Aku berpacaran sejak di bangku kelas 3 smu dengan Wisnu yang kini menjadi suamiku selama hampir 2 tahun lamanya.Aku memutuskan untuk menikah dan meninggalkan pendidikanku di universitas ternama di Ibukota padahal baru semester 3,Wisnu tak pernah setuju dari awal kalo aku harus kuliah di lain kota dan menjalani LDR.
Makanya, Wisnu segera melamarku agar kami tak berpisah jauh. Sebenarnya tidak terlalu jauh juga sih, dari kota asalku ke Ibukota hanya perlu 3 jam perjalanan darat, dan kalau naik pesawat hanya 40 menit saja,
Tapi karena aku pun sangat mencintai Wisnu, akhirnya aku menerima lamarannya dan merelakan untuk tidak melanjutkan pendidikanku.
Wisnu ingin aku menjadi istri yang hanya mengurus rumah tangga saja, tidak mengijinkanku melanjutkan kuliah apalagi bekerja setelah kami menikah.
Wisnu merasa dirinya mampu memberikan apapun yang aku inginkan, dengan harta yang dia punya.
Memang benar sih,selama ini Wisnu memang selalu memanjakanku dengan segala kemewahan, rumah yang besar dan mobil mewah, pokoknya aku diperlakukan bak putri raja oleh Wisnu.
Aku pun tak pernah kekurangan kasih sayang dari Wisnu, selalu perhatian, menemaniku belanja, sering memberiku kejutan manis dan hadiah mewah, suami idaman lah pokoknya.
Aku sendiri tak pernah berpikiran yang aneh atau cemburu, walau aku tau usaha Wisnu adalah hiburan malam yang pastinya disana Wisnu di kelilingi banyak wanita wanita malam yang tentu saja selain cantik, mereka genit dan berani menggoda siapapun.
Tapi untungnya yang aku tau, disana Wisnu adalah seorang atasan yang sangat disegani oleh semua karyawannya, termasuk para wanita penghibur yang ada disana, tak ada satupun yang berani menggoda Wisnu, semua karyawan disana tau kalau Wisnu sudah menikah dengan ku, terkadang, aku juga di ajak ke tempatnya bekerja, sekedar menemani dia di ruangan kantornya.
Seperti hari itu,
Wisnu mengajakku menemaninya bekerja.
"Ayolah Ra,,temani aku,hari ini Beni gak masuk kerja,dia sedang keluar kota," Ajak Wisnu.
Beni adalah orang kepercayaan Wisnu, dia bisa jadi asisten, sopir, sekertaris, bisa dibilang tangan kanan Wisnu yang mengurusi segala hal kebutuhan Wisnu, pekerjaan di kantor maupun di rumah.
" Oke,aku siap siap sebentar" Jawabku tak menolak.
*****
Diruangan kantor Wisnu yang berada di lantai atas, Wisnu duduk di balkon sambil memperhatikan ke bawah, tempat para penggila hiburan malam melakukan aktivitasnya, ada yg mabuk, main perempuan,yang joget joget, seperti itu lah pemandangan setiap malamnya yang bisa di saksikan secara langsung dari balkon ruang kerja Wisnu.
" Tambah ramai saja pengunjung malam ini" aku membuka obrolan saat menghampiri Wisnu yang sedang duduk dan memainkan gelas berisi wine di tangannya.
" Ya, pengunjung semakin ramai saja dari hari ke hari, tapi kita kekurangan wanita untuk menemani mereka, makanya Beni sedang pergi ke luar kota untuk menemui Angga, katanya dia ada 5 orang yang ingin bekerja sebagai wanita malam disini, tapi minta di jemput kesana." Ujar wisnu tanpa menoleh sedikitpun padaku.
Apa yang menarik perhatian Wisnu sampai dia ngobrol denganku tapi matanya tertuju ke arah bawah terus ? Batinku, sambil menoleh kebawah menelisik apa yang sedang Wisnu lihat.
" Apa yang kamu lihat ?sepertinya kamu serius sekali" Tanyaku mengagetkan konsentrasinya.
" Eh,,oh, itu sepertinya ada tamu yang mau berkelahi di sana, aku harus menghubungi keamanan, kamu tunggu disini jangan kemana mana, aku hanya sebentar" Wisnu meninggalkan ku diruangan kerjanya sendiri.
Orang berkelahi di tempat ini memang sudah biasa terjadi, apalagi mayoritas di antara mereka di bawah pengaruh minuman keras semua, jadi masalah sedikitpun bisa menimbulkan perkelahian diantara mereka dengan mudahnya.
***
Dilantai bawah,
Wisnu memutar matanya mencari sosok yang tadi dia lihat dari balkon ruang kerjanya.
" Ada yang perlu dibantu bos?" Tanya Arya,salah seorang bartender yang kebetulan memperhatikan bosnya mondar mandir didepan meja bar.
" Ah,tidak,,, sepertinya tadi aku melihat temanku duduk di pojok sini" Wisnu menunjuk kursi yg sekarang kosong.
' Apa mungkin aku salah lihat ?' Gumam Wisnu dalam hatinya.
" Dari tadi yang duduk disini hanya Mia, dia teman saya bos, apa bos kenal Mia?" Arya balik bertanya.
" Mia? berarti aku salah orang tadi" Wisnu melangkah meninggalkan area bar, dia tak bersemangat melanjutkan pembicaraan dengan bartendernya itu.
" Bos,,tunggu,, ada yang perlu saya bicarakan terkait Mia. Bisakah besok saya menemui bos?" Pinta Arya.
" Hmm,,, temui aku jam 12 besok disini." Jawab Wisnu sambil berlalu pergi.
Wisnu berjalan kembali menuju ruangannya di atas.
' Mia? Padahal tadi aku jelas liat Rena dari atas,apa penglihatanku mulai terganggu ?' Gumamnya lagi dalam hati.
" Gimana, beres?" Tanya Safira saat melihat Wisnu masuk ruangan, sekembalinya dari bawah.
" Beres, ternyata mereka hanya bercanda, aku yang salah sangka, ku pikir mereka mau berkelahi" Wisnu berbohong.
*****
Pagi Wisnu sudah bangun dan mandi
" Tumben jam segini udah bangun dan mandi."
Aku heran, biasanya duhur dia baru bangun,paling pagi ya jam 10, karena kerja dia kan, malem sampai menjelang pagi.
" iya,siang ini aku janjian sama Beni mau briefing wanita wanita yang baru datang dari luar kota biar nanti malam sudah siap kerja mereka," Wisnu menjelaskan.
" Ooh,,, Baiklah, siang ini aku juga mau ke rumah ibu, sudah lama tak main kesana, boleh ya ?" Pintaku.
" Iya boleh, nanti aku antar kamu dulu sebelum ke kantor." Wisnu tersenyum dan memelukku.
*****
Wisnu sudah sampai di kantornya siang itu.
Beni yang sudah menunggunya langsung menghampiri,
"Lama sekali kau Tuan Wisnu yang terhormat,"
celoteh Beni yang memang sudah sangat akrab dengan Wisnu karena mereka berteman sejak kecil,
"Berisik kau, aku harus nganter Fira ke tempat ibunya dulu tadi, jadi ngobrol ngobrol dlu sama mertua dikit," Jawab Wisnu
Lalu mereka berjalan menuju ruang meeting.
Disana sudah ada 7 orang wanita yang duduk terkesima saat melihat Wisnu masuk,
Bagaimana mereka tidak ngiler, melihat pria berumur 28 tahun yang tampan dan gagah itu mengenakan celana jeans biru muda, kemeja putih yang pas di badan dengan lengan yang digulung sebatas sikut dan kancing depan di biarkan terbuka sebatas dada, memperlihatkan dadanya yang bidang dan menantang birahi para wanita yang ada disana.
Wisnu melirik ke arah Beni seperti ingin menanyakan sesuatu.
" Dapet bonus 2 orang, kata Angga yang dua itu dijamin bisa jadi primadona di tempat kita, hanya saja Angga minta bonus lebih katanya bos." Bisik Beni seakan tau apa yang akan di tanyakan Wisnu meski hanya dengan sebuah lirikan dari bosnya.
" Kita lihat dulu kerjanya malam ini, masalah bonus mah gampang." Tukas Wisnu
Tiba tiba pintu ruang meeting ada yang mengetuk
Tok..tok...tok...
" Masuklah," Perintah Beni dari dalam ruangan.
Pintu terbuka, Arya datang membawa seorang perempuan yang membuat Wisnu dan Beni saling tatap dan seketika menyebutkan satu nama secara bersamaan
"Rena !"
Seolah mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat itu.
Pintu terbuka, Arya datang membawa seorang perempuan yg membuat Wisnu dan Bima saling tatap dan seketika menyebutkan satu nama secara bersamaan.
"Rena !"
Seolah mereka tak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat.
" Maaf saya terlambat bos, tadi motor saya mogok." Papar Arya berhati hati menyampaikan alasan kepada Wisnu, karena dia telat 1 jam dari yang di janjikan semalam.
Sedangkan Wisnu dan Beni orang yang paling disiplin dalam pekerjaan dan waktu.
" Emh..ba-baiklah kau dan dia tunggulah di ruanganku, sebentar lagi aku ke atas !" Wisnu hampir terbata bata menjawab Arya, matanya tak lepas menatap sosok perempuan disamping Arya.
Meski agak sedikit bingung dengan sikap bosnya, Arya hanya mengangguk menuruti apa yang bosnya perintahkan, lalu keluar ruangan menuju ruang kerja Wisnu.
" Ben, cepat kau selesai kan briefing dengan mereka, lalu ikut dengan ku ke atas !" Perintah Wisnu sambil keluar ruangan dengan mukanya yang berubah menjadi pucat.
Beni yang juga sama terkejutnya dengan Wisnu, segera menyusul sahabatnya keluar ruangan setelah sebelumnya memberikan perintah kepada Panji, manajer pub yang juga ada disana agar mengambil alih tugas Wisnu dan dirinya mengarahkan dan memberi tau apa saja tugas para wanita itu disana.
" Wisnu,,tunggu !" Setengan berlari Beni mengejar Wisnu yang terburu buru naik menuju ruangannya.
" Kenapa dia datang lagi ke kehidupan ku Ben ?" Wisnu menghentikan langkahnya dan menyandarkan kepalanya di dinding sebelah pintu lift.
Matanya menatap kosong, tangan nya mengepal lalu di ayunkannya kepalan tangan nya itu sekuat tenaga ke dinding tempatnya menyandarkan kepala tadi.
" Wisnu,, sadarlah,, tahan emosi mu. Dia bukan Rena,, ingat Rena sudah pergi ! " Beni menahan tangan Wisnu lalu memeluk sahabatnya,berusaha menenangkannya.
" Itu semua salahku Ben,aku yang menyebebkan Rena pergi" Ratap Wisnu pilu.
" Berhenti menyalahkan diri sendiri, ini semua memang sudah jalan Tuhan." Beni kembali menenangkan sahabatnya.
***
Setelah beberapa saat menenangkan diri, Wisnu dan Beni masuk ke ruangan kerjanya.
" Apa yang ingin kau sampaikan padaku Arya ?" Tanya Wisnu to the point.
" A-anu,, ini teman saya namanya Mia, dia ingin bekerja disini, dia sangat membutuhkan pekerjaan." Arya menjelaskan agak ragu dan takut.
" Teman Kau tau kan, wanita disini kerja apa ?" Tanya Wisnu pada Arya, kali ini dia menghindari tatapan matanya dari wanita yang Arya sebut Mia itu.
" Dia Tau Bos, dan tidak keberatan karena Mia pernah bekerja seperti itu selama setahun di di kota Batam." Arya meyakinkan Wisnu
" Baiklah, suruh temanmu itu mulai masuk kerja malam ini." Wisnu masih berbicara tanpa mempedulikan MIa
" Terimakasih Bos, tapi apakan bos tidak mewawancarai saya dulu, atau ada yang ingin Bos tanyakan barangkali ? Dan sekali lagi, maaf tadi saya dan Arya datang terlambat." Mia coba berinteraksi dengan Wisnu yang sedari tadi tak pernah melihatnya sedikitpun.
Mia berpikir apa Wisnu tak suka padanya, atau bahkan marah, karena dia dan Arya datang terlambat, terlalu banyak pertanyaan di batin Mia saat itu.
' Ya Tuhan,,, bahkan suaranya pun mirip Rena.
Tapi dia orang yang berbeda, sadarlah Wisnu, dia Mia bukan Rena,' Wisnu berdebat dengan hatinya sendiri
" Bos..?" panggil Mia yang melihat Wisnu melamun.
" Eh,,iya tak ada yang ingin ku tanyakan padamu, datanglah untuk bekerja nanti malam." Jawab Wisnu setengah kaget tersadar dari lamunannya.
" Tunggu,,Mia asalmu dari mana ?" Tanya Beni penuh penasaran.
" Saya asli dari Batam, satu kampung dengan Arya, karena disana saya ada masalah keluarga, saya meminta bantuan Arya untuk mencarikan pekerjaan makanya saya datang kesini." Jawab Mia panjang lebar.
" Boleh aku pinjam KTP mu ?" Beni masih penasaran.
Mia membuka tas dan dompetya lalu mengeluarkan tanda identitas dan menyodorkannya ke arah Beni.
" Kamu benar benar bukan dia..." Gumam Beni pelan, tapi madih terdengar di telinga Mia.
" Eh ? maksudnya ?" Tanya Mia.
" Ah ,, tidak.. Kau mirip sekali dengan teman masa kecilku,, tapi,,, sudahlah, kalian orang yang berbeda." Beni mengembalikan kartu identitas itu pada Mia setelah membacanya.
***
Wisnu dan Beni sedang makan siang yang sudah terlambat karena sudah sore.
" Hallo sayang,, aku tidak pulang, mau langsung berangkat kerja lagi, banyak yang harus aku selesaikan, maaf ya sayang. Kamu pulang di jemput supir nanti. Aku pulang jam biasa, tapi aku usahakan pulang cepat." Wisnu mengakhiri pembicaraannya di telepon.
" Safira ? Kenapa kau tak pulang dulu, kau mau kemana ? ini masih sore, ga mungkin kita diam di club, mau ikutan OB bersih bersih ? Pulang lah dulu, mandi biar segar." Bujuk Beni.
" Pikiranku kacau Ben, aku tidak bisa bertemu Safira dulu, takutnya dia khawatir, aku akan ke apartemenku saja. Sekalian menenangkan diri." Keluh Wisnu lesu.
*****
Malam ini, semua pekerja wanita yg baru sudah mulai bekerja. Mereka terlihat sudah mulai terbiasa dan mahir menggoda, merayu para pria hidung belang yang seolah siap menerkam mereka.
Dari balkon ruang kerjanya Wisnu duduk sendiri memperhatikan Mia yang sedang menemani seorang pria yang sepertinya ingin mengajak ke ruang karaoke lantai 2.
Mata Wisnu tak lepas memperhatikan gerak gerik Mia.
' Ah, memang dia bukan Rena, mana mungkin Rena serendahan itu sikapnya,' Wisnu berusaha meyakinkan hatinya.
Pikrannya mulai melayang, kembali ke masa lalu ketika dia masih berseragam putih abu,
saat saat terbahagia dalam hidupnya.
Menjalin kasih dengan Rena teman masa kecilnya yang memang sudah dia sukai semenjak smp, tapi dia baru berani menyatakan cintanya saat masuk smu, dan ternyata Rena punya perasaan yang sama pada Wisnu.Akhirnya merekapun berpacaran.
Wisnu, Rena dan Beni memang sahabatan dari kecil, karena rumah mereka berdekatan, tapi setelah Wisnu dan Rena berpacaran, walaupun mereka bertiga satu sekolahan, mereka jarang main bersama sama lagi.
Beni lebih senang nongkrong dengan teman temannya yang lain, karena tak ingin mengganggu dua sahabatnya yang sedang dimabuk asmara dan tak pernah terpisahkan itu, tapi kadang kadang mereka masih sering sekedar nongrong bareng sesekali.
Sampai kejadian sedih itu terjadi,
Pulang sekolah Wisnu, Rena dan Beni sedang asik nongkrong bareng di sebuah Kafe, tiba tiba segerombolan pria berpakaian seperti preman mendekati Rena dan menggodanya, Wisnu dan Bni yang terpancing emosi langsung berkelahi dengan mereka, sampai salah seorang dari preman itu mengeluarkan senjata tajam ke arah Wisnu, tapi Wisnu tak menyadarinya karena keadaan sudah kacau, Rena yang melihat itu langsung memeluk Wisnu, sehingga Rena yang tertusuk di bagian punggungnya.
Itulah kejadian tragis yang merenggut nyawa Rena, menyebabkan Wisnu selalu menyalahkan diri sendiri dan membuat Wisnu tak bisa melupakan Rena.
Walaupun setelah sekian tahun berlalu, Wisnu akhirnya bisa membuka hatinya kembali dan berusaha menjalin hubungan dengan Safira,
Ya itu aku.. Aku yang sekarang menjadi istrinya dan berhasil menyembuhkan luka hatinya.
Aku pernah di ceritain tentang Rena sedikit, meski tak pernah tau seperti apa rupanya, tapi buatku itu masa lalu Wisnu, aku tak ingin mengorek luka dia, yang penting sekarang dia bersamaku. Terlebih Rena sudah lama tiada, jadi aku tak perlu cemburu, bukan ?
" Aaahh,,, kenapa ini datang lagi padaku..! Perasaan bodoh ini !" Wisnu berteriak sambil membanting gelas minuman yang di pegangnya.
Seminggu berlalu, sejak pertama kali Mia datang di club dan berhasil menghantui kehidupan Wisnu.
Semakin Wisnu berusaha menghindar dari Mia, semakin hatinya mendorong Wisnu untuk mengenal lebih dekat siapa sebenarnya Mia,sosok perempuan yg seminggu ini tak lepas dari pandangannya dari balkon ruang kerjanya setiap malam, dan selalu mengganggu ketenangan pikirannya saat di rumah karena seakan akan gelisah jika tak jumpa dia.Sehingga membuat dia ingin buru buru pergi ke kantor dan enggan untuk pulang.
" Kamu beberapa hari ini pulang pagi terus, apa ada masalah di club ?" Tanyaku pada Wisnu sore itu, yang sepertinya sudah siap siap berangkat kerja.
Beberapa hari belakangan ini Wisnu jarang di rumah, biasanya berangkat kerja jam 9 atau 10 malam, sekarang sore sudah berangkat,begitupun saat pulang, biasanya dia pulang paling telat jam 3 pagi, sekarang,,, jam menjelang dzuhur baru nyampe rumah, itupun dia tak lebih hanya sekedar numpang tidur,lalu bangun sore hari saat akan berangkat ke club lagi.
Begitu terus setiap harinya, sampai hampir tak pernah punya waktu bertemu bahkan sekedar ngobrol atau makan bareng denganku, padahal kami satu atap.
Sepertinya, dia pulang sekedar absen saja.
Meski begitu,tak ada kecurigaan apapun di benakku, aku hanya berpikir mungkin sedang ada masalah di clubnya, atau memang dia sedang banyak pekerjaan saja.
" Ya, ada beberapa masalah yang luman serius di kantor, jadi maaf kalau aku harus sering lembur." Jawab Wisnu sambil berlalu pergi meninggalkanku, tanpa menoleh sedikitpun padaku.
Seolah tak ingin berbicara lebih banyak lagi denganku.
Aku hanya diam menatap punggungnya yang menghilang dibalik pintu mobil dan pergi menjauh keluar gerbang.
Sungguh tak seperti biasanya, pergi pun tak pamit, padahal biasanya dia tak pernah lupa memeluk dan mencium ku sebelum dia pergi.
' Ah, mungkin masalah yang di hadapinya saat ini cukup rumit di kantor, makanya untuk sekedar telpon atau chat pun tak sempat ' gumamku dalam hati mencoba bepikiran positiv.
*****
Author POV,
Sore itu ternyata Wisnu menuju apartemennya,dia duduk di sudut sofa ruang tengah sambil memandangi layar ponselnya, lama dia menatap layar ponsel yang ternyata menampilkan beberapa foto Mia yang dia ambil secara diam diam dari balkonnya.
" Hallo Ben, tolong kau sampaikan ke Mia, setengah jam lagi ku tunggu di ruang kerjaku, dan kau tak usah banyak tanya , cukup kerjakan saja !" Perintah Wisnu lewat telpon, seakan mengerti kalau sahabatnya itu pasti akan bertanya sesuatu padanya.
" Ta-tapi..." Belum sempat Beni melanjutkan kata katanya,
Tuut tuut tuut...
Sambungan telpon sudah terputus.
' Apa sebenarnya yang ada di pikiran Wisnu ? Makin hari makin aneh saja kelakuannya, tiap ada tamu yg mencari Mia, selalu saja dia halang halangi, malahan sudah 3 malam, kerja Mia hanya menemani Wisnu di ruangannya.Ada yg tak beres ini ' Gerutu Beni yang melihat gelagat bos sekaligus sahabatnya mulai berulah aneh.
***
Satu jam kemudian,
Pandangan Wisnu selalu tertuju ke arah pintu masuk ruang kerjanya.
Ya, dia sedang menunggu Mia yang tak kunjung datang.
Tok tok tok ...
Terdengar suara ketukan dari balik pintu, Wisnu tersenyum
" Masuklah...!" Teriaknya penuh semangat.
Tapi, seketika mukanya yang sedang tersenyum berubah masam,
" Kau... Apa kau tak melakukan tugasmu untuk menyuruh Mia datang kesini, huh ? Ini sudah 1 jam aku menunggu." Wisnu kesal ketika tau yang datang ternyata Beni.
Beni memang dengan sengaja tak menyampaikan pesan Wisnu pada Mia, karena menurutnya sahabatnya itu sudah benar benar salah arah.
Beni juga mencium kebusukan dari sikap Mia,walaupun dia belum punya bukti yang kuat.
Beni hanya tak ingin terjadi apa apa pada sahabatnya .
" Ini belum jam kerja, aku ingin berbicara dengan mu sebagai seorang sahabat.sepertinya kita akhir akhir ini sudah tak punya waktu untuk ngobrol, kamu terlalu sibuk dengan Mia. Ada apa di antara kalian ?" Beni memulai pembicaraan dengan serius, tapi tetap tenang.
" Maksudmu..?" Wisnu enggan menanggapi,meski dia tau kemana arah pembicaraan Beni.
Sebenarnya dia sendiri menyadari, belakangan ini hari hari dia hanya dihabiskan dengan Mia, tak ada waktu untuk yang lain.
Bahkan tak punya waktu untuk istri dan sahabatnya sekalipun.
" Ayolah Wisnu,, dia bukan Rena ! Tolong berhenti bersikap bodoh, apa kau tak kasihan pada Safira,,, ku lihat kau juga jarang pulang !" Beni coba mengingatkan masih dengan suara pelan.
" Jaga ucapan mu, tiap hari aku pulang !" Wisnu tak terima dengan tuduhan Beni dengan suara meninggi.
" Ya, kau memang pulang.... Tapi pada jam yang tak sewajarnya, Kau datang ke kantor bahkan jauh sebelum OB kita datang, lalu kau pulang setelah tak ada satupun karyawan tersisa disini, Kau pikir aku tak tau,huh ?" Belum sempat Beni mengeluarkan semua yang ingin dia ungkapkan pada sahabatnya sore itu,Tiba tiba pintu terbuka,
" Upss,,, apa saya mengganggu ?" ujar Mia yang baru saja muncul dari balik pintu, dan melihat kedua atasannya memasang muka yang mengerikan seperti sedang bersitegang.
" Masuklah,,Aku menunggumu dari tadi." Wisnu berubah menjadi lembut saat berbicara pada Mia, bibirnya melengkung membentuk senyuman manis.
" Ini ruangan bos mu, apa kau tak punya etika hah,,! Bahkan aku yang sahabatnya saja selalu mengetuk pintu saat masuk ruangan ini !" Hardik Beni ke arah Mia penuh amarah.
Beni lalu bergegas keluar ruangan karena takut semakin tak bisa menahan emosinya.
Sementara Mia hanya tertunduk diam.
" Maaf, Mas,, aku gak tau kalau ada pak Beni,biasanya kan jam segini cuma ada kamu," Ucap Mia manja sambil menghampiri Wisnu yang baru saja berdiri dari kursi kerjanya.
" Tak apa Re,,, Beni memang lagi kesal dengan ku bukan marah padamu." Ujar Wisnu sambil membalas pelukan manja Mia.
" Tuh kan.. Manggilnya Re lagi,, kenapa sih mas ?" Protes Mia mengerucutkan bibirnya, karena Wisnu selalu memanggil dirinya dengan panggilan Re, yang dia sendiri tak tau apa artinya.
" Bukankah nama asli mu Resmiani,, jadi aku ingin memanggil kamu Re saja, terserah kamu suka atau tidak, aku hanya mau memanggilmu dengan sebutan itu !" Tegas Wisnu sambil mencubit pipi Mia.
' Karena kamu harus menjadi Rena ku,' Batin Wisnu.
" Maas,, nanti malam aku boleh kerja? Ini kan malam minggu,, biasanya banyak tamu yang mencariku, kan lumayan uang tips nya buat tambah tambah bayar sewa kost." Rengek Mia manja, masih di pelukan Wisnu.
" Re.. Apa uang dariku masih kurang ! Bukankah aku sudah sering bilang, kamu tak aku izinkan kerja lagi, tugasmu sekarang hanya menemaniku saja. Apa itu terlalu sulit bagimu? Aku tetap membayarmu berkali kali lipat dari gajimu, kalau kamu tetap ingin bekerja seperti itu, silahkan di tempat lain !" Wisnu melepaskan tubuh Mia yang sedang memeluknya dengan kasar.
" Oke,, maafin aku mas,, tapi.. Aku gak mau para karyawan membicarakan ku di belakang,mereka sudah mulai bergosip tentang kita." Mia menahan tubuhnya yang hampir tersungkur ke meja karena di hempaskan Wisnu.
" Siapa yang berani menggunjingkan kita? Aku pemilik tempat ini, apa yang aku lakukan terserah aku. Kalau ada yang tidak suka, ku pastikan dia akan pergi !" Wisnu dengan sikap arogannya.
" Bagaimana kalau itu istrimu Mas?" tanya Mia hati hati takut menyinggung Wisnu lagi.
" Istriku adalah urusanku tak ada hubungannya dengan kamu. Lakukan saja tugasmu sebagai wanitaku, buat aku bahagia" Wisnu menatap Mia tajam seolah berkata,
' Jangan usik kehidupan rumahtanggaku..!'
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!