NovelToon NovelToon

Perjodohan Licik

1 Awal perjodohan

Pesta yang sangat sederhana, tak ada tamu undangan sama sekali, hanya ada Roni ayah dari Sofia dan pengantin pria William, penghulu dan saksi Jim sekretaris dari William.

Sofia tak memprotesnya dia menerimanya. Yang terpenting baginya adalah menikah dengan William. Senyum menghiasi wajahnya, dia begitu bahagia. William terlihat lancar dalam melaksanakan upacara pernikahan.

Selesai upacara pernikahan di kamar pengantin tanpa hiasan. Sofia hanya menaburkan kelopak bunga mawar merah di atas seprei, wangi semerbak bunga mawar menjadi pelengkap ranjang putih yang empuk itu. Bunga mawar yang di petiknya di taman milik Wiliam. Lampu minyak di kamar menjadi pelengkap indahnya malam ini baginya, walaupun cahayanya sangat redup.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka, lelaki tampan membuka handle pintu, tubuhnya yang jangkung, bahu lebar, bola mata yang berwarna biru hingga mampu menghipnotis bagi yang memandangnya.

William memasuki kamar dengan kemeja putih yang sudah berantakan, dasi tampak terlepas sebelah hingga mengendur. Bau alkohol menyeruak ruangan, noda kepemilikan berserakan di leher dan dada bidangnya.

"Will aku bantu melepaskan jas kamu, setelah itu mandilah sudah kusiapkan air hangat." Sofia mengucapkan dengan penuh perasaan. Bagi Sofia hidup seperti di jaman batu tidaklah mengapa yang penting bersama lelaki yang di cintai.

Willi mendorong tubuh sofia yang mendekatinya. Tubuh Willi sempoyongan.

"Kamu menginginkan pernikahan ini kan? Sekarang kita sudah menikah, apa kamu menginginkah tubuhku juga ? Baiklah ayo lakukan sekarang."

Mulut Willi mengeluarkan aroma menyengat, bau alkohol. Orang lain akan muntah bila menciumnya tetapi Sofia masih bisa bersabar.

William jangan begitu, aku menikah denganmu karena aku mencintaimu. Tidakkah kamu membuka mata hatimu? Bukankah aku cantik dan cerdas william? Ayahku sangat bahagia kita menikah.''

William membuka semua kain yang menempel di tubuhnya mendorong Sofia hingga mereka berdua berguling di atas kasur empuk. Di benak Sofia terfikirkan, dalam berjalannya waktu pasti nanti William dapat mencintainya paling tidak cukup perduli padanya.

''William jangan begini, marilah kita bicara baik baik. ''

William tak mendengarkan, bahkan dia tertawa seperti orang kesurupan. Tak ada yang berani mendekat kamarnya. Mansion ini sangat jauh dari keramaian. Mansion yang begitu luas tetapi hanya di tempati mereka berdua tanpa pembantu ataupun tukang kebun.

Sore tadi baru saja mereka menikah, pulang dan memasuki mansion hanya diantar oleh sekretaris Jim.

''Apa wiliiam akan pulang? Apa tiap hari dia pulang ke mansion ini? Sekretaris Jim aku takut, mansion ini begitu menyeramkan.''

''Nona tak usah khawatir, begitu lampu di nyalakan semuanya akan tampak bagus dan terang, silahkan nona masuk saya akan menyalakan lampunya."

Lampu sudah di nyalakan asisten Jimmy, ternyata bukan lampu listrik atau batrai. Ini hanya lampu minyak tanah dan beberapa lilin. Jim mengeluarkan korek dari sakunya, menyalakan lampu penerang Sofia beranggapan ini hanyalah sebuah lelucon. Mungkin juga ini adalah sebuah kesalahan. Sofia berjalan di ruang tamu lututnya tak sengaja terantuk meja, dia hanya meringis.

"Asisten Jim tak bisakah kita memasang lampu listrik? Bukankah sekarang sudah tak ada yang memakai lampu sejenis ini?"

"Tuan William tidak suka dengan cahaya, dia suka kegelapan."

Dalam hati Sofia mendengus kesal, tak percaya. Tetapi karena yang menyampaikan adalah Jim mau tak mau dia harus percaya.

Bagaimana mungkin di jaman yang serba komputer dan robot ini masih ada kompor minyak tanah. Jimmy menunjukkan letak kompor minyak tanah yang berada di depan gudang, gedung bagian mansion paling belakang.

"Kenapa memakai kompor ini, bukankah di dapur ada kompor Listrik Jim."

"Tuan muda tidak suka menggunakan kompor listrik, nona."

"Kenapa kamu sepertinya mempersulitku? Bagaimana kalau nantinya aku memasak , membuat makanan untuk william?"

"Mana berani saya mempersulit nona, dan nona tak perlu repot repot memasak untuk tuan muda, karena tuan muda jarang makan di rumah."

"Ha? Trus ?" Sofia tampak kebingungan.

"Sekarang mari kita ke ruang depan, silakan nona melakukan apa saja, saya permisi menjemput tuan muda."

"Tapi jim aku takut, disini seram."

"Nona akan terbiasa."

Tak bisakah aku meminta seorang pembantu Jim untuk menemaniku?"

"Tuan muda tak menyukai orang asing berada di mansionnya."

Sofia mendengus kesal. Wajahnya seketika pucat, dia sungguh merindukan ayahnya.

"Baiklah aku akan belajar, yang penting aku hidup bersama William."

"Saya permisi nona."

Sofia hanya mengangguk, membiarkan Jim pergi. Banyak tumpukan beberapa lilin di atas nakas. Sofia terheran, orang sekaya William biasa hidup seperti ini? Yang selama ini di ketahui Sofia, kediaman William bukanhlah di sini. Mansion di tengah kota, dengan para pembantu yang berjumlah lusinan, Sofia pernah di ajak William ke sana meskipun tidak masuk ke dalamnya.

William adalah pemuda yang baik, Sofia mengenalnya sejak kecil. Roni sangat menyayangi William. Maka dari itu Roni menjodohkan Sofia dengan William.

William adalah anak dari sahabat Roni, orang tua William meninggal dalam kecelakaan. Perusahaan Mega' Corp adalah milik orang tua William sementara di pegang oleh Roni sampai usia William dua puluh dua tahun tahun.

Mega' Corp sudah dalam kendali William sejak enam tahun yang lalu. Hampir saja bangkrut kalau tidak di tolong oleh perusahaan milik Roni. Roni menggabungkan perusahaannya dengan Mega' Corp sehingga menjadi perserikatan seperti seperti saat ini. Roni beranggapan putrinya tak mempunyai keahlian dalam bisnis, maka lebih baik perusahaan miliknya di berikan pada William, untuk mengikat hal itu Roni menjodohkan William dengan Sofia, dia juga merasa lebih tenang kelak akan ada yang menjaga putri satu satunya. William menerima dengan senang hati perjodohan itu, perjodohan penuh siasat licik.

*****

William mencintai penyelamat hidupnya, gadis yang di temui disaat dia hampir tenggelam. Elsa adalah penyelamat hidupnya. Mereka sepasang kekasih. Elsa adalah anak yatim piatu, hidupnya di habiskan di panti asuhan. Dimata William Elsa adalah gadis yang sangat baik. Rasa cintanya sampai menutup mata hati William. Saat mengetahui William akan menikahi Sofia, Elsa sempat murka. Tetapi penjelasan William bahwa pernikahannya adalah rekayasa untuk merebut perusahaan Roni akhirnya Elsa percaya dan menerima.

*****

Sofia mencintai dalam diam, saat ayahnya menjodohkannya dengan William betapa bahagianya dirinya. Dari kecil Sofia begitu lengket dengan William.

William, jangan tinggalkan aku.

William, ayo kita pergi.

William aku mencintaimu.

William, mari kita pacaran.

William, ayo kita menikah.

Kata kata seperti itu di ucapkan seorang gadis kecil ke telinganya hampir tiap hari, sampai sekarang William sudah berumur dua puluh empat tahunpun masih harus bersabar mendengarkannya, tapi di hari pernikahannya kesabarannya sudah hilang.

Hai pembaca yang baik hati. Ini novel keduaku Perjodohan Licik. Seperti biasa novelku berkisar tentang kejam dan balas dendam. Ini bukan menggambarkan karakter penulis ya. Hanya suka saja melihat laki laki yang mengemis cinta setelah menghianati pasangan. Jadi terus simak ya. Trimakasih yang sudah meninggalkan Like and komen juga Vote. 🥰🥰🥰

2 Jepit rambut

Elsa adalah cinta pertama William, gadis yang begitu penyayang. Ditambah kecantikan Elsa sungguh memikat hati setiap pria yang memandangnya. William sungguh lembut memperlakukannya. Gadis yatim piatu besar di panti asuhan, tetapi ambisi untuk menjadi wanita kaya mengorbankan segala cara. Kepolosannya menipu semua orang, di tambah Elsa di besarkan di panti asuhan. Elsa bisa menipu semua orang, tetapi tidak dengan ibu panti. Ibu panti sudah mengetahui semua niat buruk Elsa.

Apapun yang di lakukan William demi masa depan mereka berdua, termasuk merebut perusahaan Roni. Sebenarnya target utamanya bukanlah itu, tetapi balas dendam kematian orang tua William.

William sudah berjanji kepada Elsa untuk menceraikan Sofia di hari pertama pernikahan mereka. Berdua membangun mimpi untuk merajut rumah tangga yang ideal.

Malam malam William selalu di habiskan bersama Elsa.

Menghibiskan waktu berdua di club malam. Bahkan merajut kasih di mansionnya. Melakukan hubungan suami istri adalah hal yang lumrah bagi mereka. Tetapi satu yang tidak di ketahui William, Elsa tidur dengan banyak lelaki, selain William.

*****

Sofia sedari kecil sudah akrab dengan William, bahkan sebelum tragedi itu.

Perbedaan usia mereka lima tahun. Saat orang tua mereka bertemu membicarakan bisnis, Sofia dan William selalu bermain bersama. Bahkan suatu hari Sofia pernah mengatakan kepada orang tua William akan menikah, padahal usia masih dini. Roni dan William menganggap itu adalah bualan anak kecil. Tetapi ternyata perkataan itu sudah tertanam di otak Sofia atau bisa juga di katakan obsesi.

Sering kali William mengajak pergi Sofia ke mall, Biasanya Sofia berjalan di belakang William, Berlari kecil mengejar langkah William bahkan mereka pernah membuat janji bertemu di rumah makan, Sofia di tinggal ber jam jam duduk sendirian demi menunggu kedatangan William tetapi lelaki itu tak pernah datang. Jika mereka bertemu William tak banyak bicara hanya Sofia yang selalu terlihat bahagia. Saat di club malam William di kelilingi banyak wanita, Sofia hanya melihat seperti gadis bodoh.

Sofia tak pernah berprasangka buruk terhadap lelaki itu, masuk rumah sakit akibat makananya di tabur obat pencaharpun pernah, semua di terima tanpa rasa curiga.

Sofia menganggap angin lalu semua sifat buruk William, dia hanya menyikapinya dengan senyuman dan tawa. Keyakinan Sofia begitu besar akan cintanya. Dia tak pernah mengadukan masalah ini kepada ayahnya. Sofia adalah gadis yang ceria. Tak pernah merasa sakit hati dan curiga.

Tapi beda saat William bertemu Roni, dia sangat hormat. Berpura pura menyayangi Sofia. Perhatiannya hanyalah palsu, pertunangannya hanyalah siasat licik. Berapa kali William mencelakai Sofia sudah tak terhitung lagi.

Di mata karyawan dan orang lain William adalah orang baik dan dermawan. Berbanding terbalik perlakuannya terhadap Sofia. Pernah suatu ketika mereka berjalan di taman, sore hari langit masih menampakkan sinarnya, tak biasanya William berjalan bersebelahan dengan Sofia, perlakuan seperti ini walaupun tak bergandengan tangan Sofia cukup bahagia. Setiap langkah Sofia selalu melihat wajah William dengan tersenyum, ada lobang galian kabel di trotoar taman, dengan sengaja William mendorong tubuh Sofia, gerakan itu sangatlah cepat bahkan orang lain tak menyadarinya. Sofia masuk dalam kubangan lumpur. Bajunya sangat kotor bahkan wajahnya terciprat air selokan.

"Maaf William, aku tak hati hati."

William tak menggubris ucapan Sofia.

"Pulanglah sendiri. Bagaimana mungkin kamu naik mobilku dengan keadaan tubuhmu yang sekotor itu."

"Iya maaf, Pulanglah . Biar aku mencari kendaraan umum."

William meninggalkan Sofia sendirian. Seorang ibu ibu memberikan air meneral untuk mencuci wajahnya. Sialnya ponsel yang di pegangnya tercebur lumpur, tak bisa di gunakan lagi.

Sofia pulang hanya berjalan kaki, tak ada kendaraan umum ataupun taxi yang bersedia menerimanya. Jarak taman dan rumah cukup jauh. Tepat jam 10.00 Sofia tiba di rumah. Ayahnya begitu cemas. Tetapi Sofia berbohong pada ayahnya, menutupi kesalahan William.

Hidup mati Sofia, william tak pernah perduli.

William pernah memberi kan Sofia jepit rambut seharga permen lolipop. Saat itu jantung Sofia melompat lompat hingga seakan keluar dari tenggorokannya. William sungguh lelaki yang menyebalkan, bahkan tidak masuk diakal.

Hanya sebuah jepit rambut, Sofia beranggapan sudah mewakili perasaan William. Jepit rambut di pakainya tiap hari hingga berubah warna hitam, sekarang jepit rambut itu di simpannya bahkan di bawanya ke mana mana.

Lelaki itu selalu memberikan tekanan tekanan yang besar, tetapi sofia tidak benar benar merasakan. Tak perduli apa yang di lakukan William baginya itu adalah pujian.

"Kenapa kamu tak mati saja?"

"William bagaimana bisa aku mati kalau belum menikahimu?"

Jawaban seperti itu yang membuat William benci. Melihat William tak pernah meresponnya Sofia menganngap itu adalah hal biasa.

Sofia adalah gadis periang, tak sedikit laki laki menyukainya, Beno adalah salah satunya, laki laki yang bekerja pada ayahnya. Dia pekerja gigih, bagi Sofia dia adalah teman baik. Sudah lama Beno menyukai Sofia, karena hanya seorang pekerja Beno tak berani mengutarakannya.

Sofia selalu mengirimkan hadiah hadiah istimewa untuk William, tak ada yang murah harganya semuanya barang barang mahal. Dari mobil sampai gelas cangkir dari Inggris, konon cingkir itu adalah koleksi pribadi ratu Inggris.

Dari semua hadiah yang dikirimkannya tak ada satupun yang berkenan di hati William. Barang barang itu dibiarkan menumpuk di gudang, bahkan mobil yang di hadiahkan di biarkan menjadi barang rongsokan.

Roni mulai curiga perasaan Sofia hanya bertepuk sebelah tangan, tetapi usahanya untuk membujuk Sofia agar membatalkan pertunangan itu selalu di bantah oleh putri tunggalnya.

"Ayah tidak mau suatu saat nanti kamu terluka karena sikap William."

"Ayah, jangan begitu. Sofia mencintai William."

Roni hanya menarik napas dengan kesal. Mengusap rambut putri satu satunya dengan lembut. Roni berharap dirinya yang sudah salah terlalu menghawatirkan.

Sofia tak punya keahlian menangani perusahaan, dia hanya bisa melukis. Hobinya terbawa sampai sekarang. Seluruh kamarnya penuh lukisan wajah William. Penuh imajinasi dan william sama sekali tak mengetahui kalau gambar dirinya terhampar di kamar Sofia. Seandainya saja lelaki itu mengetahuinya tentu saja akan marah, karena apapun yang di lakukan sofia adalah salah.

Roni sangat menyukai Beno, baginya Beno lebih pantas dengan Sofia. Tetapi cinta tak bisa dipaksakan, lelaki yang cerdas ini bertangan dingin. Tetapi sayang sekali perusahaan yang di miliki Roni harus di serahkan pada William untuk menutupi kerugian Mega Corp. Juga merupakan hadiah untuk pernikahan William dan sofia.

Saat ini Roni tinggal sendirian di rumah yang kecil, jauh dari putri tercintanya. Semua harta bendanya sudah di Rampas oleh William. Yang terpenting bagi Roni kebahagiaan Sofia yang utama, walaupun dia diasingkan tanpa tahu kesalahannya.

Hai pembaca yang budiman jangan lupa Like and Vote ya. Kesel gak sama karakter William? Aku aja kesel. Ini salah satu lukisan yang di pajang Sofia di kamar.

3 Jari yang terluka

William melempar wajah Sofia dengan pajangan kaca, Sofia tak sempat menghindar. Darah mengucur dari pelipisnya. Sofia menyeka darah itu dengan lengannya selayaknya orang bodoh, dan ketakutan.

"William jangan begini, kepalaku sakit?" Ucap Sofia sambil memegang pelipisnya. Sofia tak pernah sekalipun menangis di perlakukan seperti itu. Bahkan dinding rumah bisa merasakan kesedihan perempuan itu.

Hati William tak tergerak sedikitpun.

William mendorong tubuh Sofia kembali, ke ranjang dengan kasar, perempuan bertubuh kecil. Sofia terlentang dengan kedua siku tangannya menahan bobot tubuhnya.

" Berani melawanku? Apa kau ingin mati?"

"William jangan seperti ini, kita kan pasangan suami istri. Jangan begitu, kamu menyakitiku."

"Tak mau hah? Bukannya kamu setiap hari mendekatiku, demi ingin menjadi wanitaku?"

Sambil berbicara dan mengoceh karena mabuk, William terus menarik tubuh Sofia.

"Sekarang kamu menolakku."

Dikatakan begitu, Sofia begitu takut, mencoba menerima William dengan perasaan ketakutan.

Sofia ingin melarikan diri, tetapi tekanan William begitu kuat.

"William jangan melakukannya seperti ini. Bisakah kamu mandi dan membersihkan dirimu, kamu masih mabuk."

"Tidak mau ha? " Dasar murahan! Bahkan kamu tidak lebih berharga dari seorang ja**ng yang menjajakan tubuhnya di lampu merah."

Ja**ng? Dia menganggapku apa? Bahkan cintaku yang selama dua puluh tahun ini tak ada artinya.

Sofia merasa jijik melihat tubuh William penuh tanda kepemilikan dan tercium bau alkohol.

Dia mencoba menyimpan emosinya.

William dengan terhuyung huyung menarik tubuh Sofia, merobek kain yang menutupi tubuh perempuan itu, menindih dan memperlakukan dengan kasar, malam pertama yang di impikan oleh semua orang konon di lakukan dengan prosesi yang indah, dilakukan william selayaknya melakukannya bersama binatang.

Tangan Sofia meremas ujung selimut, menggigit bibir bawahnya, matanya tak berhenti mengeluarkan air mata membanjiri bantal sebagai penyangga kepalanya.

"Ampun William, ampun."

Kata kata yang keluar dari mulut Sofia hingga bagi yang mendengar akan tergetar. Sayangnya mansion ini pantas di katakan tempat pengasingan. Jadi ratapannya tak ada artinya.

Sofia terbangun setelah pingsan yang begitu lama, kakinya yang telanjang membawanya melangkah ke kamar mandi. Sofia berjalan tertatih tatih, di bawah sana sakit sekali perih seperti terobek.

Sofia meremas lilin yang menyala di tangannya. Cahaya yang temaram itu menjadi saksi bagaimana perlakuan William kepadanya.

Seandainya saja di mansion ini ada lampu atau cahaya yang layak, Sofia merasa seperti terhibur. Tetapi tidak seperti sekarang, hidup seperti di jaman batu.

Sofia selesai melakukan ritual mandinya. Masih keadaan badan yang remuk redam Sofia meninggalkan kamar sebelumnya dia menoleh melihat William masih tidur tengkurap tanpa sehelai benang.

Menuju dapur Sofia mencari peralatan dapur yang di tunjukkan oleh asisten Jimmy kemarin, memasak air dengan kompor minyak tanah. Cahayanya membuat seisi ruangan lumayan terang. Awal awal Sofia cukup kesulitan, benar kata Jim lama lama akan terbiasa. Tetapi tetap saja Sofia merasa sedih, gadis yang terbiasa hidup serba kecukupan sekarang harus hidup serba kekurangan.

Hari sudah pagi William terbangun, tak di dapatinya Sofia di sampingnya membasuh wajah dan memakai baju yang tergeletak di bawah kasur, dia memakainya tanpa di kancingkan dasi hanya tergantung di leher berjalan menuju ruang makan.

"William kau sudah bangun? Minumlah teh hangat yang sudah aku siapkan di meja makan. Tunggu sebentar lagi nasi belum matang."

Sofia menatap perut suaminya yang kotak kotak seperti roti sobek, badannya tinggi menjulang, mata yang biru rambut kecoklatan walaupun belum terkena sisir, kulit putih bak biji gandum membuat Sofia tersipu malu.

Tiba tiba William melempar sebuah map merah berisi kertas kertas dan sebuah bulpen.

"Apa ini William?"

" Baca! Dan tanda tangani."

Surat cerai tulisan yang cukup besar mewakili semua abjad dalam secarik kertas itu. Sofia melempar kembali kertas itu ke depan William.

"Aku tidak mau."

"Kamu jangan memancing kemarahanku,

William, aku sudah mencintaimu sejak lama, kamu tahu itu. Dan juga ayahku sudah menolong perusahaanmu yang terancam bangkrut."

"Kamu percaya perusahaanku bangkrut? Kamu saja yang bodoh, kamu tanya semua orang seluruh Jakarta ini, apakah perusahaanku dalam masalah? Tentu saja tidak, aku hanya mengincar perusahaan milik ayahmu.

Toh perusahaan ayahmu gak ada artinya buatku, bahkan sudah kuhapus semua data datanya. Sudah kuhancurkan semuanya."

"William jangan begini, paling tidak pertimbangkanlah lagi, papa kamu berteman baik dengan ayahku setidaknya kamu juga mempertimbangkan hal ini."

"Kamu kira aku perduli hah !Cepat tanda tangan." Melemparkan lagi kertas itu ke wajah Sofia.

Kemudian William pergi meninggalkan mansion itu, Jimmi sudah menunggu berdiri di samping mobil, Sofia setengah berlari mengejar hingga di pelataran, tanpa alas kaki Sofia berlari di atas batu kerikil. Sofia meringis kesakitan tapi dia tak menghiraukannya.

"William tolong sebutkan satu saja kesalahanku, agar aku bisa memperbaiki diri, bagaimana mungkin kita bercerai hanya satu hari usia pernikahan kita."

"Itu urusanmu, tandatangani itu. Dan satu lagi kamu jangan pernah mencariku."

Jim menjalankan mobilnya, William menutup kaca mobil, jari Sofia menahannya. Sayang sekali hati William tak tergerak.

"Jalan." Ucap William kepada Jim.

"Tapi tuan ..."

"Jalan !" Ucap william setengah berteriak.

Jari Sofia masih terjepit kaca mobil, dia berlari tubuhnya terseret mobil mercy itu. Sofia menangis dan berteriak memohon.

"Jim, tolong hentikan. Aku mohon William hentikan."

William menurunkan kaca mobil, tanpa memerintah jim untuk menghentikan mobil terlebih dulu. Akibatnya Sofia jatuh terguling.

Sofia berdiri pelan pelan dia meringis kesakitan, ke sepuluh jarinya membiru, lutut dan sikunya berdarah.

Tanpa terasa air mata Sofia jatuh menetes, memandang mobil mercy itu semakin menjauh.

Sofia berdiri berjalan tertatih tatih, rok pendek yang di pakainya terlihat kotor dia hanya mengibas ngibaskannya dengan tangan.

Sofia masuk ke dalam mansion kembali menuju dapur, mematikan kompor dengan cara di tiup.

Sofia mengangkat piring yang sudah berisi nasi, diambilnya garam di toples, Sofia makan hanya menggunakan jari tanpa sendok, memasukkan nasi itu kemulutnya tanpa lauk ataupun sayur hanya garam saja untuk menambah rasa. Air mata jatuh ke dalam piringnya, dia menengadahkan kepalanya untuk menahan tangisnya, mengusapnya dengan lengan bajunya, tetapi mengapa air mata itu tak bisa berhenti. Akhirnya dia meletakkan piring berisi nasi itu di tempat pencucian piring, badan Sofia bergetar.

Kenapa kamu tega melakukan ini, padahal aku berkorban untukmu, disaat kamu tenggelam di pantai itu, aku yang menolongmu, kenapa kamu tak merhargai itu? Apakah kamu tak mengingatnya? Andai saja kamu memandangku sebentar saja....

Sofia melangkahkan kakinya ke ruangan depan, tak ada hiburan apapun di sini. Menuju kolam ikan yang kering dan tak terawat bahkan ranting bunga kering berserakan di sana sini.

Pembaca yang budiman apakah William akan mengetahui kalau sebenarnya cinta sejatinya adalah Sofia. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian semua. Aku si penulis spesialis KEJAM akan menemani pembaca semua berimajinasi. Muach🥰

Si ganteng yang kejam William.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!