Tepat pukul 00:00 aku terbiasa terbangun untuk melakukan aktivitas yang menurut orang kebanyakan tidaklah penting. Sejak kepergian ibuku 4 tahun lalu aku sudah mempunyai kebiasaan seperti ini.
Aku beranjak dari tempat tidurku dan menuju kemeja yang berada di sudut kamar. Kuambil Kaca mata tebal ku yang tersimpan rapih di meja itu dengan beberapa buku-buku tebal dengan judul yang berat sebagai favorit ku.
Sebelum memulai kegiatan tengah malam ku ini, tak lupa aku selalu membuat teh jahe merah kesukaanku sejak kecil. Setelah itu barulah aku ke sudut favorit ku.
Sudut kamarku yang lainnya terdapat sebuah sofa hitam peninggalan ibuku. Di situlah selama beberapa tahun ini, aku selalu mengorgasme kan otakku dengan buku-buku tebal dengan judul yang berat serta di temani secangkir teh jahe merah kesukaanku.
Sejak 4 tahun lalu setelah kepergian ibuku, aku berusaha berdamai dengan kesunyian, kegelapan dan kehampaan.
Meski awalnya sulit ku jalani tapi mau tidak mau dan suka tidak suka aku tetap harus menjalaninya.
*****
Seketika aku mengingat peristiwa yang telah terjadi 4 tahun lalu.
Sebelum ibuku mengakhiri hidupnya, terlebih dahulu ayahku meninggalkan ibuku dengan wanita lain yang lebih tajir dari pada ibuku, karena saat itu usaha ibuku mengalami kebangkrutan.
Yang aku heran kan, mengapa ibuku bisa bertahan dengan pria pengangguran dan pemabuk seperti ayah?
Ibuku bangkrut karena ulah saudaranya sendiri yang tidak ingin melihat kesuksesan dan kebahagiaan ibuku bersama keluarga kecilnya.
Sebulan setelah ayahku meninggal kan ibuku dengan wanita lain, ibuku nekat mengakhiri hidupnya.
Saat itu aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa.
Karena saat itu aku sedang di sekolah, dan saat pulang sekolah aku benar-benar histeris melihat ibuku tergantung tak berdaya di dalam kamar mandi.
Ibuku mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis. Saat itu aku benar-benar merasa dunia sudah kiamat.
Aku mencoba mencari pertolongan tapi tak satupun yang dapat menolongku.
Akhirnya aku berusaha sendiri bagaimana caranya aku dapat menguburkan jenazah ibuku.
Peristiwa 4 tahun lalu membuat ku seperti kehilangan arah, tapi aku tetap berusaha kuat demi ibuku.
*****
Di sekolah aku terkenal sebagai gadis kutubuku berkacamata tebal dan susah bersosialisasi.
Beberapa teman pria di sekolahku, sangat suka menggodaku. Tapi aku tak pernah merespon godaan para pria mesum itu. Menurutku itu sangat tidaklah penting.
"Wow... Swit... Swit... Swiiiiiitttt.... Gadis kutubuku lewat nih, ngedate yuk."
Kata pria itu. Tapi aku berlalu begitu saja.
"Weits, aku juga pengen punya pacar seperti dia bro, walaupun kutubuku yang penting bodinya aduhaiiii aduk asyiknyaaaa, hahahahaha..."
Kata pria lainnya. Aku tetap tidak merespon nya.
Menurutku mereka hanyalah sampah mesum sekolah yang tidak penting.
Sebulan lagi acara Prom Night di adakan.
Sepulang sekolah aku menyempatkan diriku untuk singgah di salah satu butik untuk membeli sebuah gaun merah. Bukan untukku tapi untuk seseorang yang telah lama ku dambakan.
Setelah ku dapatkan gaun merah itu, aku membungkus nya dengan rapih. Tak lupa ku sertakan surat bertinta kan emas dan sedikit parfum dengan racikan khusus. Dan gaun ini akan ku kirimkan sehari sebelum acara Prom Night sekolah di adakan.
*****
Sebenarnya hari ini adalah hari dimana tepat 4 tahun kepergian mendiang almarhumah ibuku.
Setiap tahun aku selalu nyekar ke makam ibuku, sambil menghabiskan waktu berjam-jam untuk menceritakan tentang apa saja yang ku alami selama ini.
Akupun bersiap untuk nyekar ke makam ibu.
Seperti biasa aku selalu menggunakan pakaian favoritku. Baju hitam tanpa lengan dan di lengkapi jaket kulit hitam pemberian ibuku saat aku berulang tahun.
Rambutku yang panjang dan hitam pekat, ku kuncir tinggi.
Celana Levis hitam ketat menjadi pilihanku. Serta sepatu booth sebetis berwarna hitam menjadi favorit ku.
Tak lupa kaca mata hitam sebagai aksesoris tambahan, agar mataku tidak silau ketika terkena paparan sinar matahari.
Dan yang sangat wajib Kubawa ketika nyekar ke makam ibu adalah black rose, kesukaan ibu.
Saat di makan ibu, seperti biasa aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk bercerita kepada ibuku.
Walaupun aku tau ibuku sudah meninggal, tapi aku yakin ibuku tetap bisa melihat dan mendengar ku.
"Jangan khawatir Bu, dengan surat yang kau tinggalkan saat hendak mengakhiri hidupmu, akan terus ku simpan. Dan surat ini adalah kekuatanku untuk mendapatkan semua yang kau inginkan. Aku janji Bu, aku janji."
Setiap hari sebelum melakukan aktivitasku, aku selalu membaca berulang kali surat yang di tulis oleh ibuku sebelum ibuku mengakhiri hidupnya.
Aku merasa ketika ku baca surat itu, seakan ibuku sedang berbicara denganku.
Dan setelah itu, aku merasa memiliki harapan dan semangat untuk memperjuangkan hidup ini.
Surat ini seperti kekuatan buatku untuk tidak takut dengan hal apapun.
Ibuku adalah duniaku. Walaupun ibuku sudah pergi selama-lamanya meninggalkanku, tapi aku merasa ibuku masih hidup dan masih selalu bersamaku.
Apa yang pernah ibuku lalui dan rasakan, semuanya sangat kental di ingatan ku.
Dan walaupun ayahku pergi meninggalkanku juga dengan wanita lain, tapi aku yakin seiring berjalannya waktu dan entah di mana, aku pasti akan bertemu ayah dengan sebuah kejutan yang mungkin ayahku sendiri tak menyangka nya.
Entah mengapa saat ini fikiranku sedikit berantakan, dan dadaku sedikit sesak.
Dalam benakku masih bertanya-tanya tentang mengapa ayah tidak bisa berubah.
Mengapa ayah tidak dapat tetap tinggal untuk setia menemani ibuku saat kondisi ibuku sangat terpuruk.
Dan mengapa ayah lebih memilih harta? dari pada menyelamatkan pernikahan yang belasan tahun iya jalani bersama ibuku.
Saat aku merasa dibenak ku begitu banyak pertanyaan, hanya kesunyian, kegelapan dan kehampaan yang tetap setia menemaniku.
Ketika aku tidak memiliki kegiatan lain di luar rumah, aku selalu mengurung diri di dalam kamarku.
Kamarku ini penuh dengan kenangan bersama ibu.
Saat ibu masih ada, setiap pagi ibu selalu membangunkan ku dengan sarapan dan membuatkan ku secangkir teh jahe merah.
saat ibu masih ada, kamarku selalu tampak rapih. Namun kini aku belajar melakukan semua kebiasaan ibuku.
Kenangan di dalam kamarku ini seakan hidup meskipun hanya bayang semu, tapi itulah yang kurasa.
Semua bayang itu seakan nyata di hadap ku, walaupun sebenarnya aku merasa sedang mimpi buruk telah kehilangan sosok seorang ibu.
Aku banyak belajar dari ibuku tentang arti memperjuangkan hidup demi keluarga.
Perjuangan yang tak sia-sia, meski harus kandas dan menyebabkan ayahku pergi meninggalkan aku dan ibuku dengan wanita lain, dan menyebabkan ibuku mengakhiri hidup nya sendiri.
Saat aku mengingat semuanya, dan tanpa sadar air mataku menetes. Meskipun demikian aku harus tetap yakin dengan apa yang menjadi keputusan ku.
*****
Setiap malam aku selalu memuaskan otakku, agar bisa sedikit relax dan enjoy.
Yah tepat pukul 00-00 malam, aku selalu terbangun dan bersiap memuaskan otakku dengan buku-buku tebal dengan judul yang berat, dan ditemani secangkir teh jahe merah kesukaanku.
Disaat otakku sudah mencapai titi puncak, segala sesuatu menjadi muda. Itulah mengapa pentingnya untuk memuaskan otakku terlebih dahulu.
*****
Aku mengganti bajuku, dan mengambil beberapa pasang pakaian favorit ku.
Aku bersiap menuju ke salah satu tempat, di mana tempat itu menjadi tempat rahasiaku untuk beberapa hari ke depan.
Dan yah, tak lupa teh jahe merah kesukaanku tidak boleh ketinggalan.
Aku mengendarai mobil Berwarna hitam peninggalan ibuku. Meski modelnya sedikit jadul, tapi yah lumayan lah untuk bisa berwara wiri.
*****
Sesampai di tujuan, hal yang paling utama ku buat adalah teh jahe merah kesukaanku.
Sambil menikmati teh jahe merah ku ini, dan untuk mendukung suasana, aku memutar musik klasik itali favorit ibuku sebagai cara lain untuk memuaskan otakku.
Dan....
"Hei, apakah aku terlihat seperti gadis dengan segudang rencana? hahahaha tentu tidak, aku hanya gadis biasa yang mungkin kebetulan saja memiliki hobi yang tak biasa kawan."
Ujar ku.
"Berkat hobi memuaskan otak, dapat membantuku bisa berfikir jernih, jadi kamu tak usah takut kawan."
Ujar ku lagi
"Apakah kamu ingin mencoba nya kawan?" Tanyaku.
"Tidak, tidak, tidak, hanya aku yang bisa menikmati nya."
Kataku dengan rasa yakin.
"Hei kawan, mengapa kamu menatap ku seperti itu? apakah kamu ragu denganku? jika iya, coba katakan apa yang menjadi keraguanmu itu kawan?"
Tanyaku lagi.
"Ya Tuhan... kamu hanya menatapku terus, ayolah kawan, keluarkan suara merdu yang masih bersembunyi di balik pita suaramu itu."
Kataku membujuk.
"Apa? kau katakan apa? aku tidak mendengarnya kawan, jangan membuatku sedikit penasaran dengan suara merdu yang sangat betah kau sembunyikan di balik pita suaramu kawan."
Ujar ku.
"Kawan, ayolah... jangan menatapku seperti itu. aku tau, kalau tatapan itu sebenarnya penuh dengan kekosongan."
Ujar ku lagi.
"Kau tau kawan, ketika kamu berusaha menakuti ku dengan tatapan mu itu, sebenarnya aku semakin penasaran. Ini ibarat kau memberiku teka-teki yang sebenarnya kau pun sendiri sulit memecahkan nya!"
Kataku, sambil aku mengambil kursi untuk duduk di depan orang tersebut.
"kawan, kau tau bahwa kau salah menilai ku! Aku tak seperti yang kau bayangkan. Aku hanya ingin membantumu untuk berbicara, itu saja kawan."
Kataku.
"Hahahahahaha.... sepertinya wajahmu mulai memucat kawan."
"Ayolah berbicara lah kawan, mengapa tiba-tiba raut wajahmu memucat?"
Kataku.
"Apakah kau sungguh ingin bermain teka teki denganku kawan?"
Tanyaku.
"Dengar baik-baik kawan, sebenarnya kau sangat mengenalku. Bahkan kau tau apa yang aku benci."
Kataku.
"Kawan, apakah kau ingin bercermin? agar kau dapat melihat wajahmu saat pucat seperti itu. Kira-kira kau mirip siapa, ketika aliran darah di wajahmu tersumbat seperti itu! kau mau tau kawan?"
Kataku lagi.
"Ayolah kawan, berbicara lah. Kenapa kau sangat betah menyembunyikan suara itu? Kau membuatku seperti berbicara dengan tembok."
Kataku dengan berusaha meyakinkan.
"Kawan cobalah untuk tidak memancing emosiku." Kataku lagi dengan sedikit tatapan tajam.
"Tapi tenang saja kawan aku tidak akan memakai emosiku padamu, Karena aku sangat mengenalmu."
Kataku sambil merapikan rambutku.
"Heiiii.... kawan, mengapa tiba-tiba kau mengeluarkan air mata?"
Tanyaku.
"Aku tidak mengerti mengapa kau sesedih itu!"
Tanyaku lagi.
"Sebenarnya aku benci air mata, tapi aku juga penasaran mengapa kau mengeluarkan air mata palsu itu!"
Kataku sedikit heran.
"Apa yang menjadi ketakutan mu kawan? Aku tidak menyakiti mu tapi mengapa kau mengeluarkan air mata palsu mu itu kawan?"
Tanyaku.
"Kawan, kau tau mengapa kau disini?"
Tanyaku sambil kumainkan ponselku.
"Heiii, jawablah aku sedang bertanya padamu, mengapa wajahmu begitu pucat dan di hiasi dengan air mata palsu?"
Tanyaku dengan nada mengejek.
"Apa kau takut padaku? Apa yang kau takutkan? aku tidak seseram yang kau bayangkan. Kita sama-sama wanita yang hanya mempunyai sedikit perbedaan."
Kataku sedikit menjelaskan dengan ekspresi mengejek.
"Kau tau kawan, aku berusaha membuatmu relax. Tapi mengapa kau tak bisa relax juga?"
Tanyaku sambil sedikit menggaruk kepalaku karena gatal.
"Cobalah sedikit hargai usahaku ini kawan."
Kataku lagi.
"Oohhh... tidak.... jangan deras kan air mata palsu itu, aku sungguh sangat membenci air mata."
Kataku sambil menggelengkan kepalaku.
"Aku tau sekarang, mungkin kau mau berbicara denganku dengan sedikit sensasi? Tenang saja kawan, aku akan membuat sensasi yang sedikit membuatmu bisa relax."
Kataku sambil berdiri mengarah ke cermin.
*****
Akupun beranjak dari ruangan itu, untuk mengambil benda tumpul sebagai alat untuk menciptakan sensasi.
Di tengah aku mencari benda tumpul itu, pendengaran ku sedikit terganggu dengan suara- suara aneh yang sepertinya berasal dari balik ruangan penyimpanan benda rahasia ku ini.
Pelan demi pelan aku melangkah untuk mencari tau suara itu, tapi awwwww shit... aku tersandung dengan sebuah tali yang terletak di lantai.
"Tali apa ini? Sepertinya aku tidak memiliki tali seperti ini! Jangan- jangan ada yang masuk ke tempat ini tanpa seizin ku."
Tanyaku dalam hati sambil menggulung tali yang membuatku tersandung barusan.
"Aku berusaha mengecek Cctv dari ponselku, tapi rasanya ada yang aneh." Sepertinya seseorang telah mengetahui rencana ku ini, dan orang itu menyelidiki ku sehingga bisa mengetahui tempat ini. Aku harus benar-benar waspada."
Kataku dalam hati dengan sedikit mengintai.
"Aku harus menjalankan Rencana "B". Aku harus memutar balikan semuanya agar orang itu terkecoh dengan kecurigaannya padaku."
Kataku sambil berfikir.
"Sekarang aku harus berpenampilan seperti yang orang-orang kenal, seorang gadis kutubuku yang mustahil melakukan hal di luar logika orang kebanyakan."
Kataku dalam hati.
"Pertama, aku mengubah ruangan tempat di mana orang pucat yang penuh dengan kebohongan itu menjadi ruangan menyerupai perpustakaan mini. Dan ruangan penyimpanan benda rahasiaku, akan aku ubah menjadi ruangan barang antik peninggalan ibuku."
Kataku sambil menatap sekeliling sudut rumah yang akan ku ubah.
"Dan orang pucat yang penuh kebohongan itu, akan ku ungsikan di dalam ruang bawah tanah yang berada tepat didalam kamar mandi."
Kataku dengan rasa sedikit aman.
"Aku harus memastikan situasi sekitar aman. Tapi terlebih dahulu aku harus bersikap dan berpenampilan seperti gadis kutubuku yang lugu."
Kataku sambil menuju ruang ganti.
"Setelah aku memastikan situasi sekitar sepertinya sedikit tidak aman, tapi walaupun demikian aku harus bergerak secara perlahan namun pasti."
Kataku dengan rasa percaya diri.
*****
"Kring... kring... kring..." ( Ponselku berdering)
Terlihat nomor tak dikenal memanggil di dalam ponselku. Aku mencoba mengangkat nya namun aku tak mengeluarkan suara sedikitpun.
"Hi Rey, kamu dimana? kamu sudah mendengar kasus salah satu teman kita belum?"
Kata orang dibalik telpon itu.
Ternyata yang menelpon ku adalah Salsa, salah satu teman dekatku di sekolah. Walaupun aku dekat tapi rahasia tetap menjadi rahasia.
Aku berlagak tidak mengetahui apa-apa.
"Heiii Salsa ... aku dirumah, memang ada kasus apa Salsa?"
Tanyaku yang pura-pura tidak mengetahui apa-apa.
"Tuuttt ... tuuttt... ( Tiba-tiba telpon Salsa putus)."
"Apa-apaan ini, sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan."
Tanyaku dalam hati
Ini seperti teka-teki baru atau bisa juga dikatakan seperti sebuah permainan baru.
Ok kalo situasi berusaha mempermainkan ku, maka aku juga akan mempermainkan situasi ini beserta orang-orang yang terlibat didalamnya.
Semuanya baru saja dimulai, dan aku memilih untuk menjadi dalang dalam situasi ini.
*****
"Hei kawan, kali ini mungkin percakapan kita tidak panjang lebar, kau bisa beristirahat di kursi itu sambil menikmati kesunyian ini. Yah kau pun harus membiasakan dirimu berteman dengan kesunyian ini, karena kesunyian ini baik untukmu sambil kau merenungkan kapan kau berani untuk mengeluarkan suara merdu mu itu dari balik pita suara mu.
"Kawan mungkin lakban tebal ini baik untuk mulutmu, dan mungkin bisa mendukung keinginanmu diam sejenak."
Kataku sambil membungkam mulut orang itu.
"Dan apakah tali di badanmu membuat mu sedikit sesak? tapi kurasa tali itu bisa membuat mu nyaman kawan."
Kataku sambil mengejek.
Aku beranjak darinya, dan beralih untuk sedikit menyegarkan otakku dengan secangkir teh jahe merah.
Angin malam yang menerpa wajahku, menambah sedikit kesegaran dan yah lumayan... aku bisa menikmati nya sambil menyusun langkah berikutnya.
Meskipun mungkin sedikit ada hambatan, tapi aku yakin aku bisa melakukannya demi IBUKU.
Air mataku seketika keluar dan memberi tanda bahwa tekat ku bulat.
Sehari sebelum Prom Night sekolah, aku mengirimkan sendiri gaun yang telah ku persiapkan.
Gaun merah beserta sepucuk surat dengan tinta emas yang sudah ku semprot kan sedikit parfum dengan racikan khusus, akan membuatnya semakin melayang.
Pukul 10:15pm setelah ku siapkan semuanya, aku menyempatkan diri untuk memuaskan kan otakku agar lebih relax.
Aku menunggu waktu yang tepat, dan aman agar semuanya berjalan dengan mulus.
Setelah otakku mencapai klimaks, tak lupa aku menikmati secangkir teh jahe merah kesukaanku.
Mobil tua peninggalan ibuku, telah ku persiapkan untuk ku kendarai menuju tempat tujuanku.
Tepat pukul 00:30, tekad ku bulat melangkah untuk mengantarkan gaun ini. Mobil yang ku kendarai melaju begitu cepat.
Sesampai di tujuan, aku memastikan bahwa di sekeliling ku aman. Walaupun lokasi ini sudah sangat ku hapal tapi aku tetap harus waspada.
Ketika semua sudah ku pastikan aman, aku melangkah menuju pintu dan memencet bel yang terdapat di sebelah kiri pintu pagar rumah tersebut. Setelah ku ulang hingga 3 kali ku ulang memencet bel, aku segera tancap gas agar tak satupun ada yang melihatku. Namanya juga pengagum rahasia, jadi semua harus serba surprise.
Sekarang pukul 03:00am, Aku sedikit cemas, apakah dia sudah melihat paket yang telah ku kirim atau belum.
Tapi ah sudahlah, kita lihat saja besok dia memakai nya atau tidak.
Saat ini mataku tidak bisa terpejam kan, aku memikirkan banyak hal buruk yang kemungkinan akan terjadi.
Aku mengatur segala rencana lain, jika aku mengalami kegagalan.
Ku ambil surat peninggalan ibuku, untuk bisa menguatkan dan meyakinkan ku bahwa aku tidak akan gagal.
Aku membaca surat itu berulang kali, seakan ibuku berbicara denganku hingga ku tertidur.
tepat pukul 7:00am aku terbangun, karena alarm ku berbunyi tanda aku harus melakukan ritual pagi ku sebelum aku beraktivitas.
Setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah, aku selalu menyempatkan diri untuk olahraga ringan dan mengkonsumsi sarapan sehat di pagi hari, agar staminaku tetap terjaga, dan setelah itu barulah aku berangkat ke sekolah.
Kali ini, siswa siswi kelas 3 SMA sudah selesai kegiatan belajar. Dan malam ini acara Prom Night sekolah di adakan.
Aku hanya menghabiskan waktuku di rumah hingga pukul 1 siang. Dan setelah itu, aku menancap gas ke sebuah tempat dimana tempat itu adalah tempat favorit mendiang almarhumah ibuku.
Ibuku mempunyai sebuah rumah yang kira-kira sekitar 2 jam dari pusat kota. dan lokasi rumah itu sedikit terpencil.
Siapa pun tidak mengetahui keberadaan rumah itu. Baik ayahku maupun keluarga ibuku.
Ibuku sengaja memiliki rumah itu tanpa sepengetahuan ayah, karena ibu tau ketika ayah mengetahui semua aset ibu ayahku pasti akan merebutnya.
Sebenarnya akupun baru mengetahui nya, setelah ku baca surat yang ditulis ibuku sebelum ibuku mengakhiri hidupnya.
Akupun pergi mencari tempat itu, dan akhirnya aku menemukan nya sesuai dengan petunjuk yang ada di surat ibuku.
*****
Setiba ditempat itu, aku merapikan dan membuatnya sedikit berbeda. Setiap ruang aku tatah sesuai keinginan ku.
Dan yah, aku menemukan ruang rahasia tepat di dalam kamar mandi.
Di dalam kamar itu terdapat salah satu sudut yang di hiasi dengan sebuah pot bunga, yang sebenarnya memiliki fungsi khusus.
Aku memanfaatkan semua fasilitas yang ada di rumah peninggalan ibuku ini tanpa terkecuali.
Setelah aku selesai mengatur ulang semua yang ada di dalam rumah ini, tak terasa jam menunjukkan pukul 07:00pm. Aku bergegas untuk bersiap ke acara Prom Night sekolah.
Semua perlengkapan ku sudah ku siapkan, sepertinya aku tidak melupakan apapun.
Aku tetap menggunakan mobil tua ibuku sebagai alat transportasi untuk mengantarku berwara wiri, termasuk mengantarkan ku menjalankan misi ku.
Sesampai di tempat acara Prom Night sekolah, aku memarkirkan kendaraan tua ini tepat di gerbang belakang sekolah, agar tidak terlalu menjadi pusat perhatian orang-orang.
Setelah ku parkir kendaraan ibuku, aku pun masuk melalui gerbang utama sekolah, sebagai peserta acara Prom Night.
Mataku terus liar mencari wanita incaran ku, dan aaahhh shit, aku belum melihatnya sama sekali.
Sepertinya aku harus ke toilet untuk mengganti pakaian terkutuk ini. Walaupun setiap hari orang mengenal ku dengan karakter kutubuku dan sedikit feminim tapi aku benci memakai gaun.
Ketika aku menuju toilet, tiba-tiba aku berpapasan dengan wanita itu, dan yah.... dia memakai baju yang ku kirimkan.
Aku mempercepat langkahku ke toilet, untuk sesegera mungkin mengganti gaun terkutuk ini.
Setelah aku mengganti gaun terkutuk itu, aku seperti lega memakai pakaian andalanku ini. Yah Baju kaos hitam tanpa lengan dan jaket kulit hitam pekat.
Legging hitam dan sepatu boots sebetis, di tambah sedikit aksesoris kalung dan giwang.
Seperti biasa jika aku berpenampilan seperti ini, rambut panjang hitam pekat ku ini ku kuncir tinggi, agar aku tidak terlalu repot mengurus rambutku.
Aku memilih lantai 3 gedung acara Prom Night, agar aku bisa leluasa memantau pergerakan wanita itu.
Setelah aku merasa situasi aman untuk mendekati wanita itu, aku kembali untuk ke lantai 1. Agar semua terlihat tidak mencurigakan, aku mengambil 2 gelas minuman, dan yang satu sudah ku campur dengan obat tidur, lalu ku berikan ke wanita itu.
"Hai, bagaimana kabarmu sodari ku?"
Diluar dugaan ia menyapaku terlebih dahulu.
"Seperti yang kamu lihat, aku baik."
Kataku, sambil kuberikan minuman itu kepadanya tanpa iya menyadari nya, karena wanita itu sangat menikmati acara Prom Night malam ini.
"Tidak terasa kita sudah lulus SMA, ngomong- ngomong aku akan pindah keluar kota untuk melanjutkan studi ku. Kamu sendiri? Uupsss... sorry aku lupa, bagaimana caranya kamu melanjutkan studi? kamu kan sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi, dan keluargamu sudah bangkrut. Untung saja kamu memiliki beasiswa agar bisa masuk di sekolah ini, hahahaha... upsss... sorry yah aku keceplosan."
Kata wanita itu sedikit mengejek.
"Santai saja, aku sudah terbiasa dengan kata-kata itu kawan."
Kataku sambil tersenyum sinis dalam hati, dan menunggu reaksi obat yang telah ku campurkan ke minuman yang ia minum.
Setelah beberapa menit kemudian.... dia terlihat sempoyongan.
Sepertinya dia menuju ke toilet. Ini saat yang tepat untuk mendekati nya.
Tanpa harus bekerja keras, dia meminta tolong dengan sendirinya.
"Bisakah kamu mengantarkan aku pulang? sebenarnya aku menunggu seseorang tapi orang itu tak kunjung datang."
Kata wanita itu sambil sesekali menguap.
"Acaranya kan belum selesai, dan apakah orang itu salah satu teman kelas kita atau...?"
Tanyaku berlagak seperti orang bodoh.
"Orang seperti kamu tidak usah banyak tau, lagian kamu siapa haa?"
Katanya sambil sinis.
"Okok... santai.... kamu mau diantar pulang kan? baiklah aku akan mengantarkan mu pulang."
Kataku.
Sepanjang perjalanan, dia tampak seperti orang mabuk.
Wanita itu bercerita sepanjang jalan, tentang orang yang mengirimkan nya gaun yang iya kenakan. Dan katanya orang itu sangat romantis, dan membuatnya penasaran. Karena orang itu menyelipkan sepucuk surat yang sangat indah wangi.
Hahahahahaha..... aku tertawa puas dalam hati. Dia fikir yang mengirimkan semua itu adalah seorang pria. Baiklah aku rasa semua berjalan mulus sesuai dengan rencana.
Dan akhirnya diapun tertidur, karena efek obat yang telah ku campurkan dalam minuman itu.
Sebenarnya telingaku panas, mendengar celotehan nya yang menurutku penting nggak penting. Tapi mau bagaimana lagi, yang pasti rencana awal berjalan dengan mulus.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!