NovelToon NovelToon

Kepsek, I Love You

Prolog

❤️❤️❤️

Hi 🤗 perkenalkan namaku Arianti Permata biasanya teman-temanku memanggilku Riri. Mereka bilang aku adalah gadis yang cantik dan manis, sering kali mereka berkata iri padaku padahal menurutku penampilanku biasa saja. Memang ku akui sih wajahku terlihat sedikit manis jika dilihat dari dekat hehhe tapi selebihnya menurutku biasa saja. Bu Gita dan ayah Danu mereka adalah orangtua dan penyemangat hidupku, karna aku adalah anak tunggal orangtuaku sangat memanjakan ku. Tapi jangan salah sangka dulu, meskipun mereka memanjakan ku bukan berarti aku adalah anak yang manja 😉. Keluarga kami biasa saja dan bisa dibilang sederhana tapi karna kami saling menyayangi, keluarga kami terasa hangat menurutku. Oiya sekarang usiaku baru saja menginjak 18 tahun, sekarang aku kelas 3 SMA di salah satu sekolah yang ada di kota j.

Aku adalah tipe orang yang mudah bergaul, makanya aku lumayan punya banyak teman di sekolah ku. Tapi hanya ada satu sahabat terbaikku, namanya Kania tapi aku biasa memanggilnya Kani. Dia gadis yang cantik, tetapi terkadang dia sangat cerewet sebagai seorang sahabat tapi aku menyayanginya 😙 oiya dia juga lebih pintar dariku hehhe makanya dia dipercaya untuk menjadi ketua kelas sejak kelas 1 SMA. Kami kemanapun selalu berdua, oleh sebab itu anak-anak yang lain sering memanggil kami si kembar karna di mana ada aku disitu pasti ada Kani begitupun sebaliknya 😄

Suatu hari, aku mendengar bahwa kepala sekolah di tempatku akan di gantikan. Karna pak Adiyatmo selaku kepala sekolah jatuh sakit sehingga ia harus di gantikan 😞 beliau adalah orang yang berwibawa dan bijaksana, aku sangat mengaguminya. Aku sangat terkejut dengan adanya berita tersebut.

Dan benar saja, selang beberapa hari berita itu beredar datanglah seorang kepala sekolah yang baru. Dan aku sungguh terkejut, dia memiliki paras yang sangat tampan menurutku, badannya tinggi dan terlihat cukup atletis dibalik kemejanya dia juga terlihat masih muda untuk ukuran seorang kepala sekolah, ku taksir kira-kira usianya 30 tahunan. Berkat wajahnya yang rupawan itu, ia berhasil membius semua wanita yang menatapnya. Aku? Jangan di tanya, tentu saja aku sangat terkagum-kagum ketika melihatnya 😄 Ada rasa yang menggelitik dihatiku kala melihat wajahnya yang tak pernah ku rasakan sebelumnya, apakah ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama? ntahlah 😊 Aku seolah mendapatkan semangat baru setiap kali ingin berangkat ke sekolah hehhe..

Tetapi di balik penampilannya yang sempurna itu, ternyata dia adalah sosok lelaki yang dingin, galak dan kaku dalam bergaul menurutku 😔 terbukti dengan tak ada terlihat batang hidungnya ketika para guru-guru berkumpul berbaur bahkan hanya untuk sekedar makan siang. Bahkan ada seorang guru killer namanya Bu Tania, dia ramah dengan setiap guru atau murid laki-laki dan agak centil apalagi kalau laki-laki itu tampan, namun berbeda halnya dengan guru atau murid perempuan beuh sikapnya berubah 360°. Suatu ketika aku melihatnya seakan mencoba untuk merayu kepala sekolah baru itu, seperti sedang berpura-pura terjatuh di depannya. Tapi kepala sekolah baru itu sama sekali tak meliriknya apalagi mencoba untuk membantu Bu Tania untuk berdiri. Malahan dia meninggalkannya begitu saja. Hahaha, aku tertawa keras sekali waktu itu, dan mungkin saking kerasnya Bu Tania mendengar gelak tawaku.

Entah keberanian darimana, setelah melihat Bu Tania yang di perlakukan seperti itu. Aku mulai tertantang dan bersemangat untuk mengambil perhatiannya. Ini pertama kalinya bagiku mencoba untuk mendekati seorang lelaki apalagi lelaki itu adalah kepala sekolahku sendiri.

❤️❤️❤️

Dari sini lah semua kisah ku bermula, penasaran ngga? Kalo penasaran tetap ikuti terus ceritaku ya 😊

Ini aku 😊

Dan ini kepsek baru yang ku ceritakan tadi. Tunggu saja, aku pasti bisa mengambil hatimu 😎🔥

Terhipnotis

❤️❤️❤️

Teng teng teng !!!

"Makasih ya pak." Ujarku sambil memberikan ongkos ojek pada tukang ojek langganan ku.

Dengan tergesa-gesa aku berlari dari gerbang sekolah setelah mendengar bunyi lonceng.

Hari ini hari senin, yang artinya akan ada upacara di sekolahku pagi ini.

Di tengah-tengah ke terburuan ku menuju lapangan sekolah dengan bodohnya aku malah tersandung oleh kaki ku sendiri. Tubuhku goyah, aku tak bisa menjaga keseimbangan.

"Bruk!" Aku terjatuh.

"Eh tapi kok ngga sakit ya?! Bukannya kalau terjatuh itu rasanya sakit. Tapi kok ini ngga ya." Pikirku dalam hati, mataku masih terpejam.

"Kok ada yang aneh?!" Aku merasakan seperti ada tangan seseorang yang sedang menopang tubuhku.

Segera ku buka mataku. Betapa terkejutnya aku, ternyata benar ada seseorang yang menahan tubuhku dengan tangannya.

"Ahhh, maaf maaf." Ujarku tak enak. Aku langsung bangun dari posisiku.

Dia sama sekali tak menjawabku. Belum sempat aku melihat wajahnya dia sudah berjalan memunggungi ku.

"Hm, padahal aku belum sempat berterimakasih." Ujar ku kecewa.

Aku masih berdiri di tempatku, lalu menyadari tidak ada seorang pun di sekitarku. "Ahh iya." Pekik ku. Bodohnya aku yang baru ingat dari tadi kan lonceng sudah berbunyi. "Ahhh bego bego!" Rutuk ku dalam hati dan sekarang aku menambah kecepatan lariku menuju lapangan sekolah.

Ku lihat semua murid sudah berbaris di lapangan. Dengan cepat aku berjalan melewati mereka dari belakang, beberapa dari mereka menatap ku. Rasanya? ahhh memalukan sekali. Segera ku cari barisan anak-anak sekelasku.

"Ahhh, itu mereka." Gumam ku, ketika melihat barisan mereka.

Aku segera memasuki barisan wanita di kelasku, dengan asal ku lempar begitu saja ransel ku di dekat pohon yang ada di lapangan.

"Tumben telat?" Tanya Kania yang menyadari aku baru saja datang.

"Iya, tumben." Ujar anak-anak lain yang ikut nimbrung dengan pertanyaan yang sama.

"Hehehe." Aku hanya cengengesan menanggapi pertanyaan mereka.

~

Sudah hampir 1 jam berlalu, itu berarti upacara akan segera selesai.

Namun ketika murid hendak di bubarkan, tiba-tiba saja Bu Tania naik ke atas podium.

"Di mohon untuk anak-anak jangan ada yang pergi dulu dari tempatnya."

Terdengar keributan dari sebagian murid setelah mendengar perintah dari Bu Tania.

"Panas Bu." Protes mereka.

Memang sih hari ini cuacanya terik sekali sudah sejam kami berdiri di sini, bahkan ada yang pingsan karna tak tahan dengan panasnya matahari yang menyengat.

"Ada yang mau ibu umumkan." Ujar Bu Tania masih dengan nada yang tenang.

Tapi para murid masih saja ada yang berisik. Dan itu malah membuat Bu Tania geram.

"Bisa kalian hargai saya?!" Kali ini suaranya terdengar lantang. Semua murid pun terdiam tak ada lagi yang berani bicara.

"Ada sesuatu yang ibu mau sampai kan. Yang pertama : Ibu lihat masih banyak sampah yang di buang ke sembarang tempat di beberapa kelas. Mulai besok ibu tidak mau lagi melihat sampah berserakan. Kalau ada yang buang sampah sembarangan di kelasnya, meskipun hanya satu orang. Ibu pastikan, semua murid di kelas yang sama akan ibu beri hukuman."

"Wahh Bu, ngga adil dong. Misalkan satu orang yang salah masa semuanya di hukum." Protes salah seorang murid.

"Iya Bu ngga adil." Teriak yang lain.

"DIAM, bisa kalian dengarkan saya sampai selesai bicara?!" Ujar Bu Tania tegas.

Para murid kembali terdiam.

"Macan betina mau di protes, mau cari mati kalian?!" Batinku sambil cekikikan dalam hati.

Bu Tania memperhatikan setiap murid yang ada di depannya. Di tatapnya dari ujung ke ujung setiap murid yang berbaris dengan mata galaknya. Seperti ingin memangsa siapa saja yang berani memprotesnya.

"Iihh ngeri." Ujar ku dalam hati ketika melihat tatapannya yang mematikan itu. Suasananya sangat mencekam seperti adegan film horror, bulu kudukku saja ikut berdiri ketika melihat tatapannya yang seperti itu.

"Yang kedua : Ibu lihat ada beberapa dari kalian yang ke kantin pada jam pelajaran saat tidak ada guru di dalam kelas. Jika masih ada yang seperti itu dan ibu melihatnya, ibu tidak akan segan-segan untuk memberikan hukuman bagi kalian yang berani melanggarnya."

Kini tak ada yang berani memprotesnya lagi, semua tak ada yang berani berkomentar.

Ya meskipun Bu Tania itu galak, dan kadang centil menurutku. Tetapi sikap tegasnya itu dalam mengarahkan para siswa siswinya patut di acungi jempol. Karna berkatnya sekolah ini bisa lebih disiplin dan terarah. Karna Bu Tania adalah satu-satunya guru yang tegas di sekolah kami.

"Untuk dua hal yang ibu sampaikan tadi. Ibu harap tidak ada yang melanggarnya lagi. Paham?"

Terdengar hanya beberapa murid yang menjawabnya termasuk aku.

"Ibu bilang, apa kalian paham?" Ujarnya lagi yang kini meninggikan nada suaranya.

"Paham Bu." Ujar para murid serentak.

"Dan yang terakhir."

"Alhamdulillah." Batinku. Aku lega akhirnya penderitaan ini akan segera berakhir. Fiuh

"Kepala sekolah kita yang baru, secara resmi akan bergabung dengan kita hari ini."

Beberapa siswa mulai berbisik-bisik lagi.

"Langsung saja kita sambut. Bapak Juanda Putra Adiyatmo untuk segera naik ke atas podium."

"Prok prok prok!" Semua murid dan para guru memberikan tepuk tangan yang meriah untuk menyambut kedatangan kepala sekolah yang baru.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat sosok kepala sekolah baru itu yang sekarang berdiri di atas podium.

Mulutku menganga tanpa di beri aba-aba. Aku terpana melihat sosoknya.

"Gilaaaaakkk ganteng banget parahhh." Ujarku terkagum-kagum, aku tidak percaya ternyata ada ya di dunia ini seorang pria masih muda dan tampan sekali menurutku menjadi kepala sekolah seperti cerita di novel saja. Aku benar-benar terhipnotis dengan wajahnya yang tampan itu.

Lalu tiba-tiba aku teringat, "Kok bajunya mirip dengan pria yang menolong ku tadi?!" Pikirku.

Segera ku tutup mulutku yang terbuka lebar, aku terkejut sekaligus takjub ketika yakin bahwa benar pria yang berdiri di atas podium itu adalah pria yang sama dengan yang menolongku tadi.

"Astaga, kebetulan apa ini." Batinku, Aku senang sekaliiii.

"Aaaa..." Teriakku senang, sambil jingkrak-jingkrak kegirangan.

Aku tertawa sendiri di tempatku. Sebelum akhirnya aku tersadar ketika salah satu teman ku me manggil-manggil ku.

"Pst pst, Ri.. woi.. Ri."

"Ah iya, kenapa Sya?" Ujarku santai dengan ekspresi yang masih kegirangan.

Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Awalnya aku tidak mengerti. "Kenapa, kok geleng-geleng?" Ujar ku yang masih tidak mengerti.

Dia masih terus menggeleng-gelengkan kepalanya. Terlihat seperti memberikan kode pikirku. Lalu aku menoleh dan menatap orang-orang di sekitar ku.

What the... mereka semua ternyata menatap ke arahku dan tak terkecuali para guru yang juga memperhatikan ku di depan sana.

"Bodohhhh!" Rutuk ku dalam hati.

❤️❤️❤️

Astaga Riri, kasian tapi kok ngakak ya 😂

Kesialan Di Hari Senin

❤️❤️❤️

Sungguh, aku benar-benar malu. Ingin rasanya aku menenggelamkan diri saja ke dasar lautan.

"Astaga Riri, mau di taruh dimana muka iniii?!" Aku hanya bisa menundukkan kepala ku sedalam-dalamnya.

"Hahahaha" Ku dengar gelak tawa di sekitarku, mereka semua memandangku. Ku rasa sekarang aku akan terkenal di seluruh sekolah, iya terkenal sebagai siswi gila yang tertawa sendiri ketika kepala sekolah memperkenalkan dirinya untuk pertama kali. 😥

"Sial" Batinku, mereka menertawakanku. Arghhhh memalukaaaannn..

"Ehm" Ku dengar sepertinya Bu Tania berdeham menyuruh semuanya untuk berhenti tertawa.

"Baiklah, saya rasa cukup perkenalannya pagi ini. Semoga kita semua bisa membangun bersama sekolah ini menjadi maju lagi kedepannya. Sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan terimakasih. Wassalamu'alaikum wr. wb.".

"Syukurlah, setidaknya beliau tidak menegurku" Batinku lega.

"Prok prok prok" Kami semua memberikan tepuk tangan yang meriah untuk berakhirnya perkenalan kepala sekolah yang baru sebelum dia meninggalkan podium.

Semua murid di bubarkan setelah kepala sekolah dan guru meninggalkan lapangan.

"Kamu, ikut ke ruangan saya!" Ujar Bu Tania yang kini sudah berdiri di depanku.

"Mampus, macan betina pasti marah besar nih" Pikirku. Sungguh, seketika rasanya tubuhku menjadi panas dingin, apa yang akan terjadi padaku.. arghhhh. Hari ini benar-benar sial.

Dengan cepat aku mengambil ransel ku yang tadi ku lempar asal di dekat pohon lalu segera mengikuti langkah kaki Bu Tania dari belakang.

"B.. baik Bu" Ujar ku menurut.

Aku memandangi teman-teman ku dengan raut wajah mengiba untuk meminta pertolongan mereka. Tapi apalah daya, mereka juga tak bisa menolongku. Mereka hanya menepuk-nepuk bahuku pelan, seolah berkata "Semangat" sambil mengepalkan tangan ke atas. Nyaliku benar-benar menciut, aku benar-benar gugup sekali.

Sesampainya di ruangan Bu Tania.

Aku tak berani duduk sama sekali di depannya. Terlihat sesaat dia hanya memandangiku, aku? tentu saja aku hanya bisa menunduk takut. 😣

"Apa maksudmu tadi? Tertawa di saat kepala sekolah sedang berbicara?" Dia menatapku dengan tatapan yang mematikan, sungguh suananya sekarang sangat mencekam.

Ku rasakan tubuhku sedikit bergetar, keringat dingin mulai berkucuran dari dahi ku dan mungkin itu terlihat oleh Bu Tania. Aku belum bisa mengeluarkan suara, bibirku terasa kelu.

"Cepat jawab" Ujarnya yang sekarang terdengar sedikit membentak.

"Mmm.. maaf Bu. Saya tidak bermaksud menertawakan beliau. Sss... saya tadi hanya melamun" Ujarku, dengan suara yang bergetar. Dan mungkin Bu Tania juga menyadari bahwa sekarang aku sangat takut.

"Berani sekali kamu melamun?! Apa kamu juga biasanya sering melamun saat upacara berlangsung?!".

"Ttt.. tidak Bu" Jawabku cepat.

"Saya benar-benar minta maaf". Ujarku yang kini menundukkan kepalaku lagi, aku tidak berani menatap matanya yang tajam seperti silet itu.

"Ck ck ck, anak jaman sekarang tidak ada takut-takutnya. Berani sekali bersikap seperti itu di hadapan semua orang bahkan di depan para guru".

"Arghhhh padahal aku tidak bermaksud seperti itu" Teriak batinku.

"Untuk hukuman atas kesalahanmu. Selama 3 hari, mulai besok kamu harus membersihkan semua toilet yang ada di sekolah, toilet pria maupun wanita termasuk toilet para guru" Ujarnya tegas memberiku perintah.

"Bbb.. baik Bu" Tentu saja aku tak berani membantahnya, bisa-bisa hukumanku akan bertambah.

"Dan jika kamu mengulanginya lagi, saya tidak akan segan-segan memberikan hukuman yang lebih daripada itu".

"Bbb.. baik Bu. Saya janji, saya tidak akan mengulanginya lagi" Jawabku mantap. Tentu saja aku tidak akan mau melakukan hal gila itu lagi. Hukuman yang ini saja sudah berat menurutku, apalagi yang lebih dari ini 😥

"Sudah, sekarang kembali ke kelas mu" Ujarnya acuh.

"Baik, saya permisi Bu" Pamit ku sopan. Aku menundukkan kepalaku lalu buru-buru keluar dari ruangan yang menyeramkan itu.

Aku menarik napasku lega ketika sudah berhasil keluar dari ruangan macan betina.

"Fiuh, selamat" Gumamku pelan sambil mengelus dadaku.

Untung saja semua murid sudah masuk ke kelasnya masing-masing, jadi aku tidak harus menundukkan kepalaku saat melewati mereka. Setidaknya untuk sekarang, tapi untuk jam istirahat nanti.. sepertinya aku tidak berani menunjukkan wajahku di kantin 😥

Kini aku sudah di depan kelasku, aku berhenti sebentar di depan kelas untuk mengatur napas ku yang berdegub kencang ini, aku gugup ketika membayangkan bagaimana reaksi mereka.

"Apa mereka akan mengejek ku juga?!" Pikirku.

Setelah mengatur napasku, dan sekarang sudah sedikit tenang. Dan aku mencoba untuk menyunggingkan senyum ku. Ku beranikan diriku untuk mengetuk pintu kelas.

"Tok tok tok".

"Masuk". Ujar suara dari dalam sana.

"Sepertinya sudah ada guru yang masuk" Batinku.

"Permisi, maaf sa...

"Astaga, kenapa pak kepala sekolah harus mengajar di kelasku sekarang?!" Arghhh nyaliku menciut lagi.

"Duduk" Ujarnya datar.

"Te.. terimakasih pak" Segera aku menuju meja belajar ku.

"Untuk hari ini, saya maafkan atas keterlambatanmu. Karna hari ini adalah hari pertama saya mengajar. Tapi tidak untuk lain kali" Ucapnya memberiku peringatan.

"Bbb.. baik pak" Ujar ku menunduk malu.

"Baik, kita lanjutkan pembelajarannya".

Tak ada yang berani mengeluarkan suara, kami semua mendengarkan pembelajarannya dengan serius.

"Bertambah 1 lagi guru killer di sekolah ini" Batinku.

Teng teng teng

Jam istirahat akhirnya tiba

Segera kepsek baru itu bangun dari tempat duduknya.

"Sepertinya pembelajaran hari ini cukup sampai disini, sampai bertemu di kelas berikutnya" Ujarnya datar lalu keluar dari kelas tanpa melihat ke arah kami.

Dengan serempak kami menarik napas lega setelah kepsek itu keluar dari kelas.

"Wah, bisa-bisa gua bisa cepat menua lama-lama kalo gini" Ujar Gandi, teman sekelas ku.

"Iya bener bro. Untung kita udah kelas 3." Ujar Jaka menimpali.

"Hooh" Sahut yang lain bersamaan.

"Tapi, beliau ganteng bangeeettt" Ujarku tiba-tiba dengan mata yang berbinar-binar.

Dengan serempak mereka menatapku heran.

"Kenapa?" Ujarku tersenyum.

"Kayaknya otak lo ada yang salah" Ujar Sasha mengernyitkan dahinya menatap ku heran.

"Eh tunggu tunggu, hampir aja gue lupa. Lo tadi kenapa?" Ujar Kania yang sekarang mendekatkan wajahnya padaku.

"Iya iya, lo tadi kenapa?" Ucap yang lain menimpali, mereka semua sekarang mengerubungi ku. Seolah sedang mengintrogasi ku saja.

"Ah eng anu, aku tadi sedang memikirkan sesuatu" Ujar ku malu, sambil menggaruk-garuk tengkuk ku yang tidak gatal.

"Sudah gue duga, lo itu orangnya ajaib banget" Ujar Kania menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Trus, tadi lo ngapain ke ruangan Bu Tania?" Tanya Sasha penasaran.

"Gue di hukum, mulai besok disuruh bersihin semua toilet selama 3 hari" Ujarku lalu merebahkan kepalaku di atas meja.

"Hahahaha" Mereka mentertawakan nasib ku yang malang ini.

"Temen lagi ketiban sial malah di ketawain" Ujarku mengerucutkan bibirku.

"Hahaha, iya iya sorry sorry. Yaudah dari pada Lo sakit hati mikirin hukuman. Mending kita ke kantin sekarang" Ajak Kania.

"Iya, yok.. perut gua udah keroncongan nih" Ujar Gandi menimpali.

"Kalian aja deh. Gue lagi ngga mood" Tolak ku.

"Yaudah deh, Lo mau titip apa biar gue beliin" Tawar Kania.

"Roti aja deh sama susu".

Lalu aku merogoh uang yang ada di kantong saku depan ku untuk ku berikan pada Kania.

"Nih uangnya" Ucapku sambil menyodorkan selembar uang 50 ribuan.

"Ngga usah, gue traktir" Tolak Kania.

"Kita-kita juga dong" Ujar mereka berbarengan.

"Enak aja lo, tekor bandar gue kalo traktir lo semua. Tunggu gue jadi menteri keuangan dulu baru gue traktir lo semua, hahaha" Kelakarnya.

"Keburu tua dong gue" Jawab Sasha cepat.

"Dasar lo kan, udah sana cepetan. Keburu bel bunyi" Ujarku mengingatkan.

"Oh iya, yaudah yuk" Ajak Kania pada teman lainnya.

"Ayuk" Timpal yang lain.

Kini tertinggal hanya aku seorang diri di dalam kelas, merenungi kesialan ku yang bertubi-tubi di hari Senin ini.

~

Tak terasa hari sudah menunjukkan jam 4 sore, lonceng berbunyi. Menandakan sudah waktunya untuk pulang. Kami bersiap-siap untuk pulang. Dengan malas aku memasukkan buku-buku ku kedalam tas. Lalu berjalan beriringan dengan teman-teman ku yang keluar dari kelas sampai di depan gerbang sekolah. Lalu mereka pamit untuk pulang terlebih dahulu.

Ku lihat jam tangan ku sudah menunjukkan jam setengah 5 sore.

"Kok, pak Udin belum jumput juga ya" Gumam ku. Iya pak Udin adalah tukang ojek langganan ku.

Satu-persatu ku lihat anak-anak yang lain pulang, ada yang menggunakan motornya sendiri, dan ada juga yang di jemput orangtuanya. Sekarang hanya tertinggal aku sendirian berdiri di depan gerbang sekolah.

Karna hari sudah semakin sore, ku putuskan untuk menghubungi ayahku karna pak Udin tidak punya telpon jadi akuu tak bisa menghubunginya.

Tut tut tut

"Loh, kok Ayah ngga bisa di telpon" Ujarku yang mulai cemas.

"Jadi aku pulangnya gimana dong ini?!" Ujarku panik.

Tintin

Ku dengar ada bunyi klakson, ternyata ada sebuah mobil yang berhenti tepat di depan ku.

Saat kaca mobilnya di turunkan, astaga aku kaget bukan main..

❤️❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!