NovelToon NovelToon

Gara-gara Perjodohan

Perjodohan

Bruk

Alisha mendudukkan dirinya di atas sofa dengan kasar.

"Kenapa Sha? Ada masalah?" tanya sang Tante yang juga berada di sana. Masih fokus melihat televisi yang menyiarkan pernikahan artis secara live.

Saat ini Alisha mendatangi rumah Tantenya, masuk tanpa permisi seperti biasa, begitu melihat sang Tante sedang duduk manis di depan televisi dia pun ikut duduk di sana.

"Aku sebel sama Mama Tan," jawabnya dengan kesal.

"Kenapa memangnya dengan Mamamu? Apa kamu buat ulah lagi?" Menatap wajah Alisha yang terlihat kesal.

Alisha mendengus, tantenya itu sudah suudzon saja, "Bukan, tapi Mama mau jodohin aku, baru aja lulus SMA udah main jodoh-jodohin kaya jaman nenek moyang aja," kesal sekali mengingat ucapan sang Mama tadi sebelum ia pergi ke rumah sang Tante.

"Mamamu pasti punya tujuan baik, ya mungkin Mama kamu takut anak gadisnya kenapa-napa, berfikir positif saja,"

"Aku masih kecil Tan, belum mau nikah, masih pengen kuliah, pengen mengejar cita-citaku juga. Kalau aku menikah yang ada semua cita-citaku pupus,"

"Dengerin Tante," Nayla sang Tante memilih duduk disisi Alisha, "Mama sama Papa kamu, dulu nikah waktu masih SMA lho, bahkan mereka tidak menerima perjodohan itu awalnya, tapi lihatlah sekarang, Mama kamu bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik, bahkan dia bisa berkarir sambil menjaga anak-anaknya. Rumah tangga Mama dan Papa kamu juga baik-baik saja hingga saat ini, jadi jika kamu harus menikah muda di umurmu saat ini, anggaplah itu jalan takdir yang terbaik buat kamu," tambah sang Tante panjang lebar.

Alisha menatap wajah sang Tante, "Aku mau tanya sama Tante, jika Yesha harus menikah saat ini apa Tante setuju?" tanyanya.

Tante Nayla tersenyum, lalu dia mengangguk, "Jika Yesha sudah siap, Tante sih oke-oke aja," jawabnya.

Alisha menghela nafas, "Yaudah Tan, aku males bahas itu lagi sekarang. Aku mau ketemu Yesha, mau ajak keluar," Alisha masih malas untuk membahas tentang perjodohan dari sang Mama.

"Jangan ajak Yesha ke tempat balapan motor lagi," sang Tante memperingati, pasalnya Alisha selalu menjadikan sepupunya itu alasan untuk keluar dan mendatangi arena balap motor.

"Tenang aja Tan," jawab Alisha yang sudah berlalu dari hadapan sang Tante.

"Kak, Lo lagi ngapain?" tanya Alisha saat mendapati Ayesha sepupunya sedang berkutat dengan komputer lipatnya.

Ayesha mendongak menatap wajah sepupunya, "Cari tempat kuliah yang cocok, udah masukin beberapa pendaftaran tapi masih kurang cocok," jawabnya dan kembali menatap layar persegi di hadapannya.

"Ke luar negeri aja nyusul Bang Aufa," saran Alisha. Saudara kembar Alisha yang lebih dahulu lulus tahun lalu, saat ini sedang kuliah di Inggris.

"Papi enggak ngijinin anak gadisnya kuliah di luar. Gue sih pengennya ikut Oppa, tapi apa daya kudu nurut sama orang tua," jawab Ayesha. Dia memanggil Aufa dengan sebutan Oppa, karena menurutnya itu cocok untuk Aufa yang tampan bak Oppa-Oppa Koera.

"Senasib dong kita, Papa juga enggak ngijinin gue kuliah di luar,"

"Jelas banget kalo itu, bisa-bisa Lo jadi preman di Inggris," Ayesha tertawa membayangkan sepupunya itu jadi preman di Inggris.

Alisha mendengus kesal mendengar ucapan sepupunya itu, selanjutnya ia merebahkan diri di samping Ayesha yang masih sibuk dan tidak menggubris ucapan Ayesha. Gadis sembilan belas tahun itu, menatap langit-langit kamar sepupunya, entah memikirkan apa dan selanjutnya ia tersenyum penuh makna.

"Kak," ucapnya memanggil Ayesha.

"Hem, apa?" tidak mengalihkan tatapannya dari komputer.

"Lo mau bantu gue enggak?" tanyanya ambigu.

"Bantu apaan?"

"Wajah kita kan hampir mirip nih, apalagi kalo orang itu enggak pernah ketemu sama kita, mereka ngira kita pasti satu orang, nah gue buruh bantuan Lo dengan manfaatin kemiripan kita, gimana?" tanya Alisha.

Mereka berdua memang mirip, bahkan tidak banyak dari teman-teman mereka yang mengatakan kalau mereka itu kembar. Dan anehnya, Alisha dengan Aufa saudara kembarnya tidak terlihat mirip, mereka tidak kembar dalam hal kemiripan karena Alisha yang lebih dominan Mamanya, sedangkan sang Abang lebih dominan Papanya. Dan Ayesha memang terlihat mirip sang Papi yang juga kakak kandung Mamanya Alisha.

Ayesha menatap adik sepupunya itu dengan bingung, tidak mengerti apa yang di maksud Alisha. "Maksudnya gimana?" tanyanya.

"Lo mau jadi gue gitu," lagi-lagi Alisha menjawab dengan ambigu.

"Enggak ngerti gue Sha, jadi Lo untuk apa? Kenapa juga gue harus jadi Lo?" tanya Yesha yang masih tidak mengerti.

"Gue mau di jodohin sama Mama...." Alisha menghentikan ucapannya saat Ayesha memotongnya tanpa ijin.

"Apa? Jadi Lo mau minta gue buat gantiin di perjodohan itu? Jangan konyol Sha, mirip sih mirip tapi gue ogah nikah muda, apalagi nikah sama orang yang belum gue kenal," belum juga Alisha menyelesaikan ucapannya, Ayesha sudah bisa menebak dan tebakannya benar.

"Ck, bukan gitu juga kali Kak, gue cuma minta Lo buat deketin orang yang di jodohin sama gue, terus buat dia jatuh cinta sama Lo, kalau dia udah cinta sama Lo, otomatis dia enggak mau dong di jodohin sama gue," jelas Alisha.

"Ogah ah, itu untung buat Lo dan buntung buat gue, Lo yang di jodohin gue yang repot," ucap Ayesha sewot.

"Pliss Kak, ini juga akan untung buat Lo, itung-itung Lo bisa ngindari Max, kalau Lo punya pacar otomatis Max bakalan ngejauhin Lo," Alisha mencoba membujuk sepupunya itu suapaya menyetujui permintaannya.

"Ini terlalu beresiko Sha, kalo Mama Icha tahu gimana? Dia bakalan marah sama kita," Ayesha tidak mau membuat tantenya itu kecewa, "iya kalo orang yang di jodohin sama Lo itu lebih baik dari Max, kalo tidak? Apes lagi dong gue," tambahnya.

"Gue jamin orang yang di jodohin sama gue itu baik Kak, mana mungkin Mama ngasih anaknya ke orang jahat, enggak mungkin banget,"

"Terus kalo orangnya baik, kenapa Lo enggak terima perjodohan itu aja sih? Heran deh,"

"Bukannya gitu Kak, gue punya pangeran idaman gue, dia itu laki-laki terbaik dan harus jadi milik gue," Alisha membayangkan pemuda tampan yang dia kagumi.

"Siapa?" tanya Ayesha penasaran, pasalnya sepupunya itu tidak pernah dekat dengan laki-laki dalam hal percintaan, jika dekat sebagai teman sebagian teman Alisha cowok.

"Gue enggak tahu namanya sih," jawab Alisha nyengir.

"Ck, enggak tahu namanya, ketemu baru sekali udah jadi idaman, aneh deh, lebih baik terima perjodohan itu aja Sha, supaya ada yang jagain Lo,"

"Kak, please ya, bantuin gue, gue enggak mau di jodohin, gue pengen cari tu cowok," Alisha kembali memohon.

"Entar gue pikirin," jawab Ayesha tidak mau memperpanjang masalah perjodohan itu, yang pasti akan buat dia pusing menghadapi sepupunya yang satu ini.

Untuk Kebaikan

Beberapa bulan berlalu, tetapi sang Mama tidak lagi membahas tentang perjodohan itu, membuat Alisha bersyukur, dia berfikir jika sang Mama hanya mengancamnya saja supaya dia tidak berulah lagi. Saat ini dirinya sudah berkuliah di salah satu kampus milik keluarga. Berbeda dengan Ayesha yang justru memilih kuliah di tempat lain, ia tidak mau di istimewa kan di sana, apalagi sang Papi yang sering mengunjungi kampus itu, karena kampus tersebut sudah menjadi tanggung jawab Papinya.

"Duh, dosen baru itu ganteng banget ya, dia sepertinya masih muda. Kapan ya dia masuk kelas kita? Bisa caper dikit," celetuk teman Ayesha, mereka saat ini sedang berada di taman kampus.

"Kamu tu ya, enggak bisa liat cowok bening dikit aja, ingat dia dosen Yas," timpal Ayesha, dia tidak melihat ke arah dosen yang di sebut oleh temannya itu.

"Kayaknya cuma kamu doang yang enggak lirik Pak Dosen ganteng itu, coba deh kamu lihat, cewek-cewek pada ngiler liatin tu dosen," Yasmin menunjuk para gadis yang tidak lepas menatap si dosen yang dia maksud.

"Bodo amat, aku enggak peduli Yas. Aku pulang ya, si Shasha ngechat mulu, katanya udah di parkiran," ucap Ayesha lalu berdiri meninggalkan Yasmin yang masih terpesona dengan dosen muda itu. Saat menyadari Ayesha sudah tidak ada di hadapannya, Yasmin hanya bisa mengumpat dengan kesal.

"Mau kemana? Mobil gue gimana?" tanya Ayesha saat sudah berada di dalam mobil Alisha.

Alisha mengarahkan ekor matanya ke belakang, Ayesha pun menoleh ke arah lirikan Alisha, dia mengernyit saat mendapati adiknya duduk di belakang sambil bersedekap dada.

"Kok kamu di sini Dek?" tanya Ayesha heran.

Bukannya menjawab, Arga sang adik justru menjulurkan tangannya di hadapan Ayesha. Tahu apa yang di maksud sang adik, Ayesha pun memberikan kunci mobilnya pada sang adik.

"Jangan bawa Kak Yesha keluyuran enggak jelas, sebelum asar harus kembali," Arga memperingati Alisha, karena kebiasaan Alisha mengajak sang Kakak ke tempat balapan motor.

"Iya, iya, cerewet banget jadi cowok, udah sana keluar," Alisha mengusir Arga sambil mengibaskan tangannya.

"Motor kamu di mana Dek?" tanya Ayesha karena setahunya sang adik membawa motor saat ke sekolah.

"Di bawa Arsyad. Aku pulang ya Kak, jangan mau di ajak ke tempat yang aneh-aneh, tadi Shasa ijin sama Mami katanya mau ajak Kakak jenguk temannya yang sakit, kalau sampai dia bohong bilang sama aku," ucap Arga lalu ia meraih tangan sang Kakak untuk di cium.

"Iya, kamu hati-hati ya," Ayesha melambaikan tangan saat Arga sudah berjalan menjauh dari mereka.

"Siapa yang sakit Sha?" tanya Ayesha penasaran.

"Temen gue, dia jatoh pas balapan kemaren," jawab Alisha sambil mengemudikan mobilnya.

"Oh temen balapan,"

Tiga puluh menit berlalu, mereka pun sampai di sebuah rumah sakit, ternyata kali ini Alisha tidak berbohong, dia benar-benar akan menjenguk temannya yang sakit. Ayesha berjalan mengikuti langkah kaki sepupunya, setelah menaiki lift, mereka pun sampai di depan sebuah ruang rawat inap.

"Rame banget deh kayaknya Sha," ucap Ayesha karena samar-samar dia mendengar beberapa orang sedang berbicara di dalam.

"Mungkin temen-temen gue, udah ayo masuk," Alisha menarik tangan Ayesha supaya masuk ke dalam ruangan itu.

Kedatangan mereka di sambut meriah oleh beberapa pemuda yang berada di dalam ruangan itu. Tapi Ayesha tampak kesal karena orang yang selalu dia hindari ada di sana juga, sepertinya, Alisha sengaja supaya mereka bertemu.

"Ayang Yesha, tambah cantik aja, Abang jadi makin cinta," pemuda itu mendekati Ayesha, bahkan ia seperti ingin menyentuh wajah Ayesha.

Plak

Alisha menghalau tangan pemuda tersebut supaya tidak menyentuh sepupunya.

"Jangan kurang ajar Lo Max!" ucapnya sambil menatap tajam pemuda bernama Max itu.

"Santai dong Sha. Perasaan Lo emosi melulu kalo berhadapan sama gue," ucap Max enteng. "apa karena gue bisa ngalahin Lo di arena?" tanyanya sambil menaik turunkan salah satu alisnya.

Ya, pemuda yang bernama Max tersebutlah yang pertama kali mengalahkan Alisha dalam arena balapan liar. Bahkan beberapa kali mereka bertanding, Alisha selalu jadi nomor dua.

"Gue enggak suka Lo deket-deket sama Kaka Gue," jawab Alisha.

"Lagian ngapain Lo di sini?" tanya Alisha, pasalnya temannya yang sedang sakit itu musuh Max dalam arena sama seperti dirinya.

"Bukan urusan Lo, ayo cabut," Max mengajak temannya untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Yesha, Abang pulang dulu ya, kapan-kapan kita kencan tapi jangan ajak cewek galak ini, oke," ucap Max lembut, sambil mengedipkan salah satu kelopak matanya.

Ayesha hanya bergidik, dia tidak mau menanggapi ucapan Max. Merasa jijik dengan perlakuan Max tersebut. Kenapa Yesha tidak suka dengan Max? Jawabannya karena pemuda itu selalu menatap Yesha dengan tatapan menjijikkan menurut Yesha, padahal dia tidak pernah berpenampilan tidak sopan meskipun tidak berhijab seperti sang Mama. Ayesha selalu memakai pakaian tertutup dan tidak pernah memamerkan bentuk tubuhnya.

🌻🌻🌻

Setelah dari rumah sakit, mereka pun pulang tanpa mampir terlebih dahulu ke tempat lain. Alisha mengantarkan sepupunya terlebih dahulu, setelah itu dia pulang ke rumahnya.

"Sha, Mama mau bicara sama kamu," ucap sang Mama saat melihat putrinya sudah kembali, sang Mama memang sengaja menunggu Alisha pulang karena ingin membicarakan sesuatu.

Alisha mendekati Mama Icha yang sedang duduk di sofa ruang keluarga, "Iya Ma, mau bicara apa?" tanyanya.

"Kamu masih inget tentang perjodohan itu? Nah, tadi Mama bertemu sama temen Mama, katanya kalian harus bertemu dulu, saling mengenal setelah itu baru kalian menikah. Temen Mama itu minta kalian bertemu lusa, katanya lebih cepat lebih baik," ucap Mama Icha panjang lebar.

Ternyata dugaan Alisha salah, dia mengira sang Mama hanya main-main ternyata serius mau menjodohkan dia dengan anak temennya. Ah, padahal dia belum bisa menemukan laki-laki yang dia cari, jika saja sudah pasti dia akan menolak perjodohan ini, akhirnya Alisha hanya mengangguk lemah.

"Baiklah Ma, terserah Mama aja," ucapnya.

"Nak, Mama melakukan ini untuk kebaikan kamu, dia lelaki baik, Mama tahu karena beberapa kali bertemu dengannya, ya meskipun usia kalian jauh tapi Mama yakin dia bisa membimbing mu. Bukannya Mama menyerah untuk membimbing kamu, tapi Mama ingin kamu memiliki alasan untuk berubah, alasannya yaitu suami kamu. Mama yakin kamu akan menyukai pemuda itu setelah bertemu dengannya, Mama yakin itu," ucap Mama panjang lebar, ia tahu putrinya belum menerima perjodohan ini, tapi Mama berusaha supaya Alisha menerimanya, karena menurut Mama orang yang dia jodohkan sangat tepat untuk seorang Alisha.

"Iya Ma," hanya itu yang bisa Alisha ucapkan.

Setelah itu Alisha memilih untuk naik ke kamar, memikirkan bagaimana caranya supaya perjodohan itu gagal. Meminta tolong Ayesha sepupunya tapi waktu itu dia menolak, ah sial, Alisha buntu. Akhirnya dia memilih untuk tidur saja, dari pada pusing memikirkan perjodohan itu.

Gagal Bertemu

Seorang pemuda duduk di sebuah kafe yang sudah di booking oleh Bunda. Sudah sepuluh menit dia duduk menunggu seseorang yang kata sang Bunda akan datang menemuinya, siapa lagi jika bukan gadis yang akan di jodohkan dengannya.

"Nak, Bunda sudah pesan tempat di kafe Pelangi meja nomor sepuluh, Bunda juga sudah memberitahu temen Bunda supaya anaknya datang nanti pukul satu siang, setelah dia selesai kuliah," ucapan sang Mama tadi pagi sebelum Angkasa berangkat ke kampus.

"Baik Ma," jawab Angkasa pasrah. Sebenarnya dia tidak mau di jodohkan, tapi saat melihat Bunda yang begitu antusias dia pun tak tega untuk menolaknya.

Beberapa bulan lalu Bunda memang pernah mengatakan akan menjodohkan Angkasa dengan anak temannya. Bunda bilang anak temannya itu cantik, baik bahkan terlihat kalem menurut sang Bunda. Sikap dan cara berpakainnya pun sopan, saat itu Bunda memutuskan untuk menjodohkan Angkasa dengan anak temannya itu. Mengingat sikap sopan santun gadis itu, membuat Ayu Bunda Angkasa jatuh hati, bahkan Ayu yakin jika gadis itulah yang terbaik untuk Angkasa.

"Maaf Mas, mau pesan apa?" pertanyaan pelayan untuk ketiga kalinya ini mengagetkan Angkasa dari lamunan panjangnya.

"Coffe Late saja Mas," akhirnya Angkasa memilih untuk memesan minuman, karena haus juga menunggu seseorang yang belum tahu seperti apa wajah dan rupanya.

Angkasa sudah menghabiskan satu gelas minuman yang dia pesan, tapi gadis itu tak kunjung datang. Merasa jengah karena hampir sejam dia menunggu, akhirnya Angkasa memilih untuk pergi dari kafe. Biarkan saja jika gadis itu datang, karena dia sudah lelah menunggu. Memangnya Angkasa tidak punya pekerjaan lain apa? Kesal sendiri Angkasa dengan gadis itu. Pertemuan pertama saja membuat dia kesal, dia berjanji tidak akan menemui gadis itu lagi, jika bukan gadis itu yang datang menemuinya.

🌻🌻🌻

"Kenapa Lo? Muka udah kaya tembok runtuh aja?" tanya Nevan, sahabat Angkasa.

Mereka saat ini berada di apartemen Nevan, kebiasaan Angkasa dan teman-temannya berada di sana sejak mereka masih duduk di bangku SMA dulu, bahkan apartemen sahabatnya itu sudah seperti rumah sendiri.

"Kesel gue," keluh Angkasa lalu dia duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Di sana ada empat pemuda salah satunya Angkasa. Mereka membiarkan Angkasa dengan kekesalannya. Tidak berani bertanya apa yang membuat Angkasa kesal, karena mereka tahu seperti apa sikap Angkasa.

"Kakak-kakak makan siang sudah siap, ayo kalian makan dulu," ucap seorang gadis, membuat Angkasa tersenyum melihat gadis itu. Sudah sejak lama Angkasa menyimpan rasa pada gadis itu, tapi dia tidak berani menyatakan perasaannya, apalagi dia tahu jika gadis itu di larang berpacaran oleh orang tuanya.

"Makan dulu yok, gue dah laper," nyelonong lebih dulu ke dalam dapur, sudah menjadi kebiasaan Rian dan ketiga sahabatnya hanya memakluminya saja.

"Makasih adek-adek Abang yang baik udah mau masakin," ucap Nevan pada kedua adiknya.

Mereka berdua hanya tersenyum menanggapi.

"Bang, kita pulang ya, Nana ada les jam setengah tiga, aku mau antar dia dulu," ucap gadis yang tadi menyuruh mereka makan siang.

"Enggak makan dulu? Ayolah makan bareng sama kita," kali ini Angkasa yang bersuara, dia berharap gadis itu akan menerima tawarannya untuk makan bersama.

"Terimakasih Kak, kasian Nana nanti telat ke tempat les, kami permisi ya," setelah itu dua gadis tersebut berlalu meninggalkan empat pemuda yang sedang menikmati makan siang tersebut.

Setelah menyelesaikan makan siangnya, mereka berempat kembali ke ruang tamu yang biasa mereka tempati untuk mengobrol, bermain game dan lain-lainnya.

"Lo dari mana tadi sebenarnya Ang? Enggak biasanya muka Lo lecek gitu," Rian yang sudah penasaran akhirnya bertanya.

Angkasa menghembuskan nafas berat, lalu dia menceritakan semua kejadian tadi termasuk ucapan sang Bunda beberapa waktu lalu saat mengatakan pada Angkasa jika dia akan di jodohkan.

"Serius Lo? Mau Lo di jodohin Ang?" tanya Rian yang lain hanya mengangguk menyetujui pertanyaan Rian.

"Sebenarnya gue ogah, kalian tau sendiri gue suka sama siapa," Angkasa menyugar rambutnya frustasi, mengingat dia mencintai seseorang tapi tidak berani mengungkapkannya. "Tadinya kalo gadis itu dateng, gue mau minta dia buat batalin perjodohan gila ini, tapi nyatanya dia enggak dateng, yaudahlah," tambahnya.

"Kenpa enggak Lo ungkapin aja sih Ang? Kalo keduluan yang lain ntar Lo nyesel," timpal Rian.

"Kalian kan tahu sendiri, gimana dia? Papanya aja enggak ngijini dia pacaran,"

"Ya langsung nikah aja, kok repot," kenapa Rian yang sewot? Angkasa menatap wajah Rian kesal, karena itu bukan solusi yang tepat menurutnya, dan mungkin gadis itu juga akan menolak jika di ajak menikah sekarang.

"Coba deh Lo cari tahu seperti apa gadis yang akan di jodohkan sama Lo itu, siapa tahu dia bisa menarik perhatian Lo," Nevan memberi saran, dia kasihan juga melihat Angkasa.

"Bener tu kata Nevan," kali ini Naga yang berbicara.

"Coba deh ntar gue cari tahu dulu," Angkasa pun menyetujui usulan Nevan.

"Gue balik ya," Angkasa bangkit dari duduknya setelah melihat pesan yang di kirim oleh saudaranya.

"Hati-hati,"

🌻🌻🌻

Seorang gadis masuk ke rumah sang Tante, seperti biasa dia tidak mengucap salam langsung masuk tanpa permisi. Melihat sang Tante yang sedang sibuk di dapur, dia pun menghampirinya.

"Masak apa Tan?" tanya Alisha basa-basi.

"Biasa, makanan kesukaan Arga sama Dinda, mereka kan sebentar lagi pulang," jawab sang Tante, menolah sebentar ke arah Alisha dan kembali melanjutkan kegiatannya.

"Yesha kemana emangnya Tan?" sebenarnya Ayesha lah yang dia cari, tapi seperti biasa Alisha selalu basa-basi menyapa sang Tante lebih dahulu.

"Yesha tadi bilangnya mau mampir ke rumah Omnya dulu gitu," masih sibuk menatap piring di atas meja. "Makan Sha, udah mateng semuanya," tambahnya.

"Aku udah makan tadi Tan, yaudah aku tunggu Yesha di kamar aja deh," Alisha beranjak dari duduknya, dia melangkah menaiki anak tangga menuju kamar Ayesha.

Di dalam kamar Alisha menatap langit-langit kamar sepupunya, ia teringat tadi di kafe. Dia mempunyai ide cemerlang saat tahu siapa laki-laki yang akan di jodohkan dengannya.

Alisha masuk ke dalam kafe, sebenarnya dia lebih dahulu datang, tapi tidak sendiri melainkan bersama dua sahabat laki-lakinya. Bahkan mereka bertiga sudah lebih dahulu sampai sebelum Angkasa sampai ke tempat itu.

Alisha terus menatap meja nomor sepuluh seperti ucapan sang Mama tadi pagi, tak berselang lama seorang pemuda duduk di meja nomor sepuluh dan betapa terkejutnya Alisha saat tahu siapa pemuda itu, ya Alisha mengenal Angkasa karena mereka satu kampus dan Angkasa seniornya di kampus, bukan hanya itu Alisha mengenal Angkasa dalam arena balapan motor, karena beberapa kali mereka mengadu sklil.

Setelah tahu siapa pemuda yang akan di jodohkan dengannya, Alisha pun mengajak dua sahabatnya untuk pergi, biarkan saja Angkasa menunggunya sampai jamuran, ha-ha-ha Alisha tertawa dalam hati, karena dua sahabatnya tidak tahu jika Alisha ke kafe ini akan menemui seseorang.

Tadinya Alisha akan pasrah menerima orang yang di jodohkan dengannya, karena kata sang Mama pemuda itu terlihat dewasa dan bisa membimbing Alisha, tapi ternyata sang Mama salah, Angkasa justru sama bandelnya dengan Alisha, akan jadi apa nanti keluarga mereka jika mereka menikah nanti, Alisha tidak bisa membayangkannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!