Di Kota A
Pukul 01.30 malam
"HAAHAHAH..... Hari ini kita sukses besar." Tawa seorang laki laki paruh baya dengan menggelegar di dalam sebuah bangunan yang cukup kokoh namun sedikit tua, disana juga cukup gelap karena hanya ada bebepa alat penerang.
Disana juga ada kedua temannya yang sama sama berjenis kelamin laki laki dan banyak orang yang berjaga dengan memakai pakaian serba hitam serta dilengkapi dengan berbagai senjata api.
Ketiga laki laki itu duduk di kursi yang mengitari meja panjang dan di atas meja itu juga terdapat beberapa banyak barang. Selain itu juga ada beberapa koper yang terbuka dengan berisikan banyak uang dan semuanya uang lembaran seratus ribuan. Jika uangnya di jumlahkan mungkin sekitar ada lima puluh milyar lebih, karena memang sangat banyak.
"Haha... Benar. Kita sekarang kaya raya." Timpal pria kedua dengan tawa khasnya. Sebut saja dia Robert
"Ini yang aku nantikan dari dulu. Bisnis ini sangat menguntungkan bagi kita." Seru pria ketiga yang memilki nama Lewis
"Kita sekarang resmi jadi buronan polisi bahkan para tentara juga ikut membantu menangkap kita. He eh... Tapi sayangnya, untuk menangkap kita bukan hanya sulit tapi sangat mustahil." Seru pria yang pertama tadi, dia adalah Richard
"Mereka tidak akan bisa menangkap kita. Karna kita lebih cerdik dari mereka." Ucap Lewis terseyum smirk sembari menunjuk keningnya sendiri
"HAHAHAHAA....." Tawa mereka bersama
Tanpa mereka sadari, ternyata di luar bangunan itu yang tak lain adalah sebuah hutan, banyak orang yang mengendap endap dengan berpakaian tentara bersenjata lengkap dan masing masing memegang senapan. Mereka juga memakai cat samaran muka untuk menghitamkan wajah mereka.
Sang pemimpin mereka memberi isyarat lewat tatapan serta menunjuk dengan tangannya agar yang lain segera berpencar. Setelah sudah berada di posisi masing masing, pemimpinnya pun mulai memberi perintah.
"Tim Blue. Siap?" Tanya sang pemimpin dengan tegasnya tapi pelan lewat earphone yang tersambung di setiap anggotanya dan juga memegang senapan serta bersembunyi di balik semak semak
"Siap Kapten." Balas semua anggota serempak yang juga sedikit pelan
"Sekarang." Titah sang kapten
Dorr...
Dorr...
Mereka semua langsung menyerang beberapa penjaga di luar bangunan itu. Seketika ketiga pria di dalam ruangan itu terkejut karena mendengar suara tembakan. Itu berarti mereka sedang di serang.
"Rupanya ada tamu tak di undang." Seru Richard tersenyum devil
"Apa kita akan kabur lagi?" Tanya Robert pada menatap kedua temannya
"Kita hadapi mereka." Ajak Richard yang langsung berdiri untuk mengambil senapannya begitupun dengan yang lain
Setelah mengambil senapan itu, mereka mulai membantu anggotanya untuk melawan para tentara.
Dorr...
Dorr...
Suara bising yang di timbulkan oleh senapan dari mereka semua terdengar sangat menggema dalam bangunan tua itu.
"Hei... Kau lawan aku. Kau pasti kapten mereka bukan?" Tantang Richard menunjuk sang kapten dengan senapannya yang berdiri beberapa cukup jauh dari hadapannya
"Dengan senang hati." Seru sang kapten
"Bagaimana jika kita bertarung dengan tangan kosong." Usul Richard dengan senyum smirknya
"Baiklah, jika itu mau kau. Tapi jangan sampai kau menyesal." Ucap sang kapten langsung setuju tanpa keraguan sedikitpun
"Bukan aku, tapi kau yang akan menyesal." Seru Richard tak kenal takut
Kemudian mereka berdua langsung melempar senapan masing masing ke arah lain. Setelah itu, Richard langsung berlari untuk mulai menyerangnya, sedangkan kapten tersebut hanya berjalan sedikit santai sembari melemaskan otot lengan serta otot lehernya untuk bersiap bertarung. Dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua saja yang bertarung, karena semuanya bertarung di ruangan lain dan juga di luar bangunan.
Bugh...
Bugh...
Krek...
Richard terlihat sangat serius dalam melakukan serangan, sedangkan kapten itu hanya berusaha menghindar serta menangkis dari serangan Richard.
Richard hendak memukul wajahnya, tapi dengan cepat kapten itu menghindar dengan memundurkan wajahnya sedikit, kemudian dia kembali menyerang dengan mencoba memukul perut kapten, tapi sayangnya sang kapten dapat mencekal tangannya jadi dia tidak bisa memukulnya. Rupanya Richard pantang menyerah dalam melakukan serangan, bahkan dia langsung berjongkok untuk menyeleding kaki kapten. Lagi dan lagi sang kapten berhasil menghindar dengan cara melompat setinggi mungkin. Hal itu tentu sangat membuat Richard sangat geram karena semua serangannya dapat dengan mudah di hindari oleh sang kapten.
"Sial." Umpat Richard menghentikan serangannya begitupun dengan Kapten
"Bagaimana? Masih mau bertarung?" Tanya kapten dengan nada dinginnya
"Kau akan menyesal telah mempermainkan aku." Geram Richard kemudian kembali menyerang kapten itu
Bugh...
Bugh...
Setelah di rasa cukup untuk menghindar dari serangan Richard, kini sang kapten mulai menyerang Richard tanpa memberikan celah baginya untuk menyerang balik. Kapten pun berhasil memukul wajah Richard, kemudian dia memukul perutnya dengan kuat dan bertubi tubi. Setelah itu, terakhir dia melompat sembari memutarkan tubuhnya dan langsung menendang wajah Richard dengan keras hingga membuat Richard mengeluarkan darah di mulutnya serta langsung tersungkur di lantai.
Bugh...
Krek...
"Agggkkkhhhh...." Rintih Richard yang kini tidak berdaya lagi bahkan dia terbaring di lantai
"Bedebah kau." Hardik Richard meski mulutnya mengeluarkan darah
"Apa kau sadar, yang kau perbuat itu dapat merusak anak bangsa." Seru Kapten yang berdiri tepat di hadapan Richard
"Itu bukan urusanku. Kau jangan ikut campur." Balas Richard menatap tajam kapten dan masih posisi berbaring
"Tentu saja aku ikut campur. Karna ini adalah tugasku." Balas kapten dingin
"Kau akan bertanggung jawab atas semua yang kau lakukan." Tambah kapten
Tiba tiba saja ada dua orang yang menghampiri mereka berdua dengan tergesa gesa dan juga membawa perlengkapan senjata lengkap.
"Lapor Kapten. Kedua temannya berhasil meloloskan diri." Ujar tentara 1 setelah memberikan hormat pada kaptennya begitupun dengan temannya
"Apa?! Kenapa kalian membiarkan mereka kabur?" Ucap kapten terkejut
"Maaf Kapten." Ucap kedua tentara itu menunduk hormat
"Baiklah. Kalian bawa dia untuk mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya." Titah Kapten dingin
"Siap Kapten." Seru Kedua tentara dengan tegas, kemudian memberi hormat pada kaptennya sebelum akhirnya mereka memborgol Richard untuk di tahan
"Kau pikir bisa menahanku. Kau lihat nanti, pasti temanku akan membebaskan aku." Ucap Richard yang tangannya sudah di borgol oleh kedua tentara itu kemudian mereka segera membawanya keluar dari sana meski Richard terus berusaha memberontak namun usahanya sangat sia sia karena kondisinya yang cukup lemah.
Sang Kapten tidak menjawabnya, melainkan dia berjalan ke arah meja dalam ruangan itu yang masih terdapat banyak uang serta barang barang ilegal. Tak lama kemudian, beberapa anggota tentaranya datang menghampirinya.
"Kalian bereskan ini sebagai tanda bukti." Titah Kapten datar dengan menatap barang ilegal di atas meja itu
"Siap Kapten." Seru Mereka serempak dengan memberi hormat kemudian segera melakukan perintah sang kapten
"Huh... Mereka menyusahkanku saja." Tukas Kapten sembari melepas pelindung kepalanya kemudian duduk di kursi samping meja itu
"Wah waahhh.... Kapten Sean Samudra Hernandez. Kau sungguh luar biasa dan sangat hebat tadi." Seru seseorang tiba tiba yang menghampiri Kapten dengan memegang helmnya sedangkan senapannya sudah di letakkan di belakang punggungnya
"Dari mana saja kau, baru tahu aku hebat. Bahkan bukan hanya hebat tapi juga keren." Balas Kapten dengan tersenyum manis membuat semua kaum hawa yang melihatnya akan meleleh.
**Bersambung...
...----------------...
Hallo Readers... Ini adalah novel ketiga author, Mohon dukungannya ya guys...
Salam manis dari author**...
Sean Samudra Hernandez, Pemuda tampan gagah berani merupakan seorang Tentara angkat darat yang saat ini berpangkat sebagai Kapten. Dia berkulit putih, bola mata hitam pekat, hidung mancung, tinggi badan yang ideal membuat semua kaum hawa akan meleleh di buatnya. Usia dia saat ini adalah 21 tahun. Dia cukup hebat dalam dalam beladirinya, bahkan dia selalu berhasil dalam menjalankan misi yang di berikan atasannya. Itu sebabnya, meski masih terbilang sangat muda dia sudah memiliki pangkat menjadi kapten di dunia militernya.
Walaupun dia seorang tentara, dia memiliki sifat yang cukup humoris jika sedang bersama dengan temannya. Namun, saat di hadapkan dengan musuh maka sifat humorisnya itu akan menghilang seketika dan berubah menjadi dingin dengan sorot mata yang tajam seperti siap menerkam mangsa di depannya.
Dia memiliki dua sahabat tentara yang sangat dekat dengannya, mereka adalah David Marquez Lesham dan Nicko Kavindra. Kedua sahabatnya juga memiliki sifat yang sama sepertinya yaitu humoris. Menurut mereka bertiga, pekerjaan mereka sudah sangat serius jadi akan lebih baik mengisi hari harinya dengan sedikit candaan agar tidak terlalu pusing dengan hidupnya.
Back to topic...
Kini masih terlihat beberapa tentara di bangunan tua itu yang sedang membereskan beberapa barang ilegal disana. Sedangkan Kapten Sean sedang berbincang kecil dengan sahabatnya dan masih duduk di kursi samping meja tersebut begitupun dengan sahabatnya yang tadi menghampirinya
"Selalu terbang ke atas awan jika mendapatkan pujian." Seru seseorang lagi yang tiba tiba datang menghampiri mereka berdua saat mendengar ucapan Sean yang mengatakan jika dirinya keren dan hebat. Dia adalah sahabat Sean satunya lagi, panggil saja dia David.
"Aku ingin melakukannya, tapi sayangnya aku tidak punya sayap untuk terbang." Balas Sean dengan santainya dan jangan lupakan senyum manis di bibir sexynya
"Ck... Kau selalu bisa menjawabnya." Ucap David
"Tentu saja. Aku memang pintar dalam hal menjawab." Seru Sean lagi dan lagi membuat David menghembuskan nafasnya kasar
"Sudahlah David, kamu tidak akan menang jika berdebat dengannya." Lerai Nicko
"Ini baru sohibku. Sangat mengerti jika aku tidak suka dengan kekalahan apalagi dalam hal debat." Ucap Sean tersenyum penuh kemenangan sembari menepuk bahu Nicko
"Hmm... Jadi apa yang harus kita lakukan untuk menangkap mereka yang sudah kabur?" Tanya Nicko tiba tiba membuat mereka berdua kembali memikirkan buronan yang kabur tadi
"Kita akan tetep cari mereka dan menjadikan mereka buronan. Aku rasa mereka tidak akan semudah itu menyerah, apalagi kita sudah menangkap ketuanya dan itu berarti mereka akan segera bertindak untuk membebaskan sang ketua." Ujar Sean mengutarakan pendapatnya
"Benar. Aku juga merasa begitu. Dulu setahuku, ketua mereka juga pernah pernah tertangkap tapi entah bagaimana caranya anak buahnya berhasil membebaskan sang ketua dari penjara pusat." Timpal David
"Mafia The Scorpion King, mereka sangat meresahkan sekali. Bahkan mereka sering menjadi pembunuh bayaran serta penjualan barang barang ilegal yang tentunya barang terlarang." Tukas Nicko tersenyum miris
"Bukan hanya mafia itu saja. Tapi ada beberapa mafia yang juga berbahaya. Namun, memang merekalah yang paling berbahaya dari yang lainnya." Ujar David berpendapat
"Tapi meski begitu, kita tetap akan mencari para mafia itu. Karna jika kita membiarkannya berkeliaran maka sama saja kita membiarkan mereka melakukan tindak kejahatan yang akhirnya akan merugikan warga dan negara." Tukas Sean yang mendapat anggukan dari kedua sahabatnya.
"Lapor kapten. Semuanya sudah selesai." Lapor tentara yang tiba tiba menghampiri mereka dengan memberi hormat terlebih dahulu pada sang kapten
"Baiklah. Kita kembali ke basecamp sekarang." Seru Sean dengan nada dinginnya sembari berdiri dari duduknya begitupun dengan kedua sahabatnya
"Siap kapten." Balas tentara itu, kemudian dia kembali memberi hormat setelah itu Sean melangkahkan kakinya untuk memimpin jalan keluar dari bangunan tua itu.
Skip esok hari...
Di jalanan kota yang tidak terlalu ramai melintas tiga buah mobil sport dengan kecepatan tinggi. Ketiga mobil tersebut terlihat seperti sedang kejar kejaran, itu berarti para pengemudi itu sedang balapan liar.
Brrmm... Brrmm... Brrmm...
Ketiga mobil itu memasuki gerbang sekolah yang menjulang tinggi. Seketika satu sekolah itu bersorak sorai karena ternyata yang para pengemudi itu merupakan idola di sekolahnya.
"Waahh... Mereka sudah sampai."
"Tiap hari selalu ganti mobil. Holang kaya mah bebas."
"Queen racing sekolah ini, kereeennn."
Begitulah sekiranya kehobahan para siswa di sekolah melihat ketiga mobil sport itu. Belum sampai di situ, ketiga pengemudi yang ternyata adalah para gadis cantik langsung turun dari mobil dengan gaya sedikit tomboy namun terlihat menawan. Apalagi dengan rambut yang di biarkan tergerai dan kaca mata hitam yang di pakai membuat mereka terlihat semakin sempurna. Kemudian merekapun berkumpul menjadi satu di depan mobil yang berada di tengah.
"Aku menang lagi. Berarti kalian harus traktir aku selama seminggu." Ucap Gadis yang berada di tengah dengan tersenyum penuh kemenangan
"It's Oke. Itu sama sekali tak masalah." Timpal gadis yang berada di sebelah kanannya yang hanya menatap ke depan sembari meletakkan kaca matanya di atas kepala
"Apa kalian siap mendengar celotehan para siswa?" Tanya gadis paling kiri dengan tersenyum penuh arti
"Hmm... Sangat siap. Itu sudah menjadi sarapan tiap hari bagi kita." Seru gadis yang di tengah
Tanpa basa basi lagi, mereka segera melangkahkan kakinya menuju ke kelas. Mereka melangkah dengan langkah kaki yang sama, tatapan mata tertuju ke depan, senyuman di bibir yang sedikit mengembang membuat mereka terlihat sangat elegan dan begitu sempurna hingga para kaum adam yang melihatnya akan di buat meleleh seketika.
"Nikmat mana lagi yang kau dustakan."
"Wahai bidadari abang, tunggu abang di KUA."
"Udah cantik, tajir lagi. Gebet salah satunya boleh lah yah."
"Mereka sangat perfect, Sempurna."
Lagi dan lagi bisikan para siswa terdengar memuji ketiga gadis itu yang sedang berjalan melewati koridor sekolah.
Paling kanan sebut saja dia Miyuki Helianthe ( Yuki ) Gadis cantik dengan darah jepang mengalir di tubuhnya. Gaya rambut berponi, mata sedikit sipit, hidung mancung dan berkulit putih. Sifatnya sedikit centil dan humoris. Dia sangat anti dengan cowok playboy.
Paling kiri namanya adalah Xavia Leta Jovanka ( Via ) Gadis cantik dengan rambut sedikit pendek dari pada kedua sahabatnya, bola mata kecoklatan, dengan gigi bergingsul. Sifatnya begitu polos tapi itu tidak membuat kecantikannya pudar karena meski begitu, dia tetap banyak yang menyukainya.
Dan terakhir yang di tengah, dia adalah Olivia Grizelle Rafardhan ( Olive ) Gadis cantik cantik dengan bola mata sedikit kebiruan karena ada darah belanda mengalir dalam tubuhnya, kulit putih, hidung mancung, rambut yang juga berponi. Sifatnya sedikit tomboy, tapi itu membuat dirinya semakin mempesona bagi para kaum adam.
Mereka bertiga sudah terkenal badgirl di sekolah, bahkan mereka tak jarang keluar masuk bk karena sering melanggar peraturan dengan membolos sekolah. Tapi walaupun begitu, mereka terkenal akan kepintarannya dan berkat mereka juga, di sekolah tersebut tidak ada yang berani membuli siswa lemah. Bisa di bilang, mereka adalah pahlawan di sekolah itu yang memberantas kasus bullying disana.
Bersambung...
...----------------...
**Dukung novel author dengan cara berikan Like dan komentarnya yaaa...
Salam manis dari author**...
Saat Olive dkk sedang berjalan menuju kelasnya, tiba tiba saja Olive melihat ada sesuatu di taman sekolahan, seketika langkahnya pun terhenti begitupun dengan kedua sahabatnya yang mengeryitkan keningnya bingung.
"Kenapa berhenti?" Tanya Via menatap Olive dengan wajah bingungnya
"Tuh." Seru Olive sembari menunjuk sesuatu dengan dagunya, sontak Via dan Yuki melihat ke arah yang di tunjuk Olive
"Ha?!" Pekik mereka sembari menutup mulut berdua saat sudah melihatnya kemudian mereka kembali menatap Olive yang kini memasang wajah yang tak dapat di artikan
Ternyata mereka melihat ada dua orang yang duduk di taman sedang berduaan layaknya pasangan kekasih.
"Olive..." Belum sempat Yuki menyelesaikan ucapannya, tiba tiba saja Olive langsung melangkahkan kakinya menghampiri kedua orang itu
"Aiishhh.... Tuh orang maunya apa sih? Berani sekali bangunin singa betina tidur." Gerutu Via pelan yang masih di dengar oleh Yuki karena memang belum pergi dari sana
"Ayo Kita susul dia sebelum perang dunia ke sepuluh di mulai." Ajak Yuki sedikit panik
"Kok sepuluh sih? Harusnya kan tiga?" Tanya Via cengo
"Aduhhh Via... Kalo tiga udah biasa, jadi aku penginnya sepuluh aja." Ucap Yuki sedikit kesal dengan keluguan Via, sahabatnya
"Tapi kan Yuk-.."
"Gak usah banyak mikir. Ayo." Cetus Yuki memotong ucapan Via dan langsung menarik tangan Via untuk menyusul Olive. Akhirnya Via pun hanya bisa pasrah tangannya di tarik oleh Yuki
Mereka berdua melangkahkan kakinya dengan cepat untuk menyusul kepergian Olive. Tak lama kemudian, mereka sampai di samping Olive yang berdiri beberapa langkah di belakang dua orang tersebut.
"Sayang, aku boleh minta sesuatu gak?" Tanya sang cowok kepada ceweknya dengan nada lembut serta senyuman manisnya
"Apa?" Tanya balik cewek itu
"Tangan kamu." Balas sang cowok membuat ceweknya mengeryitkan keningnya bingung
"Buat apa?" Tanya cewek itu lagi
"Buat pastiin kalo cinta aku ke kamu tidak bertepuk sebelah tangan." Jawab sang cowok dengan senyuman termanisnya membuat cewek tersebut tersipu malu
"Iuuhhhh... Huweee...." Batin Olive dkk
Sedangkan Olive dkk yang mendengarnya rasanya ingin muntah saat itu juga. Bahkan mereka berekspresi sedang muntah.
"Kamu tahu gak, kenapa kita cuma bisa lihat pelangi setengah lingkaran?" Tanya cowok itu lagi yang terus menerus mengeluarkan gombalan mautnya
"Gak tahu, emang kenapa?" Tanya cewek lagi
"Sebab setengahnya lagi ada di mata kamu." Balas sang cowok semakin membuat sang cewek tersipu malu, sedangkan Olive dkk rasanya sudah muak mendengar semua itu
"Euummmm.... Kamu tahu gak?-.." Belum sempat cowok mengeluarkan gombalannya lagi, tiba tiba sudah di sela oleh seseorang
"Enggak." Seru seseorang dari arah belakangnya, seketika kedua orang itu langsung melihat ke arahnya dan mendapati Olive yang berdiri dengan kedua tangan terlipat di perutnya
"O-Olive." Gugup pria itu karena terkejut bukan main begitupun dengan ceweknya kemudian berdiri dari duduknya dan langsung menghampiri Olive dkk
"Kenapa Elvan sayang? Lanjutin aja kali gombalan recehnya. Kita juga mau denger. Iyakan guys?" Tanya Olive dengan santainya kepada kedua sahabatnya
"Iya, Keluarin aja seluruh gombalan mautmu yang receh itu." Timpal Yuki
"Enggak sayang, kamu jangan salah paham dulu. Bukan aku yang gombalin dia, tapi dia yang gombalin aku." Bujuk cowok itu pada Olive yang bernama Elvan
"Apa kamu bilang? Kamu yang gombalin aku duluan." Elak cewek tadi
"Heh, aku gak pernah gombalin kamu yah. Aku cuma cinta sama pacar aku, Olive seorang." Seru Elvan berbohong
"Jadi kamu cuma mainin aku? Dasar cowok playboy cap kutil badak." Marah sang cewek
Plakk
Tiba tiba saja cewek itu menampar pipi Elvan dengan sangat keras hingga meninggalkan bekas merah dan itu membuat Elvan kesal setengah mati. Kemudian cewek itupun segera pergi dari sana.
"Uuuhhh...." Olive dkk menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang di lakukan cewek itu, tapi ternyata mereka malah menyunggingkan senyuman di bibirnya
"Sayang kamu liat sendiri kan. Dia yang salah tapi dia yang marah." Ujar Elvan sembari memegang kedua tangan Venus
"Oh yah, dia yang salah?" Tanya Olive dengan nada tak percayanya
"Iya, kamu gak marah kan sama aku?" Tanya Elvan penuh harap
"Kenapa aku harus marah?" Tanya balik Olive dengan wajah datarnya dan membuat Elvan tersenyum senang
"Heheh... Ternyata bujuk kamu sangat mudah yah." Batin Elvan tersenyum senang
"Kamu juga bukan siapa siapa aku, jadi kenapa harus marah coba?" Lanjut Olive dengan santainya, seketika senyuman Elvan memudar sedangkan kedua sahabatnya tersenyum sinis
"Aku kan pacar kamu. Jangan gitu dong sayang, katanya kamu gak marah sama aku." Ucap Elvan
"Pacar? Hahaa... Itu tadi, sekarang tidak lagi." Seru Olive tertawa miris sembari menekankan kata katanya
"Oke oke... Aku ngaku salah. Aku minta maaf. Please, jangan putusin aku yah." Pinta Elvan sembari menyatukan tangannya di depan dadanya sebagai tanda permintaan maaf
"He eh... Terlambat." Sinis Olive kemudian berbalik untuk pergi dari sana. Tapi tiba tiba saja ia tidak jadi melangkah dan malah berbalik lagi menghadap Elvan
"Kenapa? Kamu pasti mau maafin aku kan? Iyalah, secara aku gantengnya kebangetan. Mana mungkin kamu mau ninggalin aku." Tanya Elvan tersenyum senang, karena Olive juga tersenyum padanya
"Aku punya hadiah spesial buat kamu." Ucap Olive tersenyum penuh arti
"Hadiah? Apa?" Tanya Elvan terlihat sangat antusias
Bugh
Tiba tiba saja Olive langsung memukul perut Elvan dengan keras sampai membuat Elvan merintih kesakitan.
"Agghkkk.." Rintih Elvan sembari berjongkok dengan memegangi perutnya
"Gimana? Suka kan sama hadiahnya. Ohh... Pasti dong. Bye." Seru Olive tersenyum senang kemudian segera pergi dari sana
"Itu salah kamu sendiri. Dasar playboy receh." Tukas Yuki kemudian pergi menyusul Olive
"Euummm... Aku mau ngomong apa yah?" Tanya Via cengo pada dirinya sendiri
"Ahh... Jangan kamu pikir bisa menyakiti Olive sahabat aku, ngerti!" Seru Via yang juga ikut pergi menyusul kedua sahabatnya meninggalkan Elvan yang masih merintih kesakitan
"Aduuhh... Kenapa sampe ketahuan sih. Pokoknya aku harus bujuk Olive supaya mau di ajak balikan." Kesal Elvan sembari berdiri dan masih memegangi perutnya yang sakit
"Dia beneran cewek bukan sih? Tenaganya kayak samson aja." Cetus Elvan kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana.
Elvan Jourdain Yogaswara ( Elvan ), Playboy cap kakap sekaligus badboy di sekolah ternama itu yang merupakan pacar, Eh... Bukan, tapi mantan dari Olive. Sifatnya tengil, sok cool, tukang gombal, petakilan, humoris dan masih banyak lagi. Entahlah, kenapa dia bisa berpacaran dengan Olive sang badgirl sekolah.
Olive sendiri sebenarnya sudah mengetahui jika Elvan adalah playboy, dia juga mau berpacaran dengannya bukan atas dasar cinta tapi yaa... Buat kesenangan semata, daripada Jomblo ya kaannn😂.... Karna bagi Olive semua laki laki itu sama, yaitu suka mempermainkan perasaan perempuan. Itu sebabnya meski dia punya pacar tapi dia tidak pernah memberikan hatinya sedikitpun pada pacarnya itu.
**Bersambung...
...----------------...
Hallo Readers... Jangan lupa kasih Like dan komentarnya yaa...
Salam manis dari author**...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!