NovelToon NovelToon

KEMBALIKAN SUAMIKU

1

...- Selamat Membaca -...

...•...

...•...

Waktu berlalu cepat dan dua wanita cantik itu saling berhadapan, raut wajah mereka kontras, yang satu penuh kekhawatiran dan satunya lagi mencoba tenang dan netral.

"Baiklah nyonya Emily? Anda akan bayar berapa untuk tugas ini?" tanya wanita berjas hitam itu, dia mencoba menekan rasa sebalnya meski klien yang dihadapinya sangat menyusahkan.

Wanita bernama Emily itu menggigit bibirnya, dia terdiam lagi, seolah banyak pikiran yang menghambat keputusannya.

'Haruskah aku melakukannya sejauh ini?' batin Emily.

Dia menghela nafas berat lalu menjawab pasrah pertanyaan gadis yang dia tahu sedang menatap risih dirinya.

"Dua ratus juta" jawabnya ragu, uang sebanyak itu akan dikeluarkannya demi merebut kembali suaminya.

Lagi-lagi gadis itu menyeringai, terlihat jelas dia kurang puas dengan harga yang disebutkan Emily.

"Saya akan mengambil tugasnya, tapi untuk tingkat keberhasilan sepertinya tidak mencapai seratus persen! Nyonya tahu kan, harga sebenarnya jika ingin mempekerjakan saya?" tanya wanita itu.

Emily menggigit bibirnya lagi "Li-lima ratus juta" jawabnya gugup.

"Benar, lima ratus juta adalah harga yang harus anda bayar nyonya, bagaimana? Anda pilih dua ratus juta dengan keberhasilan dibawah seratus persen atau lima ratus juta dengan keberhasilan seratus persen?" tanyanya memastikan.

Gila! Mengeluarkan uang sejuta saja Emily akan memikirkannya berhari-hari dan sekarang dia harus membayar jasa perempuan ini seharga mobilnya? Dia pasti sudah benar-benar putus asa jika melakukannya.

'Kali ini saja, demi hubungan kita, aku rela melakukan apapun sayang!' batin Emily lemah.

"Tu-Tunggu! Baik, aku akan membayar berapapun itu, ini ceknya tulis saja sesukamu, tapi ingat aku tidak menerima kegagalan!" ancam Emily, dia tentu tidak ingin uangnya keluar sia-sia.

Emily melihat senyum gadis itu, lagi-lagi gadis bersurai hitam dan panjang itu terlihat senang dengan keputusan yang diambil kliennya.

"Hm, anda tenang saja nyonya, asisten saya akan menulis persyaratan yang tidak akan merugikan kedua belah pihak, baiklah sampai disini saja, senang berbisnis dengan anda nyonya Emily, sampai jumpa minggu depan" jelasnya percaya diri, dia mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Emily yang sudah ikut berdiri dari tempat duduknya.

...•...

...•...

>> Seminggu yang Lalu

Suasana kantor sepi dan tidak tampak siapapun disana, hanya tersisa dua pria yang berada di ruang utama, tempat milik direktur berwajah tampan nan rupawan.

"Sayang, ini masih jam kantor seharusnya kamu berhati-hati" ucapnya disela-sela cumbuan mereka yang panas.

Pria itu terkekeh, dia gemas dengan wajah pasangan yang dicumbuinya.

"Haha, tidak ada yang akan masuk ke ruangan ku sayang, kamu diam saja..kita nikmati waktu berdua ini, okey" godanya senang.

Mereka melanjutkan aktivitasnya, menyahut ******* demi ******* yang tercipta, sampai tiba-tiba suara wanita yang entah darimana membuat mereka berdua terkejut bukan main.

"Suamiku"

Suara Emily bergetar, kedua matanya membulat sempurna, dia tidak percaya pemandangan tak senonoh yang terjadi didepannya ini.

Kedua pria yang asik bercumbu itu membeku ditempatnya, otak mereka seolah berhenti bekerja, untuk pertama kalinya Edwin kedapatan selingkuh.

"Istriku, kamu tenang dulu aku bisa jelaskan!" Hanya itu kalimat yang refleks keluar dari mulutnya.

Kaki Emily lemas, dia terjatuh dilantai, jiwanya terguncang hebat melihat suaminya sedang memangku sekertaris yang dia pilih sendiri untuk mendampingi Edwin, agar pria yang dicintainya itu dapat menghilangkan penatnya, meski hanya sesaat dengan bantuan sekertaris yang kompeten.

Tapi, sekertaris yang dia pilih sendiri malah menghianatinya, rasa sakit luar biasa didadanya begitu mencekik dan menyesakkan "Apa ini? Sebenarnya apa yang kalian berdua sedang lakukan diruangan ini?" tanyanya menahan tangisannya.

Dia benar-benar meragukan penglihatannya, tidak mungkin suaminya melakukan hubungan intim dengan orang lain, dia tau suaminya adalah orang yang setia.

"Jawab aku, apa yang sedang kalian lakukan?" tanyanya putus asa, bohong kalau dia tidak melihat cumbuan tadi, tapi Emily tidak mau mengakui kalau suaminya berselingkuh dengan seorang pria, dia tidak mau mengetahui kalau suaminya memiliki kelainan.

Edwin merasa bersalah namun dia tak berniat menenangkan istrinya atau menjawab pertanyaan Emily.

Dia memandangi istrinya lalu meminta maaf "Sayang maafkan aku, maaf" pintanya kebingungan, namun tak seinci-pun dia bergerak dari tempatnya, bahkan untuk sekedar memeluk dan menenangkan istrinya dia tidak melakukannya.

Emily kecewa.

"Padahal aku sangat mempercayai kalian, tidak hanya berselingkuh, kalian pun berhubungan di kantor, aku tidak mengerti Edwin, apa ini sebabnya kamu berubah?" Emily menatap marah keduanya, rasanya dia bisa memukuli dan menendang dua pria brengsek didepannya itu, tapi dia tidak mungkin melakukannya.

"Maafkan aku Ly" sahut Edwin tak beranjak.

"Jeff kamu sudah kuanggap keluargaku sendiri tapi kalian berdua-

"Kak kami saling mencintai" potong Jefri tak merasa malu, dia masih berada dipangkuan Edwin dan sama sekali tidak berniat untuk turun dari sana.

Mendengar itu, emosi Emily memuncak, dia berteriak tak terima "DIAM! TEGA SEKALI KALIAN, MENJIJIKKAN!" sahutnya hancur, air matanya mulai bercucuran, dia berlari meninggalkan dua orang itu yang masih berada diatas meja.

Jeff menunduk, dia terlihat bingung, dan Edwin menatapnya dalam.

"Sayang bagaimana ini?" tanya Jeff.

Karena bingung, Edwin malah tersenyum canggung lalu dia mencium bibir pria dipangkuannya dan memilih melanjutkan kegiatan tadi seolah tuli dan bisu untuk pertanyaan yang dilayangkan padanya.

Dan mereka melanjutkan permainan panas yang tadi tertunda.

Tidak ada kata lain yang terucap dari bibir Edwin selain "Aku mencintaimu Jef, tidak perlu takut" ucapnya candu.

Tanpa rasa bersalah, tanpa rasa kasihan, Jeff dan Edwin bermain panas seolah tadi hanya jeda iklan yang tidak cukup menarik untuk mereka urusi.

Kedua raga mereka terus memanas, tidak ada yang akan menggangu, mereka tau itu, karna sebenarnya kebanyakan pegawai kantor sudah tahu hubungan terlarang antara Jef dan Edwin.

Jadi tidak mengherankan kalau mereka justru terang-terangan berbuat gila dan terkesan tidak peduli.

...•...

...•...

Emily baru saja tiba dirumahnya, dengan tergesa-gesa dia berlari masuk kedalam, tangisnya pecah sejadi-jadinya.

Bagaimana bisa rumah tangganya yang sempurna hancur karna kejadian tadi.

Bagaimana bisa suaminya tidak mencoba menenangkan dirinya, atau tidak mencoba menjelaskannya.

Memang klise tapi kenangan indah bersama suaminya perlahan kembali, membuatnya semakin menggila dalam tangisnya.

Baru saja tadi pagi mereka saling memadu kasih, menjalankan kegiatan rumah tangga yang harmonis, bahkan saling bercanda.

Tapi mengapa tiba-tiba saja, suaminya berubah dingin dan tidak peduli? Seolah kegiatan tadi pagi hanya fatamorgana.

"Edwin, tolong katakan ini hanya mimpi, mimpi terburuk yang pernah kulihat, kumohon akh, kumohon" ucapnya putus asa.

Ditengah tangisnya, dia baru sadar, sebenarnya sudah banyak kejanggalan antara Edwin dan Jeff, dia ingat Jeff yang selalu ikut kemanapun Edwin pergi.

Tangisnya lagi-lagi pecah, hancur sudah! Rasa sakit menyiksanya lagi dan lagi.

"Jadi selama ini, kalian telah melakukan hal "itu" dibelakang ku? Tega sekali kalian!" gumamnya tak tahan.

Piipp~

Piipp~

Piipp~

Suara Pintu terbuka diikuti langkah seorang gadis yang berjalan masuk menyeret koper ditangan kirinya.

"Aku pulang, hah, liburan kali ini sangat membosankan, asistenku lagi-lagi tidak ikut hmph! KAKKK AKU PUL-

Adik Emily terkejut, kakaknya duduk dilantai dekat meja ruang tamu "Tumben-tumbenan kakak mau duduk di lantai" ejeknya tak memahami situasi.

Emily tak menyahut.

Tak butuh waktu lama, dia baru melihat kakaknya yang terisak-isak "Ya ampun, kak, apa yang terjadi? Kenapa kakak menangis? Ada apa kak?" tanyanya panik, dia melepas koper dari genggamannya dan segera mendekati kakaknya.

Emily bungkam, dia tidak peduli, dia hanya ingin menangis, dia benar-benar shock, rasanya dadanya akan meledak kalau dia tidak menangis.

Ingatan demi ingatan yang dia kira normal saja ternyata adalah ingatan yang salah.

Dia menyalahkan dirinya karena tidak peka dengan keakraban suaminya dan Jeff, dia buta dengan cinta, kasihan sekali.

Adiknya tentu panik, dia berniat mengambilkan air minum namun Emily menahannya dan menyuruh adiknya pergi.

"Tidak usah Fay, untuk sementara kakak ingin sendiri, jadi jangan ganggu kakak"

Mendengar permohonan kakaknya, Fay sadar ada sesuatu yang terjadi.

"Kakak bertengkar dengan kakak ipar yah?"

Emily tak menjawab, Tapi Fay cukup peka melihat respon kakaknya, tanpa basa basi dia segera menyarankan sesuatu pada kakaknya.

"Kakak tahu Queen?" tanyanya berharap Emily tertarik.

Melihat tidak ada Respon membuat Fay memilih menjelaskan panjang lebar agar kakaknya mengerti maksudnya.

"Kakak tau tidak, ada agensi yang bisa menyelesaikan masalah apapun, kalau kakak mau, aku akan menyarankan seseorang untuk menyelesaikan masalah kakak, ya tapi bayarannya terbilang cukup mahal" jelasnya.

Tawaran Fay cukup menarik perhatian Emily.

"Maksudnya apa? Agensi? Memang ada agensi seperti itu?" Tanyanya penasaran, dia menyeka air matanya.

"Kakak makanya jangan dirumah terus, padahal agensi ini sangat terkenal dikalangan atas, tidak sedikit orang kaya yang menyelesaikan masalahnya di agensi Queen, bagaimana? Coba saja dulu, daripada Kakak hanya menangis begitu" tawar Fay meyakinkan kakaknya.

"Baiklah, kakak akan coba, tapi kalau agensi itu aneh, kakak tidak akan tinggal diam" kecamnya.

"Eii, tidak akan, mereka menjunjung tinggi klien mereka" sahut Fay senang.

Setelah menenangkan perasaan kakaknya, Fay masuk ke kamarnya dan Emily juga memilih masuk ke kamar, tak butuh waktu lama untuk dia tertidur pulas, sepertinya dia sangat kelelahan, setelah menangis seharian.

...•...

...•...

...✨Ini Couple Emily dan Edwin ya✨...

2

...- Selamat Membaca -...

...*...

...*...

^^^--^^^

Aku Emily Lohia, namaku memang unik, orang-orang sering memanggilku Ely, aku besar dikeluarga kaya raya dan sejak kecil sudah bertunangan dengan anak dari sahabat ayahku.

Tunanganku bernama Edwin Theodore.

Pertemuan pertamaku dengannya penuh drama, karna aku tidak ingin dijodohkan dan terus menangis diacara makan malam, sedangkan Edwin hanya menatapku sambil menikmati steak dipiringnya, hah, mungkin dia pikir aku berlebihan.

Tapi, seiring waktu berlalu aku mulai memahami sikapnya, dia berhati lembut dan pikirannya dewasa meski kadang juga dia bisa bersifat plin-plan dan dingin, aku ingat pernah jatuh dari ayunan dan dia hanya menatapku tak peduli.

Aku tidak menganggap dia jahat, dipikir-pikir lagi mungkin itu adalah karakternya.

Sampai akhirnya aku jatuh cinta padanya hanya karna dia menolongku dari siswa yang berniat membuliku, tanpa basa-basi, aku mengajaknya ke hotel dan akhirnya kami sama-sama melepas segel itu.

Toh kami sudah bertunangan jadi tidak akan menjadi masalah.

Dan akhirnya, kami menikah di usia muda, dimataku Edwin sangat tergila-gila dan mencintaiku, siang dan malam kami menghabiskan waktu bersama, seolah dunia hanya milik berdua.

Lalu tahun ini umurku genap dua puluh enam tahun dan usia pernikahan ku sudah berjalan empat tahun.

Edwin adalah suamiku, aku sangat menyayangi dan mencintainya.

Pria yang selalu menjadikanku ratu dimanapun aku berada.

Banyak orang iri dengan pernikahan Sempurnaku, wajah cantik, badan ideal, hidup bergelimang harta dan suami tampan, baik hati serta tentu saja sukses dalam karirnya.

Tiada satu hari pun yang membuatku tidak bersyukur memilikinya.

Sejak bertunangan dengannya aku sadar dia adalah cinta pertamaku.

Edwin membuatku tergila-gila dengannya, caranya tertawa, memeluk, mencium dan memanjakanku, aku benar-benar terbius cintanya.

Tapi siapa sangka, setelah empat tahun menikah, dia akhirnya menunjukkan wajah aslinya.

Hari itu, saat aku melihat sosok yang selama ini disembunyikannya, dia menghilang dan tak pernah lagi menemui ku, bahkan saat aku memergoki mereka bercumbu, dia hanya sempat meminta maaf dan bahkan tidak mengejar ku.

Seolah mimpi telah usai dan dunia nyata menyapaku.

Aku bahkan belum terbiasa baring diatas kasur ini tanpa dia, biasanya Edwin akan memelukku sambil tangan kirinya merapikan rambut-rambut halus di dahiku.

Aku tentu masih belum siap ditinggalkan, kebiasaan ku selama empat tahun bersamanya sudah seperti nyawaku sendiri, bagaiman bisa aku hidup jika tidak melihatnya saja membuatku kehilangan semangat dan tidak berdaya?

Suamiku yang sudah seperti kulit ditubuhku, tidak mungkin kulepas meski rasa jijik ketika mengingat kejadian yang lalu membuatku benci dan tidak sanggup.

Pilihan apapun yang kuambil akan tetap menyakitiku, tapi untuk kali ini saja, aku ingin memperjuangkannya.

Meski perasaanku hancur, tapi aku tidak akan menyerah, aku harus membuatnya kembali padaku bagaimanapun caranya.

Karna aku tidak akan pernah ikhlas dia menjadi pecinta sesama jenis, aku anggap saat ini aku hanya bermimpi dan suatu saat aku terbangun dengan kenyataan yang berbeda.

Benar! Aku tidak akan putus asa.

"Apa? Masuk saja" tegurku.

Sejak tadi adikku mengintip, entah apa yang ingin dia katakan.

"Kakak, aku ingin minta uang"

"Minta sama ayah, kakak sedang tidak enak badan"

Hah... lebih baik aku tidur saja. Aku lelah memikirkan Masalah ini.

^^^- -^^^

"Tapi kak, ayah sedang diluar kota" Fay bergelayut manja di lengan Emily.

"Ambil di dompet kakak, seadanya saja, jangan berlebihan" ucapnya malas.

"Hehe, makasih kak, oh iya besok aku mau pinjam mobil kakak boleh ya?" Fay memelas lagi tapi Emily tidak tergoda.

"Fay, terus mobil kamu dimana? Dijadikan pajangan? Begitu?" tanyanya heran.

Fay memanyunkan bibirnya.

"Itu kak, mobilku di bengkel, tadi lecet abis gesekan sama mobil orang diparkiran, gimana? boleh ya kak?" rayu Fay lagi tapi Emily benar-benar tidak bisa meminjamkan mobilnya.

"Tidak bisa Fay, kakak ada urusan besok pagi" Tegasnya.

"Kakak pelit sekali"

"Iya kakak pelit, sudah sana pergi, Kakak mau tidur"

Fay menghentakkan kakinya dan berjalan pergi tanpa senyuman.

-

"Huh, akhirnya anak itu pergi, besok aku harus menemui gadis itu, aku juga harus bertemu Edwin, sudah hampir seminggu dia tidak pulang, ayah mertua jadi sering menelfon ku karna curiga kami bertengkar, meskipun Edwin sudah beralasan sibuk bekerja dan tidak bisa saling bertemu untuk sementara waktu, kami memang terlihat mencurigakan" gumam Emily.

'Aku harus membujuknya, bagaimanapun juga Minggu ini dia harus pulang agar rencanaku berhasil' batin Emily.

'Aku juga harus menemui Jeff, hah aku jijik mengingat orang itu, aku memberinya tempat tidur yang layak, pekerjaan dan kasih sayang tapi malah membalas ku seperti ini, kau menjijikkan Jeff' Lanjutnya membatin.

...•...

...•...

Pagi menyapa.

Emily buru-buru mengendarai mobilnya, dia harus datang sebelum suaminya bertemu dengan Jeff.

Mobilnya melaju cepat menuju kediaman mertuanya, setelah sampai dan memarkir mobil, Emily segera berlari masuk kedalam.

Dia menekan bel rumah dengan paksa, tak lama gerbang terbuka dan Emily berlari masuk.

"Ibu, aku datang, apa suamiku ada diatas?" sapa Emily, dia terlihat sangat akrab dengan mertuanya.

Ibu Edwin tersenyum, cangkir teh yang masih di tangan ditaruhnya dengan hati-hati.

"Anak ini, baru datang bukannya menyapa ibu malah mencari suaminya" tegur Dona jahil.

Emily terkekeh, buru-buru dia mengecup kening ibu mertuanya dan berlari kearah tangga.

"Maaf bu, hari ini aku ingin membangunkan suamiku" ujarnya sambil berlari kecil menaiki tangga.

Emily sampai diujung tangga dan menemukan satu pintu yang entah mengapa melihatnya saja membuat jantungnya berdebar tak normal.

Dia menghela nafas beratnya lalu membuka pintu besar berwarna putih itu.

Saat dia masuk, suaminya masih terlelap, pandangan nya berubah sayu, seolah rindu meluluhkan amarahnya, seolah benci menghilang begitu saja dalam benaknya.

Dia menatap suaminya, lekat sekali.

"Sayang, kembali padaku, kumohon" Emily mengelus dahi suaminya dan Edwin terbangun karna merasakan sentuhan seseorang.

"Istriku, kapan kamu datang?" tanyanya tepat setelah melihat istrinya terduduk disampingnya.

"Baru saja" jawabnya singkat.

"Ada apa kamu kesini?" Edwin tak berani memandang Emily.

"Sayang, cium aku" Pinta wanita itu, tidak ada angin tidak ada hujan, dia malah menyuruh suaminya menciumnya.

Edwin jelas terkejut, dia mendekatkan wajahnya, ada rasa berdebar saat melihat bibir ranum milik istrinya dari dekat, tapi suara telfon menghancurkan situasi yang dibangun Emily.

"Istriku, ini Jeff" aku Edwin tak enak.

Emily menatap malas suaminya, jengah sekali dia mendengar nama itu.

"Matikan dulu, aku hanya akan bicara 5 Menit dan setelah itu terserah kamu ingin berbicara dengan siapa" jawabnya kecut.

"Baiklah" Edwin menurut dan mematikan ponsel nya.

"Hah, aku hanya akan meminta satu hal, kembalilah ke rumah, aku tidak peduli apa yang telah kamu lakukan, kembalilah, kamu hanya tidak boleh membawa selingkuhanmu itu kerumah, selain dari itu kamu boleh melakukan apapun" jelasnya mencoba sabar.

"Istriku, apa kamu tidak marah?" tanya Edwin yang tak mengerti maksud istrinya.

"Aku hanya tidak biasa tanpa kamu Edwin, kamu pikir saja sendiri apa aku marah atau tidak, satu lagi, jangan pernah sebut nama selingkuhanmu didepanku karna itu menjijikan" timpal Emily tak tahan.

"APA?" Edwin marah mendengar hinaan istirnya tapi Emily tidak peduli dan langsung pergi meninggalkan suaminya yang terpancing emosi.

'Selanjutnya, aku akan bertemu gadis itu, hah ini sangat melelahkan, semoga rencanaku berhasil' Batin Emily.

...•...

...•...

3

...- Selamat Membaca -...

...*...

...*...

Gadis yang akan ditemui Emily bernama Felisha Agatha, dia bekerja di "Queen" salah satu agensi yang terkenal dikalangan wanita kelas atas.

Tentu saja penyebabnya karna Queen memberikan penawaran untuk menyelesaikan masalah apapun, sayangnya harga yang harus dibayar sangatlah mahal.

Untuk penyelesaian satu tugas saja membutuhkan budget minimal dua ratus juta, terlebih adanya kelas yang membedakan peringkat dari para penanggung jawab membuat harganya bisa semakin mahal.

Tidak hanya itu, trainee dan senior semua sangatlah muda, tidak ada yang umurnya diatas 25 tahun.

Hal ini karna Queen akan memberhentikan mereka ketika usia 26 tahun sesuai dengan kontrak yang ada, jadi bisa dibilang Queen tidak menerima orang tua mau secantik atau setampan apapun mereka.

Inilah yang menjadi alasan orang-orang kelas atas sangat menyukai Queen, disamping kinerjanya yang bagus, mereka juga menyediakan cuci mata, tapi masih tergantung trainee jika dia ingin dijadikan pelempiasan *****, maka pihak Queen tidak akan membatasi.

Biasanya untuk bergabung agensi ini, setidaknya memiliki kualifikasi otak yang pintar, atittude yang bagus, pandai berbicara, wajah tidak terlalu mempengaruhi karna Queen menyediakan perawatan maksimal yang akan merubah penampilan mereka.

Agensi Queen sangat menjunjung tinggi performa kerja yang profesional dan tidak bertele-tele, mereka biasanya merekrut mulai dari umur 17 ke atas.

Gaji yang disediakan pun tidak main-main, mulai dari dua ratus juta perbulan, tergantung kualitas trainee maupun yang sudah senior.

Mereka terbagi dari kelas B dan juga A. Kelas B bisa dibilang memiliki kemampuan penyelesaian masalah yang cukup lama dan tingkat keberhasilan menengah, sedangkan kelas A tingkat penyelesaian masalahnya cepat dan rapi, mereka juga 98 persen selalu berhasil.

Tentu saja gaji antar kelas sangat berbeda. Tapi bukan berarti kelas B itu tidak bagus, hanya saja kelas A lebih unggul dibanding mereka.

...*...

...*...

Hari ini, Emily akan bertemu dengan Felisha yang berada di kelas A dan gadis Queen yang sangat mahal, karna selain usianya yang muda, dia juga sangat pintar dan cantik.

Rumornya, setiap masalah yang dia tangani akan terselesaikan. Hanya saja memang harganya juga sebanding.

Itu sebabnya, Emily mencoba menggantungkan harapan pada gadis berusia 21 tahun dari agensi Queen itu.

-

Felisha duduk manis didepan meja rias dan menyelesaikan riasan wajahnya, sementara pria disampingnya terus mengecek jam tangannya.

"Kak, lima menit lagi klien akan datang" ujarnya mengingatkan.

Feli menaruh kuas yang dipegangnya lalu menatap kesal pria disampingnya.

"Kai, kamu tau kan, aku tidak pikun" tegurnya kesal, sebenarnya Feli sudah mendengar peringatan itu sebanyak 5 kali.

Kai tersenyum jahil, lucu juga mengerjai bosnya ini "Kak Feli, ada keriput dibawah matamu" candanya.

Feli percaya dan langsung memeriksa bawah matanya, sudah dicari tapi tidak ada apa-apa, dia akhirnya tersadar asistennya sedang mengerjainya.

Kai menahan tawanya "Hmph" pekiknya.

"Oh begitu? Sepertinya bulan ini aku ingin ganti asisten, aku bosan denganmu" ancam Feli balik menjahili assistennya.

Kai menggeleng cepat, dia tentu tidak mau dipecat.

"Eh jangan-jangan kak, aku bercanda, tentu saja Felisha Agatha adalah wanita tercantik di Queen, eh tidak- maksudku diseluruh dunia mana mungkin ada keripu--

Feli terkekeh, dia menyelesaikan make-upnya dan memotong kalimat menjilat Kai.

"Sudah jangan menggangguku, gara-gara kau aku jadi telat, ayo ke ruang klien" ajaknya senang.

...*...

...*...

Feli berjalan masuk kedalam ruangan yang dinding depannya terbuat dari kaca, diseberang terlihat banyak bangunan menjulang tinggi, yah cukup memanjakan mata.

"Senang bertemu dengan anda, saya Felisha Agatha" sambut Feli dengan senyum hangatnya, tangannya menjulur ke arah Emily untuk bersalaman dengannya.

"Ah senang bertemu anda juga, saya Emily, panggil saja Ely" Jawabnya tenang sambil menyambut salaman Feli.

Tanpa basa-basi, Feli langsung menanyakan masalah kliennya.

"Jadi, anda butuh bantuan apa?" tanyanya.

Mendengar itu Emily berubah gugup dan bimbang, entah bagaimana cara dia menyampaikan hubungan yang terjadi antara Jeff dan suaminya.

Feli menatap bingung kliennya, Emily terlihat tidak siap mengatakan apapun.

'Aneh, kalau belum siap kesini, kenapa malah datang?' batin Feli.

"Permisi nyonya Ely" Tegur Feli.

Emily tersentak, dia sadar sudah membuat suasana jadi canggung, tatapan Feli membuatnya takut dan terpaksa menjawab.

"Ah, em begini, sebenarnya saya sudah menikah dan masalahnya ada pada suami saya" jawabnya tegang.

"Ooh, suami anda selingkuh?" Sahut Feli, mencoba menebak alur permasalahan kliennya.

"I-iya" jawab Emily.

"Oh, Jadi anda ingin saya menyelesaikan masalah ini?" Tanya Feli lagi dan kliennya mengangguk mengiyakan.

"Baiklah, anda ingin penyelesaian yang seperti apa nyonya? apa anda ingin rujuk? atau hanya ingin balas dendam atau anda ingin saya masuk dan membantu merusak hubungan mereka lalu membuat suami nyonya kembali kepada anda? atau mungkin nyonya punya keinginan selain yang saya tanyakan?"

Seperti biasa, Feli dengan sopan menanyakan kebutuhan klien.

Namun Emily terlihat cukup tegang dan takut, sepertinya dia datang ke Queen tanpa memantapkan hatinya.

Feli menghela nafas berat "Hahhh! Lebih baik nyonya tenangkan diri dulu lalu bertemu lagi dengan saya, maaf jadwal saya cukup banyak jadi tidak bisa membuang-buang waktu, bagaimana nyonya? anda mau bicara sekarang atau nanti saja?" tawarnya memaksa.

Emily merasa tidak enak, dia menggeleng dan mulai berbicara.

"Saya ingin suami saya kembali lagi dengan saya, tidak peduli apapun caranya, tolong pisahkan lelaki menjijikkan itu darinya, saya ingin suami saya kembali normal, saya ingin lelaki itu menderita karna sudah membuat suami saya belok, tolong siksa lelaki itu" Emily memohon sambil menangis, dia benar-benar tidak terima dengan keadaan suaminya.

Feli cukup terkejut, ternyata tugas ini akan lebih sulit karna hubungan kliennya cukup rumit.

"Baik, nyonya anda tenang dulu, saya ingin tahu, apa suami anda memang normal lalu berubah gay, atau memang dari dulu dia sudah gay?"

"Tidak, suamiku dulu normal, aku tidak tahu sejak kapan dia menjadi gay" jawabnya tersedu-sedu.

"Baiklah, nyonya, sepertinya ini akan memakan waktu cukup lama, jadi tugasnya akan selesai tergantung bagaimana respon suami anda, saya hanya bisa berjanji paling cepat 1 bulan, dan juga apa nyonya setuju bila saya masuk sebagai penengah dihubungan mereka? dan sepertinya anda juga akan cukup terganggu karna saya tidak akan menjaga perasaan nyonya, karna kali ini saya akan memakai tindakan ekstrim"

Emily terkejut mendengar penjelasan Feli tapi jika suaminya bisa kembali normal, dia akan melakukan apapun.

"Baiklah, saya terima"

Feli tersenyum puas.

"Jadi? Anda akan membayar saya berapa untui tugas ini?"

^^^/skip transaksi selesai^^^

...*...

...*...

Feli memijat keningnya, hari ini cukup banyak misi klien yang harus diselesaikannya dan sepertinya tugas dari Emily adalah yang paling sulit untuk bulan ini.

"Kai, selesaikan transaksi klien minggu ini, karna mulai minggu depan aku harus fokus dengan klien tadi, dia bersedia membayar mahal, aku tidak akan mengecewakannya" perintah Feli.

Kai mengangguk lalu kembali menyusun dokumen-dokumennya.

...*...

...*...

Jeff sedang memijit bahu suami Emily, dia terlihat mahir memainkan jari jemarinya, Edwin pun sama sekali tidak terganggu dengan tingkah Jeff.

"Sayang, apa kau mau ke apartemenku? akhir-akhir ini kan kamu jarang ketempatku" ajaknya manja.

Edwin memegang tangan Jeff dan menciumnya lembut.

"Aku kan sudah bilang, aku sibuk, aku bahkan belum pernah bertemu istriku lag--

"Aku tidak suka kamu membahas dia, sekarang kan ada aku sayang" Jeff jelas sengaja memotong ucapan Edwin.

"Baiklah, hari ini aku akan ke apartemen mu tapi sebentar saja ya, aku benar-benar sibuk" jawabnya mencoba menenangkan Jeff yang cemberut.

...*...

...*...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!