Sekarang jam telah menunjuk tepat jam 9 malam Ella pun segera bergegas untuk perrgi ke tempat biasanya ia berkerja, namun sebelum itu dia mandi membersihkan dirinya agar menjadi segar dan wangi tentunya menggunakan aroma therapy yang menyejukan fikirkan.
Setelah ia selesai mandi di pilihnya dress mini berwana merah dengan belahan dada yang dapat menampakkan sedikit belahan dadanya serta menampakan paha serta kaki jenjangnya, yang putih nan mulus bak susu itu, yang dapat menggoda setiap kaum adam yang melihat nya.
Setelah selesai mengenakan dress yang telah ia pilih Ella kemudian mulai merias wajahnya, satu persatu ia menggunakan makeup yang sederhana namun sangat pas untuk nya tidak terlihat berlebihan atau pun medok, sangat sempurna.
" Yappppps sentuhan terakhir lipstik. "
Sambil memilih-milih warna lipstik apa yang akan dia gunakan malam ini. Pilihan pun jatuh pada lipstick bersama nude dan di pakai nya lipstick itu, tak lupa pula setelah memakai lipstik itu di taruh nya di dalam tas yang akan di gunakan malam ini.
Untuk touchup pikirnya.
" Perfect!!" Kata itu lah yang keluar dari bibir Ella setelah melihat pantulan dirinya sendiri di depan cermin.
Setelah persiapannya selesai Ella langsung menuju tempat kerja nya, ya sebuah klub malam yang merupakan salah satu klub malam di kota XX.
Tak butuh waktu lama, hanya butuh waktu sekitar 45 menit untuk sampai di klub malam itu dengan mengendarai mobil tua nya yang dia beli dari hasil kerja kerasnya selama ini.
Setelah sampai, Ella kembali berkaca pada cermin untuk memastikan sekali lagi penampilannya. Setelah di rasa sudah pas Ella pun turun dari mobil dan masuk ke dalam klub itu.
" Hai primadona cantik." tegur salah satu teman nya yang sejak tadi sudah sampai di klub malam itu terlebih dulu.
" Eh masih di sini lo. Gue kira lo udah dapat pelanggan malam ini." Kata Ella.
" Ngeledek banget lo, gue kan nggak kayak lo yang jadi bunga di sini yang belum datang tapi udah banyak di cariin sama orang-orang." jawab Dian.
" Bunga apaan? bunga bangkai maksud lo hahaha." Jawab Ella yang selalu merasa rendah akan dirinya sendiri.
" Bener juga lo, cowok mah cuma nganggap kita barang aja yang sudah bosan main buang seperti nggak ada arti apa-apa, cuma sekedar mainan untuk senang-senang melepaskan hasrat buaya mereka." tutur Dian.
Baru saja sampai dan duduk beberapa menit di sana tiba-tiba pemilik klub malam itu datang dan menghampiri Ella yang sedang mengobrol dengan temannya.
" Ell, ada tamu tu yang mau di ketemu sama lo." kata pemilik klub malam itu.
" Yang mana boss orangnya?" Tanya Ella.
" Itu yang pakai jas warna navy, sebelah kanan." kata boss sambil menunjuk kearah laki-laki yang ia maksud.
" Siap pak boss, gue pergi dulu ya Di." katanya kepada Dian.
" Baru juga gue bilang, udah di cariin aja lo. Padahal belum juga sampi 10 menit lo disini." kata dia sambil menepuk tangan Ella pelan.
" Namanya juga rezeki anak soleh. Lo juga bentar lagi pasti ada yang nyari." berjalan pergi sambil melambaikan tangannya.
Sesampainya di dekat laki-laki yang menginginkan nya malam ini, ya menginginkannya untuk sekedar menemani minum atau berbersenang-senang di atas ranjang dengannya sebagai pemuas nafsu.
" Duduk." kata pria itu.
Ella pun menurut dan langsung duduk di sofa sebelah Deon.
" Sini saya tuang kan minumannya tuan." ucap Ella dengan lembut.
Lelaki itu pun hanya menyodorkan gelasnya kepada Ella.
Ella pun paham dengan maksud lelaki itu, Lalu ia menuangkan minuman kedalam gelas lelaki tersebut.
"Kamu Ella kan? Primadona di tempat ini?" Tanya lelaki itu.
" Iya tuan saya Ella tapi saya bukan primadona di sini seperti yang anda ucapkan." jawab Ella dengan lembut.
" Ell, boleh kan aku memanggil kamu begitu?." Tanya lelaki itu lagi.
Ella pun hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman semanis mungkin yang bisa ia perlihatkan.
" Dan kamu tak perlu memanggil ku tuan, nama ku Deon. Panggil saja aku Deon." Pinta Deon.
" Iya Deon." sambil tersenyum manis.
Deon pun semakin tertarik dengan Ella karena gayanya yang biasa saja namun enak di pandang tidak seperti wanita penghibur lainnya yang selalu berusaha menggoda atau pun melakukan hal-hal yang kadang membuatnya illfeel.
" Bagus, tetap lah panggil aku dengan nama ku saja." kata Deon."Kamu mau disini atau di tempat lain?" Tanya Deon.
" Terserah kamu Deon." jawab Kila.
" Ayo kita pindah tempat saja jangan di sini." pinta Deon.
" As you want Deon." jawab Ella.
Setelah itu sedikit perbincangan itu, Deon Dan Ella menuju hotel, dan masuk kedalam kamar yang sudah Deon pesan khusus setiap kali ia bersama wanita.
Di perjalan menuju hotel, tak ada satu kalimat pun yang keluar dari bibir Ella mau pun Deon, Deon hanya fokus mengendarai mobilnya walau sekali-sekali ia mencari pandang pada Ella, sedang kan Ella hanya fokus memandang jalanan dari kaca jendela mobil.
Hingga sampailah mereka pada sebuah hotel berbintang paling terkenal di Kota itu, terkenal karena kemewahannya bahkan menginap semalam saja di kamar biasa harganya bukan main-main menguras kantong.
" Astaga ini kan hotel paling mewah dan mahal di sini, apa benar cuma mau main aja sampai menyewa tempat semahal ini? nggak rugi apa ni orang kalau di sini. Ahh bodo amat lah dia juga yang bayar ngapain aku harus mikirin hal itu." Ucap Ella dalam hati.
Mereka pun segera memasuki lobby hotel, mata Ella pun terus mengudara ke segala penjuru lobby hotel itu, dengan interior ala eropa serta lampu hias gantung yang berada di tengah-tengah langit membuat hotel ini semakin terkesan mewah. Tak di sayanhkan jika harus merogoh kocek hang begitu fantastis hanya untuk menginap semalam di hotel ini.
" Kamu ngapain? ayo, mau sampai kamu mau terus berdiri sana?" Ucap Deon yang membuat Ella tersadar dari sikapnya yang norak karena melihat hotel ini tanpa berkedip sedikit pun.
" Ah..I...iyaa." Jawab Ella gugup, menahan rasa malunya.
"Norak banget sih lo Ella, bisa-bisa ngelihatin hotel ini sampai nggak berkedip, astaga malu-maluin banget. Keliatan banget kalau kampungannya lo Ella." Umpat Ella pada dirinya sendiri.
Ella terus mengikuti Deon yang berjalan di depannya, mengikuti langkah kaki laki-laki itu hingga mereka tiba di lantai atas di depan kamar nomor 167.
Deon membuka pintu kamar itu menggunakan kartu access yang ia dapat dari resepsionis. Dan tentu Ella juga ikut masuk kedalam kamar itu bak buntut yang selalu mengikuti Deon.
Deon langsung merebahkan tubuh nya di ranjang king size yang ada di kamar itu, sementara tanpa aba-aba Ella mulai melepaskan pakainya.
" Kamu ngapain?" Tanya Deon yang melihat Ella mulai menurunkan gaunnya.
" Ngelayani kamu, ini kan tugas aku. Kenapa? apa ada yang salah?" Tanya Ella bingung.
" Aku bawa kamu kesini bukan untuk pakai kamu, tapi untuk mehindari teman-teman ku yang ada club tadi." jawab Deon gusar.
" Ah baiklah kalau begitu saya pamit dulu." ucap Ella yang seketika membuat Deon bangkit dari ranjangnya.
" Kamu mau kemana? tetap lah di sini, aku akan membayar kamu sesuai dengan tarif kamu."
" Tidak bisa, pekerjaan aku sebagai wanita penghibur. Jadi jika kamu tidak menginginkan aku untuk apa aku disini. Aku harus kembali lagi ke club untuk mencari pelanggan lain."
" Aku sudah bilang akan membayar mu bukan? temani saja aku mengobrol dan temani aku makan, aku sedikit lapar sekarang."
" Baiklah, tapi aku tidak bisa menerima uang mu. Aku hanya akan menerima uang saat aku bekerja, jadi kamu tak perlu membayar ku." Jawab Ella yang langsung duduk di tepi ranjang king size itu.
" No, aku akan tetap bayar kamu. Jadi kamu mau makan apa biar kita pesan sekarang?" jawab Deon sambil berjalan ke arah telepon yang ada di atas nakas samping ranjang.
" Apa aja boleh, aku pemakan segalanya kok." jawab Ella singkat.
" Oke kalau gitu aku pesan yang samaan aja sama aku ya."
Ella pun hanya menjawab dengan anggukan.
🌴
Tak menunggu lama kini makanan yang mereka pesan pun sudah datang.
" Aku boleh bertanya?" kata Ella yang memecah kesunyian saat makan mereka.
" Tentu."
" Bukannya mubazir ya kalau kamu sudah bawa aku tapi nggak di pakai?"
" Nggak lah, aku butuh Kamu kok sebagai temen ngobrol dan kamu juga sekarang nemenin aku makan kan? aku tu orangnya nggak bisa makan sendirian dan aslinya aku juga bukan orang yang bisa ngomong panjang lebar ke orang lain kecuali soal kerjaan. Tapi kamu beda Ell, ntah kenapa aku ngerasa nggak ada beban ngobrol sama kamu."
" Aneh." Jawab Ella singkat.
Dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
" Hahaha cuma kamu loh yang berani ngatain aku aneh."
" Ma..maaf."
" Santai aja, aku malah seneng dengan orang yang blak-blakan dari pada main belakang."
" Uhh main belakang, takut."
" Ehhh dasar bocil."
" Sebarangan bocil, udah tua loh aku ini, wajah nya aja yang baby face." Gerutu Ella.
" Emang berapa umur kamu?"
" Baru juga 21, lah kamu emang berapa sampai ngatain aku bocil."
" Lah emang bocil kalau umur segitu, aku udah 30 tahun." jawab Deon santai dan asik menguyah makanannya.
Mereka pun terus bedebat hingga makanan di piring mereka kosong hingga tak sadar waktu sudah hampir jam 2 subuh sangking asiknya mereka mengobrol hingga lupa waktu.
Sudah lebih dari jam mereka asik mengobrol hal-hal random, hingga waktu pun juga semakin larut, Ella mulai sedikit mengantuk begitu pula dengan Deon namun mereka berdua enggan untuk mengakhiri obrolan seru mereka yang seperti tidak perna kehabisan bahan obrolan.
Deon pun ntah mengapa juga merasa sangat nyaman saat membicarakan banyak hal pada Ella yang baru di kenal nya dalam beberapa jam ini, sangat sulit ia lakukan saat dengan orang lain.
Dan sekarang waktu telah menunjukan pukul 3, sudah satu jam saat terakhir kali Ella melihat jam.
" Emma De, udah malam banget ni. Aku harus pulang sekarang." ucap Ella yang sudah tidak segan-segan hanya memanggil nama Deon sejak Deon menyuruhnya memanggil namanya saja tanpa embel-embel Pak atau yang lainnya.
" Kenapa pulang? ini udah jam 3 subuh. Istrahat aja dulu disini dan juga nggak baik kalau kamu pulang selarut ini, kenapa nggak nunggu sampai pagi aja lalu setelah itu baru kamu aku antar pulang" Pinta Deon.
"Kalo aku nginep bayaran nya bakal lebih mahal loh memangnya kamu sanggup untuk bayar aku, aku udah kasih gratis loh padahal kalau kamu cuma ngajak aku ngobrol semalam suntuk sampai jam segini." Jawab Ella dengan bercanda.
Deon pun langsung mengeluarkan, sebuah kartu pilih dari dalam dompetnya.
"Ini kartu debit aku, kamu bebas mau pakai berapa aja dan untuk beli apa pun yang kamu pakai kartu ini, karena kartu ini nggak ada limitnya dan ini juga kartu nama aku, kalau kamu butuh apa pun kamu bisa langsung telpon kesini atau bisa langsung datang ke alamat di sini, ini kantor aku." kata Deon sambil menyerahkan kartu nama dan kartu kredit pada Ella.
"Eh, aku hanya bercanda De, nggak beneran minta di bayar atau pun malah di kasih kartu gini. Lagian aku cuma nemenin kamu ngobrol dan nggak ngerugiin aku, malah aku suka ngobrol dengan kamu tentang banyak hal kayak tadi." jawab Ella menolak.
" Ell Kamu berenti aja ya dari kerjaan kamu ini. Dan aku yang akan memenuhi semua kebutuhan kamu mulai sekarang, jadi kamu bisa menata lagi kehidupan kamu untuk menjadi lebih baik lagi." pinta Deon.
"Kalo aku berenti aku dapat uang dari mana, sekarang tu cari kerjaan nggak gampang De apa lagi aku yang cuma lulusan SMA ini." jawab Ella.
"Aku kan udah bilang kalau aku yang bakal biayain kehidupan kamu dan semua kebutuhan kamu, atau kamu mau kuliah juga pasti aku bayarin Ell, asal kamu nggak kerja kayak gini lagi. Karena dari obrolan Kita aku yakin kamu it gadis yang pintar cuma kurang beruntung aja makanya kamu sampai kerja begini, dan sekarang aku datang untuk memberikan kehidupan yang lebih layak untuk kamu kedepannya. Kamu mau ya?." pinta Deon dengan mata yang menunjukan keyakinanannya.
"Omongan kamu udah ngelantur deh, kamu tu baru kenal aku bisa saja aku ini bukan wanita yang baik dan hanya mau manfaatin kebaikan kamu dan uang kamu, denger ya De, aku ini bukan wanita baik-baik jadi kamu nggak perlu ngelakui ini untuk aku, udah deh jangan bahas ini lagi, aku mau Mandi aja, tiba-tiba Hawa nya gerah." kata Ella, lalu Ella pun bangkit dari tempat tidur dan langsung masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Deon yang masih terpaku atas penolakannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!