NovelToon NovelToon

Badboy Insaf

Bab 1 : Keseharian Badboy

"Hey Rey, gimana kalo malam ini kita panggil ayam kampus buat temenin malam Sabtu kita?"

Remon kembali mengajak Reygen untuk bersenang-senang dengan para mahasiswi dengan 'doble profesi'.

Reygen yang sedang duduk diatas sofa mewah yang berada diruang tengah rumah megahnya, dengan tangan kanan yang sedang menjepit sebatang rokok diantara jari tengah dan telunjuknya dan tangan kiri yang sedang memegangi minuman haram yang baru saja ia tenggak. Diterangi lampu-lampu yang berkilauan seperti kristal dan bercahaya kuning menerpa ruangan.

Sesekali tangan kanan dan kirinya bergantian bergerak kearah mulutnya, hisapan demi hisapan dari sebatang tembakau yang menghasilkan asap putih yang mengepul dari mulutnya ia mainkan diatas udara membuatnya tak menghiraukan apapun saat ini, pikirannya hanya menerawang tak menentu.

"Woy, gimana...? Lo setuju gak sama Remon?"

Ronald melempar bungkusan tembakau pada Reygen yang tak menghiraukan Remon, membuat Reygen beralih dari posisi kepalanya yang bersandar pada sandaran sofa menjadi tegak dan menoleh pada Ronald.

"Hm..?"

Reygen hanya berdehem tanpa mengiyakan atau pun menolak saran dari teman-temannya. Ia bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju sebuah kamar tidur utama lalu merobohkan tubuhnya diatas tempat tidur ternyaman versinya.

Kedua temannya hanya menatap bengong dengan raut wajah keheranan pada Reygen.

"Dia kenapa sih?"

Tanya Remon sambil menoleh pada Ronald dengan ekspresi cengo nya.

"Kesurupan kali!"

Ronald menjawab sekenanya sambil mengangkat kedua pundaknya.

Mereka tak mengikuti Reygen masuk kedalam kamar karena pasti keduanya akan mendapat bentakan atau malah hardikan keras dari Reygen.

Sementara Reygen hanya terbaring sambil membuat bantal dari kedua tangannya, ia menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa klasik itu.

"Bosan!"

Ia mendengus sambil menarik napasnya panjang kemudian menghempaskannya secara kasar.

Pandangan Reygen beralih pada sebuah potret yang terpajang diatas nakas samping tempat tidurnya, ia menatap lekat-lekat pada sebuah foto dimana ada empat orang didalam sebuah bingkai.

Bangkit dan duduk ditepian ranjang, kemudian ia meraih bingkai foto dan mengusap salah satu objek pada foto tersebut. Seorang lelaki tampan dan gagah membuat jemarinya mengusap gambar tersebut.

"Aku tak akan sepertimu Kak, aku tidak akan menjadi budak cinta sepertimu."

Tak terasa air matanya menetes membasahi pipi tampan seorang Reygen yang angkuh dan senang berbuat sesuka hatinya sendiri.

Ia kembali meletakkan bingkai foto diatas nakasnya seperti semula, kedua tangannya mulai menelusup dengan jari yang menyisir rambutnya dari depan sampai pangkal tengkuk, duduk membungkuk dengan kedua tangan masih dibelakang lehernya.

"Ahhrrggg!"

Reygen berteriak sambil mengacak kasar rambutnya. Ia bangkit dan kembali berbaur dengan kedua temannya Remond dan Ronald yang masih asik menikmati minuman dan tembakau yang membuatnya sedikit hilang kesadaran.

Mereka bertiga kembali larut dengan imaginasi masing-masing dibawah pengaruh alkohol yang telah habis lebih lebih dari lima botol.

Suara tawa terbahak-bahak memenuhi ruangan besar nan mewah tersebut, mereka hanya bersenang-senang tanpa memedulikan apapun saat ini.

***

Pagi mulai menyingsing, sang mentari mencoba menghangatkan seisi bumi namun tidak dengan hati Reygen yang masih dingin sedingin salju.

Seorang wanita paruh baya memasuki ruangan sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat ketiga Pria muda yang masih saling tergeletak tak beraturan didalam ruangan tersebut.

Hingga Reygen mendapati kesadarannya kembali, Ia mulai membuka matanya perlahan ketika mendengar suara dentingan dari botol-botol kosong yang sedang Bi Ipah bereskan.

"Den Reygen, permisi ya Den, si mbok mau beresin ini dulu."

Bi Ipah sambil memegang beberapa botol minuman dikedua tangannya.

Reygen hanya memejamkan matanya lebih lama seraya memberi isyarat mengiyakan dan sedikit mengeluarkan getaran dari tenggorokannya sampai menimbulkan bunyi deheman.

"Hm.."

"Oia, Den, kalau mau sarapan Bibi udah masak telor mata sapi kesukaan Aden di meja makan. Bibi mau beresin ini dulu ya."

Bi Ipah mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan botol-botol kosong.

Reygen bangkit dan menghampiri kedua temannya yang masih terbaring pulas dengan sedikit suara dengkuran.

"Woi, bangun, woi, Lo mau pada sarapan gak?"

Reygen berdiri dekat kedua tubuh temannya yang masih tergeletak dilantai yang beralaskan karpet mahal yang melapisi marmer lantai rumahnya, Ia menggoyang-goyangkan tubuh Remon dan Ronald secara bergantian dengan kaki kanan Reygen.

Remon pun mulai mengucek kedua matanya dengan tangan, samar-samar ia melihat pria tampan milik temannya yang bernama Reygen sedang berdiri didekat tubuhnya sambil menatap kebawah kearah Remon.

"Ck, ahh ... gak punya tangan apa Lo bangunin Gue pake kaki!"

Remon berdecak kesal saat mengetahui kaki Reygen yang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Ia pun bangkit untuk duduk disebelah Ronald yang masih mendengkur.

Kini Reygen beralih pada Ronald dan melakukan hal yang sama seperti apa yang ia lakukan pada Remon.

Ronald pun bangun dan mengerjapkan kedua matanya yang masih terasa sepat dan perih.

"Elu, mau pada sarapan gak?"

Reygen membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju ruang makan yang tak jauh dari ruangan tengah dimana saat ini mereka berada.

Dengan malas Remon dan Ronald mengikuti Reygen ke ruang makan dengan meja makan berukuran cukup besar dengan sepuluh kursi yang mengelilingi meja makan itu.

Reygen dan teman-temannya segera menduduki kursinya masing-masing yang tengah berada dipinggir meja makan, Bi Ipah segera menuangkan air putih kedalam gelas-gelas kaca yang berkilauan bak berlian.

Mereka mulai menyantap makanan yang telah Bi Ipah masak dan telah tersedia diatas meja makan.

"Permisi, Den, Bibi mau kebelakang dulu."

Bi Ipah segera undur diri dan mengerjakan pekerjaan lainnya yang ada di dapur.

"Rey, Lo belum jawab pertanyaan Gue, gimana kalo malam ini kita undang para gadis buat nemenin malam kita?"

Remon mengangkat kedua alisnya beberapa kali pada Reygen yang sedang menyantap sarapan paginya, ia juga sedang memegangi sendok dan garpu pada masing-masing kedua tangannya.

"Terserah kalian."

Reygen hanya menjawab singkat sambil tetap menyuapkan makanan pada mulutnya.

"Yes! gitu dong."

Reymon dan Ronald terlihat sangat senang, mereka pun segera menyantap sarapan paginya sampai ludes tak bersisa.

"Tapi jangan di rumah gue, karena gue gak mau rumah gue diinjek para cewek dungu yang gue bayar buat seneng-seneng."

Tatapan sinis dari Reygen membuat kedua temannya bergidik ngeri.

"Iya, iya, Kita ke Club Night aja."

Remon melengos dan menatap piringnya yang sudah kosong sambil sesekali matanya melirik takut ke arah Reygen.

Sesaat kemudian setelah Reygen menghabiskan sarapannya ia langsung meninggalkan Remon dan Ronald menuju kamar tidurnya. Ia segera memasuki kamar mandi yang ada didalam kamar utama miliknya.

Melepaskan semua busana yang ia kenakan dan memasuki sebuah bak mandi yang telah terisi air hangat.

Berendam di dalam air hangat mungkin bisa membuatnya lebih santai dan melupakan peristiwa masa lalu kakaknya yang selalu membayangi dirinya sampai ia mengutuk semua wanita di dunia ini dan bertekad untuk tidak jatuh cinta pada gadis manapun.

Jangan lupa VOTE, LIKE, DAN KOMEN, ya...

Love you all 😘😘😘

Bab 2 : Kehidupan malam

Senja mulai menyapa, seberkas sinar jingga yang terpancar dari atas langit membuat pemandangan indah diatas permukaan bumi.

Dihalaman belakang rumah Reygen yang luas, terdapat sebuah gazebo yang menghadap ke sebuah kolam renang yang berukuran cukup besar.

Ia duduk sambil menyandarkan punggungnya ke sebuah dinding yang terbuat dari bambu besar sebagai pembatas pada tiap sisi gazebo yang tingginya hanya sepundak Reygen, memandangi air yang terkurung dalam sebuah kolam renang, air yang berwarna biru namun tak sebiru hatinya yang selalu berwarna kelabu kehitaman, ia selalu merasakan mendung didalam hatinya semenjak kepergian sang Kakak yang bunuh diri karena dikhianati oleh kekasihnya.

Jari telunjuk dan jari tengah Reygen sedang menjepit sebatang tembakau dan diputar-putar oleh jari jempolnya, asap putih yang membentuk lingkaran beberapa kali meluncur dari mulut dan bibirnya yang seksi, Ia hanya menatap kosong kedepan sambil memandangi air dari kolam renangnya yang berwarna biru.

Tampak Bi Ipah sedang berjalan dari pintu belakang yang terhubung dengan dapur dan ketika membukanya akan langsung menuju halaman belakang rumah Reygen, Ia menghampiri Reygen.

"Den, ada teman-teman Aden didepan."

Dengan sopan Bi Ipah memberitahukan Reygen bahwa Ronald dan Remon sudah datang dan menunggunya diruang tamu.

Reygen sekilas menatap kearah Bi Ipah.

"Suruh kesini aja, Bi."

Dengan nada datar dan wajah dinginnya ia hanya memberi titah pada Bi Ipah untuk menyuruh Ronald dan Remon ke halaman belakang rumahnya.

"Baik, Den."

Bi Ipah pun undur diri dan segera menemui Remon dan Ronald yang sudah ada diruang tamu, butuh beberapa menit untuk mencapai ruang tamu yang ada dipaling depan bagian rumah Reygen yang luas dengan berjalan kaki.

"Den Remon sama Den Ronald disuruh ke halaman belakang aja kata Den Reygen. Langsung aja ya, Bibi masih ada kerjaan dibelakang."

Bi Ipah segera pamit dan melangkahkan kakinya menuju dapur yang ada dibelakang rumah Reygen.

Sedangkan Remon dan Ronald menuju halaman belakang rumah Reygen, mereka sudah tidak sungkan lagi karena memang sering main kerumah Reygen sehingga mereka sudah hapal ruangan-ruangan dirumah Reygen yang memang cukup luas tersebut.

"Woy, lagi ngapain Lo?"

Ronald segera naik keatas gajebo yang lantainya terbuat dari kayu jati dan memiliki tinggi 50cm diatas rerumputan halaman belakang rumah Reygen, Ia duduk disamping Reygen yang masih tak bergeming meskipun sudah melihat kedua temannya kini sudah ada disampingnya.

"Mau pada ngapain, Lo sore-sore udah kesini? "

Reygen mengambil sebatang tembakau dari dalam bungkusnya dan mulai memantikkan korek api untuk membakar ujung tembakau yang akan ia hisap kembali.

Entah sudah berapa batang rokok yang ia hisap hari ini, karena baru beberapa jam saja asbak yang berdiameter 10cm tersebut sudah dipenuhi oleh puntung tembakau yang hanya menyisakan ujung filter yang terbuat dari selulosa asetat yang sudah terbakar diujungnya.

"Halah, Lo lupa kalo malam ini kita mau seneng-seneng?"

Remon mengikuti kelakuan Reygen dan mengambil sebatang tembakau.

"Ck..Lo lihat baru jam berapa sekarang hah? ganggu gua aja."

Reygen berdecak kesal karena kesenangannya menikmati puluhan tembakau merasa terganggu.

"Ini udah jam Lima sore Bro, Night Club itu kan gak deket, belum lagi macet. udah sekarang Lo siap-siap gih."

Ronald sudah tidak sabar untuk bersenang-senang dengan para gadis di Club tersebut yang terkenal dengan para pelayan seksinya.

"Berani Lu perintah-perintah gua?"

Wajah dingin yang menyeramkan dari Reygen seketika membuat Ronald dan Remon berkeringat dingin, tak ingin membuat ketua gengnya itu marah, akhirnya mereka mengalah dengan menunggu pasrah sambil menikmati tembakau dengan perasaan gelisah.

Remon dan Ronald saling menatap beberapa kali sambil merapatkan bibir mereka dan mengedip-ngedipkan matanya, mereka sedang mencari cara untuk membujuk Reygen agar cepat-cepat bersiap menuju Night Club.

Melihat gelagat temannya telah terbaca oleh Reygen, akhirnya Ia menancapkan sebatang tembakau pada asbak dan memutarnya sampai asap yang mengepul dari ujung tembakaunya itu sirna, ia segera beranjak dari tempat duduknya dan melangkah menuju pintu belakang untuk memasuki rumahnya.

Remon dan Ronald sangat girang dan segera mengikuti Reygen masuk kedalam rumah.

Setelah menunggu Reygen yang masuk kedalam kamar tidurnya selama setengah jam, akhirnya ia keluar dengan kaos berwarna putih dan celana skinny membuat tubuh tegapnya terlihat jelas dan aura tamoan yang mendominasi sangat terpancar darinya.

"Ayo."

Reygen memimpin didepan yang diikuti oleh kedua temannya, ia segera mengeluarkan mobil Lamborghini Aventador Lp720 seharga 16 milyarnya dari dalam garasi.

Remon dan Ronald mengendarai mobil Ronald Mercedes Benz E-Class E400 AMG.

Mereka mulai melesat menuju sebuah Club malam yang terkenal karena sering dikunjungi oleh pria-pria berdasi yang ingin bersenang-senang, sebuah Club yang menyatu dengan hotel bintang lima dengan fasilitasnya yang lengkap sebagai penunjang untuk memenuhi semua kebutuhan para konsumennya.

Setelah dua jam perjalanan akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.

"Yuhuuu..ladies kami datang..."

Ronald melemparkan kunci mobil kepada salah satu bell boy yang akan memarkirkan mobil mereka, Reygen segera memasuki hotel dan memesan tiga kamar VVIP dengan single bed untuk mereka bersenang-senang.

Dan kini mereka telah berada didalam ruangan yang bertaburan cahaya warna-warni dari lampu disco ditemani musik yang menggelegar yang di mainkan oleh seorang DJ profesional membuat tubuh para pengunjung tak kuasa menahan liukan demi liukan mengikuti irama musik.

Remon memesan Cocktail untuk mereka bertiga, kemudian langsung membawa minuman tersebut kepada kedua temannya yang tengah duduk disofa pada sebuah ruangan khusus kelas atas.

Beberapa saat kemudian, datang tiga orang gadis cantik yang masih sangat muda, ketiga gadis itu mulai menggoda dan tatapan mereka bertiga tertuju pada salah satu pria tampan yang mendominasi diruangan tersebut.

Ketiga wanita itu berebut untuk melayani Reygen, namun tatapan Reygen yang seolah menusuk bola mata mereka membuat ketiga gadis itu menunduk karena takut dengan wajah dingin nan super tampan itu, Reygen menujuk salah satu dari gadis itu kemudian menggerakkan jari telunjuknya seolah meminta sang gadis yang menggunakan dress mini ketat berwarna hitam untuk mendekat padanya.

Dua orang gadis lainnya mulai mendekati Remon dan Ronald kemudian mereka mulai meraba-raba tubuh masing-masing pria tampan yang sedang duduk diatas sofa, namun gadis yang ditunjuk oleh Reygen seolah ragu-ragu untuk menyentuh tubuh Reygen yang nyaris sempurna itu.

Reygen segera membawa gadis tersebut kesebuah kamar yang telah ia pesan, kemudian Remon dan Ronald pun mengikutinya.

Sesampainya di dalam kamar hotel VVIP milik Reygen, ia mulai menciumi wajah mulus sang gadis dengan kasar seolah melampiaskan sesuatu padanya.

Setelah wajah sang gadis habis dilahap olehnya, ia duduk ditepi ranjang menatap sinis pada sang gadis dengan senyum dinginnya.

Gadis itu terlihat canggung untuk melucuti pakaiannya karena melihat Reygen dengan wajahnya yang tidak menyenangkan sama sekali.

Sang Gadis mulai melangkah mendekati Reygen yang sedang duduk ditepi ranjang, tubuhnya sudah tak terhalang oleh sehelai benangpun, sedangkan Reygen masih dengan busana lengkapnya.

Jangan lupa VOTE, LIKE, DAN KOMEN, ya...

Love you all 😘😘😘

Bab 3 : Rencana penjebakan

Peringatan!!!

Bacaan dewasa ya, jadi yang masih merasa dibawah umur harap skip atau lewat saja chapter ini.

Sang Gadis mulai melangkah mendekati Reygen yang sedang duduk ditepi ranjang, tubuhnya sudah tak terhalang oleh sehelai benangpun, sedangkan Reygen masih dengan busana lengkapnya.

Ia menarik kasar pergelangan sang gadis sampai tubuhnya jatuh dengan kasar keatas tempat tidur, Reygen segera mengungkung tubuh gadis itu dengan tubuhnya.

"Apa kau masih perawan?"

Reygen menatap mata sang gadis yang telah melebar, hidung bangirnya hampir saja menyentuh hidung si gadis.

Menatap wajah Reygan begitu tampan membuat hati sang gadis tak menentu. diterpa deru napas Reygen yang mulai bau alkohol menerpa wajah mulusnya yang masih sangat kecang membuat debaran jantungnya semakin tak terkendali hingga terasa mau pecah.

"Ya, aku masih perawan!"

Tak sanggup menatap mata tajam yang menusuk dari bola mata Reygen, si gadis memalingkan wajahnya ke sebelah kiri.

"Kenapa kau mau menjual keperawananmu padaku?"

Dengan mata memicing, tangan sebelah kiri Reygen menahan tangan kanan si gadis, sedangkan tangan kiri Reygen meraup wajah si gadis yang berpaling untuk tetap menatapnya.

"A-aku butuh uang!"

Jawab si gadis singkat dengan kata yang terbata.

Reygen segera meninggalkan tubuh si gadis tanpa melanjutkan adegan panas diatas ranjang membuat si gadis merasa canggung luar biasa, ia menarik selimut untuk segera menutupi tubuh polosnya yang sedang menganggur, wajahnya merah seperti tomat karena malu dicampakkan oleh Reygen.

Si gadis dilanda rasa penasaran setengah mati karena setahunya ia telah dibayar dengan harga tinggi untuk melayani nafsu bejat para pria hidung zebra dengan keperawanan yang masih ia miliki.

"Pakailah bajumu dan pergilah."

Reygen berdiri sambil membelakangi tempat tidur, ia berjalan perlahan kejendela hotel yang mengarah pada sebuah pemandangan gemerlapnya kota.

Ia menyingkap gorden jendela dan memandangi gelapnya malam yang dihiasi gerlapnya lampu-lampu yang menerangi kota.

"Kenapa kau tidak menikmati keperawananku? padahal kau sudah membayar dengan harga sangat tinggi untuk ini."

Akhirnya si gadis memberanikan diri untuk bertanya pada Reygen mengenai sikap anehnya itu.

"Aku tidak mau mengotori milikku dengan wanita sepertimu."

Jawaban yang menohok, sampai terasa menusuk kedasar hati si gadis.

Akhirnya dengan wajah yang sudah memerah sedari tadi si gadis pun beranjak dari tempat tidur dan memunguti pakaian yang bercecer di lantai kemudian memakainya kembali.

Sebenarnya ia rela melayani Reygen meski tidak dibayar karena pesona Reygen selalu membuat para wanita rela tidur dengannya.

Setelah si gadis selesai mengenakan busananya, ia langsung pergi meninggalkan kamar Reygen sambil bersungut-sungut.

"Pria tampan yang aneh!"

Sementara di kamar yang lain.

"Ayo sayang, lakukan lagi!"

Ronald tampak sangat menikmati wanitanya dan seolah tak ingin berhenti diterpa cumbuan sang wanita sehingga ******* demi ******* terdengar sayup-sayup di telinga.

Ia tak bisa berhenti dengan wanitanya, sampai menuju puncak surga dunia, begitupun dengan Remon yang berada di kamar lain, ia begitu hanyut dalam buaian sang wanita yang sedang memanjakan dirinya untuk memuaskan hasratnya.

Lelah bertarung beberapa jam membuat Remon dan Ronald terkapar dimasing-masing kamarnya.

Mereka tidak begitu saja melepaskan wanitanya yang telah ia bayar, setelah beberapa jam menjelang pagi, mereka kembali menikmati surga dunia dengan ******* yang kian membara.

Sementara di kamar lain, Reygen masih berdiri dengan tatapannya yang mengedar keluar jendela hotel, dengan satu tangan yang memeluk tubuhnya sendiri sedangkan tangan yang lain tampak sedang mencubiti dagunya.

"Begitu mudah mereka di beli dengan uang! hm."

Gumamnya sambil tersenyum tipis.

Keyakinan Reygen akan tidak adanya cinta sejati kian bertambah, ia semakin menilai bahwa cinta itu hanya akan memperbudak manusia dan membuatnya sengsara seperti yang telah dialami oleh Kakaknya sampai ia kehilangan nyawa.

Pagi mulai menyapa, Reygen sudah terlebih dahulu keluar dari hotel meningglkan kedua temannya yang masih dibuai oleh dosa besar.

Hari ini adalah hari ulang tahun Reygen, ia berniat mengunjungi makam Kakaknya yang tak jauh dari kediamannya.

Mobil mewah Reygen segera melesat menuju Tempat Pemakaman Umum dimana Kakaknya dimakamkan.

"Nald, si Reygen udah cabut?"

Remon yang bertemu dengan Ronald di lobby hotel setelah mereka janjian tak menemukan Reygen dan bahkan Ponsel Reygen pun tidak aktif dan pesan yang dikirim kedua temannya itu belum dibaca oleh Reygen.

Selang beberapa menit mereka langsung meninggalkan hotel menuju sebuah Restoran untuk mengisi perut mereka.

"Mon, kita mau kasih kejutan apa nih buat Reygen? malem ini kan ulang tahunnya."

Ronald menatap pada Remon yang sedang duduk di depannya dan menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Tenang aja, gua udah punya rencana."

Remon tersenyum menyeringai pada Ronald. Sudah terbesit rencana nakal dalam otaknya saat ini.

Di sebuah makam yang bertulisan Reddick Scalfh Bin Rogue Scalfh di dapati seorang pria tampan berkacamata hitam dengan satu telinga kirinya yang dijepit anting hitam tengah berjongkok dan menaburkan bunga di atas makam Reddick.

"Hidup gua sepi, kak, semenjak Lo gak ada."

Reygen tampak berbicara pada makam yang ada di depannya tersebut.

Malam ini adalah malam dimana Reygen genap berusia 25 tahun, dua tahun kebelakang sebelum Reddick meninggal, Reygen selalu mendapat sebuah kado dari kakaknya, meskipun hanya merayakan hari lahir tanpa kedua orang tua dan pesta yang meriah tapi mereka bisa menikmatinya dengan berlibur dan menghabiskan waktu bersama untuk menikmati keindahan tempat wisata.

Reddick yang pendiam dan perhatian pada adiknya itu harus meninggal dengan tragis karena mengalami kecelakaan setelah bertengkar dengan kekasihnya yang ketahuan berselingkuh.

Reddick dengan kalut mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh, pikirannya yang sedang kalut membuatnya tidak fokus berkendara, ia gagal menghindari sebuah truk bermuatan kayu dari arah yang berlawanan, jalan yang berkelok disebuah pegunungan yang sedang diguyur hujan membuat kabut yang tebal dan sedikit menghalangi pandangan, Ia membanting stir sampai terjatuh kesebuah jurang.

Reygen yang tidak terima dengan kematian sang Kakak selalu menyalahkan kekasih Reddick sebagai penyebab kematian Kakaknya.

Semenjak saat itu ia bertekad untuk tidak jatuh cinta pada wanita manapun, dan hanya akan bersenang-senang dengan wanita manapun tanpa harus mencintainya.

Setengah jam dimakam Reddick cukup membuat kerinduannya pada sosok Kakak yang sudah merangkap sahabat itu sedikit terobati.

Reygen segera meninggalkan Pemakaman menuju kediamannya.

Satu jam perjalanan akhirnya ia tiba di depan gerbang rumahnya yang dijaga oleh seorang satpam.

Setelah mobil mewahnya tiba di depan gerbang rumahnya, seorang satpam segera membukakan pintu pagar untuk Reygen, mobil Reygen pun segera terparkir di garasi yang cukup luas yang ada disamping kanan rumahnya. Beberapa mobil berjejer rapi dalam garasi.

Ia langsung memasuki rumah menuju halaman belakang rumahnya untuk kembali menikmati tembakau di gazebo dekat kolam renang.

Sungguh kenikmatan tiada tara baginya ketika menghisap tembakau kesayangannya itu.

Beberapa saat kemudian Ronald dan Remon muncul melalui pintu dapur.

"Woy, maen ngabur aja, Lo."

Ronald segera memposisikan duduk diatas gazebo sebelah kiri Reygen sedangkan Remon disebelah kanan Reygen.

"Malem ini kita party ya!"

"Iya lah, Rey, malem ini kan ultah Lo. Gue udah siapin hadiah buat Lo."

Remon tampak senang dengan rencananya.

"Serah, Lo semua."

Reygen menanggapi perkataan dua temannya dengan wajah datar.

Remon sudah tidak sabar dengan malam ini, karena ia berencana akan menjebak Reygen dengan seorang wanita cantik bernama Michelle. Bagaimana tidak membuat kedua temannya penasaran karena Reygen sangat jual mahal terhadap semua wanita, bahkan dulu Remon dan Ronald menganggap Reygen adalah sosok penyuka sesama, terlebih kejadian dihotel itu telah mereka ketahui melalui salah satu wanita yang menemani Remon tidur semalam.

Jangan lupa VOTE, LIKE, DAN KOMEN, ya...

Love you all 😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!