"CUTTTT.... WRAP..." ucap sang Floor Program Director.
Semua kru, talent dan peserta bertepuk tangan. Saling berjabat tangan bahkan ada yang berpelukan. Usai sudah acara Chef Academy, program kompetisi memasak para orang-orang yang punya passion di dunia kuliner, program acara yang digagas bersama oleh seorang celebrity chef terkenal saat ini, kompetisi ini untuk pertama kalinya diadakan disalah satu stasiun televisi swasta dengan rating yang bagus dan banyak ditiru sama televisi swasta lainnya sekarang ini.
Maleeq Dhanurendra, biasa disapa Ale, seorang Celebrity Chef yang sedang naik daun karena program memasaknya bersama selebritis atau para sosialita di negeri ini digemari banyak lapisan masyarakat, dia pula yang menggagas konsep acara Celebrity Chef bahkan menjadi mentor dan juri sekaligus.
Hari ini adalah Grand Final dari acara Chef Academy session satu, sudah didapatkan juara. Juaranya adalah seorang penjaga kantin sebuah SMA. Keinginan peserta tersebut untuk menimba ilmu sangat tinggi. Semua materi yang diberikan oleh mentor-mentor yang ahli dibidangnya mampu ia serap dengan baik. Rajin berlatih dan banyak membaca literatur masakan membuat poin plus peserta tersebut. Diawal episode, dia cukup terseok-seok dijajaran bottom three (tiga orang dengan nilai terbawah), tapi memasuki paruh kompetisi, ia bertransformasi menjadi kuda hitam dengan memenangkan berbagai challenge mingguannya.
Segera kru yang bertugas menghampiri dan melepaskan audio yang menempel ditubuh atletisnya Ale. Wajah ganteng dan maskulin, penampilan metroseksual, badan tegap dan sixpack, membuat banyak fansnya berasal dari kaum hawa. Bisa dibilang tidak ada yang bisa menolak pesonanya.
Namanya mulai terangkat saat program memasaknya menjadi acara variety show nomer satu, kemudian makin melejit saat terlibat sebagai salah satu juri acara memasak yang menjadikan orang biasa bisa menjadi seorang chef tanpa proses sekolah formal seperti dirinya.
Sebagai lulusan sekolah memasak diluar negeri dan pengalaman kerja disana, Ale lebih spesifik keahliannya kearah main course (makanan utama) tetapi makanan jenis western food. Bisa juga dia memasak masakan tradisional Indonesia, tapi sekedar yang umum aja. Baginya masak Indonesian food itu lebih sulit dibandingkan western food.
"Gimana Chef Ale... ini episode terakhir acara kita di stasiun televisi ini, saya dengar dari produser kalo Chef tidak mau perpanjang kontrak ya? tidak ada niat bikin session keduanya Chef?" tanya Program Director.
"Sudah cukuplah Mas selama setahun ini fokus mulai dari konsep acara, audisi hingga acaranya. Harus cari suasana baru dulu buat penyegaran" jawab Ale sambil mengecek HP nya.
"Tapi rating selalu tinggi Mas, pihak stasiun televisi minta dibuat lagi session duanya" rayu Program Director.
"Nantilah saya akan coba menggodok konsep baru dulu buat sesion kedua, jangan disajikan seperti sesion satu, nanti orang akan bosan, banyak pula sekarang acara sejenis di televisi sebelah. Sebagai pelopor acara seperti ini, harusnya kita memikirkan inovasi baru lagi, jangan sekedar copy paste dari session satu" ucap Ale.
"Tapi kita sudah siap men-direct lagi untuk Chef Academy sesion kedua, jangan dijual ke stasiun tetangga Chef" sahut Produser.
"Asal nominal oke, bisa lah diatur.. hehehe. Tapi memang saya belum berniat untuk terlibat lagi" ucap Ale yang sudah sangat akrab sama petinggi stasiun televisi ini.
"Bisa diatur Chef, wong CEO kita sendiri sudah menginstruksikan untuk mengontrak Chef Ale secara eksklusif, biar ga hijrah ke yang lain" ujar Manager Program.
"Saya sedang mempelajari kontrak menjadi brand ambassador sebuah merek mie. Karena disana saya diminta untuk mengembangkan produk juga. Ya penawaran menarik buat saya, karena akan keliling Indonesia buat menyapa diacara roadshow mereka. Hal yang sudah saya inginkan sejak lama, bisa traveling sambil memberikan ilmu yang saya punya. Lagipula restoran hasil kerjasama dengan kawan saya juga baru on going, jadi belum kepikiran buat lanjutan Chef Academy dulu.Masih berasa lumayan lelahnya setahun mulai dari audisi hingga Grand Final buat acara ini. Atau nanti saya kenalin sama Chef lain yang asyik juga kok orangnya buat sesion keduanya?" tawar Ale sambil merapihkan perlengkapannya bersama supirnya Anwar.
Anton asistennya sedang tidak bisa mendampingi karena sakit.
"Jangan dong Chef.. oke deh semoga penyegarannya ga lama ya, sukses sama semua rencananya Chef, pintu kami selalu terbuka kalo Chef mau bikin program apapun di stasiun televisi ini, keep contact ya Chef" ucap Program Director.
"Thanks... oh ya nanti malam jangan lupa, semua yang terlibat produksi saya undang farewell party di restoran baru saya, hasil kolaborasi sama teman, sudah saya kasih info alamatnya kan ya?" ingat Ale meyakinkan.
"Siap Chef, urusan makan-makan kita tuh gercep, apalagi resto itu kan Head Chefnya Maleeq Dhanurendra.. kebayang deh nih lidah akan dimanjakan sama sajian-sajian sensasional" kata Program Director sambil menjabat tangan Ale.
"See you there, jangan lupa ya.. semua kru ajak, saya siapin makanan yang banyak" ucap Ale sambil bergegas meninggalkan studio televisi.
Ale memakai kacamata hitam dan jaket jeansnya. Tas pun sudah berada menyilang didadanya, ga lupa dia memakai topi biar tidak perlu menata rambutnya yang sudah berantakan. Rupanya para wartawan menantinya diluar studio.
.
"Chef... Chef... kami ingin klarifikasi yang menyebutkan Anda sebagai penyuka sesama jenis, gimana tanggapannya Chef? "tanya salah satu wartawan.
Ale masih saja berjalan sambil menenteng tas berisi satu set pisau miliknya.
"Chef.. kemarin ramai juga kalo Chef punya affair sama seorang presenter stasiun televisi sebelah, tolong dong Chef klarifikasinya?" ucap wartawan lainnya.
"Hubungan Chef sama Felice katanya lebih dari sekedar best friend, kita tau bersama kalo status Felice sudah bersuami, dugaan sebagai pebinor yang belakangan menyerang Chef apa ga mengganggu kredibilitas nama baik Chef sendiri? kemarin Felice sudah klarifikasi semua, tapi Chef ga ada komen sama sekali" ucap wartawan saling ga sabar melontarkan pertanyaan.
Akhirnya Ale menghentikan langkahnya. Memberikan tas pisaunya ke Anwar untuk dibawa ke mobil.
"Saya mengiyakan semua yang Felice katakan, statementnya seperti apa silahkan didengar ulang. Mengenai penyuka sesama jenis, saya rasa salah alamat. I'm single dan available, so kapan aja saya bisa nikah kalo menemukan orang yang tepat. Udahlah ga usah terlalu dibesar-besarkan. Selama berita itu tidak keluar dari mulut saya, maka semua gosip belaka. Mengenai Felice .. no komen ya, karena sudah ada klarifikasi dari pihak Felice. Maaf ya, saya rasa cukup, saya ada kerjaan lagi, maaf ya .. permisi.. minta jalan ya Mas-Mas.. Mbak-mbak" pamit Ale sopan.
Walaupun imagenya dia sebagai seorang Chef yang tegas, jarang tersenyum dan blak-blakan kalo berbicara, realnya Chef Ale orangnya sangat ramah sama siapa aja.
Dia memang membuat image seperti juri yang tegas karena tuntutan dari tim kreatif yang memintanya menjadi sedingin itu terhadap peserta.
.
Malam ini Chef Ale menuju Restoran Laperpull, kongsian antara dia dan Lio, Adelio Daviandra (best friend sekaligus teman badboy nya dari jaman SMA).
Best friendnya ini lebih pandai secara management daripada dirinya, saat Ale memutuskan sekolah masak karena ada passion kearah kuliner sejak SMA , Lio memilih sekolah bisnis di negara yang sama. Ketika lulus, Ale memilih berkarier disana dan baru kembali ke Indonesia sekitar empat tahun yang lalu. Sedangkan Lio sudah balik ke tanah air sekitar sembilan tahun yang lalu. Saat ini mereka sudah memasuki usia tiga puluh lima tahun dan statusnya sama-sama belum menikah.
Selepas kuliah, dengan modal dari orangtuanya, Lio merintis bisnis kuliner. Tapi sejak Ale balik, semua bisnis kulinernya Lio dibawah tanggung jawab Ale untuk menu-menunya. Tapi dari sekian banyak rintisannya, baru Restoran Laperpull ini yang terkenal dan sudah punya tiga cabang di m
Mall Mall ternama se Jabodetabek. Mengambil konsep milenial dan media sosialable, lebih ditujukan untuk anak muda dan keluarga modern dalam menikmati waktu bersama keluarga serta memanjakan lidah tentunya.
Makanan yang disajikan di Restoran Laperpull adalah jenis western food tapi disesuaikan dengan lidah Indonesia. Ale memang tidak mau diekspose jika Restoran ini miliknya juga, jadi dia selalu bilang hanya jadi Head Chef disini. Lio pun paham kalo sobatnya yang satu ini hanya mau mikir tentang masakan aja, ga mau mikir kearah manajemen serta pemasarannya.
.
Malam farewell party diadakan disalah satu cabang barunya Laperpull, bangunan tiga lantai dengan konsep berbeda ditiap tingkatnya, para kru yang terlibat di Chef Academy akan dijamu di tingkat tiga, berkonsep outdoor ala-ala Bali, sofa berbentuk lucu dan warna warni serta hiasan payung ala-ala pantai tersusun dengan desain yang ciamik. Beratap langit dan bulan purnama malam ini, cukup membuat suasana jadi romantis.
Malam ini khusus lantai tiga akan ditutup untuk umum karena sudah disiapkan untuk acaranya Chef Ale.
Sang Chef sudah menyiapkan menu pumpkin soup (sup labu), onion ring (bawang bombay yang digoreng dengan tepung), garlic bread (roti bawang putih), lemon herb roasted potatoes (kentang panggang ditaburi daun parsley dan lemon), chicken cordon bleu (ayam yang dililit bersama keju dan dilapisi tepung panir kemudian digoreng), beef tenderloin salad, truffle pizza (pizza jamur truffle yang konon termasuk jenis jamur mahal di dunia), original buttermilk pancake (pancake rasa susu dan mentega) dan berbagai jus buah tropical serta lime squash.
.
Musik pun sudah dipasang untuk memeriahkan acara. Semua tampak enjoy hangout, makan bareng, ngobrol ngalor ngidul tanpa memandang jabatan seperti di kantor atau studio. Menurut para kru yang terlibat, baru kali ini kerja dengan suasana kekeluargaan yang sangat kental.
Semua talent juga tampak akrab, bahkan para peserta Chef Academy menggunakan momen ini sebagai kenangan bersama-sama karena mulai besok sudah balik ke daerahnya masing-masing.
💠
Alawiyah (Wiya), ikut farewell partynya Ale malam ini karena dia termasuk salah satu tim kreatif acara. Karena Nyaknya rada ribet kalo acara diadakan malam hari, jadilah dia mengajak sepupunya Julaikha (Ulay) untuk mendampingi.
Tadinya Ulay ga mau ikut, tapi Wiya memaksa biar dia bisa ikut acara farewell party ini. Karena hubungan sepupu ini sangat erat, jadilah Ulay mengalah menjadi tameng buat Wiya.
.
Dandanan Ulay yang jauh beda sama tim kru televisi sangat terlihat jelas. Saat para kru makan dan bercanda bersama, Ulay memilih menepikan diri di lantai dua. Di lantai ini lebih berkonsep untuk orang kerja dan tempat meeting. Hampir semua berornamen kayu dengan pemilihan interior seperti berada di rumah Nenek tempo dulu. Suasananya tidak terlalu terang, tapi disetiap meja dilengkapi dengan lampu baca yang unik. Sentuhan selera lelaki sangat terasa di lantai dua ini, karena terkesan tegas dan serius.
Untuk lantai satu, konsepnya untuk family, desainnya gaya industrialis, seperti box kontainer di pelabuhan dan tempat duduknya banyak dari modifikasi besi walaupun diberi dudukan busa yang empuk.
.
Ulay duduk di kursi tinggi model bar menghadap ke rak buku yang bisa bebas dibaca oleh para pengunjung Restoran Laperpull. Dandanannya simple aja, ga seperti Wiya yang rada girly, Ulay bercelana jeans dan kaos serta jilbab model pashmina menghiasi kepalanya, dilengkapi dengan sepatu kets dan tas kecil untuk membawa dompet dan HP. Wardrobenya kali ini pun pakai punyanya Wiya semua.
Sebagai anak tunggal dari tukang sayur, pastinya dia tidak mampu membeli barang branded meskipun KW seperti ini. Usia Ulay lebih tua tiga tahun dari Wiya, bulan depan usianya sudah masuk kepala tiga dan masih sendiri hingga detik ini.
Diambilnya buku tentang potensi diri yang tampak menarik matanya untuk dibaca. Sebagai seorang guru PAUD, pastilah dia harus belajar menggali potensinya untuk bisa mengajar muridnya dengan baik. Dulu Ulay mendapat tawaran kuliah di jurusan pendidikan usia dini dari sebuah kampus negeri tersohor di Jakarta dengan jalur nilai akademis di SMA. Prestasi akademiknya yang bagus membuat dia bisa masuk tanpa tes. Ketika dinyatakan lulus seleksi dan melewati sesi wawancara bersama orang tuanya, Ulay bisa dikategorikan sebagai mahasiswa yang orang tuanya tidak berpenghasilan tetap dan bertempat tinggal kurang dari tujuh puluh meter persegi dan statusnya kontrak. Sehingga saat mahasiswa yang lain membayar uang semesteran hingga lima juta rupiah, dia cukup membayar lima ratus ribu rupiah saja per semesternya.
Berat memang perjuangannya selama menempuh bangku perkuliahan, terutama untuk ongkos dan membeli buku literatur serta tugas-tugas yang memerlukan laptop. Saat kuliah dulu, orang tuanya terpaksa meminjam uang ke orang tuanya Wiya dan tiap bulan dicicil. Alhamdulillah Uwak lakinya (bapaknya Wiya) memberikan pinjaman dengan pelunasan yang bebas kapanpun dibayarnya.
Orang tua Ulay membuka warung sayur kecil-kecilan didepan rumah, setelah Babanya sudah tidak kuat lagi menjadi tukang sayur keliling akibat terserang stroke ringan setahun yang lalu.
Memang masih bisa jalan dan beraktivitas normal tapi tenaga tidak sekuat dulu, mudah lelah dan lemas. Demi dapur ngebul, pekarangan depan rumahnya dijadikan warung, hanya ada meja dan atasnya dipasang terpal plastik agar tidak kepanasan dan kehujanan.
Gerobak Baba Somad (Bapaknya Ulay) dijual untuk tambah modal dagang sayuran. Tiap harinya, jam dua malam, Ulay yang belanja ke pasar induk untuk belanja dagangan yang akan dijual sama Nyak dan Babanya di pagi hari. Karena udah langganan, jadi biasanya pesan sehari sebelumnya dan tinggal ambil bayar saja.
Ulay ke pasar induk membawa motor bekas yang dibelinya dengan cara menabung dari gajinya dan patungan sama orang tuanya. Pulang dari pasar induk sekitar jam empat subuh, seusai sholat subuh, dia biasanya membersihkan rumah, masak dan nyuci jemur.
Sedangkan orangtuanya menyiapkan dagangan. Jam tujuh pagi semua selesai dan gantian sarapan, setengah jam kemudian Ulay berangkat ke PAUD yang berjarak hanya sekitar tiga ratus meter dari rumahnya.
Di sekolah dia dipanggil dengan nama Bu Ikha, tapi lingkungan rumah dan keluarga, semua memanggilnya dengan panggilan kecilnya, Ulay.
.
Lembar demi lembar buku dibaca Ulay, bukunya ringan dibaca tapi berbobot. Wiya membawakan Ulay lime squash, onion ring dan chicken cordon bleu dari lantai tiga, karena Ulay menolak bergabung bersama. Pada intinya Ulay ini jenis manusia pemakan segalanya, tapi hidangan yang tersaji kali ini baru pertama kali melewati tenggorokannya kecuali lime squash.
.
"Rombongan kru TV ya?" sapa Lio yang membuat kaget Ulay.
Karena hari ini weekday, jadinya tidak terlalu ramai.
"Iya" jawab Ulay sopan.
"Kok ga gabung di lantai atas? Chef Ale nya kan ada diatas" ujar Lio.
"Sebenarnya saya hanya mendampingi salah satu kru aja, karena merasa ga nyaman pindah kesini, liat lantai dua ini kayanya lebih menarik" jelas Ulay.
"Oh ya.. perkenalkan saya Lio, owner Restoran ini" kenal Lio.
"Ikha..." jawab Ulay singkat.
Memang jika berkenalan, Ulay akan memakai nama formalnya.
"Bagaimana makanannya?" tanya Lio meminta pendapat.
"Ga diragukan memang hasil karya Chef yang lagi naik daun. Kalo kita liat di TV aja keliatan banget sangat teliti dan perfeksionis. Enak banget ini, semua pas" ungkap Ulay.
"Ya... dia memang pria yang perfeksionis" lanjut Lio.
"Anda ga ikut bergabung diatas Pak?" tanya Ulay.
"Walaupun bisnis saya dibidang seperti ini, kayanya lebih enak menikmati rasa sepi ditengah keramaian, sama kaya kamu.. oh ya satu lagi, jangan panggil Pak.. panggil Lio atau Mas Lio aja" kata Lio.
Ulay hanya tersenyum dan kembali membaca. Lio pun ikut mengambil buku di rak kemudian memesan secangkir kopi hitam tanpa gula ke waiter.
.
"Ulay... pulang yuk, udah jam sepuluh lewat nih, ntar Nyak gw bawel" ajak Wiya sambil menghampiri Ulay.
"Permisi ya Mas, terima kasih atas sajiannya" pamit Ulay ke Lio.
Lio memperhatikan Wiya dan Ulay yang menuruni tangga tidak jauh dari tempatnya duduk hingga keduanya tak nampak lagi dimatanya. Ada sebuah senyum mengembang dibibirnya. Senyum yang sulit diartikan.
"Who is she?" tanya Ale karena heran melihat Lio tersenyum seorang diri.
"Just our customers" jawab Lio.
"Ohhh" ucap Ale sambil tersenyum.
"Mau bubar jam berapa nih para kru? anak-anak kan harus dihitung lemburan kalo diatas jam sepuluh malam" tanya Lio.
"Jam sebelas atau dua belasan lah, biar mereka refreshing, kan mereka juga bantu gw selama setahun belakangan ini. Lagian ini Jakarta Bro, jam segini mah masih sore, kalo perlu sampe jam dua pagi. Anak-anak kalo mau pulang gapapa, besok aja bebenah after party nya" ucap Ale sambil minum air mineral.
"Tawaran jadi Head Chef di Hotel bintang empat itu ga jadi diambil?" tanya Lio lagi.
"Ga kayanya... Lo tau kan gw males sama kerja yang kebanyakan nulisnya daripada masak. Dapur itu surga dunia Bro... that's my life. Kalo jadi Head Chef di Hotel malah sibuk ngurus bikin menu baru dan nyusun menu harian. Males gw yang terlalu formal. Lagi kerjanya pake waktu, cuma libur seminggu sekali, kapan kita nyari pasangan Bro.. hahahaha" ucap Ale dengan mudahnya.
"Kita kayanya emang beneran harus buru-buru cari pasangan terus kawin, kalo ga .. kita akan terus terbenam sama kerjaan. Belakangan ini gw baru kepikiran sama perkataan orang tua. Kalo udah keenakan di zona nyaman kesendirian kita, akan sulit buat beranjak dari sana. Kadang hidup lucu ya, orang bilang laki-laki model kaya kita akan mudah dapat pasangan. Secara ganteng, kaya, mapan.. tapi nyatanya jauh api dari panggang. Kita sreg eh cewenya ngga, begitu pun sebaliknya. Susah mendapatkan wanita yang bisa mengerti dunia kita" kata Lio serius.
Ale tersenyum sinis. Kemudian mengorek kupingnya yang ga gatel.
"Kenapa kuping Lo? kemasukan binatang?" tanya Lio.
"Ga salah denger nih gw kalo Lo ada niat mau nikah? kuping gw kayanya sih ga bermasalah, jadi masih denger omongan Lo tadi" ledek Ale.
"Siaul Lo, gw kan juga mau kawin" ucap Lio.
"Alah.. gaya Lo ngomong kawin.. bukannya udah sering?" canda Ale.
"Ga mungkin dong seumur hidup kita jadi bajingan mulu Bro, gw juga mau hidup kaya orang-orang normal, punya keluarga dan anak-anak, ada sebuah rumah tempat gw pulang, ya begitulah pokoknya" gambaran Lio.
"Kan Lo udah lama sama Marsha, kenapa ga dilegalin aja sih, Lo udah setahun ini tinggal bareng kan sama dia, mau nunggu apa lagi? kawin mah udah sering kali, tinggal urus buku burung garuda aja" ujar Ale sambil mengecek HP nya.
"Marsha cuma buat happy-happy aja Bro, gw mau cari cewe baik-baik lah buat jadi calon ibu dari anak-anak gw. Marsha mah sekedar teman tidur, lagian dia ga mau punya anak, obsesinya jadi model papan atas masih berkobar. Dia belum mau nikah sama gw. Lagipula kita udah ga tinggal bareng di apartemen gw, udah pindah ke apartemen dia" jelas Lio.
"Lo berdua mau hidup bareng tapi ga mau nikah? Biasanya kan cewe pasti nuntut dinikahin, ini kok malah sukanya begitu" ucap Ale heran.
"Come on Bro.. Lo juga sama kan? ga usah deh nasehatin gw, Lo sendiri lebih parah dari gw, main gila sama bini orang" tutur Lio.
"Tapi gw ga kumpul kebo kaya Lo, kita melakukan karena cinta" ucap Ale santai.
"Ga kumpul kebo tapi tiap ketemu bobo bareng? apa bedanya Bro?" kata Lio ketawa ngakak.
Ale terdiam, tidak bisa lagi menjawab pernyataan dari Lio.
🍒
"Ngobrol sama siapa tadi?" tanya Wiya penasaran saat didalam taksi online.
"Oh.. laki-laki yang tadi? itu owner Resto tempat Lo party" jawab Ulay.
"Widih.... Mantep dah misan (sepupu) gw yang satu ini. Udah mulai mau buka lowongan nih kayanya" ledek Wiya.
"Ga lah... sekedar ngobrol-ngobrol aja kok, itu kan bagian service ke customer bukan? Biasalah owner, mereka kan juga perlu menggali pendapat customer demi meningkatkan kualitas restorannya" papar Ulay dengan santai.
"Baiqqlahhhh" kata Wiya menyerah.
.
Udah cape rasanya semua keluarga menasehati Ulay untuk segera menikah, termasuk Wiya yang rencananya akan menikah sebulan lagi, padahal usianya lebih muda tiga tahun dari Ulay. Wiya yang sebentar lagi menikah, sudah berusia dua puluh tujuh tahun aja keluarga merasa sudah cukup ketuaan untuk menikah, apalagi Ulay yang usianya ada diatasnya.
🌺
Ale dan Lio menuju teras lantai dua, keduanya mengeluarkan vapenya masing-masing dan mengebulkan asapnya ke udara.
"Keluarga Lo gimana pas tau Marsha tinggal bareng di apartemen?" tanya Ale rada kepo.
Kemarin dari supirnya Lio, Ale baru tau kalo Apartemen Lio abis disidak sama keluarganya seminggu yang lalu.
"Ya gw jelasin semuanya. Antara gw sama Marsha itu hubungan simbiosis mutualisme, gw butuh buat mencurahkan hasrat kejantanan, dia butuh tempat tinggal dan uang buat menunjang penampilannya sebagai model" jelas Lio enteng.
"Lo ga disuruh kawin sama nyokap?" lanjut Ale.
"Biar kata keluarga gw tuh ga jalanin agama dengan taat, tapi mereka juga tau cuy mana yang bisa dijadiin mantu apa ngga. Cewe bisa dipake kaya gitu mah, ga bisalah dijadiin istri. Ntar adanya dia nyambi ke yang lain juga. Kaya sekarang nih, dia udah ga pulang dua hari, katanya sih ada pemotretan, ya gw mah percaya ajalah, toh diantara kami ga ada ikatan apapun, jadi ga bisa saling cemburu. Lagi gw mah punya cewe cadangan, ada tuh yang lagi nunggu gw jemput malam ini buat ke apartemen" ucap Lio sambil menghembuskan kepulan asap vapenya.
"Gw ga bisa kaya Lo. Dengan cepatnya berpindah dari pelukan wanita yang satu ke pelukan wanita lainnya" sahut Ale.
"Karena dia kan? cupu Lo..." jawab Lio.
Kemudian keduanya memandang bulan.
💠
Orangtuanya Ulay kalo selepas dzuhur biasanya udah ga repot, hanya sedang merapihkan sayuran aja, sudah jarang ada yang beli kalo siang, sambil membersihkan sampah-sampah yang tergeletak dibawah.
"Somad ... pegimane tuh si Ulay, anak Mpok udah hampir mentas semua dah nih, bontot (Wiya) sebulanan lagi udah mau kawin. Udah sih anak Lu cuma semata wayang, udah tua, kaga kawin-kawin" ujar Wak Yani (kakaknya Somad, Uwaknya Ulay).
"Kaga paham dah Mpok, mulut nih udah bebusa dah ngomong ama Ulay masalah yang itu" jawab Somad sambil merapihkan umbi-umbian kedalam karung.
"Lu cariin jodoh gih, comblangin ama anak sini dah.. pan banyak tuh, mau punya anak kapan kalo nikah udah diatas tiga puluh taun? Kalo dia langsung bunting, kalo kaga? emang Lu berdua kaga pengenan nimang cucu?" tambah Wak Yani.
Somad dan Marpuah (ibunya Ulay) cuma bisa saling memandang.
"Ntar aye coba ajak ngomong lagi dah Mpok. Kali aja dia berubah pikiran ngeliat Wiya mau kawin" jawab Marpuah meredakan omongannya Wak Yani.
Orang tuanya Ulay dan Wak Yani masih ngobrol, Ulay baru saja pulang habis mengajar. Dia mencium tangan orang tuanya dan Uwak Yani yang rumahnya bersebelahan sama rumah kontrakannya Ulay.
"Ulay, Lu kaga kasianan ama orang tua? Lu kaga muda lagi, inget umur makin nambah. Masih aja ga mau kawin juga" cerocos Wak Yani.
"Jodohnya belum datang Wak" jawab Ulay sambil membantu rapihin buah kedalam keranjang plastik.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!