“Woaaaa.... Ini sangat menyakitkan!.” teriak lantang seorang pemuda sampai membuat burung-burung di sekitarnya terbang berhamburan.
Baru juga berteriak, pemuda itu menyadari ada suatu keanehan. “Tubuhku masih utuh, bukannya ledakan bom sudah menghancurkan tubuhku?. Dan lagi apa sebenarnya yang terjadi?. Bukannya luka karena ledakan, aku justru merasakan luka yang terasa seperti terkena terkaman binatang buas.”
Tangan pemuda itu meraba bahunya yang terdapat luka bekas terkaman binatang buas. Luka di bahunya masih baru, dan luka itu terlihat cukup parah, terlihat dari darah yang masih merembes keluar dari luka di bahunya.
“Arrgghhhh....” pemuda itu kembali berteriak saat rasa sakit menyerang kepalanya, dan bersamaan dengan rasa sakit di kepalanya, sebuah ingatan aneh terngiang di ingatannya.
Tak tahan akan rasa sakit di kepalanya, pemuda itu akhirnya jatuh pingsan.
----------
Di tepian sungai yang mengalir membelah hutan yang begitu rimbun, seorang pemuda berusia belasan tahun beberapa kali mengerjapkan mata, setelah tersadar dari pingsannya. “Ingatan ini benar-benar nyata. Melihat apa yang ada di sekitarku, sepertinya aku benar-benar sudah mati dan terlempar ke dunia lain.” kata-kata pemuda itu terdengar begitu lirih, menandakan jika dia masih begitu lemah.
“Raga yang saat ini aku tempati memiliki nama dan usia yang sama persis denganku. Bahkan dalam ingatan yang aku terima, rupa pemuda ini tak ada bedanya dengan rupa ku saat di bumi.” si pemuda yang tak lain adalah Reinar. Seorang tentara muda yang mati karena sebuah ledakan bom. Namun bukannya menuju alam penghakiman, jiwa Reinar justru terdampar ke dunia lain dan menyatu dengan jiwa seorang pemuda.
“Seorang Pangeran lemah dari Kekaisaran Terkuat. Tidak di akui keluarganya, tapi di cintai banyak rakyat karena kebaikannya. Pangeran kedua Reinar Alfonsius, tenanglah di alam kematian, biarkan aku membalaskan rasa kecewamu, dan membuktikan ke mereka jika kamu bukanlah sosok lemah.” Reinar tersenyum saat dia menyelesaikan kata-katanya.
“Uhhh, benar-benar tubuh yang lemah.” Reinar mencoba berdiri, tapi tubuhnya begitu lemas tak bertenaga. “Dengan tubuh asliku, luka seperti ini tak akan menghambat ku.” Kata Reinar setelah bangkit dan berdiri tegak.
“Di dunia ini ada yang namanya sihir, dan tubuh yang aku tempati hanya memiliki elemen sihir cahaya. Sihir cahaya hanya sihir penyembuh, karena itu tubuh ini sangat lemah, di tambah pemilik asli tubuh ini jarang melakukan latihan fisik. Hah, benar-benar ketidak beruntungan di tempat baru.”
Saat sedang bergumam, Reinar tanpa sengaja melihat ada pemandangan aneh di pandangan matanya. “Sebuah panel?.” kebingungan segera melanda Reinar, namun itu hanya sesaat.
“Jangan bilang ini mirip dengan game yang sering aku mainkan?.” tanpa rasa curiga, Reinar menekan panel aneh yang ada di depannya. Tiba-tiba tabel transparan dengan beberapa tulisan muncul di depan Reinar.
[Nama] : [Reinar Alfonsius]
[Umur] : [17 Tahun]
[Ras] : [Manusia]
[Level] : [ 1 ] nex level [0/5]
[Job] : [ - ]
[Elemen] : [Cahaya] [ ? ] [ ? ] [ ? ] [ ? ]
[Strength] : [ 3 ]
[Agility] : [ 5 ]
[Vitality] : [ 2 / 4 ]
[Stamina] : [ 1 / 5 ]
[Mana] : [ 20 / 20 ]
[Point] : [ 0 ]
[Skill] : [ Appraisal ]
[Coin] : [1.000]
Reinar fokus menatap tabel transparan yang ada di depannya. Tabel itu berisi status awal yang dia miliki di dunia yang baru dia tempati, dan satu gambaran terlukis jelas di pikiran Reinar saat melihat statusnya. “Aku benar-benar sangat lemah.” Reinar meratapi statusnya yang sangat jauh dari kata kuat.
“Melihat tabel di hadapanku, aku merasa seperti di dunia game. Dari ingatan tubuh yang aku tempati, kehidupan di dunia ini sama persis dengan apa yang ada di dalam game yang sering aku mainkan. Sepertinya yang aku katakan pada Jenderal benar adanya. Bermain game di waktu luang bisa membantu kehidupan.”
Tanpa membuang waktu Reinar segera melakukan apa yang biasa di lakukan seorang pemula di dalam game yang tengah dia mainkan. “Dengan elemen cahaya seharusnya aku bisa memulihkan diriku sendiri. Tapi sayangnya aku tidak memiliki satupun skill untuk melakukan itu.” Reinar dengan langkah tertatih dia bergerak mencari makanan, sekaligus mencari sesuatu untuk mengobati lukanya.
Tak lupa sebelum melangkah, Reinar menghilangkan tabel statusnya karena cukup mengganggu arah pandangan matanya.
“Beruntungnya di hutan ini banyak buah-buahan matang dan siap di petik. Pohon buah di hutan ini juga sangat pendek. Setelah kesialan, sekarang aku mulai merasa beruntung.” buah berwarna merah berbentuk hati sudah berada di genggaman Reinar. “Bentuk buah ini sangat unik. Semoga saja tidak beracun.” Reinar melakukan gigitan besar pada buah di tangannya. Rasa manis dan segar segera memenuhi rongga mulut dan membasahi kerongkongannya yang kering.
“Manis dan menyegarkan. Entah kenapa aku merasa buah ini mirip buah apel.” Reinar terus memakan buah-buahan berbentuk hati, dan tanpa terasa dia sudah menghabiskan sepuluh buah. “Aku sangat kenyang.” Reinar mengelus perutnya yang terasa penuh.
Tanpa Reinar sadari, luka-luka di tubuhnya sudah sembuh saat dia selesai mengkonsumsi buah hati yang pertama. Reinar yang baru bersendawa, dia baru menyadari ada yang aneh dengan tubuhnya. “Luka di tubuhku sembuh, dan aku merasa tubuhku sedikit lebih bertenaga.” berpikir tentang keanehan tubuhnya, Reinar melihat pohon bunga hati di depannya tiba-tiba layu dan mati dalam hitungan detik.
“Jangan katakan jika buah yang baru aku makan adalah buah ajaib, dan buah itu juga yang menyebabkan perubahan pada tubuhku.” belum hilang kebingungan Reinar, tiba-tiba tubuhnya merasakan rasa yang teramat panas dari perutnya dan perlahan menyebar ke seluruh tubuh.
“Sialan, sepertinya buah yang aku makan juga beracun.” kata Reinar sambil memegangi perutnya. Saat Reinar menekan perutnya, tiba-tiba rasa panas di tubuhnya berganti dengan rasa yang mirip saat tersengat aliran listrik.
“Arrggghhh....” teriak Reinar terdengar begitu keras saat rasa panas dan sengatan aliran listrik terasa menggerogoti seluruh tubuhnya.
Setelah rasa panas dan sengatan listrik, kini Rein merasakan hawa dingin yang menusuk sampai ke tulangnya. Jutaan jarum tajam seperti menghujami tubuhnya saat hawa dingin menyerang tubuh Reinar. “Huaaaa....” kali ini teriakan Reinar terdengar semakin keras, seolah seluruh penghuni hutan bisa mendengar teriakannya.
Rasa panas, sengatan listrik, dan hawa dingin. Tiga siksaan itu silih berganti Reinar rasakan.
Satu hari berlalu, dan kini genap 1 minggu Reinar pingsan setelah mengalami siksaan yang begitu menyakitkan. Setelah sehari mengalami siksaan, Reinar jatuh pingsan, dan tepat di hari ketujuh tubuh Reinar mulai bergerak-gerak. Berkali Reinar mengerjapkan matanya, tapi tetap saja dia merasakan silau akibat berhari-hari jatuh pingsan.
“Uhhh.... Berapa lama aku pingsan?, dan apa aku sudah mati?.” kata Reinar sambil mengingat kejadian terakhir yang dia ingat. “Aku cuma ingat rasa sakit dan pingsan. Melihat tempat ini, sepertinya aku benar-benar cuma pingsan dan masih hidup.”
Reinar berdiri, dan kembali dia merasakan keanehan di tubuhnya. “Tubuh ini terasa berkali-kali lebih kuat. Pendengaran ku semakin tajam, dan mataku semakin terang saat melihat. Hutan yang kemarin-kemarin terlihat cukup gelap, kini terasa terang.” sebuah kalimat keluar dari mulut Reinar saat dia merasakan keanehan pada tubuhnya.
“Tunggu dulu!. Ini cuma perasaanku atau memang kenyataan. Sepertinya aku menjadi lebih kuat setelah siksaan yang begitu menyakitkan.” gumamnya sambil mengayunkan tangan, meninju udara kosong yang ada di depannya. “Otot-otot di tubuh ini juga terlihat lebih kuat, dan tubuh yang kurus kini berganti dengan tubuh ideal.” tiba-tiba Reinar tersenyum dan sekali lagi dia mengayunkan tangannya memukul udara kosong di depannya.
“Tubuh ini sekarang terasa jauh lebih baik dari tubuh asliku.” Rein mengepalkan tangannya. “Baiklah, sekarang saatnya menaikkan level. Jika dunia ini benar-benar mirip game, aku cukup membunuh binatang buas atau monster untuk menaikkan levelku, dan lebih baik aku memulai dengan membunuh mereka yang lemah.” kata Reinar saat dia melihat sosok hijau melintas di depannya.
“It's show time.”
----------
*Tbc*
Reinar berdiri di atas dahan sebuah pohon, setelah beberapa waktu lalu memanjatnya. Dengan sorot mata tajam, mata Reinar menatap makhluk berwarna hijau setinggi satu setengah meter yang berada tak begitu jauh dari tempatnya. “Kalau tidak salah makhluk itu goblin, dan dia bukan binatang buas melainkan monster.” gumam Rein tanpa mengalihkan arah pandangannya.
Goblin yang di amati Reinar tidaklah sendiri, melainkan ada lima goblin. Goblin selalu berkelompok, jadi wajar melihat jumlah mereka yang lebih dari satu.
“Mereka berkelompok, tapi mereka tidak cerdas. Akan sangat mudah membunuh mereka satu persatu.”
Goblin di kenal sebagai monster terlemah dan terbod**. Mereka hanya unggul jumlah, tapi mengalahkan goblin seperti mereka sangatlah mudah. Di dalam game, seorang pemain level satu bisa membunuh lima goblin dengan mengandalkan kecerdasan.
“Mereka hanya goblin biasa, beda halnya dengan goblin soldier. Bertemu mereka dengan levelku saat ini, itu mimpi buruk.”
Reinar menarik keluar pedang yang sejak awal sudah terikat di pinggangnya. Selain pedang, ada juga belati kecil yang ada di pinggangnya. Melihat salah satu goblin menjauh dari kawanannya, Reinar turun dari pohon dan berjalan mengendap-endap kearah goblin yang dia incar. “Kena kau!.” dengan satu ayunan pedang kuat, Reinar berhasil memenggal kepala goblin tanpa membuat banyak suara.
Selesai membunuh goblin, muncul tabel notifikasi di depan Reinar. [exp +5 > level up + 1.000 coint] nex level [0 / 7] [+5 point]
“Satu goblin bisa membuatku naik satu level. Dengan sisa empat goblin seharusnya bisa menaikkan levelku sampai level 3.” Reinar tersenyum sesaat, dan kembali dia melanjutkan membunuh empat goblin yang tersisa.
10 menit berlalu akhirnya Rein berhasil membunuh kelima goblin, dan kini levelnya telah mencapai level 3 tapi itu masihlah terlalu lemah. Ingin mengetahui perkembangannya, Reinar kembali melihat tabel status miliknya.
[Nama] : [Reinar Alfonsius]
[Umur] : [17 Tahun]
[Ras] : [Manusia]
[Level] : [ 3 ] nex level [4/11]
[Job] : [ - ]
[Elemen] : [Cahaya] [Api] [Es] [Petir] [ ? ]
[Strength] : [ 3 ]
[Agility] : [ 5 ]
[Vitality] : [ 4 / 4 ]
[Stamina] : [ 5 / 5 ]
[Luck] : [ 10 ]
[Mana] : [ 50 / 50 ]
[Point] : [ 15 ]
[Skill] : [ Appraisal ]
[Coint] : [4.000]
“Aku memiliki 15 poin. Sepertinya poin-poin ini bisa di alokasikan untuk meningkatkan kekuatanku. Untuk mana, poin mana akan meningkat bersama dengan kenaikan level yang aku miliki.” gumam Rainer yang kemudian dia membagi rata seluruh poinnya ke lima kekuatan yang perlu dia tingkatkan. “Dengan begini aku sedikit lebih kuat.”
Baru ingin menutup tabel statusnya, Rainer melihat sesuatu yang membuatnya tersenyum lebar. “Siksaan yang aku alami telah menambah keberuntungan ku. Rasa panas, sengatan listrik, dan rasa dingin yang menusuk tulang, membuat aku memiliki tiga elemen lainnya. Apapun nama buah yang saat iku ku makan, buah itu benar-benar ajaib.”
Selesai melihat tabel status dan melihat tiga elemen barunya, Reinar kembali berburu. Tanpa skill, Reinar hanya mengandalkan pedang dan teknik beladiri yang dia kuasai. Sesekali dia mengkombinasikan semua kebolehannya, dan itu sangat berguna saat berburu.
Sehari semalam sudah berlalu, dan genap satu hari Reinar berburu tanpa henti. Kekuatan Reinar meningkat dengan pesat. Membunuh sepuluh goblin bahkan tidak lagi mampu menaikkan levelnya.
“Sring, Crash....” kepala goblin terpisah dari tubuhnya, dan setelah itu muncul tabel transparan di depan Reinar.
[exp +5 > level up +2.000 coint] nex level [0 / 58] [+5 poin]
“Semakin tinggi levelku, semakin banyak pula exp yang aku butuhkan utuk menaikkan level, tapi semua itu berbanding lurus dengan kekuatanku yang terus meningkat.” gumam Reinar. “Coint yang aku dapatkan juga semakin banyak, tapi aku belum tahu kegunaannya. Lebih baik sekarang aku menggunakan point yang aku dapat untuk meningkatkan kekuatanku. Setelah meningkatkan level dari level 3 ke level 20, aku sama sekali belum menggunakan poinku. Setidaknya aku punya 85 poin, dan akan aku bagi rata semuanya.”
Reinar kembali membuka tabel statusnya, dan setelah level 20, ada yang baru dalam tabel status Reinar.
Nama] : [Reinar Alfonsius]
[Umur] : [17 Tahun]
[Ras] : [Manusia]
[Level] : [ 20 ] nex level [0/58]
[Job] : [ - ]
[Elemen] : [Cahaya] [Api] [Es] [Petir] [ ? ]
[Strength] : [ 23 ]
[Agility] : [ 25 ]
[Vitality] : [ 24 / 24 ]
[Stamina] : [ 25 / 25 ]
[Luck] : [ 30 ]
[Mana] : [ 220 / 220 ]
[Point] : [ 0 ]
[Skill] : [ Appraisal ]
[Coint] : [31.000]
[Shop]
Ada panel shop di tabel statusnya, dan panel itu bisa di tekan. “Mungkin coint berguna untuk membeli barang-barang di shop. Semoga ada skill dan senjata yang bisa aku beli. Pedangku mulai retak, dan aku benar-benar butuh skill.”
Reinar menekan panel shop, dan seketika muncul panel lainnya yang menunjukkan apa saja yang di jual di shop. Senjata, armor, dan skill. Tiga kebutuhan Reinar ternyata tersedia di shop. Selain tiga hal itu ada juga panel makanan, minuman, dan obat.
Membuka satu persatu panel, Reinar akhirnya membeli tiga hal yang dia butuhkan. Sebuah pedang, black sword, sebuah light armor, dan dua buah buku skill di beli Reinar menggunakan setengah coint yang dia miliki.
Black sword, sebuah pedang tingkat normal level 3. Light armor, armor ringan level 3. Skill Fireballs dan skill Healing, dua buku skill tingkat rendah yang dibeli Reinar. Sebelum meninggalkan hutan, Rein ingin lebih dulu mempelajari dua buku skill yang dia beli.
“Hari masih siang. Daripada menghamburkan coint untuk membeli makanan, lebih baik aku berburu makanan di hutan.” Reinar kembali berjalan menyusuri hutan. Dengan perlengkapan yang dia kenakan, sekarang dia lebih percaya diri menghadapi lawan yang lebih kuat dari goblin.
Sambil berjalan, Reinar membuka buku skill Fireballs. Saat buku itu terbuka, semua tulisan di dalam buku seketika berubah menjadi bulir cahaya dan masuk ke kening Reinar. Proses itu berlangsung sangat cepat, dan setelah proses berakhir Reinar sudah mengetahui cara menggunakan skill Fireballs.
Skill Fireballs memerlukan 1 mana untuk membuat bola api sebesar genggaman tangan. Semakin banyak mana di gunakan, semakin besar juga bola api yang bisa di bentuk.
“Skill Fireballs memang skill tingkat rendah. Tapi dengan penggunaan mana yang banyak, skill ini akan sangat-sangat mengerikan.” gumam Reinar sebelum dia mempelajari skill Healing.
Skill Healing, mampu menyembuhkan luka ringan, baik luka luar atau luka dalam. Skill Healing akan semakin kuat saat di gunakan pemilik elemen cahaya.
“Dua skill yang sangat berguna. Setidaknya sekarang aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri.” kata Reinar begitu dia selesai mempelajari dua buku skill yang kini hanya menjadi lembaran kertas kosong.
----------
Langit mulai gelap saat Reinar selesai memanggang daging kelinci yang berhasil dia tangkap. Seekor kelinci seukuran kambing muda berhasil Reinar tangkap, dan di ubah menjadi daging kelinci bakar yang menggugah selera biarpun tanpa bumbu.
“Selesai makan lebih baik aku mencari tempat bermalam. Sejak kemarin aku belum istirahat, setidaknya malam ini aku akan istirahat, dan aku butuh tempat yang aman.” Reinar makan daging bakar sambil berjalan, dan akhirnya sampailah dia di sebuah gua.“Tempat ini cukup nyaman, dan terlihat aman. Gua ini berada di pinggiran hutan, setidaknya hanya binatang biasa yang ada di sekitar tempat ini.” Reinar membaringkan tubuhnya di atas sebuah batu, dan tak butuh waktu lama dia sudah tertidur dengan lelapnya.
----------
Pagi hari menyapa Reinar yang baru terbangun dari tidurnya. Semalam tidur Reinar sangat nyenyak, dan dia terbangun dari tidur saat mendengar suara langkah kaki di depan mulut gua yang sedang dia tinggali.
Sebagai seorang tentara, Reinar sangat bisa membedakan suara langkah kaki, dan saat ini dia begitu yakin jika langkah kaki di depan mulut gua adalah langkah kaki milik seorang manusia. “Akhirnya aku bisa bertemu manusia di dunia ini.” gumam Reinar yang mulai bangkit dari tidur dan mulai berdiri.
Di luar gua, tepatnya di depan mulut gua. Di sana ada tiga pemuda yang berasal dari Kota Avalon, Kota kecil yang letaknya hanya berjarak 20km dari gua yang Reinar tempati. Ketiga pemuda itu sedang duduk sambil mengobati tiap luka yang mereka derita.
Ketiga pemuda seketika memasang sikap waspada saat merasakan pergerakan dari arah dalam gua. Mereka bertiga bisa di katakan masuk jajaran 10 orang terkuat di Kota Avalon. Namun saat ini mereka sedang terluka setelah menghadang ribuan goblin yang mencoba menginvasi Kota.
Melihat seorang pemuda dengan pakaian lusuh keluar dari gua, mereka bertiga sedikit mengurangi kewaspadaan, tapi mereka tetap berhati-hati. Biarpun pemuda yang muncul hanya memiliki level 20 yang setara dengan petarung pemula, mereka tetap waspada dan tidak menganggap remeh pemuda yang mereka temui.
Reinar yang baru keluar, dia melihat tiga pemuda di depan mulut gua. Ketiga pemuda itu terluka, tapi luka mereka tidak terlalu parah. Hanya sekali melihat Reinar tahu jika tiga pemuda di depannya jauh lebih kuat dari dirinya. Dengan skill appraisal, Reinar tahu level masing-masing pemuda.
Dua orang pemuda memiliki level 375, dan yang terkuat dari mereka memiliki level 412. Mereka setara petarung ahli.
“Hei adik kecil, apa yang kamu lakukan di tempat ini?. Tempat ini berbahaya untuk pemula sepertimu.” kata salah satu pemuda dan mendekati Reinar.
“Maaf tuan-tuan sekalian, gua ini adalah tempat tinggal ku dan aku sudah tinggal lama di gua ini. Tempat yang bagi tuan bahaya, bagiku tempat ini sangat nyaman untuk di tinggali.” mendengar jawaban Reinar, mereka bertiga segera merasa aneh.
Di sekitar gua memang hanya ada binatang biasa, tapi tidak mustahil ada binatang buas ataupun monster yang mendatangi gua. Dengan usia 17 tahun, Reinar masih di anggap anak-anak. Barulah saat menginjak usia 25 tahun, dia akan dikatakan sebagai seorang pemuda.
Di usia 17 tahun dan masih di level 20. Ketiga pemuda menilai Reinar tak terlalu berbakat. Untuk anak berbakat, di usia yang sama, setidaknya dia akan memiliki level 60 keatas atau setara petarung junior.
Salah satu pemuda melihat-lihat sekeliling gua, tapi dia tidak menemukan siapapun. “Apa kau tinggal sendirian di gua ini?.”
“Lima tahun yang lalu orangtuaku pergi meninggalkan aku di hutan ini, dan sejak saat itu, di gua inilah aku tinggal.” Reinar terpaksa berbohong, karena dia tidak ingin pemuda-pemuda ini tahu identitas aslinya yang seorang Pangeran.
Ketiga pemuda saling menatap, dan setelahnya satu dari mereka menatap Reinar. “Pergilah kearah utara, di dana ada kota Avalon. Maaf, kami bertiga tidak bisa membawamu, karena kami masih dalam tugas.” tanpa menunggu jawaban, ketiga pemuda itu melesat pergi meninggalkan Reinar.
“Tidak ada gunanya membawa sampah, dia cuma akan menghambat.” kata salah satu pemuda setelah melesat pergi. Dua rekannya hanya mengangguk, mengiyakan apa yang dia katakan.
“Dengan sorot mata kalian merendahkan ku, tapi ingatlah, tak lama lagi giliran aku merendahkan kalian.” tanpa mereka sadari, Reinar bisa meihat jika mereka sedang merendahkannya. Bagi seorang tentara, menyadari perilaku orang dari sorot mata adalah hal yang biasa.
Setelah di tinggal pergi tiga pemuda yang merusak acara paginya, Reinar kembali bersiap untuk berburu. Hari ini dia tidak akan memburu goblin lagi, setidaknya dia akan memburu buruan yang lebih kuat, karena dia butuh exp yang semakin banyak.
--------
*Tbc*
“Empat ekor silver wolf, dan masing-masing dari mereka memiliki level 20. Seharusnya exp yang aku dapatkan lebih banyak daripada membunuh goblin level 5. Sekalian aku akan menguji skill baruku.” dari atas pohon yang cukup tinggi, Reinar melihat empat ekor silver wolf tengah memakan mangsanya.
“Mana ku lebih dari dua ratus. Setidaknya aku akan menggunakan 40 mana untuk menciptakan 4 buah bola api.” Reinar mulai berkonsentrasi dan membuat empat buah bola api dengan menggunakan 40 mana.
Tanpa sepengetahuan silver wolf, 4 bola api seukuran roda mobil tercipta dan siap menghanguskan mereka. “Jika dengan ini mereka mati, aku merasa akan menjadi kuat dalam waktu yang begitu cepat.”
“Fireballs....” teriak Reinar bersamaan dengan empat bola api yang meluncur kearah empat silver wolf.
“BOOMM.. BOOMM.. BOOMM.. BOOMM...” empat kali bunyi ledakan terdengar saat bola-bola api mengenai sasarannya.
Keempat ekor silver wolf seketika mati tanpa sempat berteriak. Tubuh mereka hangus terbakar tanpa sisa.
[exp +80 > level up + 3.000 coint] nex level [21/ 63] [+10 point]
“Sekarang aku memiliki level 21. Tiap naik level aku akan mendapatkan 3.000 coint dan 10 point. Tapi sekali lagi aku semakin banyak memerlukan exp untuk naik level.” kata Reinar. “Aku harus rajin berburu jika ingin cepat kuat.” kembali Reinar berjalan menyusuri hutan untuk berburu.
Satu jam berburu, Reinar sudah membunuh ratusan goblin yang tanpa sengaja dia temui. Dari ratusan goblin biasa, ada puluhan goblin soldier dan beberapa goblin warior yang memimpin mereka. Setelah ratusan goblin biasa mati, kini giliran goblin soldier yang akan di hadapi Reinar.
“Sedikit lagi aku akan level 30, tapi mereka ada 20 ekor goblin soldier dengan level 35, dan lagi masih ada 5 goblin warior yang levelnya sudah diatas 40.” Reinar sejenak berpikir. “Setelah naik level, kondisiku pulih seperti semula, dan jumlah mana ku kini lebih dari tiga ratus.
“Level mereka tak berarti, karena aku punya perlengkapan dan skill yang menunjang kekuatanku, dan lagi goblin tetaplah goblin biarpun mereka sedikit lebih pintar.”
Lima goblin soldier menyerang Reinar secara bersamaan. Pedang goblin soldier tetaplah pedang tumpul, dan perlengkapan mereka sangatlah buruk. Tak ingin membuang waktu, Reinar menyambut serangan para goblin, dan hanya butuh gerakan sederhana Reinar berhasil menebas kepala lima goblin soldier yang menyerangnya.
“Lemah....” gumam Reinar yang langsung menerjang kearah goblin soldier lainnya.
Tak sampai lima menit, 20 goblin soldier mati di tangan Reinar, dan dia mendapatkan exp yang lumayan banyak. Kini sisa 5 goblin warior yang tentunya lebih kuat dan lebih pintar di bandingkan dengan goblin soldier.
Dengan ketakutan, 5 goblin warior mencoba lari, tapi Reinar tentu tidak melepaskan mereka. “Kalian tidak boleh kabur, karena kalian adalah sumber exp ku yang berharga.” Reinar dengan cepat menyerang 5 goblin warior tanpa ampun.
Tak sampai satu menit, Reinar berhasil membantai 5 goblin warior, dan kini dia istirahat sambil melihat tabel statusnya.
Nama] : [Reinar Alfonsius]
[Umur] : [17 Tahun]
[Ras] : [Manusia]
[Level] : [ 37 ] nex level [80/135]
[Job] : [ - ]
[Elemen] : [Cahaya] [Api] [Es] [Petir] [ ? ]
[Strength] : [ 57 ]
[Agility] : [ 59 ]
[Vitality] : [ 58 / 58 ]
[Stamina] : [ 59 / 59 ]
[Luck] : [ 64 ]
[Mana] : [ 560 / 560 ]
[Point] : [ 0 ]
[Skill] : [ Appraisal ] [Fireballs] [Healing]
[Coint] : [73.000]
[Shop]
Reinar terlihat cukup puas dengan pencapaiannya dalam beberapa hari ini, namun dia sama sekali belum puas dengan kekuatannya. “Aku masih terlalu lemah. Kekuatanku belum ada apa-apanya jika di bandingkan dengan kekuatan tiga orang yang tadi aku temui.” kata Reinar.
“Di ingatan yang aku dapat, di Kekaisaran bahkan seorang prajurit memiliki level 600. Seorang Kaisar bahkan memiliki level diatas 5.000. Apa dengan level itu mereka masih dapat di katakan seorang manusia?. Lalu seperti apa mahkluk terkuat di dunia ini?.” Reinar merasa jika dia hanyalah semut di hadapan orang-orang dunia ini.
“Bukan saatnya memandang rendah pada diri sendiri. Lebih baik aku berburu dan mengumpulkan exp.” menyemangati dirinya, Reinar kembali berburu.
----------
Satu minggu sudah berlalu. Berburu terus menerus, Reinar sudah puluhan kali mengalami kenaikan level. Dalam sehari Reinar hanya istirahat selama empat jam, dan sisanya dia gunakan untuk berburu, karena itu levelnya berkembang sangat pesat.
Dengan level hampir menyentuh angka 100, kekuatan Reinar dapat di setarakan dengan kekuatan anak berbakat. Namun jika ada yang tahu Reinar hanya butuh waktu kurang dari 10 hari untuk mencapai levelnya sekarang, mungkin kata berbakat tidak akan berlaku pada Rainer. Kata monster berbakat akan lebih cocok dia sandang.
“Satu, dua, tiga, empat, lima.... Mereka ada 5 ekor, dan level mereka lebih dari seratus.” Reinar melihat 5 ekor Lizardman dari tempat persembunyiannya.
Reinar berencana memiliki level diatas seratus sebelum pergi ke Kota Avalon. Karena itu, dia mulai memburu monster yang levelnya diatas 100. Kebetulan dia melihat kawanan Lizardman. Darah naga memang mengalir di tubuh Lizardman, tapi mereka tetaplah kadal.
“BOOMM.. BOOMM.. BOOMM.. BOOMM....” melemparkan empat bola api dengan menghabiskan 100 mana yang dia miliki, Reinar berhasil memberikan luka pada Lizardman, tapi itu belum cukup untuk membunuh mereka.
Dengan kecepatan dan kekuatan yang meningkat pesat, Reinar dengan cepat menyerang Lizardman dengan pedangnya. Satu Lizardman kehilangan kepalanya dan langsung mati.
[Membunuh monster di atas level 100] [exp di kali tiga > + 1.000 coint] [exp +330] nex level [351/ 669]
“Semakin tinggi level monster yang aku bunuh, semakin melimpah exp yang aku dapatkan.” Reinar menyerang empat Lizardman lainnya, dan dalam waktu singkat dia berhasil memenggal seluruh kepala Lizardman.
[Membunuh monster di atas level 100] [exp di kali tiga > + 1.000 coint] [exp +360 > level up] nex level [42 / 682] [+10 point]
[Membunuh monster di atas level 100] [exp di kali tiga > + 1.000 coint] [exp +336] nex level [378 / 682]
[Membunuh monster di atas level 100] [exp di kali tiga > + 1.000 coint] [exp +345 > level up] nex level [41 / 694] [+10 point]
[Membunuh monster di atas level 100] [exp di kali tiga > + 1.000 coint] [exp +380] nex level [421/ 694]
“Akhirnya level 100. Hehehe, sekarang aku rasa tidak akan ada memandang rendah padaku setibanya aku di Kota Avalon.” gumam Reinar. “Tidak ada salahnya aku meihat tabel statusku sebelum pergi ke Kota.” Reinar memencet panel di depannya, dan muncullah tabel status miliknya.
Nama] : [Reinar Alfonsius]
[Umur] : [17 Tahun]
[Ras] : [Manusia]
[Level] : [ 101 ] nex level [421/694]
[Job] : [ - ]
[Elemen] : [Cahaya] [Api] [Es] [Petir] [ ? ]
[Strength] : [ 189 ]
[Agility] : [ 191 ]128
[Vitality] : [ 190 / 190 ]
[Stamina] : [ 191 / 191 ]
[Luck] : [ 196 ]
[Mana] : [ 1860 / 1860 ]
[Point] : [ 0 ]
[Skill] : [ Appraisal ] [Fireballs] [Healing]
[Coint] : [481.000]
[Shop]
Reinar tersenyum puas. “Sesampainya di Kota, aku akan membeli skill dan perlengkapan yang lebih baik.”
Level Reinar memang hanya 101, tapi kekuatannya setara dengan manusia yang levelnya berada puluhan kali di atasnya. Setidaknya Reinar mampu menahan imbang pemilik level 190.
“Kota Avalon, sambutlah kedatangan pemuda tampan ini.”
----------
*Tbc*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!