Azzahratul Humayra (18 tahun)
Gadis cantik, pintar, dan selalu ceria. Dia seorang anak yang tinggal bersama orang tua angkatnya yang bekerja di sebuah sekolah milik keluarga Bambang Hermawan.
Sejak kecil Zahra bersekolah di sekolah Harapan Bangsa tanpa membayar sepeser pun, di karenakan kedua orang tua angkatnya merupakan penjaga sekolah tersebut.
Zahra baru saja tamat sekolah tingkat SMA. Dia bercita-cita hendak kuliah seperti teman-temannya namun cita-citanya sirna, karena kedua orang tua angkatnya memaksanya untuk menikah dengan kepala sekolah Harapan bangsa yang di kenal dengan kekekamannya.
Alfaiz Hermawan (28 tahun)
Pemuda tampan, cerdas, dan bijaksana ini terkenal dengan kekejamannya. Dia adalah pewaris satu-satunya keluarga bambang Hermawan. Faiz tak berminat menjadi kepala sekolah namun di karenakan tak ada lagi penerus yang lain menggantikan posisi ayahnya akhirnya dia pun berusaha menjadi kepala sekolah yang sangat disiplin.
Selain disiplin dia juga di kenal sebagai kepala sekolah yang kejam, karena dia tak segan-segan memberi hukuman kepada siswa dan siswi yang melanggar peraturan Sekolah.
Adrian Hermawan (67 tahun)
Ayah dari Faiz, seorang yang tegas namun penuh kasih sayang. Adrian mengidap penyakit jantung. Oleh sebab itu dia menyerahkan kepemimpinan di sekolah Harapan Bangsa pada putra semata wayangnya yaitu Faiz.
Adrian sangat ingin memiliki cucu sebelum dia meninggal, Adrian takut penyakit yang ada di tubuhnya membuat umurnya tak berapa lama lagi. Makanya, Adrian selalu memaksa Faiz untuk menikah.
Rahayu Amelia (62 tahun)
Ibu Rahayu, wanita penyayang dan penuh kasih apalagi pada Zahra, dia yang ikut membesarkan Zahra sudah menganggap Zahra sebagai putrinya.
Saat Rahayu melihat Zahra tumbuh menjadi wanita cantik dan cerdas membuatnya ingin menjadikan Zahra sebagai menantunya.
Namun entah apa yang harus dia lakukan untuk membujuk putranya agar mau menikahi Zahra.
Siti Fatimah (58 tahun)
Ibu yang membesarkan Zahra semenjak kecil, Zahra yang di temukannya menangis di pinggir jalan saat berumur 4 tahun. Dia membawa Zahra ke rumahnya dan mencoba mencari tahu keberadaan orang tua Zahra namun tak menemukan seorang pun yang merasa kehilangan anak.
Ibu Siti sangat menyayangi Zahra dia menganggap Zahra sebagai putri kandungnya semenjak Ibu Siti menikah dia belum di karunia seorang anak pun hingga sekarang.
Bagi ibu Siti Zahra merupakan pelita bagi hidupnya, Zahra mengisi hari-harinya yang kosong dan penuh kesepian. Tawa dan keceriaan Zahra menjadi obat pelipur lara dan penyemangat hidupnya dalam bekerja.
Qomaruddin (62 tahun)
Suami dari ibu Siti, yang berarti Ayah angkat Zahra. Ayah angkat Zahra juga sangat menyayangi Zahra layaknya anak kandungnya, kehadiran Zahra di dalam rumah tangganya bersama ibu Siti menjadi penyinar kebahagiaan mereka.
Qomaruddin yang biasa di panggil mang Udin bekerja sebagai penjaga sekolah Harapan Bangsa. Dia adalah seorang pekerja keras, telaten dan gigih. Oleh sebab itu keluarga Hermawan menjadikannya orang kepercayaan untuk menjaga sekolah yang mereka dirikan.
Karena kegigihan mang Udin, keluarga Hermawan memberikan pendidikan yang layak untuk Zahra agar Zahra tumbuh menjadi pribadi yang baik dan Cerdas.
Alisya Sudrajat (18 tahun)
Alisya merupakan sahabat Zahra yang sangat setia dan baik hati, walaupun dia berasal dari keluarga yang kaya raya serta berderajat tinggi dia dengan senang hati berteman dengan Zahra.
Alisya akan menjadi penolong Zahra saat teman-temannya membully Zahra karena dia merupakan anak orang miskin, bahkan teman-temannya selalu menghina Zahra sebagai anak penjaga sekolah yang tidak sekelas dengan mereka yang merupakan anak-anak yang berpunya.
*****
Semua orang di rumah keluarga Adrian panik, Pasalnya Adrian tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Faiz yang melihat Papanya jatuh ke lantai langsung berlari menghampiri papanya lalu mengangkat tubuh Adrian ke kamar.
Adrian di baringkan di atas tempat tidur, keluarga pun saat ini menunggu dokter yang akan memeriksa Adrian.
Ibu Siti yang mendengar berita bahwa Adrian jatuh pingsan memyuruh Zahra untuj mencari tahu bagaimana keadaan Adrian saat ini.
Zahra yang juga menyayangi Adrian seperti ayah kandungnya, mendengar ucapan Ibunya dia pun berlari ke rumah megah yang terdapat di kawasan sekolah.
Sesampai di rumah Adrian, Zahra memasuji rumah, terlihat rumah itu sepi, Zahra langsung berinisisatif untuk melihat Adrian di kamarnya.
Ternyata semua keluarga berkumpul di kamar Adrian.
Zahra melangkah masuk, pelan-pelan dia menghampiri Rahayu istri Adrian, ingin mempertanyakan kondisi Adrian.
"Bagaimana keadaan tuan....???" tanya Zahra pada Rahayu yang juga tampak panik.
Rahayu hanya menggeleng memberitahukan bahwa diapun belum tahu kondisi suaminya saat ini.
Saat ini dokter tengah memeriksa kondisi Adrian. Dokter berusaha menyadarkan Adrian dari pingsannya.
"Fa...Fa...iz..." ucap Adrian terbata-bata saat dia baru sadar dari pingsannya.
Faiz yang mendengar namanya di panggil langsung menghampiri Papanya.
"Iya pa...Faiz disini..." sahut Faiz sembari duduk di pinggir ranjang tempat Adrian terbaring.
"Ma...ma...to...tolong panggilkan Zahra..." titah Adrian pada istrinya.
Zahra yang merasa namanya di panggil langsung mendekati Adrian.
"Saya disini tuan..." ujar Zahra cemas melihat kondisi Adrian.
Adrian menatap Zahra sendu, dia sangat menyayangi Zahra seperti anak kandungnya.
"Zahra...maukah kamu menikah dengan Faiz...???" Adrian bertanya pada Zahra di depan Faiz dan keluarga secara langsung.
Zahra bagaikan di sambar petir mendengar pertanyaan Adrian, Dia tidak tahu harus menjawab apa.
Zahra tak mungkin melukai hati Adrian, terlebih saat ini Adrian dalam kondisi kurang sehat.
Namun Zahra tak mungkin menikah dengan Faiz yang terkenal sangat kejam, Zahra tidak mau terjebak di dalam pernikahan tanpa cinta bersama pria dingin dan kejam itu. Apalagi saat ini Zahra baru saja tamat SMA. Zahra masih ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang selanjutnya.
Sedangkan Faiz sangat murka mendengar ucapan Papanya, wajahnya berubah menjadi merah padam menahan emosi dan amarah. Faiz merasa tak sudi menikah dengan Zahra wanita ingusan yang mungkin dia tidak tahu apa-apa tentang pernikahan.
Zahra menatap Faiz, namun Zahra langsung tertunduk melihat wajah Faiz yang tampak menahan amarah.
"Pa...papa tidak usah memikirkan pernikahanku...yang penting papa harus sembuh..." ujar Faiz lembut dengan menahan emosi di dirinya.
Adrian sangat mengerti dengan putranya, dia pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Faiz...papa harap kamu tidak mengecewakan papa...Papa mau kamu menikahi Zahra hari ini juga..." ujar Adrian membuat semua orang yang berada di kamar menjadi tegang.
Begitu juga Rahayu, dia kaget dengan keputusan suaminya yang mendadak.
"Ma...tolong siapkan acara pernikahan mereka hari ini...." perintah Adrian pada istrinya.
"Ta...tapi pa..." ucap Rahayu bingung, walaupun dia sangat menginginkan Zahra menjadi menantunya namun dia tak ingin memaksa Zahra menikahi putranya dengan cara seperti ini.
"Biarkan mereka menikah secara sirri hari ini, dan setelah itu kita urus pernikahan mereka secara resmi..." titah Adrian yang tidak ingin di bantah sama sekali.
Zahra tidak tahu harus berbuat apa. Zahra hanya bisa menitikkan air matanya.
Dia tidak mungkin menolak permintaan Adrian. karena Adrian telah berjasa banyak dalam kehidupannya.
Zahra pulang ke rumahnya, dia menghambur di pelukan ibunya. Dia menangis sejadi-jadinya.
Siti heran melihat putrinya yang pulang dengan tangisan. Dia pun membiarkan Zahra meluapkan rasa sesak yang ada di dadanya.
Setelah merasa tenang Zahra melepaskan pelukannya dari ibunya. Siti pun bertanya pada putrinya.
"Apa yang terjadi...??" tanya Siti pelan pada putrinya menunggu cerita dari putrinya.
Zahra belum sempat menceritakan yang terjadi Mang Uddin masuk ke dalam rumah, dengan raut wajah yang tak dapat di artikan.
Siti semakin bingung melihat ekspresi suaminya.
Mang uddin mendekati Zahra.
"Kamu harus kuat nduuk...anggaplah ini balasan budi dari kita pada mereka..." ujar mang Uddin pada putrinya.
Siti semakin bingung mendengar ucaapn suaminya, dia tak dapat menahan dirinya.
"Apa yang sebenarnya terjadi pak???" Tanya Siti dengan penuh kebingungan.
Akhirnya mang Uddin menceritakan semua yang terjadi, Siti pun merasa kasihan pada putrinya namun apa boleh buat mereka harus menuruti semua keinginan Adrian yang selama ini banyak membantu kehidupan mereka.
"Apakah Zahra kuat buk???" tanya Zahra pada Ibunya. Dia ingat betul siapa Faiz, sifat dan sikap Faiz yang sangat kejam. Zahra takut kehidupannya akan berubah menjadi neraka dengan menikah dengan pria kejam itu.
"Ibuk yakin kamu kuat...apa pun yang terjadi ibuk akan melindungi kamu...lagian Papa dan mama Faiz sangat menyayangimu, Faiz tidak akan berani menyakitimu..." ucap Siti memberikan semangat pada putrinya.
Tok...tok...tok...
Seseorang mengetuk pintu rumah mereka.
Mang Uddin membuka pintu, terlihat seorang pelayan dari keluarga Adrian.
"Mang...nyonya Rahayu berpesan agar mang uddin dan keluarga segera bersiap-siap...karena penghulu sedang di perjalanan menuju rumah Tuan Adrian..." Ujar Pelayan tersebut.
"Baik...terima kasih..." ucap mang Uddin.
Pelayan itu pun pergi meninggalkan kediaman mang Uddin.
Mang Uddin menyuruh Istri dan putrinya untuk bersiap-siap, dan memberitahukan bahwa penghulu sedang dalam perjalanan.
Dengan berat hati Siti dan Zahra pun bersiap-siap.
Zahra mengenakan gamis putih dan hijab putih. Zahra terlihat sangat anggun, Zahra sengaja tidak memoles apapun di wajahnya. Karena dia tak menginginkan pernikahan ini.
Namun aura kecantikan Zahra masih terpancar di wajahnya.
Mang Uddin dan Siti menggandeng Zahra menuju kediaman Adrian yang terletak masih di dalam kawasan sekolah, Zahra melangkahkan kakinya dengan berat, buliran bening mengalir di pipinya dia tak dapat menahan genangan air mata yang telah menumpuk di pelupuk matanya.
Saat mereka sampai di kediaman Adrian, beberapa orang telah berkumpul di ruangan tamu yang telah di sulap menjadi tempat mereka akan melakukan pernikahan antara Faiz dan Zahra.
Faiz baru saja keluar dari kamarnya mengenakan kemeja putih dan peci hitam. Sekilas penampilan keduanya bak pengantin yang akan menikah secara masal tanpa ada hiasan dan persiapan apa pun.
Faiz menatap tajam pada Zahra, dia sangat kesal pada gadis itu, karena Zahra tidak menolak pernikahan yang di tawarkan oleh Adrian yaitu papa Faiz.
Zahra melangkah menuju sebuah meja yang di sana telah duduk seorang penghulu, begitu juga dengan Faiz, dia pun melangkah menuju tempat dia akan mengucapkan janji suci pernikahan dengan wanita yang sama sekali tak di cintainya.
"Saya terima nikahnya...." Faiz mengucapkan ijab Qobulnya dengan lantang dan satu hembusan nafas, serentak para saksi dan beberapa orang yang hadir menyatakan SAH.
Tampak senyum bahagia terukir di wajah Adrian dan Rahayu yang menyaksikan pernikahan putranya dengan gadis yang mereka pilihkan untuk Faiz.
Adrian dan Rahayu memang egois memaksa Faiz untuk menikahi Zahra, namun Mereka yakin Zahra dapat meluluhkan hati Faiz yang beku.
Bersambung....
.
.
.
.
jangan lupa tinggalkan jejak ya readers yang baik hati...
# like...
# koment...
# Vote...
# dan hadiah...
terimakasih pembaca setiaku...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!