akan mengakhiri semuanya.

Sudah seminggu ini ia masih menemani sang putri yang tengah terbaring lemas. Dokter memberitahukan bahwa keadaan putrinya sudah membaik dan di perbolehkan pulang. Wanita itu sangat bahagia akan hal itu. Kini mereka sudah dalam perjalanan pulang ada rasa khawatir kalau - kalau suaminya akan murka karna dirinya yang tak berada di rumah seminggu lamanya. Ia tahu memberikan alasan apapun ketika suaminya marah tidak akan ada gunanya. Saat ini ia harus memikirkan cara agar Tuan Reksa tidak marah. Sudah sangat lama ia bergulat dengan pikirannya tanpa ia sadari mereka sudah memasuki pekarangan rumah milik keluarga besarnya. Wanita itu adalah Nyonya Amalia Sanjaya anak satu - satunya dari pengusaha tambang batu bara terkenal di Indonesia dan pewaris tunggal dari gurita bisnis mendiang sang Ayah Zakaria Sanjaya. Ia menikah dengan seorang Pria yang di jodohkan oleh sang Ayah.Awal pernikahan tak ada cinta di antara mereka namun seiring waktu cinta itu tumbuh dengan sangat kuat. Tapi sayang seribu sayang sepertinya cinta itu kian memudar akhir - akhir ini. Ia lalu menggendong sang anak menuju ke dalam rumah setelah sampai di kamarnya tubuh gadis itu di baringkan perlahan agar tidak terjaga dari tidurnya.

"Maafkan Ibu,Nak tidak bisa berbuat banyak ketika Ayahmu berlaku kasar padamu. Maafkan Ibu..." ujarnya sambil menangis dalam diamnya. Ia mulai melangkah menuju kamarnya sesampainya ia rebahkan tubuhnya tak terasa ia pun tertidur.

Petangpun mulai merayab sayup - sayup di bukanya mata itu. Beberapa kali ia mengucek kedua matanya mencoba mengumpulkan semua nyawanya.

" Sudah malam rupanya. Mas Reksa sepertinya belum pulang ia kemana ya... Apa mungkin ia keluar kota. Tapi tidak ada jadwal meeting ataupun pengecekkan lapangan?" gumamnya

"Agh sudahlah sebaiknya aku membersihkan diri dulu. Sudah waktu magrib juga" ujarnya lagi sambil melangkah ke kamar mandinya ia membersihkan diri dan setelahnya ia mengambil wudhu. Ia Khusyuk dalam setiap doa - doa nya hingga air matanya menetes di sajadah. Ia sudah tidak punya tempat untuk mengeluh selain pada Tuhannya. Ia hanya meminta kekuatan dan kesabaran menghadapi masalah yang sedang menimpa dirinya.

" Ya Allah. Hamba tahu, Hamba bukanlah manusia yang baik, masih banyak kurangnya diriku. Hamba hanya meminta berikan kekuatan agar hamba mampu menjalani rumah tangga ini dengan baik. Hamba tidak tahu caranya cinta Mas Reksa hilang dari hatinya. Aku sangat mencintainya Ya Allah. Lindungi Suami dan Anak hamba Ya Allah. Amin" sepenggal doa Amalia

"Keluuuuuuaaaaaarrr.. Kaaaauuuu" Suara teriakan itu menggema

"Suara siapa ya?,Malam - malam begini cari keributan di rumah orang, Pak satpam mana lagi nih kok bisa orang masuk bikin ribut di rumah" ocehnya sambil melipat alat solatnya. Lalu beranjak keluar kamar melihat suara teriakan dan cacian dari seseorang.

"Ya Allah,Mas....Kamu ngapain sieh teriak - teriak" ujar sambil menuruni tangga. Namun belum sempat kakinya berpijak di anak tangga terakhir dirinya sudah di seret dengan kasar oleh pria itu

"Sini kamu wanita jal**g..." ujar pria itu

"Aaauuuwwwhhh... Sakit Mas.... sakit..."

"Salah aku apa Mas... lepaskan Mas. Kau bisa membunuh ku nanti" dengan suara mulai tersengal

"kau tanya salahmu apa hah... berani - beraninya Kau keluar dari rumah ini selama aku tidak ada di Jakarta"

"Mas, Aulia sakit dia harus segera di operasi. Aku hanya menemaninya di rumah sakit."

"Alasan..." "Plaaaaaaaak"

wanita itu terplanting dan memegangi pipinya karna tamparan keras dari Suaminya.

"Mana anak itu... Kalian sama saja..."

"Mas jangan Mas... Aulia masih sakit... Kamu tega mukuli dia. Dia sakit juga karna kamu yang selalu pukuli dia Mas. Mas... aku mohon Mas.... jangan sentuh Auliaku,Mas....Pukul aku... pukul aku saja Mas.... jangan pukul putriku Mas. Aku mohon!!"

"Minggir Kau perempuan sialan" ujarnya. Sambil menendang Istrinya dan berlalu menuju kamar Anaknya. Di dalam kamar Aulia sudah mendengar keributan yang di timbulkan oleh Ayahnya ia menangis di sudut ranjang dengan lampu kamar yang sudah ia padamkan

"Aulia Putri Sanjaya..... keluar!!!"

"Mana kamu..... mau bersembunyi dari ayah ya... " ujarnya sambil mengobrak abrik seisi kamar itu dan akhirnya sosok yang di caripun terlihat

"Di sini rupanya ya... kemari cepaaaaat!!"

"Ampun Yah.... Ampun.. " ujarnya sambil terus memohon. Namun usahanya sia - sia sebuah cambukan melayang ke arahnya

celetaaaaasss.....

"Ampun Yah..... huuhuuuu"

Celetaaaasssss

"Ampun... ampuuun"

Saat hendak melayangkan cambukkan ketiganya sang ibu berlari dan memeluknya

Celetaaaaaass

"Apa kau mau mati!! minggir" hardiknya

"Tidak Mas... Mas... dia ini putrimu kenapa tega sekali kau menyiksanya."

"Jangan menceramahiku dengan mulut kotor mu itu. Apa kau tahu aku menyesal menikahimu perempuan sial*n"

"Kemari Kau..." Lelaki itu mulai menyeret istrinya keluar kamar sang anak. Lalu di cambuknya berkali kali. Wanita itu sudah sangat kepayahan sekujur tubuhnya membiru dan keunguan akibat cambukkan dan pukulan dari sang Suami sungguh pemandangan yang miris menyayat hati.

"Ampun,Mas....jangan sentuh putriku.... bunuh saja aku Mas... aku mohon lepaskan Auliaku Mas"

"Aku tidak akan membunuh mu,Sayang...aku akan terus menyiksamu sampai aku puas.hahahhaa"

"Apa Salahku Mas... aku sudah menuruti semua keinginanmu...jika kau ingin harta keluarga ku maka ambil lah Mas aku berikan percuma padamu asal lepaskan aku dan Anakku. "

"Kau pikir aku ini apa... Kau tidak tahu salahmu dimana hah... "

"Sumpah Mas aku tidak tahu"

"Akan aku beritahu" ujarnya sambil mengeluarkan amplop coklat dari balik kemejanya

"Ini.... lihatlah sendiri.... setelah kau melihat ini apa kau masih akan berkata tidak punya salah...Haaa.. " hardiknya

Amalia langsung membuka amplop itu betapa terkejutnya ia melihat foto - fotonya sedang bersama sekretaris Almarhum Ayahnya. Foto itu menunjukkan kemesraan di antara mereka berdua. Amalia hanya menggeleng pelan 'Tidak aku tidak serendah ini.'

"Aku tidak pernah selingkuh dengan Rehan,Mas...Kami tidak pernah berfoto atau apapun itu"

"Kau masih berbohong juga yach... Agh bisa saja Aulia itu bukan anakku tapi anak dari laki - laki bangs*t itu"

"Tidak Mas... aku bahkan tidak pernah bertemu dengannya. Sekalipun dia sekretaris pribadi Ayahku tapi aku tidak pernah bertemu dengannya secara langsung"

"Aku sudah muak dengan mu wanita murahan seperti mu"

plaaak.. plaaaak.... plaaaakk

"Berani sekali kau bermain di belakang ku hah"

"Ampun, Mas.... am... puuuun" ujarnya lalu tergeletak lemah di kaki Suaminya

"Hei bangun lah...jangan bersandiwara di depan ku atau tidak aku akan menyiksa anakmu lagi"

"Ja... nga....an Ma.. as" ujarnya kepayahan

Namun Pria itu terus saja melangkah dan mencambuk kembali anak semata wayangnya. Gadia kecil itu hanya terbaring tak berdaya. Amalia melihatnya dengan tatapan nanar seketika kekuatannya untuk bangkit pun muncul dengan langkah yang gontai di ambilnya fas bunga lumayan besar di genggamnya erat dan

Praaaaankkkk.....

"Aaaaaaaggghhhhh.... Ka.. au.... "

Bruuuuk

"Maafkan aku Mas...."

Bab 2

"Maafkan aku,Mas" ujarnya. Kini beralih pada sosok putrinya

"Aulia... sayang sadar,Nak....sayang..."

"Bi Inaaah..... Bi Inah...." teriaknya. Pembantunya pun datang dengan wajah yang takut ia pun mendekat

"Nyah. Kenapa... ada apa Nyah.... Non Aulia!"

"Bi.. tolong anakku Bi. Sebelum Mas Reksa sadar bawa Aulia Bi. Jaga dia sampai saya datang menjemputnya"

"Tapi Nyah... apa tidak lebih baik Nyonya ikut bersama Kami."

"Tidak,Bi...Masih ada yang aku urus di sini. Siapkan pakaian kalian. Aku tinggal sebentar, Cepatlah Bi"

"Tapi, Nyah... Nyonya sangat lemah sekarang "

"Jangan Pikirkan aku,Selamatkan anakku,Bi" ujarnya Lalu pergi sebuah ruangan khusus dan hanya dia yang tahu. Tak berapa Lama ia muncul dengan membawa beberapa dokumen di tangannya di masukkannya ke dalam tas pakaian milik anaknya dan menyerahkan pada Bi Inah

"Ini Bi... semoga Bibi sampai dengan selamat. Jangan percaya pada siapapun mulai saat ini. Ini demi keselamatan putriku. Dia satu - satunya yang bisa menolongku kelak. Jaga dia Bi. Dan ini "

"Ini apa, Nyah"

"Ini untuk putriku dan Bibi. tolong cepatlah tinggalkan tempat ini Bi" ujarnya. Namun saat mereka sedang bersiap suara gaduh terdengar dari pintu depan. Bi inah dengan sigap mengintip dari celah dinding lantai dua. Dilihatnya para pengawal Keluarga Tuan Reksa datang

"Nyah di Bawah banyak sekali pengawal Keluarga Tuan Reksa"

"Ya Allah, Bi cepat bawa Aulia keluar dari sini. Lewat kamar saya"

mereka mengendap - ngendap agar tak ketahuan. Bi inah yang menggendong Aulia nyaris ketahuan untung Nyonyanya bergerak dengan cepat menarik tubuhnya.

"Nyah...Ikutlah dengan kami"

"Nanti aku akan menyusul, Bi. Lewat sini. jalan ini akan tembus ke taman belakang kompleks perumahan ini. Bi inah harus hati - hati,cepat Bi mereka sudah naik kemari!!"

"Hati - hati,Nyah" ujar Bi inah lalu berjalan menyusuri terowongan yang di lengkapi lampu pandu di setiap dinding lorong itu.

Flasback Off

Mobil pick up itu melaju menyusuri pekat malam yang mulai menjelma dingin. Wanita paruh baya itupun tertidur rasa lelah yang menderanya membuat ia lelap

***

Sedang di rumah kediaman Tuan Reksa dan Nyonya Amalia.

Nyonya Amalia pun menutup kembali lantai lemari pakaiannya dan menutup lemarinya. Ia berjalan mengendap - ngendap namun masih bersembunyi di balik pintu. Sesekali ia mengintip ke arah Suaminya beberapa pengawal mulai mengecek kondisi Reksa. Lalu ada satu sosok yang tak dikenalnya mendekat dan mulai membuka suaranya

"Akhirnya, aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Kau itu sangatlah bodoh. Mau saja tertipu dengan foto - foto bodoh itu, dan lebih parahnya lagi kau cepat sekali terpengaruh dengan ku untuk membenci anak dan istrimu. Hah seharusnya akulah yang menikah dengannya bukan dirimu. Aku akan mengambil yang seharusnya menjadi milikku Reksa Surya Wiguna"

Amalia terkejut ternyata selama ini ia di fitnah oleh orang yang ia tak pernah kenal. Bahkan Suaminya pun sudah termakan berita yang tidak benar tentang dirinya

"Ternyata selama ini. Ya Allah bagaimana ini kalau aku sampai ketahuan" ujarnya.

Wanita itu kembali mengendap - ngendap mencari persembunyian namun ia juga tak mau kehilangan informasi dari keributan diluar kamarnya. Namun hasilnya nihil setelah di rasa aman ia keluar dan betapa terkejutnya ia tubuh suaminya kini berada tepat di lantai dasar dengan bersimba darah di sekujur tubuhnya. Dengan langkah yang gemetar Amalia pun berjalan mendekati tubuh suaminya

"Maaaas.... Kenapa mereka tega dengan kamu.....hiks... hiks.... hiks" ia masih larut dalam tangisannya sambil terduduk lemas di samping mayat Suaminya. Selang beberapa waktu sirine polisi berbunyi. Beberapa polisi pun turun dan langsung membawanya

"Pak...Saya tidak bersalah pak... Suami saya di bunuh orang lain."

"Maaf Bu kami hanya melaksanakan tugas mari ikut ke kantor untuk memberikan keterangan. Polisi itu langsung membawa Amalia menuju mobil patroli di luar rumah sudah banyak wartawan yang meliput mereka seakan haus akan informasi dan klasifikasi dari seorang Nyonya Reksa.

"Apa benar karna anda selingkuh, Anda tega membunuh suami anda sendiri?" ujar salah seorang wartawan

Amalia hanya menangis mendengar semua pertanyaan yang tidak masuk akal baginya. Mobil itu melaju menuju ke kantor polisi. Sesampainya di kantor polisi Amalia di bawa ke ruang integrasi. Amalia hanya menangis dan bingung dengan keadaan di sekitarnya

"Sampai kapan anda akan seperti ini Nyonya. Pengacara anda besok pagi akan kesini. Bersikaplah koperatif pada kami. "

Amalia hanya menangis

"Nyonya kami hanya akan bertanya beberapa hal penting saja. Apa benar Tuan Reksa selalu bertindak kasar pada anda dan juga putri anda?"

"Be.... be.... nar Pak, Saya hanya membela diri saja. Saya tidak membunuhnya Pak"

"Tapi semua barang bukti menuju ke arah anda Nyonya. Ini Fas bunga yang anda gunakan untuk memukul Suami anda. Tuan Reksa?"

"Itu... memang saya memukulnya tapi saya hanya ingin menyelamatkan anak saya yang di cambuk oleh suami saya, Pak. Tapi seingat saya Mas Reksa hanya pingsan saja dan saya sudah memastikannya"

"Anda jangan coba berbohong. dari hasil visum korban di dapat banyak sidik jari anda di sana "

"Tapi,Pak saya tidak sedang berbohong. Dan... dan... ada orang lain.... yach... benar ada orang lain... orang itu pembunuh...pembunuh" ujar Amalia dengan penuh kekalutan. Ia berbah menjadi histeris dan agresif.

"Pak, sepertinya Nyonya ini mengalami depresi"

"Huuuffff ini akan jadi semakin sulit selidiki siapa saja yang keluar masuk rumah itu."

"Baik laksanakan" ujarnya sambil berlalu meninggalkan mereka di ruangan khusus tersebut.

Di rumah Reksa

"Cari semua di setiap ruangan cari boach itu dan dokumen kepemilikan perusahaan. Cepar!!!"

"Ba... Baik Tuan"

para pengawal dan bodyguard mulai memeriksa setiap ruangan yang ada di rumah itu. Hampir satu jam mereka mengacak - ngacak rumah itu, namun nihil

"Maaf Tuan kami tidak menemukan apapun"

"Sial... sial... sial... ternyata wanita itu pintar juga."

"Kalian cepat temukan anaknya. Dia satu - satunya cara untuk mendapatkan harta Sanjaya" suara pria itu sambil tertawa

"Dan satu lagi. urus semua agar wanita itu membusuk di penjara"

"Baik Tuan" jawab serempak

Para pengawal itu pun pergi melaksanakan tugas yang di berikan oleh Tuannya.

"Hah.... Reksa Surya Wiguna... Aku membencimu sejak dalam kandungan ibuku. Kau harus membayar semua penderitaan ku ini nyawamu pun tidak lah cukup untuk itu, Reksa" ujarnya sambil duduk di Sofa sambil mengayunkan kaki kirinya yang berada di atas kaki kanannya.

***

Mobil pick Up yang membawa Bi Inah dan Nona Aulia pun sudah sampai di kota tasik. Pagi buta suasana kota itu di sibukkan dengan aktivitas berdagang dan sebagainya. Mereka berhenti di sebuah pasar sentral terbesar di kota itu. Bi Inah yang sejak tadi menyadari mobil sudah berhenti pun terjaga dari tidurnya. Ia mengintip dari balik terpal yang menutupi tubuhnya. Di edarkannya pandangannya ia mengenali tempat itu.

"Bu, kita sudah sampai... rumah ibu arah mana biar sekalian saya antar setelah barang dagangan saya di turunkan"

"Agh tidak usah Pak, sudah dekat kok rumah saya. kalau begitu saya permisi dulu Pak dan terima kasih banyak atas bantuannya. Kalau bukan karna bapak mungkin saya sudah mati"

"Sama - sama Bu. Ibu hati - hati ya"

"Iya terima kasih Pak saya permisi" ucap Bi Inah. Ia lalu berjalan menyusuri jalan dan menyetop angkot yang akan menuju ke desanya.

bersambung

tinggalkan jejak dan komentar nya ya jgn lupa vote dan like nya juga

Bab 3

Mobil angkot itu berhenti di depan sebuah gapura pintu masuk sebuah desa. Desa yang sangat terpencil dan paling ujung di desa itulah Bi Inah tinggal dengan seorang Putra yang berusia 15 Tahun. Bi Inah belum sempat mengabari anaknya dan malah pulang dengan tiba - tiba. Bi Inah masih menggendong anak majikannya itu wajah gadis kecil itu lebab dan mulai membengkak. Bi Inah mulai khawatir dengan kondisi putri majikannya itu. Setelah sampai di rumahnya Bi Inah di bantu para tetangganya membopong tubuh Gadis kecil itu dan di baringkannya ke ranjang.

"Nah... ini loh ana'e sopo kok melas tenan yo ( ini anak siapa kok kasihan sekali)"

"Ini anaknya Sepupu saya dari jawa, Mbak. Dia di siksa sama Bapaknya dan sepupu saya itu meninggal dunia. Sebelum meninggal dia nitipi anaknya ke saya, Mbak"

"Olaha.... kasian yo..."

..............................................................

Di kantor polisi

Pengacara keluarga Sanjaya dan sekertaris pribadi keluarga Sanjaya sudah menunggu Amalia di sebuah ruangan khusus. Tak berapa lama petugas datang dengan Amalia. Kini mereka pun duduk saling berhadapan. Hening tercipta di antara mereka.

"Eemm Nyonya Amalia. Bisa anda cerita kejadian yang sebenarnya...Nyonya besar sangat terpukul karna pemberitaan mengenai anda sudah tersebar luas di media"

"Saya tidak melakukan apapun yang di beritakan bahkan issue perselingkuhan ku pun itu tidak benar. Aku sama sekali tidak tahu pria itu. Tapi... " ucapannya mengambang tatkala matanya tertuju pada satu sosok yang baru dilihatnya

"Kau..???ini Pak Hotman Lelaki ini persis di dalam foto itu!"

"Apa Nyonya Yakin.. ?"

"Aku tidak akan salah...."

"Maaf,tapi Nyonya...Nyonya besar mengirim dia bersama saya"

"Maaf, Nyonya saya... hanya ingin menyampaikan pesan Nyonya Besar"

"Hah ibu... pasti dia sangat sedih."

"Benar,Nyonya...Nyonya Besar ingin menanyakan keberadaan putri anda"

"Beritahu padanya putriku baik - baik saja. aku tidak bisa melihatnya di kota ini. Itu sangat berbahaya untuknya"

"Tapi, Nyonya apa tidak sebaiknya nona kecil di asuh oleh Eangnya"

"Aku tahu.... tapi aku tidak ingin mengambil resiko."

"Nyonya sepertinya kasus Nyonya ini ada yang sengaja mengaburkan bukti. Dan akan sulit terbebas dari tuduhan."

"Aku paham, Pasti orang itu dalang dari semua ini. Kita ikuti saja permainannya. Ogh ya bagaimana Sanjaya Grup"

"Mereka berhasil mengambil beberapa anak perusahaan atas nama Suami anda Nyonya. Ini tidak akan baik untuk perusahaan Sanjaya."

"Ternyata mereka sangat licik. Kau tahu apa yang harus kau lakukan Pak Hotman. Cepat atau lambat mereka akan melelang semua aset Mas Reksa termaksud Rumah Kami."

"Saya Paham Nyonya dan Rehan lebih tahu mengenai Hal itu"

"Saya siap Nyonya demi Wasiat Ayah Nyonya Tuan Sanjaya." ujar Rehan

"Baiklah Kau urus semuanya, kalian jangan khawatirkan aku. Cukup untuk meminta keringanan Hukuman atas kasusku. Selebihnya aku yang akan mengurusnya"

"Baik, Nyonya" ujar mereka serempak

"Dan satu lagi. Suatu saat anakku akan mencarimu. Maka tolonglah Ia.. Hanya dia yang bisa menolong kita" ujarnya sambil Menatap Rehan dengan permohonan

"Baik Nyonya."

"Maaf, Waktu kunjungan Sudah habis"

Amalia beranjak dari duduknya dan meninggalkan mereka berdua. Pak Hotman dan Rehan hanya saling menatap seakan mereka membaca pikiran masing - masing. Mereka lalu keluar dari kantor polisi. Pak Hotman yang sudah tahu apa yang akan di lakukannya mulai melancarkan aksinya. Sedang Rehan yach pria itu sedikit berbeda ada raut wajah kesedihan yang nampak di wajahnya. Namun dengan cepat ia menepis rasa yang hanya ia yang tahu dan melajukan mobilnya.

***

Di Desa

"Ibu.... huuuu... hhhhuuuu... Ibu" tangis Aulia

"Non... Kenapa...ada apa Non" ujar Bi inah

"Aku Rindu Ibuku,Bi"

"Sabar ya Non. Katanya Nyonya Non ikut Bibi dulu nanti Ibunya Non datang menjemput"

"Yang benar,Bi...Kapan?"

"Nanti Non Bibi juga ngak tahu. Katanya Non harus belajar mandiri dan kuat baru Ibu Non datang jemput"

"Bibi ngak lagi bohong kan "

"Ngak Non... ogh ya katanya Nyonya untuk sementara Non Pake nama Aurora. Itu pesannya Ibu Non"

"Aurora"

"Iya Non"

"Bi.... Aulia Janji akan belajar mandiri dan menjadi kuat seperti yang ibu inginkan. Aku ingin segera bertemu Ibu,Bi"

Bi Inah hanya tersenyum dan mengangguk pelan menanggapi ucapan nona mudanya. Hari berlalu begitu cepat Kasus pembunuhan Majikannya pun sudah sampai ketelinganya. Ia memutuskan untuk menemui Nyonyanya di tahanan.Dengan langkah yang ragu ia mulai mendekat untung saja dia datang lebih pagi karna hari ini adalah hari penentuan sidang Nyonyanya.

"Bi Inah.... kenapa kemari"

"Saya.. khawatir Nyah..."

"Dia sama siapa"

"Dia sama anak saya Nyah di desa"

"Aku baik - baik saja. Tolong Bi Inah jaga dia baik - baik nanti aku kan terus memberi kabar saat ulang tahunnya. Dan aku minta tolong Bi"

"Apa, Nyah...pasti Bibi bantu" ujar Bi Inah. Lalu Amalia mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Bi Inah dan di sahut dengan anggukan oleh Bi Inah.

"Sekarang lebih baik Bi Inah cepat pergi. Di Sini tidak aman Bi. dan hati hati jangan sampai Bi Inah di ikuti orang yach" ujarnya lagi

"Tapi... Nyah.. "

"Pergi lah... sudah tidak ada waktu. Hati hati Bi" Ujarnya sambil berlalu karna tarikan petugas yang akan membawanya masuk ke dalam mobil tahanan. Bi Inah hanya memandang pilu majikannya. Bi Inah sudah sangat Lama bekerja dengannya sejak masih Usia belia Bi Inah dwngan setia mendampingi keluarga Sanjaya. terlebih lagi Amalia. Bi Inah sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Kesedihan yang serupa di rasakan Ibu kandung Amalia. Semenjak pemberitaan Putrinya memanas kondisi kesehatannya pun makin memburuk.

Hari itu menjadi titik tumpu bangkit dan jatuhnya seseorang. Dalam persidangan Amalia hanya diam tanpa ekspresi apapun. Membuat peserta sidang pun agak heran. Keputusan hakim menjatuhkan hukuman 7 tahun penjara lebih ringan dari tuntutan jaksa yang menjatuhkan hukuman mati. Amalia hanya tersenyum dalam hatinya, Ia hanya diam hingga di luar persidangan pun ia masih diam dan dingin awak media pun masih sibuk menyodorkan pertanyaan namun tak ada yang di gubrisnya.

"Apa.... kenapa sampai keputusan berakhir seperti itu hah... Aku sudah bayar mahal pengacara,Jaksa dan Saksi - Saksi memberatkan wanita sialan itu. Kenapa kalian tidak becus. Bunuh dia!!!" Seru lelaki berjas Coklat itu sambil membanting gelas yang sedang di pegangnya.

"A... ma.... lia..... kau harus mati. Menyusul Suamimu yang tidak berguna itu"

Hari - Hari di Lalui dengan penuh semangat. Putri kecil Amalia dan dirinya. Hingga Suatu hari ketika saat sedang membersihkan halaman para tahanan yang lain sedang sibuk membersihkan, menyapu,mencabut rumput. Dari sudut kamar mandi terlihat seorang wanita berjalan dengan langkah hati - hati mendekati Amalia yang sedang berjongkok membersihkan dedaunan kering. Langkah wanita itu makin cepat dan dengan sekali tubrukan pisau yang di pegangnya menancap dengan sempurna di perut Amalia. Amalia terjatuh di tanah seketika para tahanan yang lain menjerit melihat sosok Amalia bersimbah darah. Wanita itu hanya diam terpaku di tempatnya menunggu dan memastikan tugasnya selesai tanpa cacat. Seketika petugas yang bejaga pun mengangkat tubuh Amalia dan membawanya di klinik Rutan.

"Maaf, Lukanya sangat dalam dan harus di operasi"

"Bawa dia ke rumah sakit"

Dalam perjalanan Amalia tersadar dan meminta menghubungi seseorang dan berbicara padanya. Setelah berbicara ia pun kembali pingsan darah mengucur deras dari perutnya. Setelah sampai di rumah sakit dokter UGD pun mulai menyiapkan ruang opreasi Sito. Setelah menunggu beberapa jam dokterpun selesai

"Maaf, Kami sudah berusaha namun beliau tidak terselamatkan"

Kabar meninggalnya Amalia pun terdengar di telinga sang penyuruh. Ia tertawa lepas seakan beban di pundaknya selama ini sirna. Nyonya besar yang mendengar hal itu pun drop seketika dan menyusul putri kesayangannya ke alam baka. Pemusarahan jenazah Amalia sudah di urus oleh pihak rumah sakit dan tidak satupun yang bisa melihat wajahnya karna permintaan keluarga. Di pemakaman prosesi penguburan pun berjalan dengan Haru. Mereka tak menyangka Keluarga Sanjaya yang terkenal tertimpa musibah naas yang bertubi - tubi mulai dari kasus yang membelit pewaris tunggal Sanjaya Grup hingga meninggalnya menantu dan anak mereka lalu Istri dari Tuan Sanjaya pun berpulang belum cukup sampai di situ. Cucu Pewaris tunggal Sanjaya grup masih dinyatakan hilang. Sungguh miris, Dari kejauhan seseorang sedang mengamati prosesi pemakaman dengan berderai airmata. Ia tidak menyangka bahwa pagi tadi adalah pertemuan terakhirnya.

Bersambung

Hay.... hay.... tinggalkan jejak dan likenya yach.... ganbatte.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!