Ghiffary Azzam Bashir Al- hazhiq, Memiliki paras tampan, Kekayaan berlimpah, karir bagus, otak cemerlang, dan kehidupan rumah tangga yang sangat bahagia.
Setelah menikahi seorang wanita cantik yang sangat dia cintai. Mereka dikaruniai seorang putri kecil yang sangat cantik di beri nama Alifa.
Ghiffary, menikah di usia yang terbilang muda, 25 tahun.
Dia menikahi teman kampusnya sendiri setelah berpacaran selama tiga tahun.
Suatu hari, rumah Ghifarry di masuki oleh dua perampok yang membawa tragedi di hidup Ghiff yang nyaris sempurna.
Tanpa sengaja salah satu perampok membuat Anggia, istri Ghiff dan Putri kecil mereka, Alifa yang masih berusia enam bulan tertembak. Keduanya meregang nyawa ditempat.
Hidup Ghiff hancur berkeping- keping. Sejak ditinggalkan oleh istri tercinta, perangai Ghiff berubah total.
Begitu pula dengan kehidupan nya, Ghiff merasa diri kosong dan hampa, terus menerus merasa sedih dan menyesali diri karena tidak mampu melindungi mereka dengan baik.
Ghiff merasa menderita tanpa akhir.
Dan dia lelah...
Berbekal uang dan kekuasaan, dia berhasil mengungkap identitas pembunuh dan perampok yang nekat mencari masalah dengan nya.
Kedua perampok itu akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Pertanyaan nya,
Apakah Ghiff berlega hati? Jawabannya adalah tidak!. Dia merasa belum puas, kematian tragis kedua perampok itu tidak bisa membayar rasa sakit di hatinya.
Perampok itu tidak hanya membuat Ghiff kehilangan keluarga juga merampas seluruh hidup dan kebahagiannya
Cintanya yang sangat besar pada pada Anggia membuat Ghiff menyimpan dendam kesumat, tidak hanya pada kedua perampok keji itu, tapi juga pada istri serta anak keturunannya. Keluarga kedua perampok itu menjadi sasaran kekecewaan seorang Ghiffary Azzam Bashir Al-hazhiq.
Setelah melakukan penyelidikan, diketahui perampok pertama yang menembak Anggia adalah Seorang pemuda berusia 23 tahun. Masih lajang, merupakan seorang pemuda biasa yang hidupnya sebatang kara. Sehingga Ghiff tidak bisa menuntaskan dendam padanya, artinya urusannya dengan perampok pertama telah usai.
Tinggal membalas pria satunya
perampok tua itu berusia sekitar 50 tahunan.
Hamid Baha namanya.
Memiliki dua orang istri, Dua anak laki- laki berusia 15 tahun, dan satu orang anak perempuan berusia 20 tahun.
Dua anak dari istri pertama. Serta satu orang anak laki-laki dari istri mudanya.
Ghiff mulai mancari cara untuk mendekati putri Hamid, dia memiliki rencana balas dendam lewat putri laki-laki jahat itu.
Ghiff akan mamacari dan melamar wanita itu untuk dia nikahi. Kemudian membuat gadis itu hidup bagaikan di dalam Neraka, menyiksanya hingga gadis itu enggan menatap dunia kembali.
Pada wanita itulah, dia akan menyalurkan rasa dedamnya.
Setiap hari, Ghiff memantau kegiatan keluarga Hamid dari kejauhan, seperti seorang stalker yang terobsesi pada idolanya. Menghafal setiap jadwal mereka, pulang dan pergi,
jadwal sekolahnya, kapan dan berkerja dimana.
Diketahui Istri tua Hamid, bekerja sebagai Art disebuah rumah orang kaya.
Sedangkan dua putra Hamid masih sekolah disebuah SMA negeri dikota mereka.
Yang perempuan bekerja disebuah Bar dan klub malam ternama. Saat siang hari, gadis itu bekerja paruh waktu disebuah toko pakaian dipasar tradisional.
Istri kedua Hamid, lebih suka datang dan merongrong istri tua, ketimbang bekerja.
Wanita tak tahu malu itu kerap kali membuat masalah dengan hutangnya yang menumpuk.
Suatu malam, Ghiff punya Niatan menyambangi klub malam tempat gadis itu bekerja.
Ghiff melakukan trik agar bisa mendekati dan meraih kepercayaan si gadis.
Mengamatinya dengan sabar dari kejauhan.
Sesekali bibirnya tersenyum senang saat pengunjung laki- laki yang otaknya kotor menyentuh atau meraba gadis itu dengan kurang ajar.
setelahnya akan mendapati gadis menangis sendirian di toilet saat jam pulang bekerja.
Mungkin lelah menahan perasaan di lecehkan.
Diperlakukan tak senonoh bagaikan gadis murahan setiap malam.
Sudah tahu, resiko bekerja di klub sepeti itu, mengapa tidak berhenti saja?. Pikir Ghiff.
Malam itu, sebuah ide terlintas dibenaknya.
Setelah mengatur rencana dan menyewa seorang pria untuk mengerjai putri Hamid baha, Ghiff memulai aksinya.
Pria itu bahkan sampai senyum-senyum sendiri memikirkan ide konyolnya. Pada Akhirnya
Ghiff senang sekali saat rencana itu berhasil sempurna.
Tanpa wanita itu sadari telah masuk dalam perangkap seorang Ghiffari
Lovena Saraswati, Gadis cantik berusia 20 tahun. Terlahir sebagai putri tertua dari seorang perampok terkenal bernama, Hamid Baha.
Sejak kecil hidup serba sulit dan menyedihkan. Ayah yang kasar serta suka selingkuh nyaris tak perduli pada keluarganya.
Meskipun begitu, Lovena tumbuh menjadi gadis cantik dan baik. Bertanggung jawab, dia iuga giat bekerja menggantikan Ayah sebagai tulang punggung keluarga.
Setelah dewasa, Hamid Baha, tersandung kasus kriminal karena merampok dan membunuh Istri serta anak seorang pengusaha terkenal.
kasus itu sangat heboh Hingga seluruh media berlomba memberitakan. Akibatnya, semua orang mengetahuinya.
Sejak peristiwa itu, Keluarga Lovena sering mendapat gunjingan orang- orang mulai berprasangka buruk
Memandang rendah mereka. Mencurigai setiap gerak- gerik, di mana pun mereka berada selalu di curigai dan di musuhi.
Lovena tak habis pikir, Bagaimana seorang Ayah tidak pernah memikirkan dampak dari perbuatan buruk itu pada keluarganya.
Mendapat sangsi sosial lebih menyakitkan dari pada hukuman penjara itu sendiri. Andai bisa, Lovena ingin meneriakkan pada orang-orang, bila Keluarganya tidak seperti yang mereka pikirkan.
Tapi siapa yang mau percaya? siapa yang perduli? mereka hanya melihat semua masalah hanya dari sampulnya.
Label Jahat itu sudah melekat pada keturunan Hamid baha, Sekali jahat selamanya akan tetap dianggap jahat.
Tak ada lagi Kehidupan yang tenang. Semua berubah bagai di Neraka.
Tiga tahun berlalu, Ayah juga sudah menerima hukumannya.
Lovena dan keluarganya bertekad membuka lembaran baru.
Semasa hidup, Hamid Baha, memiliki dua istri.
Salah satu wanita selingkuhannya Hamil. Ayah menikahinya tanpa setahu Ibu..
Dessy, Nama wanita itu.
Wanita materialistik yang sangat mencintai uang dan benda- benda mewah.
Karena gaya hidup istri mudanya yang lebih besar pasak daripada tiang, Hamid sampai harus terjebak dalam dunia kriminal demi membuat wanita yang pantas disebut anaknya itu bahagia.
Usia Dessy hanya bertaut sepuluh tahun lebih tua dari Lovena.
Hamid menikahinya saat usianya enam belas tahun.
Sejak pernikahan keduanya, Hamid nyaris melupakan Istri dan Anak- anaknya.
Waktunya lebih banyak di habiskan bersama istri muda
Karena sejak kecil, sudah biasa di abaikan oleh Hamid. Lovena menjadi sosok yang tegar dan mandiri.
Kadang Lovena berpikir jika kematian ayah yang tragis adalah hukuman yang sepadan dengan rasa sakit yang ditanggung ibu sepanjang hidup.
Setiap kali melihat ayah selingkuh dan menghabiskan uang nya untuk menyenangkan hati perempuan lain membuat hati ibu terluka.
Seringkali Ibu hanya menyediakan nasi dan garam, untuk makan sehari- hari.
Sementara Ayah, justru sedang makan enak di Restoran atau melakukan liburan mewah bersama wanita gelapnya.
Merasa di manja oleh Hamid, Dessy sering bersikap kurang ajar pada Ibu.
Suka mencari gara- gara,
Merampas uang yang seharusnya jatah ibu, Meminta ibu mencuci bajunya, Dessy memperlakukan Ibu seperti pembantu.
Bila Ibu menolak permintaanya. Maka Hamid akan datang dan menyiksa semua orang. Bahkan Lovena dan Faiz tak luput dari kekejaman Hamid.
Kini setelah ayah meninggal, Bukanya sadar dan berubah, wanita itu masih juga menyusahkan keluarga Lovena.
Dia ibarat benalu yang mencekik pohon yang dia tumpangi hingga kering dan mati.
Sementara Andika, putra Dessy terkenal Nakal dan suka membuat masalah, Baik di sekolah dan di lingkungan pergaulan.
Suka membolos, tukang palak, juga suka membully teman- temanya serta suka memancing pertengkaran.
Dalam sebulan, bisa beberapa kali, Lovena di panggil pihak sekolah.
Setelahnya Lovena
Memohon- mohon, agar Andika diberi kesempatan menyelesaikan pendidikan di SMA itu, karena jika dikeluarkan dia akan berhenti sekolah selamanya.
Dessy nyaris tidak perduli kepada Andika.
Baginya Andika hanya beban.
Sejak dua tahun Lalu, Lovena bekerja sebagai pelayan di sebuah klub malam yang cukup terkenal.
Bekerja di Klub malam, menjadi alasan lain yang membuat Lovena di pandang negatif oleh para tetangga.
Di cap sebagai gadis murahan sudah biasa.
Tapi Hanya di di klub malam itu, dia di terima bekerja, gajinya juga lumayan tinggi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Lovena memilih tidak perduli pada penilaian Orang, Yang penting Lovena tidak merugikan siapa pun.
Dia juga menjaga dengan baik martabat nya sebagai seorang wanita.
Dengan penuh tekad menebalkan muka, menutup telinga terhadap Gunjingan orang- orang.
Mereka hanya pintar mencemooh, bukan memberikan solusi bagi Lovena.
Padahal tidak pernah tahu bertapa sulitnya hidup Lovena.
Untuk menopang Ibu dan kedua adiknya.
Meski Satu adik kandung dan satunya adik tiri. Lovena sangat sayang pada keduanya.
Bekerja di klub malam bukanlah hal yang mudah dijalani. Hampir setiap malam mendapat sering mendapat perlakuan tidak senonoh, kerapkali di lecehkan dan perlakukan seperti perempuan murahan. Perlu kesabaran ekstra menghadapi pelanggan yang tidak baik.
Resiko bekerja Bar dan Klub malam.
Beberapa pria bahkan ingin membooking Lovena untuk menginap bersama di hotel
Lovena menolak dengan tegas.
Biar miskin dan terhina, Lovena tidak akan pernah menjual diri.
Lovena sudah siap dengan seragamnya Klub, Rok mini hitam di atas lutut dengan kemeja putih polos yang di selipkan rapi ke dalam pinggang.
Meski sudah biasa memakai nya, Lovena tetap merasa risih dan tidak nyaman.
" Lovena..!"
Seorang pria berkulit putih memiliki tubuh ramping dengan mata sipit memanggil. Suaranya tenggelam bersama hentakan musik yang di putar oleh DJ.
Lovena gegas mengdekat, tidak ingin membuat pria itu menunggu.
Pria ramping bermata sipit keturunan cina dan indonesia.
Adalah manager Klub tempat Lovena bekerja.
" Iya, Bos"
Lovena berdiri tegak menunggu apa yang ingin di katakan pria itu.
"Bisakah kamu melayani pelanggan Vvip, malam ini?"
Terpana. Lovena menatap Bos nya sedikit Aneh.
" Tidak salah, Tuan meminta saya untuk melayani tamu Vvip?"
Tanyanya tak yakin.
Di klub ini, bisa melayani pelanggan VVIP adalah suatu keberuntungan.
Setiap pelayan menginginkan posisi itu.
Pelanggan khusus VVIP biasanya lebih royal memberi tips, cenderung sopan, dan tidak menyusahkan.
Mungkin karena memikirkan image atau tidak punya selera pada wanita bar yang di anggap tidak selevel.
Makanya pekerjaan Khusus itu, hanya di lakukan oleh pelayan yang berwajah sangat cantik dan memiliki attitude yang baik.
Tamu Vvip biasanya pejabat terkenal, artis dan pengusaha.
Dan Lovena jauh dari kriteria cantik sekali. Tapi bisa di pastikan dia punya attitude yang baik.
" Tentu saja. kenapa? kau meragukan kemampuanmu sendiri?"
tanya manager itu.
" Bukan begitu, Saya hanya sedikit kaget."
" Cepatlah bersiap-siap. Dan buka sedikit kancing bajumu. Kau bukan anak sekolah tapi pelayan Bar."
Melirik kancing baju Lovena yang menutupi seluruh dadanya.
Sedangkan Pelayan lain tanpa sungkan memperlihatkan belahan dadanya pada para tamu.
"Saya tidak nyaman, Bos. Saya menjual jasa bukan menjual tubuh saya" Tegas Lovena.
Karena sudah tahu watak keras kepala Lovena,manager membiarkan Lovena dengan prinsipnya.
Yang penting dia bersungguh- sungguh dalam bekerja.
Sebenarnya Pria itu sedikit bingung, kenapa Tuan Ghiff meminta Lovena, khusus untuk melayani dia dan teman- temannya.
Tak ada yang istimewa dari pelayan itu.
Lovena sudah siap dengan tugasnya.
Menyusun minuman sesuai pesanan dan gelas slowky di atas nampan.
"Jangan lupa, layani mereka sebaik mungkin. Mereka orang- orang penting dan istimewa. Apalagi Tuan Ghiffari Azzam Bashir al- hazhiq, Sifatnya pemarah, perfeksionis tapi juga Pendiam. Jangan Sampai mereka merasa tidak nyaman karena di layani olehmu. paham!." Manager kembali mengingat kan Lovena, untuk kelima kalinya.
Manager melakukannya karena takut mendapat Masalah .
Ghiff merupakan salah satu sahabat karib dari pemilik klub malam itu.
" Iya, pak bos, saya akan hati-hati "
Siapa pun tahu, Artinya tamu penting,
Harus di layani dan di perlakukan secara istimewa.
Lovena pasti akan bekerja maksimal melayani mereka. Kecuali diminta melakukan sesuatu yang tidak wajar, dalam tanda kutip, tindakan tidak terpuji.
" Aneh sekali, Si Bos. kalau tidak yakin dengan kemampuan ku, kenapa meminta ku melayani Tuan sempurna itu."
"Hanya menuangkan Minuman apa susahnya sih?" Batin Lovena.
Lovena pun pamit pada Manager.
Menaiki tangga, membawa nampan hati- hati sambil berlatih tersenyum.
Minuman pesanan mereka sangat mahal. Bisa di pecat Lovena, bila memecahkan nya. mana sanggup dia menggantinya
Dia tiba di lantai dua. Di depan Ruang VVip Klub. Iringan musik terdengar seirama dengan Degup jantung Lovena yang berdetak dua kali lebih cepat.
Lovena menarik nafas Lalu menghembuskan perlahan... bertekad tidak boleh tegang apalagi Gugup.
Mereka manusia biasa sama seperti dirinya.
Tak ada yang perlu di takut kan. Pikir Lovena
" Ayo Lovena, kamu bisa, santai saja"
Tok!
Tok!
Tok!
Lovena menunggu didepan pintu dengan tegang.
" Masuk..!"
Terdengar suara berat khas laki-laki dari dalam.
Lovena masuk sambil tersenyum ramah.
"Permisi, Tuan- tuan."
Meletakan Nampan hati- hati di atas meja.
Tiga pemuda itu duduk di sofa panjang dan melihat kompak padanya.
Lovena melirik sekilas karena penasaran.
Mereka terlihat kaya dan masih muda.
Menilai dari penampilan. Semua yang mereka pakai. Bermerek dengan barang branded mahal
Jam, Baju, sepatu. Semua terlihat mewah bagi Lovena.
Dua tahun bekerja di Klub malam itu, dia jadi dapat membedakan Kualitas seseorang dan dari golongan apa.
Lovena sedikit nervous tidak menyangka jika tamu yang akan di layani, masih muda dan tampan- tampan.
Terutama pria itu...
Pria itu kelihatan cuek dan tenang, duduk santai, bersandar di sofa dengan kaki panjangnya saling bertumpu... Tatapan matanya tajam mengarah ke arah Lovena.
Lovena di buat gugup sekali.
Pandangan lovena sesaat terpaku padanya. mengagumi tanpa sadar.
Tuhan menciptakan mahluk indah itu begitu sempurna.
Mata, hidung, bibir, rahang, alis, semua begitu enak untuk dilihat.
Kulitnya putih dengan mata sedikit sipit tapi jeli seperti serigala.
Sifatnya tenang, dengan sorot mata sedingin es.
Merasa Lovena hanya berdiri dan terpaku melihat dirinya, pria itu pun menegur.
" Apa lagi yang kau tunggu? cepat, tuangkan minumannya."
Lovena sadar dan Mengerjap kaget.
" Eh, iya maaf, Tuan. Saya lupa..." Dia menjawab dan tersenyum kikuk sadar atas kebodohannya.
Dengan kikuk menata gelas dan mengisinya dengan minuman yang sudah di pesan oleh ketiga tamu terhormat itu.
Sambil melayani mereka Lovena tak bisa berhenti melirik padanya.
Pria itu membuat Lovena hilang fokus.
Seolah telah di tarik hatinya untuk terus melihatnya.
Rambutnya tebal lurus, alis hitam, bulu mata lentik seperti wanita, hidung mancung dengan Bibir bervolume sedang dan merah alami.
"Siapa namamu?" Suaranya dalam dan seksi ketika bertanya.
Ah! Bahkan Lovena mengagumi suaranya.
sampai tak sadar pria itu sedang bertanya.
" Kamu, melamun? Teman ku bertanya siapa namamu?" Pria satunya menegur Lovena yang masih terpaku melihat Ghiff.
" Eh, ya..? apa?" jawab Lovena bodoh berpaling pada Robby.
" Sudah, lupakan" Robby menahan senyumnya dan melirik Ghiff penuh arti.
Lovena sadar, menunduk.malu- malu.
Bagaimana bisa sebodoh itu, melamun sambil memandangi pria itu.
Sejak kejadian itu, Ghiff terus saja mencuri- curi pandang ke arah Lovena.
Sesekali tersenyum memikat ketika tatapan mereka bertemu.
Jantung Lovena semakin berdebar hebat setiap sorot tajam itu dan senyumannya mengarah padanya.
Berkali- kali dia harus memalingkan wajah, pura- pura fokus pada pekerjaannya.
Rasa panas menjalar di wajah.
Untung Saja ruangan itu tidak cukup terang untuk memperlihatkan rona merah di pipinya.
Ke tiga pria itu terlihat obrolan santai tentang banyak hal.
Kebanyakan tentang bisnis dan wanita. Sebenarnya hanya dua temannya yang mengobrol sedangkan si Tampan hanya menjadi pendengar yang baik. Dia terlihat bosan dengan tema percakapan. Sesekali menjawab bila di tanya. Selebihnya dia sibuk mencuri- curi pandang pada Lovena.
Minuman terus dituang dalam gelas dan para pria itu selalu saja menghabiskannya.
Salah satunya mulai mabuk. sikapnya mulai Agresif, bicara juga melantur dan mesum. Bahkan berani bersikap kurang ajar pada Lovena.
Berulang kali berusaha menyentuh Lovena.
Untung dia selalu berhasil menghindar.
Malm ini Lovena merasa ada yang aneh dengan manager.
Mengapa Hanya Lovena sendiri yang di minta melayani Tuan- tuan Muda ini.
Padahal Biasanya, bila tamu yang datang lebih dari dua orang, Manager akan menyediakan dua pelayan atau lebih. Klub juga tak terlalu sibuk karena bukan Week end.
Pria itu melanjutkan aksinya meski sudah di cegah oleh dua pria lainnya.
Lovena menghindar dan menjauh, melakukan secara halus dan sopan, agar pria itu tidak tersinggung.
Ingat pada pesan manager tidak boleh mengecewakan tamu. tapi bagaimana jika tamu sudah bersikap tidak pantas.
Lovena tidak bisa diam saja. Apalagi menyangkut harga diri.
Merasa di tolak, pria itu menjadi kesal .
Tanpa terduga menarik paksa Lovena, dengan kasar mendorong tubuhnya mungilnya berbaring dilantai.
Pria itu menumpuk tubuh Lovena menguncinya dengan kedua tangan.
Lovena meraung.
Karena pria itu
mencabik-cabik kemejanya.
" Tolong... Le-lepaskan saya, tuan..!"
Air mata ketakutan tumpah tak tertahankan.
mengemis belas kasihan pria itu.
Matanya mengarah penuh rasa takut pada laki- laki itu.
"Jangan Tuan. Sadarlah! Anda Sedang dalam pengaruh Alkohol" Pekik Lovena mengingatkan.
Pemuda tampan yang terlihat dingin dan pendiam itu, bergerak cepat mencoba membantu membebaskannya dari cengkraman laki-laki itu.
Pria yang mengurung Lovena berontak tidak ingin melepaskan mangsa begitu saja.
"Jangan ikut campur, Ghiff..!" Mengeram dan mendorong Ghiff yang berusaha menariknya dari tubuh Lovena. Pria yang di panggil Ghiff itu tidak mau menyerah.
" Saffar, sadarlah!. kau akan menyesal bila melakukannya, Gadis ini bisa menuntut atas kekerasan seksual. "
Pria itu kembali mengingatkan.
Saffar terkekeh geli.
" Di tuntut!? dia hanya ******, Sudah biasa begini, ya, kan!?. Babe?"
tanyanya pada Lovena.
Spontan Lovena menggeleng.
" Tidak! tolong lepaskan saya, Tuan."
Karena Saffar tak perduli dengan peringatannya, Ghiff beralih pada pria satunya.
" Robby. Sepertinya Saffar mabuk berat. Tolong papah dia ke toilet, cuci mukanya agar sadar dari pengaruh Alkohol"
Pria yang di panggil Robby dengan patuh menjalankan tugasnya.
Sedikit memaksa keduanya menarik Saffar dari Lovena. Setelah berhasil, Robby segera membawanya ke kamar mandi.
Perhatian Ghiff, beralih pada Lovena.
" Kau, baik- baik saja?" Tanyanya penuh perhatian, suaranya lembut menenangkan.
Lovena berusaha bangkit sambil menutupi Asetnya yang sedikit terbuka dengan kedua tangan. Kemeja yang ia pakai sudah tak berbentuk lagi.
Ghiff membuka jaketnya dan mengulurkan pada Lovena. Dia memalingkan muka dengan sungkan.
Tubuh Lovena hampir setengah telanjang.
" Pakailah jaket ini, tutupi tubuhmu."
Dengan gemetaran
Lovena memakai jaket pemberian Ghiff, hati- hati.
" Maaf temanku membuat kekacauan... dia melakukannya karena mabuk."
Lovena mendongak menatap mata pria itu yang memperlihatkan rasa bersalahnya.
Entah kenapa Lovena merasa hatinya Luluh.
Lovena pun tersenyum kecut
" Tidak apa, Tuan. Saya tahu..."
Nenerap menit kemudian
Saffar dan Robby kembali dari kamar mandi, Wajah Saffar terlihat jauh lebih segar saat ini.
Robby mendudukkan Saffar di sofa memeganginya agar tidak kembali berulah terhadap Gadis pelayan itu.
"Apa kau, terluka?" Ghiff kembali bertanya dengan wajah menunjukan rasa cemas pada Lovena.
Perhatiannya sungguh membuat wanita manapun tersentuh hatinya.
Jarang sekali ada yang memperhatikan lovena selama ini, di dukung dengan wajahnya yang tampan serta memilki senyum yang memikat siapa pun pasti akan berbunga-bunga.
" Te-terima kasih, Tuan... Tapi saya baik- baik saja. Hanya sedikit kaget" Jujur Lovena lirih,menyeka air mata sambil merapatkan jaket di tubuhnya.
Hangat dan wangi.
"Pergilah! kau terlihat sangat kacau..pasti butuh waktu untuk menangkan diri" Kata pria itu mengusir Lovena pergi.
" Terima kasih, Tuan..."
Ah! Bagaimana pria tampan itu, bisa sebaik ini.
Biasanya pria yang memiliki kelebihan seperti dirinya angkuh dan tidak perduli pada pelayan rendahan seperti Lovena
Apalagi Lovena hanya gadis biasa tidak secantik pelayan lain.
Meneteskan air mata haru, Lovena berjalan keluar dari ruang VVIP, dalam hati memuji- muji kebaikan pria bernama Ghiff.
Sesaat setelah kepergian Lovena. Wajah Ghiff berubah dingin dan rasa puas memenuhi seluruh wajahnya
" Bagus, Saffar! Akting mu sungguh memukau." Ghiff menepuk bahu pria bayaran itu dan meletakan selembar cek dengan nominal fantastis di atas meja.
" Terima kasih, Tuan." Sahut Saffar, mengambil cek itu dan tersenyum bahagia, segera menyimpannya dengan rapi di dalam dompet.
Pekerjaan yang sangat mudah tapi bayarannya tinggi
" llJika tuan butuh bantuan lagi, jangan segan-segan menghubungi aku."
Ghiff tidak menyahut
" Jangan lupa tutup mulutmu rapat-rapat,Tuan tidak mau sampai rahasia ini terdengar oleh gadis itu." Ancam Robby dengan mata berkilat.
"Tenang saja, Tuan. Rahasia anda aman bersama saya."
"Robby, siapkan mobilku, Aku akan menjalankan misi kedua."
Robby asisten pribadi Ghiffari, segera melaksanakan perintah Atasannya.
Saat hendak pulang, Sebuah kejutan manis lainnya kembali di dapatkan oleh Lovena.
Kala itu ia sedang menanti jemputan ojek online langganan.Tiba- tiba mobil putih dan mewah khas laki- laki itu berhenti di depan Lovena. Jendelanya terbuka. Pria tampan itu ada di sana melihatnya khawatir.
"Kamu belum pulang!?"
"Belum, Tuan. Nunggu jemputan." jawab Lovena kikuk.
Dia tersenyum. Bagai gulali kapas, manis dan melumerkan hati Lovena.
" Ayo masuk, aku saja yang mengantarkanmu pulang" Tawarnya tanpa terduga.
Lovena terpana. Melihat ke arah pria itu tidak percaya.
Dia sedang tidak bermimpi, bukan?
Ada pria kaya, ganteng, mengendarai mobil mewah menawari untuk mengantar pulang.
Lovena sudah tahu, siapa sesungguhnya pria itu.
Semua orang membicarakan tentangnya tadi.
" Terima kasih, Tuan. saya tidak ingin merepotkan Anda" Tolak Lovena halus.
Meski terlihat baik, Lovena la tidak ingin bersama pria asing yang baru di kenalnya beberapa jam lalu.
" Apa, kau akan pulang dengan kondisi begitu.?"
Ghiff melirik Lovena lewat ekor matanya.
Lovena menunduk
" Tidak apa-apa, Tuan, tukang ojeknya adalah langgganan saya. Rasanya saya baik-baik saja, lagipula saya memakai jaket milik anda" Lovena berusaha mengelak.
Ghiff tersenyum.
" Ternyata kau gadis yang keras kepala."
Tidak siap menerima pemolakan Lovena, Ghiff mengambil jalan lain.
Dia harus memaksanya. Jika tidak, bagaimana bisa menjalankan rencananya. Ghiff tidak punya waktu untuk mengejar gadis itu.
Keluar dari mobil Ghiff menarik paksa Lovena masuk ke dalam kendaraannya.
Gadis itu tersentak merasakan tangan Ghiff yang lembut dan lebar memegang tangannya. Genggaman yang menghangatkan hati.
Pria itu mendorong paksa Lovena masuk ke mobil, menguncinya cepat.
Beberapa saat kemudian dia sudah siap didepan kemudi.
Tanpa Bicara Ghiff mendekatkan tubuhnya di depan Lovena, Melingkarkan tangan melewati pinggang memasang Seal beat pada Lovena.
"Tenang saja, Aku tidak akan kurang ajar padamu.
Aku harus memastikan kamu aman.." Bisik nya di depan wajah Lovena sambil mengedipkan sebelah mata.
Lovena membeku.
"Ya Tuhan... jantungku..! Rasanya akan meledak." Batin Lovena dengan wajah merah padam.
Bila terus begini, Lovena bisa masuk rumah sakit karena terkena serangan jantung. Memegang jantungnya yang berdetak Semakin keras karena Efouria akibat perlakuan Ghiff yang meluluh lantakan jiwa raga.
Flash back on.
Dia masih muda, Baru berusia 26 tahun. Tapi sudah berhasil mendirikan sebuah perusahaan besar skala internasional.
Dengan statusnya sebagai pengusaha nomor satu yang sangat di segani, dia sering di minta memberi sambutan di setiap acara pertemuan para pengusaha.
Laki- laki berwajah sangat sempurna itu dengan penuh percaya diri turun dari podium.
Para Audiens berebut menyalaminya.
Ghiffari Azzam, pemilik sebuah perusahaan telepon seluler yang sedang naik daun.
Selalu terlihat mencolok dan menarik perhatian, dimana pun ia berada. Sifatnya ramah dan murah senyum menjadikan dia seseorang yang di sukai juga di segani.
Selain itu pintar, fisiknya yang sempurna sering menjadi pembincangan hangat bagi kaum hawa.
Meski semua wanita mengetahui statusnya yang sudah menikah dan memiliki seorang putri, tak sedikit pun mengurangi ketertarikan wanita terhadapnya.
"Tuan, Anda ingin langsung pulang. Atau...kembali ke perusahaan?"
Seorang pria muda bertanya sopan padanya. Saat keduanya menyusuri Lobby bersama pengusaha lain yang mengiringinya untuk keluar dari gedung tempat seminar.
Dia adalah Robby asisten pribadi Ghiffari.
Dia pintar, kompeten juga tampan.
Sebenarnya di luar jam kerja, Ghiff dan Robby adalah sahabat. Mereka sudah akrab sejak jaman Kuliah. Keduanya pria istimewa yang selalu di kejar- kejar oleh para gadis.
Ghiff tak langsung memutuskan, dia melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan.
" Kau saja yang kembali ke perusahaan, Aku lelah sekali dan ingin pulang" Sahut Ghiff singkat.
" Baik, Tuan..." sahut Robby patuh.
Dan bergegas pergi untuk mengambil kendaraan pribadi milik Ghiff di area parkir gedung.
Sepanjang hari ini, Ghiff merasa hatinya tidak tenang.
Semalam ia mengalami mimpi yang sangat buruk. Dia mendapat
Firasat, sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. Ghiff tidak berani menceritakan pada siapapun mengenai ketakutannya, Khawatir di tertawakan.
"Tuan..!. Anda, melamun?" Teguran Robby membuat
Ghiff tersentak. Robby sedang menatap cemas padanya.
Dia menyondor kan kunci mobil milik Ghiff.
"Apa perlu, saya Mengantarkan anda Pulang?" tawar Robby.
Ghiff menggeleng.
"Tidak usah! kurasa, Aku hanya sedikit lelah."
Menepuk pelan bahu Robby, lalu melangkah menuju Mobil yang sudah di parkir Asistennya, di depan Lobby Hotel.
Ghiff meluncur bersama kendaraannya untuk pulang ke kediamannya yang mewah bak istana.
Tak sabar bertemu Anggia, istri cantiknya dan Putri kecilnya Alifa.
Memasuki gerbang, Ghiff agak heran melihat tak ada satpam yang Berjaga di depan Pos.
Rumah juga terkesan lenggang dan sepi. Padahal masih jam tiga sore.
Ghiff berpikir akan memecat satpam yang sangat teledor itu, karena meninggalkan posnya tanpa penjagaan.
Meski ada Cctv yang terpasang untuk memantau Aktivitas di luar rumah Ghiffari.
Ghiff kembali membawa mobilnya menuju garasi dan memarkirkan di sana.
Biasanya Anggia akan bergegas keluar begitu mendengar mobil Ghiff datang, dia berdiri depan pintu untuk menyambutnya dengan pelukan dan memberikan senyum manis penuh cinta.
Ghiff berpikir positif, mungkin, Anggia sedang tidur atau sedang menyusui Alifa, hingga tak mendengar suaminya datang dan menyambutnya seperti biasa.
Sepatu Pantofel Ghiff terdengar nyaring ketika beradu dengan tangga saat naik menuju ke lantai dua. Heran karena tidak melihat satu pun pelayan hilir mudik di rumah.
Padahal pelayannya ada enam orang, selalu terlihat sibuk sepanjang waktu.
" Kemana semua orang? Kenapa sepi begini?" batin Ghiff semakin curiga.
Ghiff semakin tidak nyaman.
Tiba di lantai dua,Ghiff menyusuri Lorong melewati beberapa kamar dan ruang yang kosong.
Samar- samar telinganya menangkap suara- suara aneh dan Isak tangis dari arah kamar utama. Penasaran,
Dia mempercepat langkahnya.
" Anggia...!?" Ghiff berseru sebelum kakinya mencapai kamar itu.
Suara itu semakin jelas terdengar.
" Alifa....Apa yang terjadi?"
Firasatnya buruknya semakin nyata.
Ghiff yakin, Sesuatu telah terjadi di rumah itu.
Ghiff pun berlari dengan detak jantung di luar batas normal.
Ghiff berdiri tertegun di depan pintu kamar.
Dia berhenti bernafas, Detak jantungnya semakin kencang memompa.
Ghiff mematung dengan mata terbelalak. Orang- orang yang ada di kamar itu seremapak melihat ke arahnya dengan tatapan mata terkejut.
"Apa yang kalian lakukan? di rumahku!!!!?" pekiknya penuh amarah.
"Selamat datang, Bos..!!"
Kedua orang asing bertopeng itu jalan mendekat, menempelkan senjata Laras pendek di pelipis.
Ghiff melihat semua orang sudah berkumpul di kamar itu.
Anggia, Alifa, Satpam dan seluruh pelayan. Mereka di paksa duduk bersama di lantai dan di todong kan senjata yang membuat mereka semua menggigil ketakutan.
Kemudian Ghiff di tarik masuk kamar, tubuhnya di dorong kasar hingga terjerembab ke lantai.
Ghiff mengengsot mendekati Anggia cemas.
" Sayang... kamu baik- baik saja?"tanyanya penuh perhatian.
Memeriksa kondisi Anggia dan Alifa dengan teliti.
Ghiff mengambil alih Alifa dari gendongan Anggia. Syukurnya Bayi mungil itu sedang tidur dengan lelap.
" Serahkan semua benda- benda berharga Anda, Tuan Ghiff.!" Bentak perampok itu. Mengalihkan Ghiff.
" Ambillah apa yang kalian inginkan. Tolong lepaskan mereka semua! " Ghiff membalas lantang.
Kedua perampok yang memakai pakaian serba hitam, tertawa senang di balik topeng yang di kenakan nya.
" Ternyata anda baik hati. kalau begitu Berikan sandinya!"
Ghiff pun menyebutkan nomor Sandi brankas tempat ia menyimpan semua harta benda berharga Miliknya...
Ghiff tak ingin semua orang celaka.
Tubuhnya sampai bergetar menahan Amarah, mengepalkan tangan menahan diri agar tidak menghajar kedua perampok itu.
Sebagai pemegang sabuk hitam taekwondo tingkat tinggi, mudah saja melumpuhkan kedua penjahat itu.
Tapi semua orang dalam posisi terjepit. tak mungkin baginya bertindak gegabah.
Ghiff harus menyimpan amarah demi membuat semua orang aman. meski seluruh tubuhnya merasa gatal ingin menghajar kedua penjahat itu.
"Ikut aku!" Salah satu perampok menarik Ghiff bersama menempelkan kembali pistol itu di belakang kepala.
" Bawa aku ke tempat kau menyimpan seluruh kekayaanmu"
Ghiff berusaha melawan.
" Kau mau melihat istri dan anakmu tewas di tempat?" Tanya salah satu perampok dingin dengan moncong senjata mengarah pada Anggia dan Alifa bergantian.
Dengan geram, Menyerahkan Alifa kembali pada Anggia, Ghiff berjalan mendahului si perampok.
Meski kesal dan marah Ghiff berjalan patuh menuju brangkas.
" Lepaskan mereka..!" Cetus Ghiff. Sebelum tiba di ruangan yang di tuju.
" Anda tenang saja, Setelah mendapatkan keinginan kami, mereka akan bebas dengan selamat."
"Katakan, di mana letak brangkas nya?" bertanya tak sabar sambil menekan moncong senjata di kepala Ghiff.
Ghiff melirik Anggia merasa bergidik melihat senjata itu juga mengarah pada istrinya. Seandainya perampok itu teledor dan menarik pelatuknya tanpa sengaja. Anggia pasti tidak selamat.
" Ada dibalik lemari pakaian, Tekan gagang pintu itu, kalian akan mendapati ada ruangan lain di balik tembok, Di Sana tersimpan semua Aset-Aset saya.." Jelas Ghiff pasrah. Tidak perduli kehilangan semua harta benda, Asalkan Anak istrinya selamat.
Ghiff sangat takut Kehilangan orang-orang tercinta , dia pernah mengalaminya saat kehilangan kedua orang tua.
Ternyata Mimpi dan firasat buruknya sejak semalam menjadi kenyataan. Rumahnya di masuki oleh perampok.
Salah satu perampok mengikuti instruksi Ghiff, Mereka menuju lemari besar berisi pakaian Ghiff.
Ketika Gagang pintu di tekan, salah satu dinding di kamar Ghiff bergerak, Menyisakan rongga sebesar pintu. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan sempit yang berisi brangkas. perampok itu meminta Ghiff memasukan kode sandi.
" Awas! kalau kau berani menipu, Ku bunuh istrimu!" Ancam penjahat itu disela Ghiff bekerja.
Pintu brangkas terbuka. Perampok itu berbinar senang menyaksikan isi brangkas. Uang Tunai ratusan juta perhiasan dan surat- surat berharga.
Dengan tak sabaran memindahkan semua isinya ke dalam tas yang sudah mereka siapkan.
Setelah selesai keduanya bersiap untuk pergi.
" Kami akan pergi dengan damai, Tuan Ghiff. Terima kasih atas kerja samanya..." Kata mereka terbahak - bahak dan menyeret Anggia ikut keluar dari kamar.
Terseok-seok Anggia mengikuti langkah kedua perampok Dengan membawa Alifa dalam gendongan.
Ghiff ikut mengekori dengan penuh ketakutan, dia sudah tidak bisa berpikir jernih, Bibirnya menyerukan nama Anggia dan Alifa, berulang kali.
Bayi di dalam Gendongan Anggia menangis.
Mereka berhenti di depan pintu utama.
Tangisan Bayi membuat kedua perampok itu kalang kabut.
" Suruh dia diam!!" Bentak salah satu perampok menutup telinganya jengah.
Kesempatan itu di manfaatkan Anggia. Dia nekat
Menggigit tangan perampok yang sejak awal menodongkan senjata padanya. Senjata itu jatuh,
Anggia menendangnya menjauh.
keadaan menjadi kacau.
Kedua perampok itu makin panik
Apalagi salah satu senjata sudah berpindah tangan pada satpam Ghiffari.
"GO- BLOk!"
Penjahat lainnya mengumpat pada temanya yang ceroboh.
"Kau membuat posisi kita terjepit. Ah sial!!"
Pria lainnya mengarahkan senjatanya ke arah Anggia.
Mata Anggia terbelalak.
" TIDAK! JANGAN..!!!" Ghiff berteriak panik terkesan putus asa. ketika penjahat itu manekan pelatuk pistol yang mengarah langsung ke dada Anggia.
Dor!
Sebuah tembakan meledak di petang itu.
Sebutir timah panas melesat mengenai Alifa, Timah panas itu menembus tubuhnya, Berakhir di dada Anggia.
Anggia ambruk bersimbah darah.
Keadaan menjadi hening sesaat, seperti sebuah Roll film yang berhenti diputar.
"SAYANG....ANGGIA....!!! ALIFA...!!.OH TUHAN...!! TIDAKKKKK!!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN!!?? MENGAPA KALIAN MENEMBAK ISTRI DAN PUTRIKU...!!" Ghiff berteriak, menjerit secara histeris, meracau tidak jelas, Berlari ke arah istrinya yang terbaring tak berdaya.
Ghiff membawa tubuh Alifa dan Anggia dalam dekapan.
" Anggia..Alifa, kumohon jangan pergi. bangunlah! jangan pergi, bangun....!! aku tidak bisa hidup tanpa kalian, Anggia..apa yang harus aku lakukan.!??"
Ghiff menggila.
" Ma- maaf kan A-ku mas.."
Tiba- tiba terdengar suara Anggia yang sangat lirih dan terputus-putus.
Sementara kedua perampok sudah keluar dengan tergesa dari rumah Ghiff, memanfaatkan kelengahan pemilik rumah yang belum sadar sepenuhnya.
Fokus mereka hanya tertuju pada Anggia dan Alifa.
Terdengar deru sepeda motor meninggalkan halaman rumah Ghiff dan semakin menjauh.
namun Ghiff sudah tidak perduli.
Bahkan para perampok itu lupa pada hasil rampokannya meninggalkannya begitu saja.
"Kumohon... bertahanlah, aku akan membawa kalian ke rumah sakit..."
Anggia mengulurkan tangannya menyentuh wajah Ghiff. Menyeka air matanya yang mengalir deras.
" Tidak...kami akan pergi Ghiff..kumohon jangan bersedih, aku tidak mau melihatmu bersedih" kata Anggia, tersendat. Meski menahan segenap rasa sakit, Anggia masih berusaha tersenyum.
Ghiffari menggenggam tangan Anggia yang penuh darah.
Mengecupnya tanpa rasa jijik sedikitpun.
Mereka bertatapan sejenak dalam diam,Ghiff benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
Ketika mata indah Anggia perlahan terpejam dan aliran nafasnya terhenti.
Ghiff hanya mampu menangis putus asa.
Dia tahu kekasihnya sudah pergi untuk selamanya.
Istri dan putri kecilnya sudah meninggalkannya seorang diri
Ghiff hanya melihat keduanya dengan getir. Setidaknya
Wajah Damai Anggia dan Alifa sedikit mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh Ghiff.
"Semoga kalian bahagia..."
Ghiff menatap istrinya sepuas yang ia bisa, setelah ini, dia tidak akan melihatnya. karena
Kepergian mereka adalah untuk selamanya.
Ghiff mengepalkan tangan dengan muka penuh amarah dan dendam.
" Sayang...Aku berjanji akan membalas semua perbuatan jahat mereka kepadamu. Lihat saja setelah ini mereka tidak akan pernah bisa tersenyum untuk menatap dunia."
Flash back off
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!